Anda di halaman 1dari 3

MELAWAN KUASA NEGARA KOLONIAL

Kolonialisme adalah paham tentang penguasaan oleh suatu negara/bangsa terhadap daerah/wilayah
lain dengan maksud memperluas wilayah.Hal ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menjadi
bangsa yang terkuat, menyebarkan agama dan ideologi, dan keinginan mencari sumber kekayaan
alam.Oleh karena itu, dalam proses kolonialisasi atau penjajahan, para penjajah biasanya
memaksakan agama, bahasa, dan praktik budaya lainnya.

Sebelum abad ke-20, gagasan mengenai NKRI belum dikenal, sehingga perlawanan rakyat lebih
bersifat kedaerahan. Mereka berjuang untuk melawan dan mengusir penjajah dengan dipimpin oleh
tokoh masyarakat yang disegani di daerah masing-masing. Umumnya, perlawanan tidak terorganisir
dengan baik. Seringkali penjajah menggunakan strategi devide et impera (politik adu domba)
sehingga tidak jarang bumi putera menderita kekalahan. Dalam rentang waktu ini perlawanan rakyat
terhadap kolonialisme lebih bersifat perang senjata.

Perjuangan rakyat Indonesia yang dipimpin oleh penguasa-penguasa lokal dalam melawan
kolonialisme dapat digolongkan menjadi dua periode yakni periode sebelum abad ke-19 dimana
rakyat menghadapi VOC (dibubarkan pada akhir abad ke-18 yakni tahun 1799) dan periode setelah
abad ke-19, menghadapi pemerintah Hindia Belanda.

Oleh karena itu saat itu Indonesia melawan kuasa negara kolonial Karena rakyat Indonesia ingin
Inonesia menjadi negara yang bebas dari penjajahan dan menginginkan agar Indonesia menjadi
negara yang merdeka. Karena kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan penjajahan diatas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri keadilan dan pri kemanusiaan.

Perlawanan lokal terhadap Pemerintah Kolonial Belanda muncul akibatnya adanya beberapa faktor,
yaitu: 1. Adanya praktik monopoli perdagangan yang dilaksanakan di Nusantara yang sangat
merugikan masyarakat Nusantara. 3. Campur tangan pemerintah Belanda dalam masalah internal di
kerajaan-kerajaan Nusantara.

Adapun dampak dari pengaruh kolonialisme yaitu :

- Dasar pemerintahan yang modern yang dibuat Daendels atau Raffles membuat kedudukan Bupati
berubah menjadi pegawai negeri dan digaji, yang semula merupakan kedudukan adalah turun
temurun dan mendapat upeti dari rakyat menurut adat istiadat.

--Bupati dijadikan alat kekuasaan pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu berdasarkan garis
keturunan sekarang menjadi sistem kepegawaian.

- Jawa dijadikan tempat pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektuf.

- Intervensi terhadap persoalan kerajaan yang dilakukan oleh Belanda dan Inggris, contohnya
tentang pemilihan raja sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia. Yang mengakibatkan
peranan elite kerajaan berkurang dalam politik, dan kekuasaan pribumi melemah.

-Hukum yang dulu menggunakan hukum adat diubah menggunakan sistem hukum barat modern.
- Belanda ikut campur dalam pengambilan kebijakan raja.

- Perubahan dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan politik Pax Nederlanica di
akhir abad 19 menuju awal abad 20. - Jawa menjadi pusat pemerintahan dan membaginya menjadi
wilayah perfektuf.

perlawanan rakyat pada saat itu mudah dipadamkan oleh pemerintah kolonial diKarenakn rakyat
indonesia kurang kesadaran atau kurangnya persatuan dan kesatuan dan kurangnya persenjataan
untuk melakukan perlawanan.

• Beberapa perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme, yaitu:

Kesultanan Demak melawan Portugis.

Perlawanan Kesultanan Aceh.

Perlawanan Rakyat Ternate.

Sultan Agung Raja Mataram melawan VOC.

Sultan Ageng Tirtayasa melawan VOC.

Sultan Hasanuddin melawan VOC.

B. Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme

3. Melawan Kuasa Negara Kolonial

Kedatangan Belanda pada awalnya tidak dilandasi oleh keinginan untuk menguasai seluruh wilayah
Nusantara. Ketika ambisinya berubah untuk menegakkan sebuah negara koloni, muncul gelombang
perlawanan dari penduduk lokal.

Sebelum abad ke-20, gagasan mengenai NKRI belum dikenal, sehingga perlawanan rakyat lebih
bersifat kedaerahan. Umumnya, perlawanan tidak terorganisir dengan baik. Seringkali penjajah
menggunakan strategi devide et impera (politik adu domba) sehingga tidak jarang bumi putera
menderita kekalahan.

Perjuangan rakyat Indonesia yang dipimpin oleh penguasa-penguasa lokal dalam melawan
kolonialisme dapat digolongkan menjadi dua periode yakni periode sebelum abad ke-19 dimana
rakyat menghadapi VOC (dibubarkan pada akhir abad ke-18 yakni tahun 1799) dan periode setelah
abad ke-19, menghadapi pemerintah Hindia Belanda.
a. Periode Sebelum Abad Ke-19

Perlawanan terorganisir di Pulau Jawa dimulai sejak tahun-tahun awal kepindahan pusat
pemerintahan VOC dari Ambon ke Batavia. Kesultan-an Mataram dKesultan-an VOC sempat
mengirimkKesultan-an utusKesultan-an untuk berdiplomasi.

Hubungan yang awalnya baik itu, dalam perkembangannya berjalan tidak harmonis. Sultan Agung
yang mengharapkan bantuan dalam penyerangannya ke Surabaya ternyata tidak mendapat
dukungan dari VOC.

Hal ini menjadikan dorongan yang kuat untuk dapat mengusir VOC dari tanah Jawa. Ia pun mulai
menyerang Batavia tahun 1628

namun serangan pertama tidak berhasil hingga menggugurkan 1000 prajuritnya. Setahun berselang,
Sultan Agung menyiapkan serangan keduanya. Namun penyerbuan yang dilakukan pada Agustus-
Oktober 1629 pada akhirnya juga mengalami kegagalan karena ketika itu terjadi wabah kolera dan
malaria.

b. Periode Setelah Abad Ke-19

Pada penghujung abad ke-19, VOC dibubarkan dan penguasaan negara-negara koloni berada di
bawah langsung pemerintah Belanda.

Maluku adalah wilayah perdagangan rempah-rempah yang sudah diperebutkan oleh bangsa Eropa
sejak abad ke-15. Memasuki abad ke-19 rakyat Maluku berjuang untuk melawan penjajah karena
tidak ingin orang Belanda kembali menguasai wilayah ini.

Anda mungkin juga menyukai