Anda di halaman 1dari 3

KASUS JIWASRAYA

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan menegaskan akan memberikan sanksi untuk
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang melakukan audit dan memberikan opini tidak sesuai
terhadap laporan keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero), termasuk PT Asabri (Persero).
Sanksi berupa teguran hingga pembebasan sementara dari praktik.

Namun, Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto menuturkan sanksi akan


diberikan sesuai dengan tingkat kesalahannya. "Ini sudah kami lakukan. Detailnya saya tidak
bawa sekarang, tapi untuk KAP di Jiwasraya kami sudah melakukan pengawasan dan
pengendalian," ujarnya, dilansir Antara, Rabu (15/1).

Secara umum, Kemenkeu melalui Pusat Pembinaan Profesi Keuangan memberikan sanksi
kepada KAP yang terlibat dalam kasus laporan keuangan perusahaan melalui langkah, seperti
pengawasan dan pembinaan.

"Di situsnya Pusat Pembinaan Profesi Keuangan bisa dilihat berapa akuntan publik yang sudah
dikenakan sanksi atau yang ditunda praktiknya," imbuhnya.

Pembinaan, Hadiyanto menjelaskan terdiri dari tiga pemeriksaan. Yaitu, pemeriksaan regular,
pemeriksaan sewaktu-waktu, dan pemeriksaan berdasarkan masukan dari luar, sehingga
ditemukan kegiatan yang melanggar kode etik.

"Berdasarkan kategorisasi itu, maka akan diterbitkan bagian dari pembinaan, yaitu dikenakan
sanksi yang bergantung level berat tidaknya pelanggaran," katanya.

Kemenkeu, sambung Hadiyanto, akan terus berkolaborasi dengan industri keuangan untuk
mengambil pelajaran dari kasus Jiwasraya dan Asabri. Dengan demikian, kasus serupa tidak
akan terulang lagi ke depannya.

Tak hanya itu, Kemenkeu juga akan meningkatkan kualitas pembinaan melalui referensi standar
audit yang berdasarkan international best practice, sehingga butuh komitmen dari KAP untuk
melakukan kewajibannya sesuai kode etik.
"Kepercayaan publik diperoleh jika profesi juga mempunyai kapasitas menumbuhkan
kepercayaan publik, yaitu dengan memberikan audit dan opini yang bisa
dipertanggungjawabkan," tandasnya.

ANALISA KASUS

Kegagalan utama yang terjadi pada Jiwasraya adalah kesalahan dalam mengelola
investasi di dalam perusahaan. Jiwasraya kerap menaruh saham – saham pada perusahaan yang
berkinerja buruk. Sehingga,saham – saham yang memiliki risiko tinggi ini mengakibatkan
negative spread dan menimbulkan tekanan likuidasi pada PT Asuransi Jiwasraya yang berujung
pada gagal bayar. Tentunya hal ini tergolong kasus korupsi besar karena pihak yang dirugikan
dalam kasus ini sangatlah besar dimana potensi kerugian sudah mencapai Rp 13.7 Triliun.
Kecurangan dalam kasus ini melibatkan pihak – pihak yang memiliki kendali besar.,Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan penyimpangan pengelolaan investasi asuransi
Jiwasraya dari tahun 2010-2019. Penyimpangan investasi ini melibatkan internal Jiwasraya pada
tingkat direksi, general manager, hingga pihak di luar perusahaan yang mana pihak internal
tersebut seharusnya dapat menjalankan fungsi perusahaan dengan baik. Menurut Pasal 69 ayat 3
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa Laporan
keuangan yang dihasilkan harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari aktiva, kewajiban,
modal, dan hasil usaha dari Perseroan. Direksi dan Dewan Komisaris mempunyai tanggung
jawab penuh akan kebenaran isi laporan keuangan Perseroan.  Dimana PT Jiwasraya ini
merupakan perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia yang merupakan cikal bakal dari
perusahaan asuransi jiwa milik Belanda NILLMIJ van 1859 dan satu-satunya perusahaan
Asuransi Jiwa milik pemerintah Republik Indonesia (BUMN) dan saat ini merupakan perusahaan
Asuransi Jiwa lokal terbesar di Indonesia. Dengan begitu mereka harus dapat berpraktik baik dan
mencerminkan kinerja yang baik untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
Prinsip Etika Dilanggar Ketika Audit:

1. Prinsip objektivitas dimana hal ini dilanggar oleha auditor ketika laporan keuangan 2016 yang
telah di audit dan ditandatangani oleh PwC menunjukkan, laba bersih konsolidasi tahun 2016
adalah sebesar Rp1,7 triliun, atau naik 37%. Namun hal tersebut bertentangan dengan informasi
mengenai Laporan Keuangan Jiwasraya yang bukan konsolidasi namun telah di audit oleh PwC,
dimana laba bersih di 2016 adalah sebesar Rp2,1 triliun (opini wajar tanpa pengecualian). Dari
informasi yang bertentangan tersebut jelas bahwa klien telah menyembunyikan informasi laba
dimana adanya perbedaan yang cukup signifikan antara laba yang diungkapkan tersebut akan
berpengaruh pada informasi keuangan yang mana seharusnya dalam laporan keuangan harus
memberikan informasi yang relevan dan harus memberikan informasi yang sebenarnya pada
auditor sehingga auditor dapat memberikan opni yang wajar.

2. Prinsip integritas, Jiwasraya dan Asabri cenderung menutupi laba perusahaan dimana
seharusnya pada laporan keuangan seharusnya rugi dimana hal ini terlihat ketika laporan
keuangan tahun 2017 dipublikasi, tidak diberikan keterangan jelas adanya opini tidak wajar
(adverse opinion) dari auditor karena kurangnya pencadangan senilai Rp 7,7 Triliun. Selain itu ,
tahun 2018 Jiwasraya tercatat membukukan kerugian unaudited sebesar Rp15,3 triliun. Serta
hingga akhir September 2019 diperkirakan rugi Rp13,7 triliun. Sehingga, hal ini menunjukkan
bahwa Jiwasraya dan Asabri tidak bersikap jujur pada saat audit dilakukan dan memberikan
informasi yang salah yang dapat membuat laporan keuangan menyesatkan pengguna laporan
keuangan.

3. Prinsip Kepercayaan publik, adanya kasus PT Jiwasraya dan PT Asabri membuat


kepercayaan stakeholder hilang karena kasus ini telah menimbulkan kerugian yang sangat besar
bagi mereka. Hal ini karena mereka telah memberikan kepercayaan penuh pada PT Jiwasraya
untuk mengelola unag mereka yang tentunya para stakeholder di masa depan akan memperoleh
hasil dari yang di investasikannya. Namun,Jiwaswaya tidak melakukan kinerja dengan baik ia
mengelola uang stakeholder pada perusahaan yang memiliki risiko tinggi dan memanipulasi
laporan keuangan yang mana seharusnya mengalami kerugian.Sehingga,hal ini mengakibatkan
kekecewaan para stakeholder dan membuat nama Jiwasraya yang telah dibangun bertahun-tahun
menjadi hancur.

Anda mungkin juga menyukai