Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

LAPORAN PRAKTIKUM
DEWATERING

NIRA LA BAUCE
09320190001
C1

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2021
ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE
09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara dan Nikel
terbesar di dunia. Sejak tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia
menjadi eksportir terdepan batubara dunia. Kegiatan pengolahan bahan galian ini
bertujuan untuk membebaskan dan memisahkan mineral berharga dari mineral yang
tidak berharga atau mineral pengotor sehingga setelah dilakukan proses pengolahan
bahan galian dihasilkan konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing yang tidak
berharga. Metode pengolahan bahan galian yang dipakai bermacam-macam
tergantung dari sifat kimia, sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu sendiri.
Pengolahan bahan galian merupakan pengolahan mineral dengan dengan tujuan
untuk memisahkan mineral berharga dengan gangguenya dilakukan secara meknis,
menghasilkan produk yang kaya mineral berharga (konsentrat) dan yang kadarnnya
rendah (tailing). Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral
processing/mineral dressing) adalah suatu prosses pengolahan dengan memanfaatkan
perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produkta bahan galian
yang bersangkutan. Khusus untuk batubara, proses pengolahan itu disebut dengan
pencucian batubara (coal washing) atau preparasi batubara (coal preparation).
Indonesia memiliki potensi dan cadangan bahan galian yang cukup besar dan
menyebar hampir merata di seluruh wilayah.Yang dimaksud dengan bahan galian
adalah bijih (ore), mineral industri (industrial minerals) atau bahan galian golongan C
dan batubara (coal).Untuk saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan
dialam sudah jarang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan
siap utntuk dilebur atau dimanfaatkan. System dewatering sangat penting dan dapat
mempengaruhi perubahan biaya keseluruhan bagunanan.
Pada laboratorium pengolahan bahan galian kita telah melakukan proses
pengeringan dengan menggunakan oven dengan suhu masing-masing 40⁰, 80⁰ dan
120⁰. Karena peranan sistem dewatering sangat penting sehingga perlunya analisis
biaya yang dikeluarkan untuk biaya dewatering ( Ardi,rio. 2008).

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

1.2 Tujuan Praktikum


1.2.1 Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi
dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum grinding ini adalah:
Memahami mekanisme dewatering untuk menurunkan kadar air.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. Oven;
b. Cawan;
c. Kaos Tangan;
d. Neraca Analitik;
e. Sendok Kecil.
1.3.2 Bahan
a. Pasir Besi

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dewatering

Usaha pertambangan merupakan upaya pengolahan bahan galian yang penuh


resiko semenjak tahap eksplorasi, tahap penambangan sampai tahap pengolahan bahan
(produksi). Pelaksanaan usaha pertambangan dimasa depan bukanlah tugas yang
mudah dan salah satu tantangan yang dihadapi adalah pengembangan sumber daya
mineral sebagai sumbangan yang nyata bagi rakyat dan pembangunan nasional yang
berkelanjutan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pengolahan bahan galian perlu
mengikuti prinsip-prinsip konservasi. Dalam pelaksanaannya, dalam kaitan dengan
otonomi daerah, aparat pemerintah daerah perlu mendapatkan bimbingan teknis,
khususnya di bidang pengelolaan sumber daya mineral.
Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
rakyat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup sekitar. Salah satu
kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya alam adalah kegiatan penambangan bahan
galian, tetapi kegiatan–kegiatan penambangan selain menimbulkan dampak positif
juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup terutama
perusahaannya, bentang alam, berubahnya estetika lingkungan, habitat flora dan fauna
menjadi rusak, penurunan kualitas tanah, penurunan kualitas air atau penurunan
permukaan air tanah, timbulnya debu dan kebisingan.
Sumber daya mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan
geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian
kelayakan tambang dan menemui kriteria layak tambang.
Dewatering adalah proses pengurangan kadar air pada bahan galian. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada konsentrat yang
diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi gravitasi dan flotasi.
Operasi pengeringan bahan diperlukan setelah proses konsentrasi mineral agar
ongkos transportasi menuju ke smelter lebih murah. Selain itu pengambilan kembali
air setelah proses dapat mengurangi supplay air terlalu banyak, sehingga operasi
ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE
09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

menjadi lebih efisien. Sedikitnya dua metode yang sering digunakan dalam proses
pengeringan yaitu thickening dan filtration. Kemampuan operasi dengan
menggunakan metode ini dipengaruhi oleh variasi ukuran butir.
Dalam kegiatan mine dewatering juga tidak lepas dari pemompaan yang
dilakukan sehingga dalam kegiatan pemompaan ini perlu sekali dilakukan perhitungan
pemompaan yakni head-head pompa agar dapat diketahui debit pompa yang real
sehingga dengan diketahui debit pompa yang real tersebut maka dapat dilakukan
perhitungan dari lamanya pemompaan dan berapa pompa yang mungkin akan
dibutuhkan dalam kegiatan mine dewatering. Dengan dilakukannya kegiatan mine
dewatering dengan baik maka proses kegiatan penambangan akan dapat berjalan
dengan lancar dan baik (Adnyano & Bagaskoro, 2020).

Gambar 2. 1 Proses Dewatering


Untuk membuat sistem dewatering yang baik dan akurat maka diperlukan
analisis genangan air, data-data muka air tanah, lamanya pengeringan, tenaga listrik,
dan analisis biaya dewatering sebagai faktor penting dalam pengerjaan dewatering. Di
dalam perhitungan biaya dewatering biasanya dikaitkan dengan lamanya periode
pengeringan yang diperlukan. Oleh karena itu, keterlambatan pekerjaan yang berkaitan
dengan dewatering akan mempengaruhi naiknya biaya dewatering. Biaya dewatering
ada dua macam yaitu langsung dan tidak langsung untuk biaya dewatering. Biaya
langsung dari dewatering terdiri dari 3 unsur yaitu, Biaya mobilisasi dan demobilisasi
yang diperlukan, biaya pemasangan dan pembongkaran peralatan dewatering serta
ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE
09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

biaya operasi dan pemeliharaan. Sedangkan biaya tidak langsung dewatering yaitu,
overhead subkontraktor, asuransi pekerjaan dan cadangan keuntungan spesialisasi
subkontraktor ( Adnyano, A. I. A., & Bagaskoro, M. (2020).

2.2 Proses-proses Dewatering

2.2.1 Cara pengentalan/ pemekatan (thickening)


Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan kedalam bejana bulat. Bagian
yang pekat/kental, mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang
encer atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow. Kedua produk tersebut itu
dikeluarkan secara terus menerus (continous). Peralatan yang biasa dipakai pada
thickening atau pemekatan dan pengentalan adalah Rake thickener, deep cone
thickener dan free flow thickener.
2.2.2 Cara penapisan/ pengawa-airan (filtration)
Filtrasi adalah pemisahan partikel padatan dari cairan dengan melewatkan
fluida melalui medium penyaringan.. Filter dapat dioprasikan dalam 2 metode yaitu:
filtrasi tekanan konstan dan filtrasi laju tetap. Metode ini tediri dari 3 klas yaitu:
1. Drum filter
Drum filter terdiri dari drum silinder mendatar yang berputar. Filter ini
menggunakan mempunyai diameter sekitar 1–4,5 m dengan luas penyaringan
antara 1–80 m3 .

Gambar 2. 2 Drum filter

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

2. Discs filter
Discs filter terdiri dari beberapa cakram yang sebagian tercelup dalam
lumpur (slurry), dan tertanan pada saft secara teratur. Masing-masing cakram
dibagi menjadi segmen-segmen. Kelemahannya adalah tidak mampu mencuci
secara efektif, namun hal ini tidak penting dalam proses filtrasi konsentrat.

Gambar 2. 3 Filter cakram


3. Belt Filter
Belt filter dicirikan oleh permukaan saringan mendatar dalam bentuk
sabuk, meja atau sederet panci yang disusun secara sirkular atau linier.

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

Gambar 2.4 Belt Filter


2.2.3 Pengeringan (drying)
Pengeringan yaitu proses untuk membuang seluruh kandungan air dari padatan
yang berasal dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporazation/ evaporation).
Peralatan atau cara yang dipakai pada proses pengeringan yaitu :
1. Hearth type drying/ air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di
atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
2. Shaft drier, ada dua macam, yaitu:
a. Towed drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan didalam saluran
silindris vertikal yang dialiri udara panas (800-1000)
b. Rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang
diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan
arah.
c. Film type drier (atmospheric drum drier), berupa silinder baja yang
didalamnya dialiri uap air (steam), namun jarang digunakan.
d. Spray drier, material halus yang basah dan disemburkan ke dalam ruang
panas, material yang kering akan terkumpul dibagian bawah ruangan,
namun cara ini juga jarang digunakan (Lorenza, A., Sentosa, G. S., &
Iskandar, A. (2019).

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

2.3 Metode Dewatering

Istilah dewatering merujuk pada suatu cara yang dilakukan untuk


membebaskan area konstruksi dari aliran air tanah. Tujuannya tak lain untuk menjaga
kestabilan lereng galian dan menjaga area galian proyek tetap kering selama proses
konstruksi. Lebih luas lagi, dewatering memberi banyak manfaat untuk pengerjaan
proyek antara lain, memperbaiki kestabilan tanah, mencegah pengembungan tanah,
mencegah perembesan, mencegah erosi buluh, dan mencegah resiko sand boil.
Adapun 3 metode yang digunakan dalam sistem dewatering ialah:
2.3.1 Metode Predrainge
Metode ini pada prinsipnya menurunkan muka air terlebih dahulu sebelum
mulai dilakukan pekerjaan-pekerjaan penggalian. Metode predrainage cocok
digunakan pada tanah dengan karakteristik tanah lepas, cadas lunak dengan banyak
celah dan tanah berbutir seragam. Selain itu, metode ini juga bisa dipakai pada area
yang memiliki saluran pembuangan air, memiliki debit rembesan cukup besar, dan
tanah yang sensitif terhadap erosi.
Metode predrainage terbilang tak mempunyai efek yang bisa mengganggu
bangunan-bangunan di sekelilingnya. Tetapi bagi warga yang berada di sekitar area
proyek, kebisingan dan polusi udara yang ditimbulkan metode dewatering predrainage
akan sangat mengganggu. Selain itu, sumur warga berpotensi mengalami kekeringan
akibat penempatan pompa yang dalam.
Metode Dewatering predrainage dapat dilakukan dengan dua metode yakni
metode pompa dalam dan metode well points. Metode pompa dalam atau deep well
adalah metode pengeringan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Alat yang
digunakan pada metode ini adalah pompa submersible yang bisa diletakkan di dalam
air. Sementara metode well points atau disebut juga metode pemompaan dilakukan
dengan teknik vacum. Caranya, collecting points yang terhubung dengan pompa
ditempatkan dalam sumuran. Collecting points memiliki panjang sekitar 100cm
dengan diamter 5-7cm dengan lubang-lubang di sekelilingnya. Fungsi collecting
points adalah untuk menyedot air tanah.
Jika dibandingkan dengan metode open pumping, waktu yang dibutuhkan
untuk menjalankan metode Dewatering predrainage ini tercatat lebih lama. Sebab pada

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

metode ini diperlukan proses pengeboran terlebih dahulu dan penyambungan-


penyambungan pipa sebagai konsekuensi dari penempatan pompa yang berjauhan.
2.3.2 Metode Open Pumping
Metode ini terbilang umum digunakan. Metode open pumping biasanya
dipakai pada tanah dengan karakter tanah padat, berkohesi, bergradasi baik, sumur
atau selokan yang digunakan untuk pemompaan tidak mengganggu area proyek dan
debit rembesan air tidak besar.
Metode open pumping dilakukan dengan mengumpulkan air permukaan dan
rembesan dari bagian tepi galian dengan menggunakan kolektor. Kolektor berfungsi
membuang air keluar dari galian dengan posisi kolektor yang terus mengikuti elevasi
galian.
Dari segi biaya, metode open pumping ini jauh lebih murah jika dibandingkan
dengan metode predrainage tersebut. Dalam metode ini pula, tidak perlu dilakukan
pengeboran sehingga efek Dewatering tersebut pada sumur-sumur warga yang berada
di sekitar area proyek terbilang kecil. Waktu pengerjaan metode open pumping
tersebut juga terbilang singkat karena pekerjaan penempatan pipa hanya perlu
dilakukan di satu tempat yakni di lubang penampungan air saja.
2.3.2 Metode Cut Off
Metode ini dijalankan dengan memotong aliran air tanah dengan dinding
pembatas supaya area proyek bisa terbebas dari air tanah. Metode cut off cocok dipakai
jika area proyek bersebelahan dengan gedung yang sensitif terhadap penurunan air
tanah, tidak ada saluran pembuangan, dan karakteristik tanah berupa cadas lunak yang
banyak celah, tanah lepas, serta tanah berbutir seragam.
Bila dilihat dari pergerakan air tanah, metode cut off ini terbilang merupakan
metode Dewatering yang terbaik. Sebab metode ini tidak menimbulkan penurunan
muka air tanah di sekitar luar area galian dan juga tak terjadi aliran air tanah. Tetapi
memang metode cut off membutuhkan biaya yang cukup tinggi karena melibatkan
penggunaan alat-alat berat untuk pengerjaan dinding cut off.
Selain biaya yang tinggi, penggunaan alat berat seringkali menimbulkan
ketidaknyamanan bagi warga yang berada di sekitar area proyek dan mengganggu
keamanan bangunan yang berada dekat area proyek. Area proyek yang jauh dari

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

pemukiman lebih cocok menggunakan metode cut off ini. Nuraida, Z., & Herumurti,
W. (2021).

2.4 Pemilihan Metode Dewatering

Pemilihan metode dewatering yang tepat selaras dengan konsep green


construction atau konstruksi hijau. Konsep ini merupakan gerakan yang
mengusahakan konstruksi mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
penggunaan produk-produk konstruksi yang ramah lingkungan, berbiaya rendah,
efisien dalam pemakaian sumber daya dan energi, dan kualitas konstruksi yang tepat.
Metode pelaksanaan proyek pada setiap jenis bangunan pastinya berbeda-beda.
Setiap kontraktor memiliki pertimbangan-pertimbangan yang berbeda untuk
menentukan metode pelaksanaan yang akan diterapkan. Ada begitu banyak metode
pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang berkembang saat ini. Mulai dari metode yang
sederhana hingga metode yang canggih dengan bantuan teknologi. Tuntutan untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan konstruksi dengan cepat, tepat dan berkualitas
membuat kontraktor memperhitungkan semua aspek dengan jeli.
Sistem penyaliran adalah suatu upaya atau cara untuk mencegah,
mengeringkan dan mengeluarkan air yang terdapat atau menggenangi suatu daerah
tertentu. Sedangkan penyaliran pada tambang terbuka adalah upaya penyaliran di
dalam lingkungan tambang yang dilakukan untuk mencegah masuknya air atau
mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dilakukan
dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi terganggunya aktivitas
penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan terutama pada musim
hujan dalam kegiatan mine dewatering juga tidak lepas dari pemompaan yang
dilakukan sehingga dalam kegiatan pemompaan ini perlu sekali dilakukan perhitungan
pemompaan agar dapat diketahui debit pompa yang real sehingga dengan diketahui
debit pompa yang real tersebut maka dapat dilakukan perhitungan dari lamanya
pemompaan (Syahrir, S. (2017).

2.5 Tujuan Dewatering

1. Menjaga agar dasar galian tetap kering. Untuk mencapai tujuan tersebut
biasanya air tanah diturunkan elevasinya 0,5 – 1 m dibawah dasar galian
2. Mencegah erosi buluh. Pada galian tanah pasir (terutama pasir halus dibawah
ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE
09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

muka air tanah) rembesan air kedalam galian dapat mengakibatkan tergerusnya
tanah pasir akibat aliran air
3. Mencegah resiko sand boil. Pada saat dilaksanakan galian, maka perbedaan
elevasi air didalam dan diluar galian semakin tinggi
4. Mencegah resiko terjadinya kegagalan upheave. Bila tekanan air dibawah
lapisan tanah lebih besar daripada berat lapisan tanah tersebut maka lapisan
tanah tersebut dapat terangkat atau mangalami failure
5. Mencaga gaya uplift terhadap bangunan sebelum mencapai bobot tertentu.
Pada bangunan-bangunan yang memiliki basement, maka pada saat bobot
bangunan masih lebih kecil daripada gaya uplift dari tekanan air, dewatering
harus tetap dijalankan hingga bobot mati dari bangunan melebihi gaya uplift
tersebut.
6. Mencegah rembesan
7. Memperbaiki kestabilan tanah
8. Mencegah pengembungan tanah
9. Memperbaiki karakteristik dan kompaksi tanah terutama dasar (Tim Asisten,
2020),

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Menyiapkan sampel yang akan dilakukan dewatering berupa tanah yang


beratnya telah ditentukan.

Gambar 3.1 Menyiapkan sampel berupa tanah.

2. Menimbang berat sampel

Gambar 3.2 Menimbang berat kering sampel

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

3. Pada proses dewatering ini, kita harus mengsetting ovennya terlebih dahulu
sesuai dengan ketentuan dan tatacara yang diajarkan, yaitu menekan tombol
on, lalu kita menekan tombol yang berkaitan dengan temperature sama halnya
dengan waktu, masukkan masing-masing suhu dan waktu yang diinginkan lalu
tekan tombol tengah. Lalu masukkan sampel tersebut di dalam oven.

Gambar 3.3 Memasukkan sampel kedalam oven.

4. Proses Pengovenan, tunggu hingga waktu habis, umpan dimasukkan dengan


berat tertentu dengan tempetature masing 40, 90 dan 140 derajat dilakukan
dengan waktu 10, 20 dan 30 menit, ini dilakukan sebanyak 3 sesi, hingga
memenuhi data yang diinginkan.

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

Gambar 3.4 Mengsetting waktu dan suhu yang di gunakan


5. Setelah waktu telah habis kemudian sampel terebut dikeluarkan.

Gambar 3.5 Mengeluarkan sampel dari oven.

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

6. Kemudian sampel yang telah dikeluarkan ditimbang

Gambar 3.6 Menimbang berat kering sampel.


7. Kemudian dimasukan dalam kantong sampel dan dicatat hasilnya

Gambar 3.7 Memasukan material dalam katong sampel.

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Pengamatan Dewatering

Berat
BERAT AWAL
NO Temperatur Waktu Akhir MC (%)
(gr)
(gr)

40˚ 10’ 349,2 65,08%

1 1000 80˚ 20’ 338,9 66,11%

120˚ 30’ 487,6 51,24%

40˚ 10’ 487,3 51,27%

2 1000 80˚ 20’ 337,2 66,18%

120˚ 30’ 485,6 51,44%

40˚ 10 487,4 51,26%

3 1000 80˚ 20’ 338,3 66,17%

120˚ 30’ 342,2 65,78%

4.2 Pembahasan

4.2.1 Untuk Menghitung Tabel Pertama


1. Untuk Temperatur 40º
1000 𝑔𝑟−349,2 𝑔𝑟
10′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 65,08%
2. Untuk Temperatur 80º
1000 𝑔𝑟−338,9 𝑔𝑟
20′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

= 66,11%
3. Untuk Temperatur 120º
1000 𝑔𝑟−487,6 𝑔𝑟
30′ = 1000 𝑔𝑟
𝑥 100%

= 51,24%
4.2.2 Untuk Menghitung Tabel Kedua
1. Untuk Temperatur 40º
1000 𝑔𝑟−487,3 𝑔𝑟
10′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 51,27%
2. Untuk Temperatur 80º
1000 𝑔𝑟−337,2 𝑔𝑟
20′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 66,18%
3. Untuk Temperatur 120º
1000 𝑔𝑟−485,6 𝑔𝑟
30′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 51,44%
4.2.3 Untuk Menghitung Tabel Ketiga
1. Untuk Temperatur 40º
1000 𝑔𝑟−487,4 𝑔𝑟
10′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 51,26%
2. Untuk Temperatur 80º
1000 𝑔𝑟−338,3 𝑔𝑟
20′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 65,17%
3. Untuk Temperatur 120º
1000 𝑔𝑟−342,2𝑔𝑟
30′ = 𝑥 100%
1000 𝑔𝑟

= 65,78%

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum pengolahan bahan galian mata acara dewatering telah kita
lakukan kegiatan pengeringan menggunakan oven dengan berat awal 1000 gr. Suhu
dan waktu yang digunakan yaitu masing-masing 40 derajat untuk 10 menit, 80 derajat
untuk 20 menit dan 120 derajat untuk 30 menit. Proses dewatering ini dibagi menjadi
3 sesi untuk setiap berat awal.
Metode praktikum pengolahan bahan galian mata acara dewatering yaitu
dimana disini kita mengurangi kadar air pada suatu material dengan menggunakan
oven kemudian material yang tadi mau kita keringkan dimasukkan ke dalam oven
kemudian diatur suhu dan waktunya.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Agar alat-alat yang digunakan di laboratorium itu diperbaiki dan selalu
mengantisipasi hal-hal yang menghambat berjalannya praktikum.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Tetap sabar dan semangat dalam membimbing kami, selalu mempertahankan
keramahanya kepada praktikan

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DEWATERING

DAFTAR PUSTAKA

Ardi,rio. 2008. Unjuk kerja Magnetic separator pada proses pemisahan mineralbesi
dari mineral pengotornya. Jurusan Teknik Metalurgi : Cilegon

Adnyano, A. I. A., & Bagaskoro, M. (2020). Technical Study Of Mine Dewatering


System In Coal Mining. PROMINE, 8(1), 28-33.

Lorenza, A., Sentosa, G. S., & Iskandar, A. (2019). Pemodelan Pumping Test Sebagai
Dasar Perhitungan Dewatering Pada Proyek Di Sudirman. Jmts: Jurnal Mitra
Teknik Sipil, 2(2), 161-172.

Nuraida, Z., & Herumurti, W. (2021). Perencanaan Tipikal Unit Pengolahan Lumpur
Tinja Skala Kecil Kota Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 9(2), D203-D209.

Syahrir, S. (2017). Dampak Kegiatan Penambangan Nikel Dalam Kehidupan


Masyarakat Desa Baliara Selatan, Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten
Bombana (Disertasi Doktor, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Tim Asisten, (2020), Penuntun Praktikum Pengolahan Bahan Galian, Fakultas


Teknologi Industri, Jurusan Teknik Pertambangan. Universitas Muslim
Indonesia: Makassar.

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001

Anda mungkin juga menyukai