Anda di halaman 1dari 170

PAJAK

PENGHASILAN
BADAN
Corporate Income
Rekonsiliasi
Subjek
SPT 1771
Objek PPh
PPh Tax
Fiskal
Bang
Ami

Presented by Amirul Idris

17 – 20 Februari 2014

Bang
Amirul
Ami
Siapa Sih Yang

?
Mempunyai
Kewajiban PPh…?
Penghasilan Yang
Bagaimana terutang
PPh…?

Saya telah membuat laporan


keuangan, dapatkah
langsung diterima sebagai
dasar menghitung PPh..?

Hal-hal apa saja yang


harus diperhatikan dalam
menghitung PPh…?

Bagaimana cara
pengisian SPT PPh
Badan…?
Bang Ami
MATERI PAJAK PENGHASILAN BADAN

• Biaya Fiskal
PENDAHULUAN
• Penyusutan & Amortisasi
• Bunga Pinjaman
REKONSILIASI FISKAL
• Selisih Kurs Valas
• Sewa Guna Usaha
PENENTUAN HARGA
PEROLEHAN & KETEN- • Penilaian Harta Perusahaan
TUAN PPH LAINNYA • Revaluasi Aktiva Tetap
• Restrukturisasi Perusahaan
PENENTUAN PPH • Bentuk Usaha Tetap
TERUTANG & KREDIT • Kredit Pajak WP Badan
PPH BADAN
• Angsuran PPh Pasal 25 Bagi
WP Tertentu
PENGISIAN SPT

Bang Ami
1. Pendahuluan 
2. Biaya Fiskal 
3. Penyusutan & Amortisasi 
4. Bunga Pinjaman

5. Selisih Kurs Valas

6. Sewa Guna Usaha (Leasing)

7. Kompensasi Kerugian

1. Penilaian Harta 
2. Hubungan Istimewa 
3. Revaluasi Aktiva Tetap

4. Restrukturisasi Perusahaan

5. Bentuk Usaha Tetap

Bang Ami
PENDAHULUAN
-
PPH BADAN
Bang
Ami
1. Pengertian & Dasar Hukum 
2. Subjek Pajak

3. Objek Pajak 
4. Prinsip-prinsip Umum PPh
Badan

Presented by : Amirul Idris


Bang
Amirul
Ami
PENGERTIAN PPH

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

ADALAH

PAJAK YANG DIKENAKAN


TERHADAP SUBJEK PAJAK
ATAS PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
DALAM TAHUN PAJAK

UU PPh Pasal 1
Bang Ami
BAGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH BADAN)

Pembayaran dari Luar Negeri Pembayaran ke Luar Negeri


Luar Negeri Pasal 24 Pasal 26

Indonesia
WAJIB PAJAK
BADAN

Laporan Laba / Rugi


Penghasilan xxx Pasal 4
Pasal 6 Biaya (xxx) Penghasilan

Deductible Expense Laba xxx


Koreksi Fiskal xxx Undeductible
Pasal 9 Expense
Penghasilan Kena Pajak xxx
Kredit PPh
Pajak Terutang xxx
Pasal 17 Tarif

Pasal 22, Pajak dibayar dimuka (xxx)


23, 24, 25 Pajak yang harus dibayar xxx
Pasal 29
Bang Ami
PERHITUNGAN PPH SECARA UMUM

Komersial Fiskal
Penghasilan xxx xxx
Biaya (dan bukan biaya) (xxx) (xxx)
Laba/Penghasilan netto xxx xxx
Kompensasi rugi tahun sebelumnya (xxx)
Penghasilan kena pajak (PKP) xxx
PPh terhutang (PKP x Tarif) xxx
Kredit Pajak :
- PPh 22/23/24/25 (xxx)
Kurang (lebih) bayar xxx

Penyesuaian Dilakukan
dengan Rekonsiliasi Fiskal
Bang Ami
TARIF PPH BADAN

LAM BAR
A U

Lapisan Penghasilan
Tarif Tarif Tunggal
Kena Pajak

> 0 juta – 50 juta 10%

> Rp 50 juta – Rp 100


15%
juta Tahun 2009 : 28%

> Rp 100 juta 30% Tahun 2010 &


Setelahnya : 25%

Bang Ami
PRINSIP-PRINSIP UMUM

• Pertanggungjawaban oleh Pengurus, termasuk pengurus yang


mempunyai kuasa dalam menentukan kebijaksanaan perusahaan
dan terlibat dalam pengambilan keputusan.
• Sistem “Self Assessment”
• Pada umumnya mengikuti prinsip akuntansi Indonesia, kecuali
peraturan perpajakan menentukan lain.
• Prinsip akrual vs prinsip cash :
 prinsip akrual harus diterapkan untuk penghasilan dan biaya yg
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
• Dirjen Pajak berhak untuk melakukan review dan penyesuaian atas
transaksi2 yg melibatkan pihak2 yg mempunyai hubungan istimewa.
• Tahun Pajak:
 Tahun kalender vs Tahun Buku (Accounting Year)
 Dilakukan secara taat asas
 Perubahan tahun pajak : persetujuan dari Dirjen Pajak

Bang Ami
PRINSIP-PRINSIP UMUM

Tarif x Penghasilan Neto Fiskal

Prosedur (Secara riil Penghasilan – Biaya)


Umum
Tidak termasuk penghasilan yang
telah dikenakan pajak penghasilan
(PPh) Final

Penghitungan
Pajak Penghasilan kena pajak ditetapkan
berdasarkan perkiraan laba usaha
Penetapan
Provisi Berlaku untuk :
Khusus - perusahaan pelayaran/
(Pasal 15) penerbangan internasional,
- perdagangan luar negeri,
- Build-Operate-Transfer”

Bang Ami
SUBJEK PAJAK
PENGHASILAN
Corporate Income
Rekonsiliasi
Subjek
SPT 1771
Objek PPh
PPh Tax
Fiskal
Bang
Ami

Presented by Amirul Idris

17 – 20 Februari 2014

Bang
Amirul
Ami
JENIS-JENIS SUBJEK PAJAK
Objek Pajak
Orang
Pribadi
SP
Badan Seluruh Penghasilan
DN
Pasal 4
Pasal 2 (3)
Warisan
yang belum • Penghasilan dari kegiatan
terbagi
SUBJEK operasi dan harta yang
PAJAK dimiliki/dikuasai
• Penghasilan kantor pusat
Pasal 2 (2) Orang
Pribadi
BUT • Penghasilan lainnya yang
SP diperoleh sehubungan dgn
LN penghasilan kantor pusat
Pasal 2 (4)
Badan
Non Penghasilan yang
BUT diperoleh dari Indonesia

UU PPh Pasal 2 & 5


Bang Ami
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI

Orang Pribadi
• bertempat tinggal di Indonesia, atau
• berada di Indonesia > 183 hari dlm jw 12 bulan, atau
• dalam suatu Tahun Pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.

Badan
• Berdiri dan bertempat kedudukan di Indonesia
• Sekumpulan orang/modal yg merupakan kesatuan
• Baik melakukan usaha atau tidak
• PT, CV, BUMN/D, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, ormas, org sosial/politik,
lembaga, reksadana, bentuk badan lainnya.

Warisan yang belum terbagi


UU PPh Pasal 2 Ayat (3); PER-43/PJ/2011 Pasal 3(1)
Bang Ami
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI

Tidak Termasuk Pengertian BADAN

Unit Tertentu dari Badan


Pemerintah
yang memenuhi kriteria:
• Pembentukannya berdasarkan Ketentuan Peraturan Per-UU-an
• Pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD
• Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pem. Pusat atau
Pem. Daerah; dan
• Pembukuannya diperiksa oleh Aparat Pengawasan Fungsional
Negara

UU PPh Pasal 2 Ayat (3)


Bang Ami
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI

• Orang pribadi yang :


 tidak bertempat tinggal di Indonesia
 berada di Indonesia tidak > 183 hari dlm 12 bulan
• Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia

Yang : Yang Dapat menerima atau


- Menjalankan usaha; atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia tidak dari
- Melakukan kegiatan menjalankan usaha atau
melalui BUT di Indonesia melakukan kegiatan melalui
BUT di Indonesia

UU PPh Pasal 2 Ayat (4); PER-43/PJ/2011 Pasal 4


Bang Ami
PENGERTIAN BENTUK USAHA TETAP (BUT)

Tempat Usaha bersifat permanen


yang dipergunakan

Orang pribadi Badan sbg


sbg subjek subjek pajak
pajak LN LN

Untuk menjalankan
usaha atau kegiatan di
Indonesia
UU PPh Pasal 2 Ayat (5); PER-43/PJ/2011 Pasal 5
Bang Ami
BENTUK USAHA TETAP (BUT)

- Fasilitas
Indikasi - Aktivitas
adanya BUT Place of Business - Keagenan
- Asuransi

Pemenuhan kewajiban BUT :


• dipersamakan dgn kewajiban WP Badan DN

dimulai sejak
• menerima dan/atau memperoleh penghasilan
yang bersumber dari Indonesia melalui BUT
di Indonesia.

UU PPh Pasal 2 Ayat (5); PER-43/PJ/2011 Pasal 6


Bang Ami
BENTUK USAHA TETAP (BUT)

Dapat berupa : • Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan,


atau kehutanan.
 Tempat kedudukan • Proyek konstruksi, instalasi atau proyek
manajemen perakitan
 Cabang perusahaan • Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh
 Kantor perwakilan pegawai atau orang lain sepanjang dilakukan
 Gedung kantor lebih dari 60 hari dlm j.w. 12 bulan
• Orang/badan bertindak selaku agen yg
 Pabrik
kedudukannya tdk bebas
 Bengkel
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi
 Pertambangan & yang tidak didirikan dan tidak bertempat
pengga-lian sumber kedudukan di Indonesia, yang menerima premi
alam, asuransi atau menanggung risiko di Indonesia
 wilayah kerja • komputer, agen elektronik, atau peralatan
pertambangan minyak otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan
dan gas bumi oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk
menjalankan kegiatan usaha melalui internet
Bang Ami
BUKAN SUBJEK PPH

Kantor perwakilan negara asing


- Pejabat2 perwakilan diplomatik & konsulat atau pejabat2 lain Neg. Asing
- Orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yg bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama mereka
Dengan syarat :
 bukan WNI dan
 di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan
atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik

Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:


1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
2. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para anggota

pejabat2 perwakilan organisasi internasional di atas dgn syarat:


- bukan WNI dan
UU PPh - tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh
Pasal 3
penghasilan dari Indonesia
Bang Ami
OBJEK PAJAK
PENGHASILAN
Corporate Income
Rekonsiliasi
Subjek
SPT 1771
Objek PPh
PPh Tax
Fiskal
Bang
Ami

Presented by Amirul Idris

17 – 20 Februari 2014

Bang
Amirul
Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YG :


- Diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk Menambah
kekayaan Wajib Pajak,
- Dengan nama dan bentuk apapun

DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN

UU PPh Pasal 4 ayat (1)


Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN

Definisi Penghasilan (Pasal 4 ayat (1) UU PPh)

5 elemen

tambahan kemampuan diterima atau diperoleh


ekonomis Pengakuan secara cash atau accrual
Aspek ekonomi (bukan akuntansi) basis

dari Indonesia maupun


dari luar Indonesia untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan
Cakupan geografis (global) Pemanfaatan/
pemakaian
dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Konsep material (bukan UU PPh Pasal 4 ayat (1)
formal)
Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN

Pendekatan Sumber Arus Penghasilan


Source concept of
income

Pendekatan Pertambahan
Accretion concept of
income
Penghasilan aktif

Penghasilan dari pekerjaan dalam


hubungan kerja dan pekerjaan bebas;
Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
Penghasilan dari modal;
Penghasilan lain-lain.

Penghasilan pasif

Konsumsi dan/atau menambah kekayaan

UU PPh Pasal 4 ayat (1)


Bang Ami
TERMASUK PENGERTIAN PENGHASILAN

Penggantian / imbalan sehub. dgn pekerjaan atau jasa


• yg diterima / diperoleh
• termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain
dalam UU ini;

Hadiah
• dari undian, pekerj. atau kegiatan, & penghargaan;

Laba usaha

Keuntungan krn penjualan atau krn pengalihan harta



Penerimaan kembali pembayaran pajak
• yg tlh dibebankan sbg biaya & pembayaran tambahan pengembalian pjk

bunga
• Tmsk premium, diskonto, & imbalan krn jaminan pengembalian utang

UU PPh Pasal 4 ayat (1)


Bang Ami
TERMASUK PENGERTIAN PENGHASILAN

Deviden, dgn nama dan dlm bentuk apapun,



• Termasuk deviden dari perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan
pembagian SHU koperasi

Royalti

Sewa & penghasilan lain sehub. dg penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Keuntungan krn pembebasan utang,


• kecuali sampai dgn jumlah tertentu (PP No.130 /2000)

Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing,

UU PPh Pasal 4 ayat (1)


Bang Ami
TERMASUK PENGERTIAN PENGHASILAN

Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva,

Premi asuransi,

Iuran yg diterima/diperoleh perkumpulan dari anggotanya yg


terdiri dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas,

Tambahan kekayaan neto dari pengh. yg blm dikenai pajak.

Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah



Imbalan bunga di bid. Perpajakan (UU KUP)

Surplus Bank Indonesia

UU PPh Pasal 4 ayat (1)


Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)

Keuntungan karena penjualan atau karena


pengalihan harta termasuk keuntungan karena:

1. pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan


lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2. pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota
yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
3. likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dgn nama/dlm bentuk apa
pun
4. penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau
permodalan dalam perusahaan pertambangan

UU PPh Pasal 4 ayat (1) huruf d


Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)

Keuntungan karena penjualan atau karena


pengalihan harta termasuk keuntungan karena:

5. pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali


yang diberikan kepada :
• keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat dan
• badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau OP yg menjalankan usaha mikro dan
kecil, (ketentuannya diatur PerMenKeu),
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak ybs.

6. Termasuk pengalihan harta perusahaan kepada pegawainya

UU PPh Pasal 4 ayat (1) huruf d; PP No.94 Th 2010 Pasal 3


Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)

Termasuk dalam pengertian Dividen adalah:

Pembagian laba: scr langsung/tidak dg nama & dlm bentuk apapun


• Pembagian laba yg berasal dari saldo laba termasuk saldo laba
berdasarkan proyeksi laba tahun berjalan (PP No. 94 Th 2010 Pasal 6)

Pembayaran kembali karena likuidasi yg melebihi jlh modal disetor;

Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran


• Termasuk yg berasal dari kapitalisasi agio saham;

Pembagian laba dalam bentuk saham;

Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;

Jumlah yg melebihi jumlah setoran sahamnya yg diterima/ diperoleh


pemegang saham krn pembelian kembali saham2 oleh perseroan ybs

Penjelasan UU PPh Pasal 4 ayat (1) huruf g


Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)

Termasuk dalam pengertian Dividen adalah:

Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang


disetorkan, jika dlm tahun2 yg lampau diperoleh keuntungan,
• kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal
dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;

Pembayaran sehubungan dengan tanda2 laba, termasuk yang


diterima sebagai penebusan tanda2 laba tersebut;

Bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;

Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;

Pembagian berupa SHU kepada anggota koperasi;

Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham


yang dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Penjelasan UU PPh Pasal 4 ayat (1) huruf g


Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)

Termasuk dalam pengertian Dividen adalah:


Contoh Praktek:
PT. A
Membayar Bunga >
Kewajaran
Pemegang
Saham
(Tlh disetor
Memberikan
penuh) Pinjaman
Selisih Yg Dibayar atas
nilai wajar :
PT. B Tidak boleh jadi Biaya
(Non Deductible Expense)

Penjelasan UU PPh Pasal 4 ayat (1) huruf g


Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)

Tidak Termasuk dalam pengertian Dividen adalah:

Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran


yang berasal dari:
a. kapitalisasi agio saham kepada pemegang saham yang
telah menyetor modal atau membeli saham di atas harga
nominal, sepanjang jumlah nilai nominal saham yang
dimilikinya setelah pembagian saham bonus tidak melebihi
jumlah setoran modal; dan
b. kapitalisasi selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) UU PPh

Top
Back Next PP No. 94 Tahun 20120 Pasal 2
Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)

Royalti terdiri dari :

hak atas hak atas informasi,


harta tak harta
berwujud, berwujud,
yaitu informasi yang belum
diungkapkan secara umum,
walaupun mungkin belum
dipatenkan,
misalnya :
- hak pengarang, misalnya hak atas :
- paten, misalnya pengalaman di bid.
- alat2 industri, industri, atau bid. usaha lainnya.
- merek dagang, - komersial, &
- formula, atau - ilmu Ciri : informasi tersebut telah
- rahasia pengetahuan. tersedia sehingga pemiliknya
perusahaan; tidak perlu lagi melakukan riset
untuk menghasilkan informasi
tersebut.

Top
Back Next Penjelasan UU PPh Pasal 4 ayat (1) huruf g
Bang Ami
PENDAHULUAN
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)

PEMBEBASAN UTANG DEBITUR KECIL


Utang Debitur Kecil adalah:
utang usaha yg jumlahnya <= Rp 350.000.000,- termasuk:

a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra),


b. Kredit Usaha Tani (KUT),
c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS),
d. Kredit Usaha Kecil (KUK),
e. Kredit kecil lainnya dlm rangka kebijakan perkreditan Bank
Indonesia dlm mengembangkan usaha kecil dan koperasi.

- Keuntungan karena pembebasan utang bukan objek PPh


- Pengecualian hanya dapat dinikmati yg 1 kali dalam 1tahun pajak

PP No. 130 Th 2000


Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)
PENDAHULUAN

PEMBEBASAN UTANG DEBITUR KECIL

Kredit yg diberikan oleh lebih dari satu bank kepada satu debitur yg
jumlah seluruhnya <= Rp 350.000.000,- dapat dihitung sbg Utang
Debitur Kecil dari masing-masing bank,

Pemberian Utang Debitur Kecil oleh lebih dari satu bank kepada
satu debitur yang mengakibatkan jumlah plafon kreditnya
melampaui batas maksimum tsb, maka keuntungan yang
dikecualikan sebagai Objek Pajak = Jumlah sisa kredit yg
diperoleh pada bank pertama + jumlah sisa kredit yg diperoleh
pada bank-bank berikutnya sampai mencapai jumlah plafon kredit
keseluruhan Rp 350.000.000,-

Sisa kredit pada bank tersebut dan atau bank-bank lain setelah
dikurangi Rp 350.000.000,00 tsb, maka keuntungan karena
pembebasan utang atas sisa kredit tsb merupakan Objek Pajak

Bang Ami
PP No. 130 Th 2000
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)

Perlakuan Pajak Penghasilan dari kegiatan


Usaha Berbasis Syariah meliputi :

1. Penghasilan
2. Biaya, termasuk :
a. hak pihak ketiga atas bagi hasil;
b. margin; dan
c. kerugian dari transaksi bagi hasil.

3. Pemotongan pajak atau pemungutan pajak


dilakukan juga terhadap :
a. hak pihak ketiga atas bagi hasil;
b. bonus;
c. margin; dan
d. hasil berbasis syariah lainnya yang sejenis

PP No.25 Th 2009
Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)

SURPLUS BANK INDONESIA:

Objek PPh :
• Surplus Bank Indonesia menurut Lap Keu Audit (oleh BPK)
setelah dilakukan penyesuaian atau koreksi fiskal sesuai
dengan UU PPh dengan memperhatikan karakteristik BI

Koreksi Fiskal dilakukan atas :


• pengakuan keuntungan atau kerugian
selisih kurs mata uang asing;
• penyisihan aktiva; dan
• penyusutan aktiva tetap.

PP No. 94 Th 2010 Psl 7; Per MenKeu No. 100/PMK.03/2011


Bang Ami
PENGGABUNGAN PENGHASILAN DALAM
MENGHITUNG PPH TAHUNAN

Pengenaan
Objek PPh Umum
PPh
Pengenaan
PPh Final
PENGHASILAN Dikoreksi
Fiskal
Bukan Objek PPh

Tidak ikut digabungkan dalam


menghitung PPh Tahunan

UU PPh Pasal 4
Bang Ami
PENGHASILAN YANG PENGENAAN PPH BERSIFAT FINAL

 Penghasilan berupa Pemanfaatan harta:


 Bunga deposito dan tabungan lainnya (PP 131/2000)

 Bunga Obligasi dan SUN (PP 16/2009 s.t.d.d PP 100/2013)


 Persewaan tanah dan bangunan (PP 29/1996 std. PP 5/2002)
 Diskonto SPN (PP 27/2008)
 Hadiah undian (PP 132/2000)
 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta di Bursa:
 Trans. saham & sekuritas lain (PP 41/1994 std. PP 14/1997)
 Trans.derivatif dari kontrak berjangka yg
diperdagangkan di bursa (PP 17/2009 s.t.d.d. PP 31/2011)
Bang Ami
PENGHASILAN YANG PENGENAAN PPH BERSIFAT FINAL

 Penghasilan dari pengalihan harta :


 Transaksi pengalihan harta berupa Tanah/Bangunan,
(termasuk Usaha Real Estate : PP 48/1994 s.t.d.d.(3) PP 71/2008)
 Transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal ventura (PP 4/1995)
 Usaha jasa konstruksi (PP 51/2008 std. PP 40/2009)
 PPh Pasal 15;
 Perwakilan dagang asing
 Pelayaran/Penerbangan asing
 Pelayaran dalam negeri

Bang Ami
PENGHASILAN YANG PENGENAAN PPH BERSIFAT FINAL

 PPh Pasal 22
 Penghasilan usaha penyalur/dealer/agen Produk BBM
 Penghasilan tertentu Lainnya
 Penilaian kembali aktiva tetap (Pasal 19)

 Penghasilan PPh Final yg diterima OP


 Dividen Yg Diterima/Diperoleh oleh WP OP (PP 19/2009)
 Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, THT & JHT Yg
Dibayarkan Sekaligus (PP 68/2009)
 Penghasilan dari APBN/APBD yg diterima Pejabat negara,
PNS, TNI/Polri (PP 80/2010)
 Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi OP (PP 15/2009)
Bang Ami
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH

Bantuan dan Hibah



Harta sbg pengganti Saham atau Penyertaan modal;
• termasuk setoran tunai

Deviden atau Bagian Laba dgn kriteria tertentu



Iuran yg diterima atau diperoleh Dana Pensiun
• Yang pendiriannya tlh disahkan Menteri Keuangan,
• Baik yang dibayar oleh Pemberi Kerja maupun Pegawai

Penghasilan dari modal yg ditanamkan Dana Pensiun


(tlh disahkan Menkeu) dlm bidang-bidang tertentu

Bagian laba dari badan pasangan usaha Perusahaan Ventura,


• dgn syarat tertentu

Sisa Lebih Badan/Lembaga Pendidikan dan Litbang

Bantuan atau santunan yg dibayarkan oleh BPJS kpd WP Ttt

Bang Ami
UU PPh Pasal 4 ayat (3)
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH

Berdasarkan PP No. 94 Tahun 2010, Termasuk


Penghasilan Bukan Objek Pajak :

Agio saham yang timbul dari selisih lebih antara nilai pasar
saham dan nilai nominal saham,
• Disagio saham yang timbul dari selisih lebih antara nilai
nominal saham dan nilai pasar saham merupakan Non
Deductible Expense

Bagian laba yang diterima atau diperoleh oleh pemegang unit


penyertaan Kontrak Investasi Kolektif termasuk keuntungan atas
pelunasan kembali unit penyertaannya
• Berlaku juga bagi pemegang unit penyertaan sbg SPLN

PP No. 94 Th 2010 Pasal 4 & 5


Bang Ami
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH bagi WP OP

Warisan

Penggantian atau Imbalan bentuk natura/kenikmatan dari WP atau


Pemerintah, Sehub. dg pekerjaan atau jasa
• kecuali yang diberikan oleh :
• bukan Wajib Pajak,
• WP yang dikenakan pajak secara final atau
• WP yg menggunakan Norma Penghitungan Khusus Pasal 15

Pembayaran asuransi kpd OP sehub. dg asuransi kesehatan, asuransi


kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa

Bagian laba yg diterima atau diperoleh anggota dari : Perseroan komanditer


yg modalnya tdk terbagi atas saham2, Persekutuan, Perkumpulan, Firma,
dan Kongsi,
• Tmsk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif

Beasiswa
• yg memenuhi persyaratan tertentu
UU PPh Pasal 4 ayat (2)
Bang Ami
PENDAHULUAN
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)

Syarat Bantuan dan Sumbangan :

 Tidak ada hubungan kerja, usaha, kepemilikan, atau


penguasaan di antara pihak2 yg bersangkutan
 Termasuk
 Zakat yg diterima oleh :
• BAZ atau LAZ yg dibentuk/disahkan pemerintah
• Penerima zakat yang berhak
 Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yg diterima :
• lembaga keagamaan yg dibentuk/disahkan pemerintah
• penerima sumbangan yang berhak,

UU PPh Pasal 4 ayat (2); PP No. 18 Th 2009


Bang Ami
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)

Pengertian Hubungan Usaha, Kerja,


Kepemilikan dan penguasaan terjadi apabila:

Usaha
• terdapat transaksi yang bersifat rutin antara kedua belah pihak

Pekerjaan
• terdapat hubungan yang berupa pekerjaan, pemberian jasa, atau
pelaksanaan kegiatan secara
Kepemilikan atau Penguasaan
• penyertaan modal secara langsung atau tidak langsung Pasal 18
(4) huruf a UU PPh; atau
• hubungan penguasaan secara langsung atau tidak langsung Pasal
18 ayat (4) huruf b UU PPh

PP No. 94 Th 2010 Pasal 4 & 5


Bang Ami
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)

Syarat Harta Hibahan:

Tidak dalam rangka hubungan kerja, usaha, kepemilikan, atau


penguasaan antara pihak-pihak ybs

Harta hibahan yg diterima :


• Keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat;
• Orang tua dan anak kandung
• Badan Keagamaan;
• kegiatannya semata-mata mengurus tempat-tempat ibadah dan/atau
• Menyelenggrkn keg. di bid. keagamaan, yg tdk mencari keuntungan
• Badan Pendidikan;
• Badan Sosial termasuk yayasan dan koperasi
• OP yg menjalankan Usaha Mikro dan Kecil
Pembukuan bagi Penerima adalah Nilai Buku harta dari pihak pemberi.

UU PPh Pasal 4 ayat (2); Per MenKeu No. 245/PMK.03/2008


Bang Ami
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)

Syarat Bantuan dan Hibah :


- Penjelasan Badan Sosial

 Badan sosial termasuk yayasan dan koperasi :


 Kegiatan semata-mata menyelenggarakan:
a. Pemeliharaan kesehatan;
b. Pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo);
c. Pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan
anak atau orang cacat;
d. Santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam,
kecelakaan, dan sejenisnya;
e. Pemberian beasiswa;
f. Pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
g. Kegiatan sosial lainnya.
yang tidak mencari keuntungan

Bang Ami
UU PPh Pasal 4 ayat (2); Per MenKeu No. 245/PMK.03/2008
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)

Syarat Bantuan dan Hibah :


- Penjelasan OP Usaha Mikro & Kecil

 OP yg menjalankan Usaha Mikro & Usaha Kecil:


memiliki dan menjalankan usaha produktif yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000,-
• Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
2.500.000.000,-

UU PPh Pasal 4 ayat (2); Per MenKeu No. 245/PMK.03/2008


Bang Ami
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)

Kriteria Deviden Bukan Objek


Pajak:

Yang Menerima atau Memperoleh :


• Perseroan Terbatas (PT) sbg WP DN,
• Koperasi,
• BUMN
• BUMD

Yang memberikan (tempat penyertaan modal):


• Badan Usaha yg didirikan dan bertpt kedudukan di Ind.

Syarat :
• Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
• PT, BUMN & BUMD yg menerima dividen, kepemilikan saham paling
rendah 25% dari jumlah modal yg disetor.

UU PPh Pasal 4 ayat (2); PP No. 18 Th 2009


Bang Ami
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)

Penanaman Modal Tertentu oleh Dana Pensiun:

Penanaman Modal Tertentu oleh Dana Pensiun yg


penghasilannya bukan merupakan Objek Pajak:

Deviden dari PT yg tercatat


Bunga, Diskonto, dan Imbalan dari:
di Bursa Efek di Indo.

Deposito, Sertifikat Obligasi, Sukuk,


Deposito dan SBSN, SPN
Tabungan pada BI
serta sertifikat BI
Yang diperdagangkan
di Bursa Efek di
Indonesia

UU PPh Pasal 4 ayat (2); Per Men Keu No. 234/PMK.03/2009


Bang Ami
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)

Syarat Perusahaan Ventura:

 Syarat Pasangan usaha :


 didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indo.
 merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
 sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
 Jangka Waktu Penyertaan Modal Ventura: 10 Tahun
 Lain-lain:
 Apabila Pasangan Usaha menjual saham di Bursa Efek,
saham modal ventura harus dijual plg lbt 36 bulan sejak
diizinkan Bapepam

UU PPh Pasal 4 ayat (2); Kep Men Keu 250/KMK.04/1995


Bang Ami
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)

Sisa Lebih Lembaga Pendidikan & Litbang

 Syarat:
 Badan/Lembaga :
• bersifat Nirlaba dan Terbuka bagi siapa saja
• telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
 Sisa Lebih tsb ditanamkan kembali dalam bentuk
Pembangunan dan Pengadaan sarana dan Prasarana
kegiatan Pendidikan / Litbang, dlm jk wkt Plg Lama 4
tahun sejak diperolehnya.
 Wajib menyampaikan pemberitahuan mengenai
rencana fisik sederhana dan rencana biaya kepada
Ka. KPP tempat WP terdaftar

UU PPh Pasal 4 ayat (2) hrf m & Penjelasannya; 80/PMK.03/2009; PER - 44/PJ./2009
Bang Ami
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)

Sisa Lebih Lembaga Pendidikan & Litbang

 Pengertian Pemb. dan pengadaan Sa-pra :


Pembelian, pengadaan d/a pembangunan fisik sarana
dan prasarana kegiatan pendidikan d/a penelitian dan
pengembangan yang meliputi :
 Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana kegiatan
Pendidikan, Litbang termasuk pembelian tanah sbg lokasi
pembangunan gedung dan prasarana tsb
 Pengadaan sa-pra kantor, lab. dan perpustakaan; atau
 Pembelian atau pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas,
guru, dosen atau karyawan, dan sa-pra olahraga, sepanjang
berada dilingkungan atau lokasi lembaga pendidikan formal

UU PPh Pasal 4 ayat (2) hrf m & Penjelasannya; 80/PMK.03/2009; PER - 44/PJ./2009
Bang Ami
PENDAHULUAN

OBJEK PAJAK BUT

- USAHA/KEGIATAN BUT
PENGHASILAN DARI - HARTA YANG DIMILIKI/
DIKUASAI BUT

PENGHASILAN - USAHA ATAU KEGIATAN


KANTOR PUSAT DARI - PENJUALAN BARANG2
- PEMBERIAN JASA

DI INDONESIA

YG SEJENIS DGN YG DILA-


KUKAN BUT DI INDONESIA
PENGHASILAN
YG TERSEBUT SEPANJANG ADA HUBUNGAN
DLM PASAL 26 EFEKTIF ANTARA BUT DGN
YG DITERIMA ATAU HARTA/KEGIATAN YG
DIPEROLEH MEMBERIKAN PENGHASILAN
KANTOR PUSAT

UU PPh Pasal 5 ayat (1)


Bang Ami
OBJEK PPH : CONTOH KASUS

Contoh Intercompany deviden


Koperasi Burhan
PT A X
30% PT B
30% 30%
10%
PT Aman

PT. Aman akan membayar deviden kepada para pemegang saham sejumlah
Rp 40 juta. Penghasilan yang manakah yang merupakan Objek PPh …?

PT A --> deviden tsb bukan Objek PPh


Koperasi X --> deviden tsb bukan Objek PPh
Burhan --> deviden tersebut Objek PPh
PT A --> deviden tsb Objek PPh
Bang Ami
DEDUCTIBLE &
NON DEDUCTIBLE
EXPENSE
Corporate Income
Rekonsiliasi
Subjek
SPT 1771
Objek PPh
PPh Tax
Fiskal
Bang
Ami

Presented by Amirul Idris

17 – 20 Februari 2014

Bang
Amirul
Ami
PENDAHULUAN

Laporan Keuangan - Neraca


Komersial - Laporan Laba Rugi
- Laporan Perubahan Modal
- Laporan Arus Kas
- dll
Laba/Penghasilan Neto

Perlakuan2 akuntasi yang berbeda dg Menentukan Besarnya


ketentuan perpajakan, seperti: Pajak Penghasilan
- Ketentuan Perpajakan : tidak semua
biaya dapat dijadikan pengurang Disesuaikan dg Aturan
- Terdapat penghasilan yang bukan Objek Perpajakan (Fiskal)
Pajak, dengan melakukan
- dll
Rekonsiliasi Fiskal
Bang Ami
Contoh Rekonsiliasi Fiskal --->Penghasilan

Kutipan Lap Keuangan PT. Selalukomplain


Penghasilan dari usaha 100 juta
Deviden dari anak perusahaan (>25%) 40 juta
Keuntungan penjualan kendaraan 60 juta
Restitusi PBB 10 juta
Restitusi PPh 30 juta

Uraian Akuntansi Koreksi Fiskal Fiskal


Phs usaha 100 - 100
Deviden dari subs. 40 (40) -
Keuntungan Penj Kend. 60 - 60
Restitusi PBB 10 - 10
Restitusi PPh 30 (30) -
Total 240 170
Bang Ami
BIAYA MENURUT ATURAN PERPAJAKAN (FISKAL)

DEDUCTIBLE EXPENSE

Biaya yg menurut Ket. Perpajakan (Fiskal),


dpt dijadikan Pengurang Pengh. Bruto dlm
BIAYA menghit. Pengh. Netto dan PPh yaitu:
biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan
Memelihara penghasilan,

NON DEDUCTIBLE EXPENSE

Biaya yg menurut aturan perpajakan, tidak


dpt dijadikan pengurang penghasilan bruto
dalam menghitung Penghasilan Netto dan
PPh walaupun diakui oleh akuntansi
Bang Ami
DEDUCTIBLE EXPENSE
A. biaya yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
1. Biaya pembelian bahan;
2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
• termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan
tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
3. Bunga, sewa, dan royalti;
4. Biaya perjalanan;
5. Biaya pengolahan limbah;
6. Premi asuransi;
7.
8.
Biaya Promosi dan penjualan (diatur PMK)
Biaya administrasi; dan

9. Pajak kecuali PPh
UU PPh Pasal 6 ayat (1)
Bang Ami
DEDUCTIBLE EXPENSE

B. Penyusutan & Amortisasi


 Penyusutan : Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
 Amortisasi: Pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya
lain yg mempunyai masa manfaat > 1 tahun
C. Iuran kpd Dana Pensiun yg pendiriannya tlh disahkan
MenKeu
D. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
E. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing
F. Biaya Litbang yg dilakukan di Indonesia.
G. Biaya bea siswa, magang dan pelatihan
H. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dgn syarat Ttt

UU PPh Pasal 6 ayat (1)
Bang Ami
DEDUCTIBLE EXPENSE Ket. Baru

I. Sumbangan-sumbangan (diatur PP) dlm rangka :


 Penanggulangan bencana nasional
 Litbang yg dilakukan di Indonesia
 Fasilitas pendidikan
 Pembinaan olahraga
J. Biaya pembangunan infrastruktur sosial (diatur PP)
K. Biaya-biaya 3M di bidang usaha Pertambangan Migas
dan Pertambangan Umum (diatur PP)
L. PM yg tidak dpt dikreditkan sepanjang dpt dibuktikan:
 benar-benar telah dibayar
 Berkenaan dg biaya 3M penghasilan

UU PPh Pasal 6 ayat (1) dan (1a); PP 94 Th 2010


Bang Ami
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Biaya Promosi:

Merupakan Akumulasi dari Jumlah :


• B. Periklanan di media elektronik, cetak, d/a
lainnya
• B. Pameran Produk
• B. Pengenalan Produk Baru
• B. Sponsorship (berkaitan dg promosi produk)

 Tdk Termasuk Biaya Promosi:


 pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, kepada pihak lain yang tidak berkaitan langsung dengan
penyelenggaraan kegiatan promosi.
 Biaya Promosi untuk penghasilan yg bukan merupakan objek pajak dan yang
telah dikenai pajak bersifat final.

Bang Ami
UU PPh Pasal 6 ayat (1); Per Men Keu No. 02/PMK.03/2010
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Biaya Promosi:

 Dalam bentuk pemberian sampel produk, besarnya


biaya adl Harga Pokok produk tsb, sepanjang blm
dibebankan dlm perhitungan HPP
 Biaya promosi yng dikeluarkan kpd pihak lain dan
merupakan objek pemotongan PPh wajib dilakukan
pemotongan pajak sesuai ketentuan
 Wajib membuat Daftar nominatif dan dilaporkan sbg
lampiran SPT Tahunan PPh Badan.
 Tidak dilampirkan, menjadi Non Deductible Expense

Bang Ami
UU PPh Pasal 6 ayat (1); Per Men Keu No. 02/PMK.03/2010
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Biaya Promosi:
DAFTAR NOMINATIF BIAYA PROMOSI

Nama Wajib :
Pajak
NPWP :
Alamat :
Tahun Pajak :

Data Penerima Pemotongan PPh


No Nama NPWP Alamat Tanggal Bentuk dan Jenis Jumlah Keterangan Jumlah Nomor Bukti
Biaya (Rp) PPh Potong

.........................., ....................

Nama Wajib Pajak

Bang Ami
UU PPh Pasal 6 ayat (1); Per Men Keu No. 02/PMK.03/2010
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Syarat Piutang yg Nyata2 Tdk Dpt Ditagih

1. Tlh dibebankan sbg biaya dlm Laporan L/R komersial;


2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada DJP;
3. Telah (min. satu):
 Diserahkan perkara penagihannya kpd PN atau instansi
pemerintah yg menangani piutang negara;
 Adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/
pembebasan utang antara kreditur dan debitur ybs
 Telah dipublikasikan dlm penerbitan umum atau khusus;
 Adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan untuk jumlah utang tertentu
 Syarat angka 3 tdk berlaku utk penghap. piutang debitur kecil

UU PPh Pasal 6 ayat (1); Per Men Keu No. 105/PMK.03/2009


Bang Ami
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Sumbangan yg Deductible Expense

Dalam rangka Penanggulangan bencana nasional,


• sumbangan untuk korban bencana nasional yg disampaikan scr langsung melalui badan
penanggulangan bencana atau disampaikan scr tidak langsung melalui lembaga atau pihak yg
telah mendapat izin dari instansi/lembaga yg berwenang untuk pengumpulan dana
penanggulangan bencana

Dalam rangka penelitian dan pengembangan,


• sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan di wilayah RI yang
disampaikan melalui lembaga penelitian dan pengembangan

fasilitas pendidikan,
• sumbangan berupa fasilitas pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan

Dalam rangka pembinaan olahraga,


• sumbangan untuk membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau gabungan
organisasi cabang/ jenis olahraga prestasi yang disampaikan melalui lembaga pembinaan olah
raga

Biaya pembangunan infrastruktur sosial


• biaya yang dikeluarkan utk keperluan membangun sarana & prasarana untuk kepentingan
umum dan bersifat nirlaba

UU PPh Psl 6 (1) hrf i,j,k,l &m; PP No. 93 Tahun 2010 Psl 1; Per Men Keu No. 76/PMK.03/2011
Bang Ami
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Sumbangan yg Deductible Expense, Syarat:

Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan


SPT PPh Tahun Pajak sebelumnya;

Pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan


rugi pada Tahun Pajak sumbangan diberikan;

Didukung oleh bukti yang sah; dan

Lembaga yg menerima sumbangan / biaya memiliki NPWP,


• kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pajak
Penghasilan

UU PPh Psl 6 (1) hrf i,j,k,l &m; PP No. 93 Tahun 2010 Psl 1; Per Men Keu No. 76/PMK.03/2011, Psl 1
Bang Ami
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Sumbangan yg Deductible Expense, Ketentuan Lainnya

Nilai/Biaya utk 1 tahun tidak melebihi 5% dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak
sebelumnya
Menjadi Non Deductible Expense (NDE) apabila yg menerima mempunyai Hubungan
Istimewa

4 Jenis sumbangan dapat berupa uang atau barang sedangkan Biaya Infrastruktur
hanya diberikan dalam bentuk sarana / prasarana

Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial ditentukan berdasarkan jumlah yang


sesungguhnya dikeluarkan untuk membangun sarana dan/atau prasarana

Pelaporan ke Dirjen Pajak


• BPB dan lembaga atau pihak penerima sumbangan Bencana nasional : setiap
triwulan.
• Lembaga penerima sumbangan (selain bencana nasional) / biaya : paling lambat
pada akhir Tahun Pajak diterimanya sumbangan/biaya.
• Bagi Penerima yg mempunyai NPWP: melaporkan sebagai lampiran laporan
keuangan pada SPT tahunan PPh Tahun Pajak diterimanya sumbangan
PP No. 93 Tahun 2010; Per Men Keu No. 76/PMK.03/2011
Bang Ami
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Sumbangan yg DE, Pengakuan & Pengukuran

Nilai sumbangan dalam bentuk barang ditentukan berdasarkan:


• nilai perolehan, apabila barang yang disumbangkan belum disusutkan:
• nilai buku fiskal, apabila barang yang disumbangkan sudah disusutkan; atau
• HPP (harga pokok penjualan), apabila barang yang disumbangkan merupakan barang produksi
sendiri.
Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial ditentukan berdasarkan jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan untuk membangun sarana dan/atau prasarana.

Biaya Pemb. Infrastrutur Sosial dibiayai oleh lebih dari 1 WP:


• dapat dibebankan sebesar biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh masing-masing Wajib Pajak.
• Pengeluaran masing-masing WP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibatasi tidak melebihi
5% dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak sebelumnya

Pengakuan:
• 4 Jenis Sumbangan : pada tahun pajak sumbangan tsb diserahkan.
• Biaya pembangunan infrastruktur sosial :
• pada tahun pajak infrastruktur sosial dapat dimanfaatkan.
• Pelaksanaan lebih dari 1 Tahun Pajak, dibebankan sekaligus pada Tahun Pajak infrastruktur
sosial dapat dimanfaatkan, dengan penghitungan tertentu

PP No. 93 Tahun 2010 Psl 6; Per Men Keu No. 76/PMK.03/2011, Psl 5 & 6
Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE

a. Pembagian Laba
 Dengan nama dan dlm bentuk apapun
• Seperti dividen, termasuk dividen yg dibayarkan Prsh.
Asuransi kpd pemegang polis, dan SHU Koperasi;
b. Biaya utk Kepentingan Pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota

c. Pembentukan atau pemupukan Dana Cadangan,


 kecuali:

d. Penggantian atau imbalan dlm bentuk natura dan
kenikmatan,
 kecuali

UU PPh Pasal 9 ayat (1)
Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE

f. Jlh yg melebihi kewajaran yg dibayarkan kepada :


 pemegang saham atau
 pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sbg imbalan sehub. dgn pekerjaan yg dilakukan 
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, &
warisan yg bagi penerima bukan Objek PPh, Kecuali :
 sumbangan penanggulangan bencana nasional,
sumbangan Litbang di Indonesia, fasilitas pendidikan
dan pembinaan olah raga
 biaya pembangunan infrastruktur sosial
 Zakat dan Sumbangan Wajib Keagamaan
 sepanjang dibayarkan ke lembaga2 yg ditentukan

Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1)
NON DEDUCTIBLE EXPENSE

h. Pajak Penghasilan
i. Sanksi di Bidang Perpajakan
 Sanksi administrasi Perpajakan berupa bunga, denda
& kenaikan serta Sanksi pidana berupa denda
j. PPh ditanggung Pemberi Penghasilan
k. Biaya 3M atas penghasilan yg :
 Bukan merupakan Objek Pajak;
 Pengenaan pajaknya bersifat final;
 Dikenakan pajak berdasarkan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto (Pasal 14) dan Norma Penghitungan
Khusus (Pasal 15)
UU PPh Pasal 9 ayat (1); PP 94 Th 2010
Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE bagi WP OP

 Premi asuransi yg dibayar WP OP atas:


a. Asuransi Kesehatan,
b. Asuransi Kecelakaan,
c. Asuransi Jiwa,
d. Asuransi Dwiguna, dan
e. Asuransi Bea Siswa
Kecuali jika dibayar oleh Pemberi Kerja dan dihitung
sebagai penghasilan bagi WP ybs.
 Biaya utk kepentingan pribadi WP atau orang yang
menjadi tanggungannya;
 Gaji kpd anggota persekutuan, firma atau perseroan
komanditer yg modalnya tdk terbagi atas saham

UU PPh Pasal 9 ayat (1)


Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Dana Cadangan yg Deductible Exp.:

 Cadangan Piutang Tak Tertagih untuk usaha:


 Bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
 SGU dengan hak opsi,
 Perusahaan pembiayaan konsumen, dan
 Perusahaan anjak piutang;
 Cadangan untuk usaha Asuransi
 Termasuk cadangan bantuan sosial yg dibentuk oleh BPJS
 Cadangan Penjaminan utk LPS;
 Cadangan biaya Reklamasi utk usaha pertambangan;
 Cadangan biaya Reboisasi utk usaha kehutanan; dan
 Cad. by Penutupan & Pemeliharaan Tempat Pembu-
angan limbah industri utk usaha pengolahan limb. Industri

Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bank :

 Bank Umum Konvensional


 Besarnya Cadangan :
• 1% x Piutang kualitas Lancar, tdk tmsk SBI & SUN
• 5% x (Piutang Dlm Perhatian Khusus – nilai Agunan)
• 15% x (Piutang Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Piutang Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Piutang Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan Cadangan Piutang Tak tertagih thd
realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian

Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bank :

 Bank Umum Syariah


 Besarnya Cadangan :
• 1% x Piutang kualitas Lancar, tdk tmsk SWBI & SBSN
• 5% x (Piutang Dlm Perhatian Khusus – nilai Agunan)
• 15% x (Piutang Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Piutang Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Piutang Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan Cadangan Piutang Tak tertagih thd
realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian

Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bank :

 Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) Konvensional


 Besarnya Cadangan :
• 0,5% x Piutang kualitas Lancar, tdk tmsk SBI
• 10% x (Piutang kualitas Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Piutang kualitas Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Piutang Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan Cadangan Piutang Tak tertagih thd
realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian

Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bank :

 BPR Syariah
 Besarnya Cadangan :
• 0,5% x Piutang kualitas Lancar, tdk tmsk SWBI (Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia)
• 10% x (Piutang kualitas Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Piutang kualitas Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Piutang Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan Cadangan Piutang Tak tertagih thd
realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian

Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bdn


Usaha Lain yg Menyalurkan Kredit :

 Koperasi Simpan Pinjam (KSP)


 Besarnya Cadangan :
• 0,5% x Piutang kualitas Lancar, tdk tmsk SBI
• 10% x (Piutang kualitas Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Piutang kualitas Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Piutang Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan Cadangan Piutang Tak tertagih thd
realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian

Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih utk Bdn


Usaha Lain yg Menyalurkan Kredit :

 PT Permodalan Nasional Madani (Persero)


 Besarnya Cadangan Khusus Penyisihan Pembiayaan:
• 2,5% x (Baki Debet Dlm Perhatian Khusus – nilai agunan)
• 5% x (Baki Debet kualitas Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Baki Debet kualitas Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Baki Debet Macet – nilai Agunan)
 Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
 Kelebihan / Kekurangan cadangan khusus penyisihan
pembiayaan thd realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian

Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Piutang Tak Tertagih Lainnya:

 SGU dg Hak Opsi


 Plg Tinggi 2,5% x (Rata2 saldo awal & saldo akhir piutang)
 Perusahaan Pembiayaan Konsumen
 Plg Tinggi 5% x (Rata2 saldo awal & saldo akhir piutang)
 Perusahaan Anjak Piutang
 Plg Tinggi 5% x (Rata2 saldo awal & saldo akhir piutang)
 WP scr bersamaan melakukan kegiatan SGU dg hak opsi,
Pemb. Konsumen, d/a Anjak Piutang,
 dihitung berdsrkan besarnya piutang utk masing2 usaha

Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Perushaan Asuransi Lainnya:

 Persh. Asuransi Kerugian


 Cadangan Premi Tanggungan Sendiri
• 40% x Jlh Premi Tanggungan Sendiri yg diterima/diperoleh dlm
Thn Pajak ybs
 Cadangan Klaim Tanggungan Sendiri
• 100% x Jlh klaim yg sdh disepakati tetapi blm dibayar dan klaim
yg sdh dilaporkan dan sedang dalam proses, tetapi tdk termasuk
klaim yg blm dilaporkan

 Perush. Asuransi Jiwa


 cadangan premi
• Sesuai dg Penghitungan Aktuaria yg tlh mendapat
pengesahan dari Bapepam-LK

Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Cadangan Lainnya:

 Cadangan Penjaminan utk LPS


 80% x Surplus yg diperoleh LPS dari kegiatan
operasional selama 1 tahun yg diakumulasikan

 Cadangan Lainnya:
 Nilai cadangan yg sebenarnya dibebankan utk:
• Cadangan biaya Reklamasi utk usaha pertambangan;
• Cadangan biaya Reboisasi utk usaha kehutanan; dan
• Cad. by Penutupan & Pemeliharaan Tpt Pembuangan
limbah industri utk usaha pengolahan limb. Industri
 Apabila setlh berakhirnya masa kontrak terdpt selisih dgn jlh by.
sebenamya, merupakan penghasilan atau kerugian pd tahun ybs

Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Pemberian Natura dan Kenikmatan yg Deductible dan


bukan pengh. bagi Pegawai yg menerimanya adl:

Makanan d/a bagi seluruh Pegawai yg


berkaitan dgn pelaksanaan
minuman pekerjaan.

Pelaksanaan dalam rangka menunjang


Natura/ kebijakan pemerintah untuk
Kenikmatan pekerjaan di mendorong pembangunan di
yg DE: daerah tertentu daerah tersebut.

Keharusan dlm sbg sarana keselamatan kerja


pelaksanaan atau karena sifat pekerjaan tsb
pekerjaan mengharuskannya

UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 83/PMK.03/2009; PER - 51/PJ/2009
Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Natura/Kenikmatan yg Deductible Expense

 N/K di daerah Tertentu:


 Sarana dan Fasilitas di Lokasi Kerja utk:
• tempat tinggal, tmsk perumahan bagi Peg. & keluarganya;

• pelayanan kesehatan;
• pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;
• peribadatan;
• pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;
• olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf,
power boating, pacuan kuda, dan terbang layang
 Syarat:
 sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia,
sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri.
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 83/PMK.03/2009; PER - 51/PJ/2009
Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Natura/Kenikmatan yg Deductible Expense

 Pengertian Daerah Tertentu


 Daerah yg sulit dijangkau dan sapra belum memadai namun
secara ekonomis mempunyai potensi yang layak
dikembangkan
 WP mengajukan permohonan utk ditetapkan sbg Drh Ttt
 Jk wkt sbg Daerah Ttt 5 Th dan dpt diperpanjang 5 Th.
 N/K pada Keharusan dlm Plksn. Pekerjaan meliputi:
 Pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja,
 pakaian seragam petugas keamanan (satpam),
 sarana antar jemput Pegawai, serta
 penginapan untuk awak kapal,
 dan yang sejenisnya
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 83/PMK.03/2009; PER - 51/PJ/2009
Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)

Pembayaran Melebihi Kewajaran

Tenaga Contoh :
Ahli Apabila
pihak lain yg
memberikan
jasa, nilai
Pemegang Membayar
trnsaksi adl:
Saham Rp 50 Jt Rp 20 Jt
Memberikan
Jasa Tenaga
Ahli
Selisih Rp 30 Jt:
- Bagi PT. B : Non Deductible Exp.
PT. B - Bagi Tenga Ahli (Pemegang
Saham) : Deviden

Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1) hurup f; Penjelasan
Badan/Lembaga Penerima Zakat atau Sumbangan
Wajib Keagamaan
 Badan Amil Zakat Nasional  Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan
Shadaqah (LAZIS) sbb:
 Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai berikut:
 LAZIS Muhammadiyah
 LAZ Dompet Dhuafa Republika
 LAZIS Nahdlatul Ulama
 LAZ Yayasan Amanah Takaful (LAZIS NU)
 LAZ Pos Keadilan Peduli Umat  LAZIS Ikatan Persaudaraan
 LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat Haji Indonesia (LAZIS IPHI)
 LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah
 LAZ Baitul Maal Hidayatullah  Lembaga Sumbangan Agama
 LAZ Persatuan Islam Kristen Indonesia (LEMSAKTI)
 LAZ Yayasan Baitul Maal Umat Islam PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk.  Badan Dharma Dana Nasional
 LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat Yayasan Adikara Dharma Parisad
(BDDN YADP)
 LAZ Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia
 LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
 LAZ Baitul Maal wat Tamwil
 LAZ Baituzzakah Pertamina
 LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DUDT) Back

 LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia


Bang Ami
KETENTUAN LAIN MENGENAI BIAYA FISKAL

Biaya Gabungan
 Dilakukan Pencatatan Terpisah atas Biaya yg
terkait Penghasilan yg :
• bukan objek pajak dan
• dikenakan PPh Final

 Biaya yg digunakan scr bersama namun tidak dpt


dipisahkan secara jelas harus dihitung secara
proporsional

Bang Ami
KETENTUAN LAIN MENGENAI BIAYA FISKAL

Biaya Gabungan – Contoh Kasus

 PT ABC bergerak dibidang usaha perdagangan barang


elektronik. Selain itu PT ABC juga mempunyai gedung yang
disewakan kepada PT XYZ
 Penghasilan dari perdagangan barang elektronik Rp
300.000.000 dengan biaya usaha sebesar Rp 200.000.000
 Penghasilan dari persewaan gedung Rp 100.000.000 dengan
biaya perwatan gedung Rp 20.000.000
 Selain itu PT ABC juga mengeluarkan biaya administrasi untuk
mengelola semua aktifitas kegiatan perdagangan barang
elektronik dan persewaan gedung yang tidak dapat dipisahkan
penggunaannya sebesar Rp 9.000.000
 Hitung PPh terutang…!

Bang Ami
PENGHITUNGAN
PPH & PPH PSL 25
Corporate Income
Rekonsiliasi
Subjek
SPT 1771
Objek PPh
PPh Tax
Fiskal
Bang
Ami

Presented by Amirul Idris

17 – 20 Februari 2014

Bang
Amirul
Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

KLASIFIKASI PENGGUNAAN TARIF PPh BADAN

Normal

Tarif
28% Perusahaan
Publik Pengurangan 5%
atau dari Tarif Normal
Psl 17 (2b)
25%

Discount 50% untuk


UKM PhKP Dengan
Proporsional
(Psl 31E) Peredaran Usaha Rp
4,8 Milyar

Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

SYARAT PERUSAHAAN PUBLIK

WP Badan DN berbentuk Perseroan Terbuka

Jlh kepemilikan saham publiknya >= 40% dari


keseluruhan saham yang disetor

Dimiliki >=300 Pihak.

Masing2 Pihak hanya boleh memiliki saham <


5% dari keseluruhan saham yang disetor.

Keseluruhan syarat dipenuhi dalam waktu >=6


bulan (183 hari) dlm 1 tahun pajak

UU PPh Psl. 17 (2b); PP No. 81 Th 2007;


Bang Ami 238/PMK.03/2008
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

CONTOH KONDISI YG MEMENUHI/TIDAK


MEMENUHI KRITERIA

 Dari keseluruhan saham PT. Y Tbk. yang disetor, saham


yang dimiliki publik sebesar 60%.
 Saham yg dimiliki publik tersebut dimiliki oleh 400 pihak.
 Diantara 400 pihak, terdapat 1 pihak yang persentase
kepemilikannya sebesar 7%, sisanya 399 pihak hanya
memiliki persentase kepemilikan kurang dari 5%.
 Kondisi tersebut terjadi selama 234 (dua ratus tiga puluh
empat) hari dalam 1 (satu) tahun pajak.

PT. Y Tbk. tetap memenuhi ketentuan


persentase kepemilikan kurang dari
5%
Per Menkeu No. 238/PMK.03/2008
Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

CONTOH KONDISI YG MEMENUHI/TIDAK


MEMENUHI KRITERIA

 Dari keseluruhan saham PT. Z Tbk. yang disetor, saham


yang dimiliki publik sebesar 45%.
 Saham yang dimiliki publik tersebut dimiliki oleh 399
pihak.
 Persentase kepemilikan para pihak yang paling tinggi
sebesar 4,99%.
 Kondisi tersebut terjadi selama 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam 1 (satu) tahun pajak.

PT. Z Tbk. memenuhi ketentuan

Per Menkeu No. 238/PMK.03/2008


Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

CONTOH KONDISI YG MEMENUHI/TIDAK


MEMENUHI KRITERIA

 Dari keseluruhan saham PT. XYZ Tbk. yang disetor,


saham yang dimiliki publik sebesar 45%.
 Saham yang dimiliki publik tersebut dimiliki oleh 325
pihak.
 Diantara 325 pihak, terdapat 1 pihak yang persentase
kepemilikannya sebesar 7%, sisanya 324 pihak hanya
memiliki persentase kepemilikan kurang dari 5%.
 Kondisi tersebut terjadi selama 200 (dua ratus) hari
kalender dalam 1 (satu) tahun pajak.

PT. XYZ Tbk, tidak memenuhi ketentuan


jumlah kepemilikan saham publik 40%
(hanya 38%)
Per Menkeu No. 238/PMK.03/2008
Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

KETENTUAN PPH UTK UKM

 Syarat :
 WP Badan DN dengan peredaran bruto
s.d. Rp 50.000.000.000,-

 Fasilitas :
 Pengurangan tarif 50% dari tarif Normal
 Dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak
dari bagian peredaran bruto s.d. Rp
4.800.000.000,00

UU PPh Psl 31E


Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

CONTOH PENGHITUNGAN UKM

 Peredaran bruto PT Y Rp
4.500.000.000,00
 Penghasilan Kena Pajak Rp
500.000.000,00
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh
dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif
sebesar 50%.

Pajak Penghasilan yang terutang:


 (50% x 25%) x Rp500.000.000,00 =
Rp 62.500.000,00

UU PPh Psl. 31E dan Penjelasan


Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

CONTOH PENGHITUNGAN UKM

 Peredaran bruto PT X Rp 30.000.000.000,00


 Penghasilan Kena Pajak Rp 3.000.000.000,00

 Jlh PhKP yang memperoleh fasilitas:


(Rp 4,8 M : Rp 30 M) x Rp 3 M = Rp 480 Juta
 Jlh PhKP yang tidak memperoleh fasilitas:
Rp 3 M –Rp 480 Juta = Rp 2.520 Juta
 PPh yang terutang:
(50% x 25%) x Rp 480 juta = Rp 60.000.000,-
25% x Rp2.520 Juta = Rp 630.000.000,- (+)
 Pajak Penghasilan Rp 690.000.000,-
UU PPh Psl. 31E dan Penjelasan
Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

KREDIT PPH PASAL 24

 Untuk menghindari beban pajak ganda atas penghasilan yang


sama
 Kredit PPh Pasal 24 (LN):
 PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri
 Permohonan Pengkreditan.
 Disampaikan dgn SPT Tahunan PPh Badan tahun
bersangkutan,dg memberikan:
a.Lap.Keu. Dari Penghasilan di LN;
b.Foto Copy SPT Di LN;
c.Dokumen pembayaran pajak di LN
 Penggabungan Penghasilan LN dengan Penghasilan DN
 Atas Penghasilan dari usaha, saat diperolehnya penghasilan;
 Atas Deviden, saat diperolehnya deviden (KMK 650/
KMK.04/1994);
 Atas Penghasilan lainnya, saat diterimanya;
 Atas Kerugian di LN, tdk dapat digabungkan
Bang Ami UU PPh Psl. 24; 640/KMK.04/1994 stdd No.
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

KREDIT PPH PASAL 24

 Pengkreditan PPh psl 24 dilakukan di tahun pajak


digabungkannya penghasilan tersebut
 PPh yang dibayar/dipotong/terutang di LN yang dikreditkan tdk
boleh melebihi perhitungan pajak berdasarkan UU PPh.
 PPh psl 24 yg dikreditkan jumlah yg lebih kecil antara :
 Pajak yg sebenarnya dibayar di LN,
 Rumus :
 PPh terutang atas seluruh Pengh. x Pengh. Netto LN
Pengh. Kena Pajak
(dihitung per-country basis)
 Jumlah PPh terutang atas seluruh penghasilan, apabila
penghasilan luar negeri > total penghasilan (didalam negeri
mengalani kerugian

Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

CONTOH KASUS KREDIT PPH PASAL 24

 Contoh I:
PT X berkedudukan di Jakarta memperoleh
penghasilan neto dalam tahun 2001 adalah sbb :
• Penghasilan neto dari dalam negeri sebesar Rp
8.000.000.000.
• Di Singapura memperoleh penghasilan (laba neto)
Rp 2.000.000.000, dimana PPh yang dibayar di
Singapura sebesar Rp 800.000.000
• Di Vietnam memperoleh penghasilan (laba neto)
sebesar Rp 6.000.000.000, dimana PPh yang
dibayar sebesar Rp 1.500.000.000
• Di Malaysia menderita kerugian (rugi neto) sebesar
Rp 5.000.000.000
Hitung kredit pajak PPh pasal 24

Bang Ami
KREDIT PAJAK BAGI WP DN DAN BUT
PAJAK YANG TERUTANG DIKURANGI DENGAN
KREDIT PAJAK TAHUN YANG BERSANGKUTAN

PASAL 21 PEMOTONGAN PPh DARI PEKERJAAN,JASA DAN


KEGIATAN LAIN

PEMUNGUTAN PPh DARI KEGIATAN DI BIDANG


PASAL 22 IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN
PEMOTONGAN PPh DARI DIVIDEN, BUNGA,
PASAL 23 ROYALTI, SEWA, HADIAH & PENGHARGAAN, DAN
IMBALAN LAIN

PAJAK YG DIBAYAR /TERUTANG ATAS PENGHA-


PASAL 24 SILAN DARI LUAR NEGERI YG BOLEH DIKREDITKAN

PASAL 25 PEMBAYARAN YG DILAKUKAN OLEH WP SENDIRI

PASAL 26 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN YG TDK


AYAT (5) BERSIFAT FINAL

TIDAK BOLEH SANKSI ADMINISTRASI BERUPA


DIKREDITKAN BUNGA, DENDA DAN KENAIKAN
SERTA SANKSI PIDANA BERUPA DENDA

UU PPh Pasal 28 Ayat (1) & (2)


Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN

BESAR ANGSURAN
PPh PASAL 25 SETIAP BULAN

SAMA DENGAN PPh TERUTANG MENURUT


SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU

DIKURANGI

PPh YANG PPh YANG


DIPOTONG ATAU TERUTANG ATAU
DIPUNGUT : DIBAYAR DI LUAR NEGERI
PPh PSL 21 YANG BOLEH
PPh PSL 22 DIKREDITKAN
PPh PSL 23 (PPh PSL 24)
DIBAGI
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK

UU PPh Pasl 25 Ayat (1)


Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

PPh Pasal 25 Secara Umum

 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan =


(X – KP) : BL
• X = PPh yang terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun
pajak yang lalu
• KP = PPh yang telah dipotong/dipungut pihak lain ( PPh
Pasal 22, dan PPh Pasal 23) dan PPh yang terutang di
Luar Negeri yang boleh dikreditkan (PPh Pasal 24)
• BL = 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak
 Mulai diangsur untuk pelaporan masa setelah batas waktu
penyampaian SPT Tahunan (Maret – Des)

 PPh 25 sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan


 Sama dengan jumlah angsuran PPh psl 25 bulan terakhir
tahun pajak sebelumnya (Masa Desember)

Pasal 1 angka 26 UU KUP


Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

PPh Pasal 25 Secara Umum

 Contoh Umum :
 PT ABC melakukan usaha penjualan barang hasil impor
 Laporan Laba Rugi Th 2013 sbb :
 Penjualan 500.000.000
 HPP 300.000.000
 Laba Kotor 200.000.000
 Biaya usaha 130.000.000
 Laba usaha 70.000.000
 Pendapatan luar usaha :
• Laba selisih kurs 15.000.000
• Bunga pinjaman 10.000.000
 Laba bersih 95.000.000
 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain
• PPh 22 impor 2.500.000
• PPh 23 1.500.000
 Jumlah 4.000.000
 Hitung PPh 25 untuk tahun 2013..!

Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Baru

 PPh 25 = PPh atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan


dibagi 12
 Penghasilan neto adalah :
 WP pembukuan dan dari pembukuannya dapat dihitung
besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto
fiskal dihitung berdasarkan pembukuannya;
 WP pencatatan dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto atau menyelenggarakan pembukuan tetapi
dari pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya penghasilan
neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto atas peredaran atau
penerimaan bruto
 WP badan yang mempunyai kewajiban membuat laporan berkala,
angsuran PPh Psl 25 : PPh yang dihitung berdasarkan penerapan
tarif umum atas proyeksi laba-rugi fiskal pada laporan berkala
pertama yang disetahunkan, dibagi 12.

Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

Besarnya Angsuran PPh 25 Dalam Hal-hal Tertentu

 Diberi Ijin Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT


 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 mulai batas waktu penyampaian
SPT s.d. bulan disampaikannya SPT dihitung berdasarkan
perhitungan sementara PPh terutang yang disampaikan wajib
pajak.
 Setelah SPT Tahunan PPh disampaikan, besarnya angsuran PPh
Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan SPT Tahunan tersebut.

 Tidak diberi Ijin Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT


 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 mulai batas waktu s.d. bulan
disampaikannya SPT sama dengan angsuran bulan terakhir tahun
pajak sebelumnya
 Setelah SPT Tahunan PPh disampaikan, besarnya angsuran PPh
Pasal 25 harus dihitung kembali bedasarkan SPT Tahunan PPh
yang disampaikan
Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

Besarnya Angsuran PPh 25 Dalam Hal-hal Tertentu

 Membetulkan SPT Tahunan PPh


 PPh Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan SPT Pembetulan dan
berlaku mulai batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh
tersebut.

 Wajib Pajak yang Berhak atas Kompensasi Kerugian


 Kompensasi kerugian yang masih dapat diperhitungkan,
diperhitungkan dalam menentukan angsuran PPh 25
 Contoh :
• Th 2002 Rugi Fiskal (300.000.000)
• Th 2003 Laba Fiskal 200.000.000
• Th 2004 Laba Fiskal 75.000.000
 Hitung PPh psl 25 Th 2005

 WP Bank & SGU dg hak opsi


 1/12 x {(tarif x laba/rugi triwulanan terakhir yang disetahunkan) –
Kredit PPh Psl 24 yg dibayar tahun lalu}
Per Menkeu No. 255/PMK.03/2008
Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

Besarnya Angsuran PPh 25 Dalam Hal-hal Tertentu


 Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak atas Tahun Pajak Yang Lalu
 Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan SKP untuk tahun pajak
yang lalu, maka angsuran PPh dihitung berdasarkan surat
ketetapan pajak tersebut,
 Perubahan angsuran berlaku mulai bulan berikutnya setelah
diterbitkannya surat ketetapan pajak.
 Contoh :
• PT ABC melaporkan laba fiskal Rp 100 juta berdasar SPT
Tahunan 2004 yang disampaikan tgl 31 Maret 2005
• Pada bulan Mei 2005 PT ABC dilakukan pemeriksaan dan
Surat Ketetapan Pajak diterbitkan tanggal 30 Mei 2005
menetapkan laba fiskal Rp 150 juta.
 BUMN /BUMD
 1/12 x {[(tarif x laba/rugi fiskal sesuai dengan Rencana Kerja dan
Anggaran Pendapatan (RKAP)] – Kredit PPh Ps. 22, 23 & 24
tahun lalu}
 Tidak berlaku untuk usaha Bank dan Sewa Guna Usaha dg Hak
Opsi
Per Menkeu No. 255/PMK.03/2008
Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN

Besarnya Angsuran PPh 25 Dalam Hal-hal Tertentu

 Wajib Pajak yang Mengalami Perubahan Keadaan


Usaha
 Apabila setelah 4 bulan atau lebih dalam suatu tahun
pajak wajib pajak dapat menunjukkan bahwa PPh
yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang
dari 75% dari PPh yang menjadi dasar penghitungan
PPh Pasal 25, wajib pajak tersebut dapat mengajukan
permohonan pengurangan angsuran PPh Pasal 25
kepada Kepala KPP setempat
 Apabila dalam suatu tahun pajak WP mengalami
peningkatan usaha dan diperkirakan PPh yang akan
terutang untuk tahun pajak tersebut lebih dari 150%
dari PPh yang menjadi dasar penghitungan PPh
Pasal 25, maka PPh 25 untuk bulanyang masih
tersisa dihitung kembali berdasarkan perkiraan PPh
yang terutang di tahun tsb.
Bang Ami
KETENTUAN
LAINNYA
Corporate Income
Rekonsiliasi
Subjek
SPT 1771
Objek PPh
PPh Tax
Fiskal
Bang
Ami

Presented by Amirul Idris

17 – 20 Februari 2014

Bang
Amirul
Ami
PENDAHULUAN

PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH


DIBEBANKAN SEKALIGUS
Pasal 9 ayat (2)
yaitu

PENGELUARAN UNTUK MENDAPATKAN,


MENAGIH, DAN MEMELIHARA PENGHASILAN
YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LEBIH
DARI SATU TAHUN
maka

DIBEBANKAN MELALUI PENYUSUTAN ATAU


AMORTISASI

UU PPh
Bang Ami
SAAT MULAI PENYUSUTAN

PADA BULAN Dengan Persetujuan


PENGELUARAN Dirjen Pajak, boleh
Kecuali :
Harta Yg Masih Dalam PADA BULAN HARTA
Proses Pengerjaan: Pada MULAI DIGUNAKAN/
Bln Selesainya Pengerjaan MENGHASILKAN

Dasar Penyusutan bagi WP yg


melakukan Revaluasi Aktiva Tetap
Nilai Harta Setelah Dilakukan
Revaluasi Aktiva Tetap tsb
UU PPh Pasal 11 ayat (3),(4) dan (5)
Bang Ami
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUTAN

 Harta yg bukan utk 3M Penghasilan


 Tidak boleh disusutkan secara fiskal.
 Apabila dijual (dialihkan) :
 Keuntungannya merupakan obyek PPh
 Kerugian tidak dapat dikurangkan sebagai biaya

 Pengalihan harta krn Penjualan atau sebab lainnya:


 Nilai Sisa Buku harta dibebankan sbg Kerugian
 Harga Jual atau Penggantian Asuransinya sbg
Penghasilan pd tahun terjadi penarikan harta tsb
• Penggantian asuransi baru diket. pd masa y.a.d., Dg
persetujuan Dirjen Pjk dpt dibukukan pd masa y.a.d tsb.
 Bantuan/Hibah/sumbangan/Warisan (bkn objek PPh) Nilai
sisa rugi tidak boleh dibebankan sbg kerugian

UU PPh Pasal 11 ayat (8), (9) & (10)


Bang Ami
PENYUSUTAN

HARTA BERWUJUD

BANGUNAN SELAIN USAHA


BANGUNAN TERTENTU

METODE SALDO
METODE MENURUN DITETAPKAN
GARIS Pada Akhir Masa Manfaat MENTERI
LURUS Disusutkan sekaligus KEUANGAN
(Closed Ended)

Kecuali : Tanah yg berstatus Hak Milik, Hak Guna


Bangunan, Hak Guna Usaha, & Hak Pakai
UU PPh Pasal 11 ayat (1), (2) dan (7)
Bang Ami
MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN
Tarif penyusutan
Masa
Kelompok Harta
Manfaat Garis Saldo
Berwujud
(Tahun) Lurus Menurun
I. Bukan bangunan      
Kel. 1 4 25% 50%
Kel. 2 8 12,5% 25%
Kel. 3 16 6,25% 12,5%
Kel. 4 20 5% 10%
II. Bangunan      
Permanen 20 5% -
Tidak Permanen 10 10% -

 Daftar harta Bkn Bangunan yg tdk tercantum, digol. Kel. 3


 WP dg permohonan ke DJP melalui Kanwil, dpt
menggunakan masa manfaat yg sebenarnya
UU PPh Pasal 11 ayat (6) dan (7); Per Men Keu 96/PMK.03/2009; PER-55/PJ/2009
Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN

KELOMPOK I : 4 THN, 25% (GL) atau 50% (SM)


1. Semua jenis usaha
a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja,
bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari
bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin
fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer,
scanner dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video
recorder, televisi dan sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda dan becak.
e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang
bersangkutan.
f. Dies, jigs, dan mould.
g. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile,
telepon seluler dan sejenisnya

Per Men Keu 96/PMK.03/2009


Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN

KELOMPOK I : 4 THN, 25% (GL) atau 50% (SM)


2. Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan
 Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti cangkul,
peternakan, perikanan, garu dan lain-lain
3. Industri makanan dan minuman
 Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, huller,
pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya
4. Transportasi dan Pergudangan
 Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan
umum
5. Industri semi konduktor
 Falsh memory tester, writer machine, biporar test system,
elimination (PE8-1), pose checker
6. Jasa Persewaan Peralatan Tambat Air Dalam
 Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel
Wire Ropes, Mooring Accessoris
7. Jasa telekomunikasi selular
Base Station Controller
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN

KELOMPOK II : 8 THN, 12,5% (GL) atau 25% (SM)

1. Semua jenis usaha


a. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi,
lemari dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari
bangunan. Alat pengatur udara seperti AC, kipas angin dan
sejenisnya.
b. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya.
c. Container dan sejenisnya.

2. Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan


a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin bajak,
penggaruk, penanaman, penebar benih dan sejenisnya.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi
bahan atau barang pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan

Per Men Keu 96/PMK.03/2009


Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN

KELOMPOK II : 8 THN, 12,5% (GL) atau 25% (SM)

3. Industri makanan dan minuman


a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan
perikanan, misalnya pabrik susu, pengalengan ikan .
b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin
minyak kelapa, margarin, penggilingan kopi, kembang gula,
mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras,
gandum, tapioka.
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan
bahan-bahan minuman segala jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan
makanan dan makanan segala jenis

4. Industri mesin
a. Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan
(misalnya mesin jahit, pompa air).
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN

KELOMPOK II : 8 THN, 12,5% (GL) atau 25% (SM)

5. Perkayuan, kehutanan
a. Mesin dan peralatan penebangan kayu.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi
bahan atau barang kehutanan.
6. Konstruksi
Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dump truck,
crane buldozer dan sejenisnya.
7. Transportasi dan Pergudangan
a. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk peron,
truck ngangkang, dan sejenisnya;
b. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk
pengangkutan barang tertentu (misalnya gandum, batu - batuan,
biji tambang dan sebagainya) termasuk kapal pendingin, kapal
tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai
berat sampai dengan 100 DWT;
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN

KELOMPOK II : 8 THN, 12,5% (GL) atau 25% (SM)

8. Telekomunikasi
a. Perangkat pesawat telepon;
b. Pesawat telegraf termasuk pesawat pengiriman dan penerimaan
radio telegraf dan radio telepon.

9. Industri semi konduktor


Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven, ball shear
tester, bipolar test handler (automatic), cleaning machine, coating
machine, curing oven, cutting press, dambar cut machine, dicer, die
bonder, die shear test, dynamic burn-in system oven, dynamic test
handler, eliminator (PGE-01), full automatic handler, full automatic
mark, hand maker, individual mark, inserter remover machine, laser
marker (FUM A-01), logic test system, marker (mark), memory test
system, molding, mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester
manual, pass oven, pose checker, re-form machine, SMD stocker,
taping machine, tiebar cut press, trimming/forming machine, wire
bonder, wire pull tester.

Per Men Keu 96/PMK.03/2009


Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN

KELOMPOK II : 8 THN, 12,5% (GL) atau 25% (SM)

10.Jasa Persewaan Peralatan Tambat Air Dalam


Spoolling Machines, Metocean Data Collector.

11.Jasa Telekomunikasi Seluler


Mobile Switching Center, Home Location Register, Visitor
Location Register. Authentication Centre, Equipment
Identity Register, Intelligent Network Service Control
Point, intelligent Network Service Managemen Point,
Radio Base Station, Transceiver Unit, Terminal SDH/Mini
Link, Antena

Per Men Keu 96/PMK.03/2009


Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN

KELOMPOK III : 16 THN, 6,25% (GL) atau 12,5% (SM)

1. Pertambangan selain minyak dan gas


Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan,
termasuk mesin-mesin yang mengolah produk pelikan
2. Permintalan, pertenunan dan pencelupan
a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil
(misalnya kain katun, sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu
hewan lainnya, lena rami, permadani, kain-kain bulu, tule)
b. Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing, printing,
finishing, texturing, packaging dan sejenisnya
3. Perkayuan
a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk kayu,
barang2 dari jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya.
b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu

Per Men Keu 96/PMK.03/2009


Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN

KELOMPOK III : 16 THN, 6,25% (GL) atau 12,5% (SM)

4. Industri kimia
a. Mesin peralatan yang mengolah/menghasilkan produk industri
kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia
(misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan organis dan
anorganis dan logam mulia, elemen radio aktif, isotop, bahan
kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat
pewarna, cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-resinonida
wangi-wangian, obat kecantikan dan obat rias, sabun,
detergent dan bahan organis pembersih lainnya, zat albumina,
perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api, alloy
piroforis, barang fotografi dan sinematografi.
b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya
(misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari
selulosa, karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat dan kulit
mentah)
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK III : 16 THN, 6,25% (GL) atau 12,5% (SM)
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
5. Industri mesin
a. Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan berat
(misalnya mesin mobil, mesin kapal)
6. Transportasi dan Pergudangan
a. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk
pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-
batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan
kapal tangki, kapal penangkapan ikan dan sejenisnya, yang
mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
b. Kapal dibuat khusus untuk mengela atau mendorong kapal, kapal
suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan
sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT s.d. 1.000 DWT.
c. Dok terapung.
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yg mempunyai berat >250 DWT.
e. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter segala jenis

7. Transportasi dan Pergudangan


Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh
Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK IV : 20 THN, 5% (GL) atau 10% (SM)

1. Konstruksi
Mesin berat untuk konstruksi
2. Transportasi dan Pergudangan
a. Lokomotif uap dan tender atas rel.
b. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan batere atau dengan
tenaga listrik dari sumber luar.
c. Lokomotif atas rel lainnya.
d. Kereta, gerbong penumpang & barang, tms kontainer khusus dibuat &
diperlengkapi utk ditarik dg satu atau bbrp alat pengangkutan.
e. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk
pengangkutan barang-barang tertentu (misal. gandum, batu-batuan,
biji tambang dsj) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal
penangkap ikan dsj, yg memp. berat >1.000 DWT.
f. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal
suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung
dsb, yang mempunyai berat > 1.000 DWT.
g. Dok-dok terapung

Bang Ami
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
CONTOH PENGHITUNGAN PENYUSUTAN

 Contoh I:
 PT A membeli 1 unit mobil truck untuk distribusi barang
pada tanggal 5 Januari 2001 senilai Rp 200.000.000
 PT A membeli 1 unit mesin fotocopy pada tanggal 31
Maret 2001 senilai Rp 40.000.000
 Hitung Penyusutan Fiskal tahun 2006..!

 Contoh II:
 PT ABC membeli mobil pick up untuk distribusi barang
dagangan tanggal 10 Oktober 2001 seharga 100.000.000
 Pada tanggal 5 April 2004 mobil tersebut dijual seharga Rp
70.000.000
 Hitung laba (rugi) penjualan mobil tsb..!

UU PPh Pasal 11
Bang Ami
REKONSILIASI FISKAL

PENYUSUTAN – BIDANG USAHA TERTENTU

 Bidang Usaha Tertentu meliputi bidang usaha:


 Kehutanan (tanaman kehutanan, kayu)
 Perkebunan tanaman keras
 Peternakan
Yg dpt berproduksi ber-kali2 stlh ditanam/dipelihara > 1 th
 Metode : Garis Lurus dg masa manfaat yg sdh ditentukan
 Dimulai : Bln Produksi (Penjualan mulai dilakukan)
 Termasuk Pengeluaran yg dpt disusutkan:
 Biaya pembelian bibit,
 Biaya untuk membesarkan dan
 Biaya memelihara bibit
 Termasuk pengeluaran yg tidak dpt disusutkan biaya yang berhubungan
dengan tenaga kerja
UU PPh Pasal 11 ayat (7); Per Men Keu No. 249/PMK.03/2008
Bang Ami
PENYUSUTAN – KONTRAKTOR MIGAS KPS DG
PERTAMINA

 Penyusutan khusus bagi kontraktor yg melakukan


eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi
dalam rangka kontrak bagi hasil dengan Pertamina:
 Kel. I = 50%
 Kel. II = 25%
 Kel. III = 10%
 Persyaratan Khusus:
Kontraktor Kontrak Bagi Hasil yang mempunyai
cadangan terbukti (proven reserves) yang dapat
berproduksi selama 7 (tujuh) tahun atau kurang

Kep Men Keu 521/KMK.04/2000


Bang Ami
PENYUSUTAN – KONTRAKTOR MIGAS KPS DG PERTAMINA

KELOMPOK I : 50%

 KPS yg Memenuhi persyaratan khusus


1. Mobil Penumpang, Pick-Up dan Bis
2. Truk ringan ( 5 ton atau kurang) dan Traktor
3. Truk berat diatas 5 ton dan truk gandengan
4. Pesawat Terbang
5. Peralatan Konstruksi
6. Peralatan Perkantoran dan rumah tangga

 KPS yg Tidak Memenuhi persyaratan khusus


1. Mobil Penumpang, Pick-Up dan Bis
2. Truk ringan (5 ton atau kurang) dan traktor
3. Truk berat diatas 5 ton dan truk gandengan

Kep Men Keu 521/KMK.04/2000


Bang Ami
PENYUSUTAN – KONTRAKTOR MIGAS KPS DG PERTAMINA

KELOMPOK II : 25%

 KPS yg Memenuhi persyaratan khusus


1. Bangunan sarana dan bangunan penunjang
2. Bangunan perkantoran, perumahan dan kesejahteraan
3. Fasilitas produksi
4. Gerbong kereta dan lokomotif
5. Kapal tongkang, kapal tunda dan alat apung yang sejenis
6. Perkakas pengeboran dan produksi serta peralatannya dan
instrumen
 KPS yg Tidak Memenuhi persyaratan khusus
1. Pesawat terbang
2. Kapal tongkang, kapal tunda dan alat apung yang sejenis
3. Perkakas pengeboran dan produksi serta peralatannya dan
instrumen
4. Peralatan konstruksi
5. Peralatan perkantoran dan rumah tangga
Kep Men Keu 521/KMK.04/2000
Bang Ami
PENYUSUTAN – KONTRAKTOR MIGAS KPS DG PERTAMINA

KELOMPOK III : 10%

 KPS yg Tidak Memenuhi persyaratan khusus


1. Bangunan sarana dan bangunan penunjang
2. Bangunan perkantoran, perumahan dan
kesejahteraan
3. Fasilitas produksi
4. Gerbang kereta dan lokomotif

Kep Men Keu 521/KMK.04/2000


Bang Ami
AMORTISASI – KETENTUAN UMUM

Amortisasi
Pembebanan atas pengeluaran Harta Tdk Berwujud yg:
- Memp. masa manfaat > 1 tahun
- Digunakan utk 3 M Penghasilan

 Dimulai pd Bulan dilakukannya pengeluaran


 Apabila terjadi penghalihan Harta:
 Nilai buku : diakui Kerugian
 Nilai Jual : diakui Penghasilan
 Utk bantuan/hibah dan warisan (Pengh. Bkn Objek
Pph), nilai buku tidak boleh dibebankan sbg kerugian

UU PPh Pasal 11A ayat (1), (7)


Bang Ami
AMORTISASI

METODE METODE
GARIS LURUS SALDO MENURUN

Pada Akhir Masa Manfaat


Diamortisasi Sekaligus
(Closed Ended)

Pengeluaran Lainnya

Metode Satuan Produksi atau


Metode Lainnya
UU PPh Pasal 11A ayat (1)
Bang Ami
AMORTISASI – METODE DAN MASA MANFAAT

Tarif
Masa
Kelompok Garis Saldo
Manfaat
Lurus Menurun
Kel. 1 4 Th 25% 50%
Kel. 2 8 Th 12,50% 25%
Kel. 3 16 Th 6.25 % 12.5 %
Kel. 4 20 Th 5% 10%

- Dibebankan Sekaligus
1. BIAYA PENDIRIAN
2. BIAYA PERLUASAN atau
- Diamortisasi bdsrkan
MODAL
Kel. harta
UU PPh Pasal 11A ayat (2) & (3)
Bang Ami
AMORTISASI – METODE DAN MASA MANFAAT

Bid.Penambangan Migas
- Biaya utk memperoleh hak
METODE
- dan pengeluaran lainnya SATUAN PRODUKSI

1. Hak Penamb. Selain Migas METODE


2. Hak Pengusahaan Hutan SATUAN PRODUKSI
3. Hak Pengusahaan SDA
Max. 20 % Setahun
serta hasil alam lainnya

Dikapitalisasi & Diamortisasi


Biaya Pra Operasi Dg Tarif Berdsrkan
Kel. Harta

UU PPh Pasal 11A ayat (2),(3),(4),(5) dan (6)


Bang Ami
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI

Contoh Pasal 11A ayat (5)

 Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan


hutan dgn Potensi : 10 Juta Ton Kayu adl : Rp 500 Juta.
 Dalam satu tahun pajak ternyata jumlah produksi
mencapai 3 Juta ton
 Berapa Amortisasi pd th tersebut?

 Amortisasi = Rp 500 Jt/ 10 Jt ton = Rp 50 Jt/1 Jt ton


 Jlh produksi = 3 Jt ton, amortisasi pd th tsb adalah:
• Rp 50 juta x 3 = Rp 150 Juta.
 Namun, karena hak pengusahaan hutan mak. 20%,
maka Amortisasi th tsb adl = 100 Juta.

UU PPh Pasal 11A ayat (5)


Bang Ami
AMORTISASI – BIDANG USAHA TERTENTU

 Bidang Usaha Tertentu meliputi bidang usaha:


 Kehutanan (tanaman kehutanan, kayu)
• bidang usaha hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan
 Perkebunan tanaman keras
 Peternakan
Yg dpt berproduksi berkali2 stlh ditanam/dipelihara > 1 th
 Dimulai :
 Bulan Pengeluaran, atau
 Bln Produksi Komersial (Penjualan mulai dilakukan)

UU PPh Pasal 11A ayat (1a); Per Men Keu No. 248/PMK.03/2008
Bang Ami
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI

Contoh Pasal 11A ayat (5)

 Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan


hutan dgn Potensi : 10 Juta Ton Kayu adl : Rp 500 Juta.
 Dalam satu tahun pajak ternyata jumlah produksi
mencapai 3 Juta ton
 Berapa Amortisasi pd th tersebut?

 Amortisasi = Rp 500 Jt/ 10 Jt ton = Rp 50 Jt/1 Jt ton


 Jlh produksi = 3 Jt ton, amortisasi pd th tsb adalah:
• Rp 50 juta x 3 = Rp 150 Juta.
 Namun, karena hak pengusahaan hutan mak. 20%,
maka Amortisasi th tsb adl = 100 Juta.

UU PPh Pasal 11A ayat (5)


Bang Ami
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
Contoh Pasal 11A ayat (7)

 PENGELUARAN BIAYA UTK MEMPEROLEH HAK PENAMBANGAN MIGAS OLEH PT. X = Rp


500.000.000,00
 TAKSIRAN KANDUNGAN MINYAK 200.000.000 BAREL
 SETELAH PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI MENCAPAI 100.000.000 BAREL, PT.X
MENJUAL HAKNYA KEPADA PT.Y DENGAN HARGA Rp 300.000.000,00
 PENGHITUNGAN PENGHASILAN DAN KERUGIAN DARI PENJUALAN HAK TERSEBUT
SEBAGAI BERIKUT :

 HARGA PEROLEHAN Rp 500.000.000,00


 AMORTISASI YG TELAH DILAKUKAN
100.000.000 BAREL = (50%) Rp 250.000.000,00
200.000.000
 NILAI BUKU HARTA Rp 250.000.000,00
 HARGA JUAL HARTA Rp 300.000.000,00

PEMBUKUAN :
- JLH NILAI BUKU HARTA Rp 250.000.000,00 DIBEBANKAN SBG KERUGIAN

- JUMLAH SEBESAR Rp 300.000.000,00 DIBUKUKAN SEBAGAI PENGHASILAN

UU PPh Pasal 11A ayat (7)


Bang Ami
KETENTUAN MENGENAI AMORTISASI

 Pengeluaran praoperasi adalah biaya-biaya yang


dikeluarkan sebelum perusahaan beroperasi komersial:
 yang memiliki masa manfaat > 1 tahun,
 dikapitalisasi (sbg biaya praoperasi) kemudian
dimortisasi
 misalnya :
• biaya study kelayakan dan biaya produksi percobaan,
 tidak termasuk biaya2operasional yang sifatnya rutin
• seperti gaji pegawai, rekening listrik dan telepon, dan biaya
kantor lainnya.
Pengeluaran yang rutin tersebut harus dibebankan
sekaligus pada tahun terjadinya

Penjelasan UU PPh Pasal 11A ayat (6)


Bang Ami
PERLAKUAN BUNGA PINJAMAN

Bunga Pinjaman
Dapat
dibebankan

Sepanjang berhubungan dg biaya untuk


3 M penghasilan (obyek PPh non-final)
Kecuali

Bunga tersebut dikapitalisasi, pada :


- pembelian saham
- pembelian tanah (real estate)
- masa konstruksi

UU PPh Pasal ……. SE-46/PJ.4/1995


Bang Ami
PERLAKUAN BUNGA PINJAMAN

Apabila WP juga mempunyai deposito atau tabungan :

Rata-rata Pinjaman Rata-rata Pinjaman


=< >
Rata-rata Dep/Tab Rata-rata Dep/Tab

Bunga tidak boleh Bunga dibebankan


atas selisih lebih
dibebankan rata-rata pinjaman

Bunga dapat dibebankan seluruhnya dalam hal :


- Dana pinjaman ditempatkan dalam rekening giro
- Ketentuan mengharuskan dana pinjaman ditempatkan di dep/tab
- Saldo dep/tab dananya berasal dari tambahan modal/sisa laba

UU PPh Pasal ……. SE-46/PJ.4/1995


Bang Ami
PERLAKUAN BUNGA PINJAMAN

Contoh Soal:

 Pada th 2009 PT ABC mendpt pinjaman dari Bank Mandiri


 Nilai Rp 200 Juta dan
 tingkat bunga pinjaman 20%.
 Dari jumlah tersebut telah diambil pada bulan Februari
sebesar Rp 125 Juta, pada bulan Juni diambil lagi sebesar
Rp 25 Juta dan sisanya diambil bulan Agustus.
 Disamping itu PT ABC mempunyai dana yang ditempatkan
dalam bentuk deposito dengan perincian sebagai berikut :
 Februari s/d Maret sebesar Rp 25 Juta
 April s/d Agustus sebesar Rp 46 Juta
 September s/d Desember sebesar Rp 50 Juta
 Hitung bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya..!

Bang Ami
PERLAKUAN BUNGA PINJAMAN

 Rata-rata Pinjaman:
Bulan Pinjaman Jk Waktu Jumlah
 Januari - 1 bln -
 Feb – Mei 125 Juta 4 bln 500 Juta
 Juni – Juli 150 Juta 2 bln 300 Juta
 Agt – Des 200 Juta 5 bln 1.000 Juta
Total 1.800 Juta
Rata-rata pinjaman = 1,8 M : 12 bln = 150.000.000
 Rata-rata Deposito
Bulan Pinjaman Jk Waktu Jumlah
 Januari - 1 bln -
 Feb – Mar 25 Juta 2 bln 50 Juta
 April – Agt 46 Juta 5 bln 230 Juta
 Sep – Des 50 Juta 4 bln 200 Juta
Total 480 Juta
Rata-rata Deposito = 480 Juta : 12 = 40.000.000
 Bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya =
20% x (150 Juta – 40 Juta) = Rp 22.000.000,-
Bang Ami
PENGGUNAAN KURS MATA UANG ASING SCR UMUM

Jenis Kurs Mata Uang Asing

Kurs Menkeu Kurs Realisasi Kurs BI


 Kurs Realisasi :
 Kurs yg sebenarnya terjadi saat merupiahkan/ membeli
valas
 Kurs BI :
 Terdiri dari kurs jual dan kurs beli.
 Kurs yg biasa dipakai adl kurs tengah (rata2 kurs jual &
beli)
 Kurs Keputusan Menteri Keuangan :
 Utk menghitung PPN, PPn BM, PPh 21, 22, 23, 26, final,
bea masuk, pajak ekspor
Bang Ami
PENGGUNAAN KURS MATA UANG ASING SCR UMUM

Bagi WP yg menyelenggarakan
Pembukuan dalam Rupiah

Akan terkena dampak fluktuasi


kurs rupiah thd valas berupa selisih kurs

Keuntungan selisih kurs Kerugian selisih kurs

Obyek Pajak Pengurang Pengh.


Diakui sesuai Sistem
Pemb. yg dianut WP

Kurs Tetap Kurs Neraca

Harus diterapkan secara taat azas


Bang Ami
PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN LEASING (SGU)

Adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan


barang modal baik secara SGU dengan hak opsi maupun
tanpa hak opsi untuk digunakan oleh Lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala

Jenis SGU

Dengan Hak Opsi Tanpa Hak Opsi


Finance Lease Operating Lease

Teknis
Pelaksanaan

SGU Langsung SGU Sindikasi


Direct Lease Syndicated Lease

Jual & Sewa Kembali


Sale & Lease Back
Bang Ami
REKONSILIASI FISKAL

UNSUR-UNSUR LEASING (SGU)

Lessor Badan

Lessee Badan/OP

Barang Modal AT Berwujud


Minimal
harus
Perjanjian SGU Dgn syarat tertentu memuat

1. Jenis transaksi SGU;


2. Identitas masing-masing pihak;
3. Nama, jenis, tipe dan lokasi penggunaan barang;
4. Harga perolehan, nilai pembayaran, pembayaran SGU, angsuran pokok, imbalan
jasa, nilai sisa, simpanan jaminan, dan ketentuan asuransi atas brg modal;
5. Masa SGU;
6. Ketentuan masa SGU yg dipercepat dan kerugian yg harus ditanggung Lessee
atas risiko brg modal;
7. Opsi bagi Lessee (utk finance lease);
8. Tanggungjawab atas brg modal.
Bang Ami
REKONSILIASI FISKAL

KRITERIA PENGGOLONGAN LEASING

1.Jumlah pembayaran selama masa SGU I


+ nilai sisa brg, harus dpt menutup cost
Kriteria brg + profit Lessor;
Finance 2.Masa SGU minimal :
Lease
- 2 th utk brg modal Gol. I
- 3 th utk brg modal Gol. II & III
- 7 th utk brg modal Gol. Bangunan;
3.Perjanjian memuat hak opsi bagi Lessee.

Kriteria 1.Jumlah pembayaran selama masa SGU I


Operating
Lease tidak dpt menutup cost brg + profit
Lessor;
2.Perjanjian tidak memuat hak opsi bagi
Lessee.
Bang Ami
REKONSILIASI FISKAL

PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS LEASING (SGU)

Finance Lease

Lessor Lessee
a. Objek PPh adalah Imbalan
a. Selama masa SGU tidak boleh
Jasa (pembyrn - angs.pokok);
menyusutkan brg modal,
b. Tidak boleh menyusutkan
sampai hak opsi dipakai;
brg modal;
c. Bila masa SGU lebih pendek,
b. Dasar penyusutan setelah
penghasilan akan dikoreksi;
pemakaian hak opsi adalah
d. Dapat membentuk cadangan;
nilai sisa brg ybs;
e. Kerugian piutang tak tertagih
dibebankan ke cadangan ybs;
c. Dapat membebankan pemba-
f. Dlm hal cadangan > kerugian,
yaran SGU dari pengh bruto;
sisanya mrpk penghasilan,
demikian sebaliknya;
d. Bila masa SGU lebih pendek,
g. Angsuran PPh Ps 25 dihitung
biaya akan dikoreksi.
dari laporan keuangan tri-wulan
disetahunkan dibagi 12.

Bang Ami
REKONSILIASI FISKAL

PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS LEASING (SGU)

OperatingLease

Lessor Lessee
a. Objek PPh adalah seluruh a. Seluruh pembayaran dpt
pembayaran yg diterima; dibebankan sbg biaya;

b. Dapat membebankan b. Tidak boleh membeban-


biaya penyusutan brg kan biaya penyusutan
modal; brg modal;

c. Tidak diperkenankan c. Wajib memotong PPh


membentuk cadangan Ps. 23 atas pembayaran
penghapusan piutang kpd Lessor.
ragu-ragu.

Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA

PENENTUAN HARGA PEROLEHAN DALAM TRANSAKSI


PENGALIHAN HARTA

 Jual Beli
 Tidak Terdapat Hubungan Istimewa:
• jumlah yg sesungguhnya diterima/dikeluarkan.
 Terdapat Hubungan Istimewa :
• jumlah yg seharusnya diterima/ dikeluarkan.
 Tukar Menukar
 Tidak terdapat Hubungan Istimewa :
• jumlah yg seharusnya diterima/ dikeluarkan berdasar Harga
Pasar.
 Liquidasi, Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, Pemecahan
atau Pengambilalihan usaha
 Jumlah yg seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan
harga pasar, kecuali ditetap lain menurut Menteri Keuangan

UU PPh Pasal 10
Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA

PENENTUAN HARGA PEROLEHAN DALAM TRANSAKSI


PENGALIHAN HARTA

 Hibah, bantuan, Sumbangan, Warisan


 Tidak terdapat Hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan antara pemberi dan penerima :
• Bagi yg menerima = NSB dr nilai pihak lain yg melakukan
pengalihan.
 Pengalihan Harta Sebagai Setoran Modal
 Dasar penilaian Harta yg diterima = Harga Pasar
 Persediaan
 Harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang
dilakukan secara :
• Metode rata-rata; atau
• Metode FIFO (First In First Out) atau dengan cara
mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama

UU PPh Pasal 10
Bang Ami
Hubungan Istimewa
dianggap ada apabila terdapat :

Hubungan Hubungan Hubungan


Kepemilikan Penguasaan Keluarga

WP memiliki WP menguasai Baik sedarah


penyertaan modal WP lainnya maupun semenda
>= 25%

- Pada WP lainnya Melalui : Dalam garis


- Pada dua WP atau - Manajemen, atau keturunan lurus dan
lebih - Pengg. Teknologi atau kesamping

Baik langsung Baik langsung Satu derajat


atau tak langsung atau tak langsung

Termasuk hubungan Termasuk hubungan


antara dua WP atau antara dua WP atau
lebih dibawah lebih dibawah
kepemilikan yg sama penguasaan yg sama
Terdapat
hubungan
istimewa
Antara BUT dgn 100% BUT dimiliki karena
Kantor Pusatnya Kantor Pusatnya kepemilikan

Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA

KRITERIA PENGGOLONGAN HUBUNGAN ISTIMEWA

 Hubungan Kepemilikan :
 Penyertaan modal langsung atau tidak langsung sebesar 25%
atau lebih pada wajib pajak lainnya.
 Hubungan antara wajib pajak dengan penyertaan 25% atau
lebih pada dua wajib pajak atau lebih
 Hubungan antara dua wajib pajak atau lebih yang modalnya
sebesar 25% atau lebih dimiliki oleh pihak yang sama

 Hubungan Penguasaan :
 hubungan antara wajib pajak yang menguasai wajib pajak
lainnya, atau dua wajib pajak atau lebih berada di bawah
penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung,
baik penguasaan melalui
• manajemen
• pengunaan teknologi

Pasal 18 Ayat (1) UU KUP


Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA

KRITERIA PENGGOLONGAN HUBUNGAN ISTIMEWA

 Hubungan Darah atau Perkawinan:


 hubungan istimewa karena terdapat hubungan keluarga baik
sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus
dan/atau ke samping satu derajat:
• Sedarah lurus satu derajad adalah ; ayah, ibu, dan anak.
• Sedarah kesamping satu derajad ; saudara (kandung,
seayah, atau seibu).
• Semenda lurus satu derajad ; mertua dengan menantu
atau orang tua dengan anak tiri.
• Semenda ke samping satu derajad ; ipar.
• Apabila antara suami dan istri dilakukan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan, maka antara suami istri
tersebut terdapat hubungan istimewa.

Pasal 18 Ayat (1) UU KUP


Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA

PERLAKUAN PPH ATAS TRANSAKSI YANG


DIPENGARUHI HUBUNGAN ISTIMEWA

 Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak tidak


boleh dikurangkan jumlah yang melebihi kewajaran yang
dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang memiliki
hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan
 Menteri Keuangan berwenang menentukan besarnya
perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk
keperluan penghitungan pajak

Pasal 18 Ayat (1) UU KUP


Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA

KETENTUAN UMUM REVALUASI AKTIVA TETAP

WP Badan
Kecuali yg diijinkan Untuk tujuan Perpajakan,
melakukan pembukuan dan atas persetujuan
dgn Mata Uang Dollar AS DJP c.q. Kanwil

BUT
Dapat melakukan
RAT
(Sekali dalam 5 tahun)

Telah memenuhi seluruh


kewajiban perpajakannya
s.d. masa pajak terakhir
sebelum dilakukan RAT
Dilampiri dengan :
1.Fotokopi Surat Ijin Usaha Jasa Penilai
2.Laporan Penilai Profesional
3.Daftar RAT
4.Lap. Keu. yang diaudit KAP
5.Tax Clearance
Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA

KETENTUAN UMUM REVALUASI AKTIVA TETAP

Aktiva Tetap Dikanakan


yg dapat PPh Final
direvaluasi

Seluruh Aktiva Tetap berwujud :


• Termasuk tanah (SHM/SHGB)
10 %
• Tidak termasuk tanah
yg terletak/berada di Indonesia dari
selisih lebih RAT
Dimiliki dan digunakan di atas NSBF
utk 3 M penghasilan
yg mrpk Objek Pajak

Direvaluasi berdasarkan
Nilai Pasar atau
Nilai Wajarnya

Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA

KETENTUAN UMUM REVALUASI AKTIVA TETAP

Apabila terjadi pengalihan AT yg telah dilakukan RAT :


 Klp. I dan II : Sebelum masa manfaat baru
 Klp. III, IV, Bangunan dan Tanah : Sebelum 10 Tahun

Kecuali :
1.Karena force majeur
(kebijakan pemerintah
/putusan pengadilan)
2.Dlm rangka restrukturisasi Tambahan PPh Final :
(penggabungan, peleburan,
atau pemekaran usaha yg Tarif tertinggi PPh WP Badan DN
mendapat persetujuan) (yang berlaku pada saat RAT)
3.AT rusak berat dikurangi 10%

Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA

KETENTUAN UMUM REVLUASI AKTIVA TETAP

 RAT harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva
tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap
yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang
memperoleh izin dari Pemerintah.

 Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh
perusahaan jasa penilai atau ahli penilai ternyata tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya, Dirjen Pajak menetapkan
kembali nilai pasar atau nilai wajar aktiva ybs.

 RAT perusahaan dilakukan dlm jk wkt paling lama 1 tahun sejak


tanggal laporan perusahaan jasa penilai atau ahli penilai

 Karena kondisi keuangan, PPh Final dapat diajukan untuk diangsur


paling lama 12 bulan

Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA

PENYUSUTAN SETELAH RAT

 Sejak bulan dilakukannya RAT

 Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh


persetujuan penilaian kembali adalah nilai pada saat penilaian
kembali.
 Masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan disesuaikan kembali menjadi
masa manfaat penuh untuk kelompok aktiva tetap tersebut.

 Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya


penilaian kembali aktiva tetap perusahaan

Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA

PROSEDUR PERMOHONAN REVALUASI AT

 Mengajukan permohonan ke KaKanwil dengan dilampiri:


 Fotocopy surat ijin usaha jasa penilai yang dilegalisir
 Laporan revaluasi dari penilai
 Daftar Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk
Tujuan Perpajakan
 Laporan Keuangan tahun buku terakhir yang diaudit KAP
 Surat keterangan tidak ada tunggakan pajak dari Ka KPP
tempat WP terdaftar
 Batas waktu penyampaian: 30 hari kerja setelah tanggal
revaluasi
 Permohonan terlambat atau tidak dilengkapi s.d batas waktu
berakhir :
 tidak dapat dipertimbangkan
 Persetujuan/Penolakan:
 Batas waktu: 30 hari kerja setelah tanggal permohonan
diterima
Bang Ami
Terima Kasih
Atas
Perhatiannya
Amirul Idris
Bang
Ami

Tim Instruktur Ikatan Akuntansi Indonesia –


Jawa Timur
17 - 20 Februari 2014
Bang
Amirul
Ami

Anda mungkin juga menyukai