PENGHASILAN
BADAN
Corporate Income
Rekonsiliasi
Subjek
SPT 1771
Objek PPh
PPh Tax
Fiskal
Bang
Ami
17 – 20 Februari 2014
Bang
Amirul
Ami
Siapa Sih Yang
?
Mempunyai
Kewajiban PPh…?
Penghasilan Yang
Bagaimana terutang
PPh…?
Bagaimana cara
pengisian SPT PPh
Badan…?
Bang Ami
MATERI PAJAK PENGHASILAN BADAN
• Biaya Fiskal
PENDAHULUAN
• Penyusutan & Amortisasi
• Bunga Pinjaman
REKONSILIASI FISKAL
• Selisih Kurs Valas
• Sewa Guna Usaha
PENENTUAN HARGA
PEROLEHAN & KETEN- • Penilaian Harta Perusahaan
TUAN PPH LAINNYA • Revaluasi Aktiva Tetap
• Restrukturisasi Perusahaan
PENENTUAN PPH • Bentuk Usaha Tetap
TERUTANG & KREDIT • Kredit Pajak WP Badan
PPH BADAN
• Angsuran PPh Pasal 25 Bagi
WP Tertentu
PENGISIAN SPT
Bang Ami
1. Pendahuluan
2. Biaya Fiskal
3. Penyusutan & Amortisasi
4. Bunga Pinjaman
5. Selisih Kurs Valas
6. Sewa Guna Usaha (Leasing)
7. Kompensasi Kerugian
1. Penilaian Harta
2. Hubungan Istimewa
3. Revaluasi Aktiva Tetap
4. Restrukturisasi Perusahaan
5. Bentuk Usaha Tetap
Bang Ami
PENDAHULUAN
-
PPH BADAN
Bang
Ami
1. Pengertian & Dasar Hukum
2. Subjek Pajak
3. Objek Pajak
4. Prinsip-prinsip Umum PPh
Badan
ADALAH
UU PPh Pasal 1
Bang Ami
BAGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH BADAN)
Indonesia
WAJIB PAJAK
BADAN
Komersial Fiskal
Penghasilan xxx xxx
Biaya (dan bukan biaya) (xxx) (xxx)
Laba/Penghasilan netto xxx xxx
Kompensasi rugi tahun sebelumnya (xxx)
Penghasilan kena pajak (PKP) xxx
PPh terhutang (PKP x Tarif) xxx
Kredit Pajak :
- PPh 22/23/24/25 (xxx)
Kurang (lebih) bayar xxx
Penyesuaian Dilakukan
dengan Rekonsiliasi Fiskal
Bang Ami
TARIF PPH BADAN
LAM BAR
A U
Lapisan Penghasilan
Tarif Tarif Tunggal
Kena Pajak
Bang Ami
PRINSIP-PRINSIP UMUM
Bang Ami
PRINSIP-PRINSIP UMUM
Penghitungan
Pajak Penghasilan kena pajak ditetapkan
berdasarkan perkiraan laba usaha
Penetapan
Provisi Berlaku untuk :
Khusus - perusahaan pelayaran/
(Pasal 15) penerbangan internasional,
- perdagangan luar negeri,
- Build-Operate-Transfer”
Bang Ami
SUBJEK PAJAK
PENGHASILAN
Corporate Income
Rekonsiliasi
Subjek
SPT 1771
Objek PPh
PPh Tax
Fiskal
Bang
Ami
17 – 20 Februari 2014
Bang
Amirul
Ami
JENIS-JENIS SUBJEK PAJAK
Objek Pajak
Orang
Pribadi
SP
Badan Seluruh Penghasilan
DN
Pasal 4
Pasal 2 (3)
Warisan
yang belum • Penghasilan dari kegiatan
terbagi
SUBJEK operasi dan harta yang
PAJAK dimiliki/dikuasai
• Penghasilan kantor pusat
Pasal 2 (2) Orang
Pribadi
BUT • Penghasilan lainnya yang
SP diperoleh sehubungan dgn
LN penghasilan kantor pusat
Pasal 2 (4)
Badan
Non Penghasilan yang
BUT diperoleh dari Indonesia
Orang Pribadi
• bertempat tinggal di Indonesia, atau
• berada di Indonesia > 183 hari dlm jw 12 bulan, atau
• dalam suatu Tahun Pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Badan
• Berdiri dan bertempat kedudukan di Indonesia
• Sekumpulan orang/modal yg merupakan kesatuan
• Baik melakukan usaha atau tidak
• PT, CV, BUMN/D, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, ormas, org sosial/politik,
lembaga, reksadana, bentuk badan lainnya.
Untuk menjalankan
usaha atau kegiatan di
Indonesia
UU PPh Pasal 2 Ayat (5); PER-43/PJ/2011 Pasal 5
Bang Ami
BENTUK USAHA TETAP (BUT)
- Fasilitas
Indikasi - Aktivitas
adanya BUT Place of Business - Keagenan
- Asuransi
dimulai sejak
• menerima dan/atau memperoleh penghasilan
yang bersumber dari Indonesia melalui BUT
di Indonesia.
17 – 20 Februari 2014
Bang
Amirul
Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN
PENGHASILAN
5 elemen
Pendekatan Pertambahan
Accretion concept of
income
Penghasilan aktif
Penghasilan pasif
Hadiah
• dari undian, pekerj. atau kegiatan, & penghargaan;
Laba usaha
bunga
• Tmsk premium, diskonto, & imbalan krn jaminan pengembalian utang
Royalti
Sewa & penghasilan lain sehub. dg penggunaan harta
Premi asuransi,
Top
Back Next PP No. 94 Tahun 20120 Pasal 2
Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)
Top
Back Next Penjelasan UU PPh Pasal 4 ayat (1) huruf g
Bang Ami
PENDAHULUAN
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)
Kredit yg diberikan oleh lebih dari satu bank kepada satu debitur yg
jumlah seluruhnya <= Rp 350.000.000,- dapat dihitung sbg Utang
Debitur Kecil dari masing-masing bank,
Pemberian Utang Debitur Kecil oleh lebih dari satu bank kepada
satu debitur yang mengakibatkan jumlah plafon kreditnya
melampaui batas maksimum tsb, maka keuntungan yang
dikecualikan sebagai Objek Pajak = Jumlah sisa kredit yg
diperoleh pada bank pertama + jumlah sisa kredit yg diperoleh
pada bank-bank berikutnya sampai mencapai jumlah plafon kredit
keseluruhan Rp 350.000.000,-
Sisa kredit pada bank tersebut dan atau bank-bank lain setelah
dikurangi Rp 350.000.000,00 tsb, maka keuntungan karena
pembebasan utang atas sisa kredit tsb merupakan Objek Pajak
Bang Ami
PP No. 130 Th 2000
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)
1. Penghasilan
2. Biaya, termasuk :
a. hak pihak ketiga atas bagi hasil;
b. margin; dan
c. kerugian dari transaksi bagi hasil.
PP No.25 Th 2009
Bang Ami
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (Penjelasan)
Objek PPh :
• Surplus Bank Indonesia menurut Lap Keu Audit (oleh BPK)
setelah dilakukan penyesuaian atau koreksi fiskal sesuai
dengan UU PPh dengan memperhatikan karakteristik BI
Pengenaan
Objek PPh Umum
PPh
Pengenaan
PPh Final
PENGHASILAN Dikoreksi
Fiskal
Bukan Objek PPh
UU PPh Pasal 4
Bang Ami
PENGHASILAN YANG PENGENAAN PPH BERSIFAT FINAL
Bang Ami
PENGHASILAN YANG PENGENAAN PPH BERSIFAT FINAL
PPh Pasal 22
Penghasilan usaha penyalur/dealer/agen Produk BBM
Penghasilan tertentu Lainnya
Penilaian kembali aktiva tetap (Pasal 19)
Agio saham yang timbul dari selisih lebih antara nilai pasar
saham dan nilai nominal saham,
• Disagio saham yang timbul dari selisih lebih antara nilai
nominal saham dan nilai pasar saham merupakan Non
Deductible Expense
Warisan
Beasiswa
• yg memenuhi persyaratan tertentu
UU PPh Pasal 4 ayat (2)
Bang Ami
PENDAHULUAN
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)
Usaha
• terdapat transaksi yang bersifat rutin antara kedua belah pihak
Pekerjaan
• terdapat hubungan yang berupa pekerjaan, pemberian jasa, atau
pelaksanaan kegiatan secara
Kepemilikan atau Penguasaan
• penyertaan modal secara langsung atau tidak langsung Pasal 18
(4) huruf a UU PPh; atau
• hubungan penguasaan secara langsung atau tidak langsung Pasal
18 ayat (4) huruf b UU PPh
Bang Ami
UU PPh Pasal 4 ayat (2); Per MenKeu No. 245/PMK.03/2008
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)
Syarat :
• Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
• PT, BUMN & BUMD yg menerima dividen, kepemilikan saham paling
rendah 25% dari jumlah modal yg disetor.
Syarat:
Badan/Lembaga :
• bersifat Nirlaba dan Terbuka bagi siapa saja
• telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
Sisa Lebih tsb ditanamkan kembali dalam bentuk
Pembangunan dan Pengadaan sarana dan Prasarana
kegiatan Pendidikan / Litbang, dlm jk wkt Plg Lama 4
tahun sejak diperolehnya.
Wajib menyampaikan pemberitahuan mengenai
rencana fisik sederhana dan rencana biaya kepada
Ka. KPP tempat WP terdaftar
UU PPh Pasal 4 ayat (2) hrf m & Penjelasannya; 80/PMK.03/2009; PER - 44/PJ./2009
Bang Ami
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPH (Penjelasan)
UU PPh Pasal 4 ayat (2) hrf m & Penjelasannya; 80/PMK.03/2009; PER - 44/PJ./2009
Bang Ami
PENDAHULUAN
- USAHA/KEGIATAN BUT
PENGHASILAN DARI - HARTA YANG DIMILIKI/
DIKUASAI BUT
DI INDONESIA
PT. Aman akan membayar deviden kepada para pemegang saham sejumlah
Rp 40 juta. Penghasilan yang manakah yang merupakan Objek PPh …?
17 – 20 Februari 2014
Bang
Amirul
Ami
PENDAHULUAN
DEDUCTIBLE EXPENSE
Biaya Promosi:
Bang Ami
UU PPh Pasal 6 ayat (1); Per Men Keu No. 02/PMK.03/2010
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Biaya Promosi:
Bang Ami
UU PPh Pasal 6 ayat (1); Per Men Keu No. 02/PMK.03/2010
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Biaya Promosi:
DAFTAR NOMINATIF BIAYA PROMOSI
Nama Wajib :
Pajak
NPWP :
Alamat :
Tahun Pajak :
.........................., ....................
Bang Ami
UU PPh Pasal 6 ayat (1); Per Men Keu No. 02/PMK.03/2010
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
fasilitas pendidikan,
• sumbangan berupa fasilitas pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan
UU PPh Psl 6 (1) hrf i,j,k,l &m; PP No. 93 Tahun 2010 Psl 1; Per Men Keu No. 76/PMK.03/2011
Bang Ami
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
UU PPh Psl 6 (1) hrf i,j,k,l &m; PP No. 93 Tahun 2010 Psl 1; Per Men Keu No. 76/PMK.03/2011, Psl 1
Bang Ami
DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Nilai/Biaya utk 1 tahun tidak melebihi 5% dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak
sebelumnya
Menjadi Non Deductible Expense (NDE) apabila yg menerima mempunyai Hubungan
Istimewa
4 Jenis sumbangan dapat berupa uang atau barang sedangkan Biaya Infrastruktur
hanya diberikan dalam bentuk sarana / prasarana
Pengakuan:
• 4 Jenis Sumbangan : pada tahun pajak sumbangan tsb diserahkan.
• Biaya pembangunan infrastruktur sosial :
• pada tahun pajak infrastruktur sosial dapat dimanfaatkan.
• Pelaksanaan lebih dari 1 Tahun Pajak, dibebankan sekaligus pada Tahun Pajak infrastruktur
sosial dapat dimanfaatkan, dengan penghitungan tertentu
PP No. 93 Tahun 2010 Psl 6; Per Men Keu No. 76/PMK.03/2011, Psl 5 & 6
Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE
a. Pembagian Laba
Dengan nama dan dlm bentuk apapun
• Seperti dividen, termasuk dividen yg dibayarkan Prsh.
Asuransi kpd pemegang polis, dan SHU Koperasi;
b. Biaya utk Kepentingan Pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota
h. Pajak Penghasilan
i. Sanksi di Bidang Perpajakan
Sanksi administrasi Perpajakan berupa bunga, denda
& kenaikan serta Sanksi pidana berupa denda
j. PPh ditanggung Pemberi Penghasilan
k. Biaya 3M atas penghasilan yg :
Bukan merupakan Objek Pajak;
Pengenaan pajaknya bersifat final;
Dikenakan pajak berdasarkan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto (Pasal 14) dan Norma Penghitungan
Khusus (Pasal 15)
UU PPh Pasal 9 ayat (1); PP 94 Th 2010
Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE bagi WP OP
Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
BPR Syariah
Besarnya Cadangan :
• 0,5% x Piutang kualitas Lancar, tdk tmsk SWBI (Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia)
• 10% x (Piutang kualitas Kurang Lancar – nilai agunan)
• 50% x (Piutang kualitas Diragukan – nilai Agunan)
• 100% x (Piutang Macet – nilai Agunan)
Besarnya nilai agunan
• 100% x nilai Agunan yg Likuid
• 75% x (nilai Agunan Lainnya atau ditetapkan Persh. Penilai)
Kelebihan / Kekurangan Cadangan Piutang Tak tertagih thd
realisasi diakui sbg Penghasilan/Kerugian
Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Cadangan Lainnya:
Cadangan Lainnya:
Nilai cadangan yg sebenarnya dibebankan utk:
• Cadangan biaya Reklamasi utk usaha pertambangan;
• Cadangan biaya Reboisasi utk usaha kehutanan; dan
• Cad. by Penutupan & Pemeliharaan Tpt Pembuangan
limbah industri utk usaha pengolahan limb. Industri
Apabila setlh berakhirnya masa kontrak terdpt selisih dgn jlh by.
sebenamya, merupakan penghasilan atau kerugian pd tahun ybs
Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 81/PMK.03/2009
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 83/PMK.03/2009; PER - 51/PJ/2009
Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
• pelayanan kesehatan;
• pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;
• peribadatan;
• pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;
• olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf,
power boating, pacuan kuda, dan terbang layang
Syarat:
sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia,
sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri.
UU PPh Pasal 9 ayat (1); Per Men Keu No. 83/PMK.03/2009; PER - 51/PJ/2009
Bang Ami
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (Penjelasan)
Tenaga Contoh :
Ahli Apabila
pihak lain yg
memberikan
jasa, nilai
Pemegang Membayar
trnsaksi adl:
Saham Rp 50 Jt Rp 20 Jt
Memberikan
Jasa Tenaga
Ahli
Selisih Rp 30 Jt:
- Bagi PT. B : Non Deductible Exp.
PT. B - Bagi Tenga Ahli (Pemegang
Saham) : Deviden
Bang Ami
UU PPh Pasal 9 ayat (1) hurup f; Penjelasan
Badan/Lembaga Penerima Zakat atau Sumbangan
Wajib Keagamaan
Badan Amil Zakat Nasional Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan
Shadaqah (LAZIS) sbb:
Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai berikut:
LAZIS Muhammadiyah
LAZ Dompet Dhuafa Republika
LAZIS Nahdlatul Ulama
LAZ Yayasan Amanah Takaful (LAZIS NU)
LAZ Pos Keadilan Peduli Umat LAZIS Ikatan Persaudaraan
LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat Haji Indonesia (LAZIS IPHI)
LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah
LAZ Baitul Maal Hidayatullah Lembaga Sumbangan Agama
LAZ Persatuan Islam Kristen Indonesia (LEMSAKTI)
LAZ Yayasan Baitul Maal Umat Islam PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. Badan Dharma Dana Nasional
LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat Yayasan Adikara Dharma Parisad
(BDDN YADP)
LAZ Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia
LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
LAZ Baitul Maal wat Tamwil
LAZ Baituzzakah Pertamina
LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DUDT) Back
Biaya Gabungan
Dilakukan Pencatatan Terpisah atas Biaya yg
terkait Penghasilan yg :
• bukan objek pajak dan
• dikenakan PPh Final
Bang Ami
KETENTUAN LAIN MENGENAI BIAYA FISKAL
Bang Ami
PENGHITUNGAN
PPH & PPH PSL 25
Corporate Income
Rekonsiliasi
Subjek
SPT 1771
Objek PPh
PPh Tax
Fiskal
Bang
Ami
17 – 20 Februari 2014
Bang
Amirul
Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN
Normal
Tarif
28% Perusahaan
Publik Pengurangan 5%
atau dari Tarif Normal
Psl 17 (2b)
25%
Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN
Syarat :
WP Badan DN dengan peredaran bruto
s.d. Rp 50.000.000.000,-
Fasilitas :
Pengurangan tarif 50% dari tarif Normal
Dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak
dari bagian peredaran bruto s.d. Rp
4.800.000.000,00
Peredaran bruto PT Y Rp
4.500.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp
500.000.000,00
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh
dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif
sebesar 50%.
Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN
Contoh I:
PT X berkedudukan di Jakarta memperoleh
penghasilan neto dalam tahun 2001 adalah sbb :
• Penghasilan neto dari dalam negeri sebesar Rp
8.000.000.000.
• Di Singapura memperoleh penghasilan (laba neto)
Rp 2.000.000.000, dimana PPh yang dibayar di
Singapura sebesar Rp 800.000.000
• Di Vietnam memperoleh penghasilan (laba neto)
sebesar Rp 6.000.000.000, dimana PPh yang
dibayar sebesar Rp 1.500.000.000
• Di Malaysia menderita kerugian (rugi neto) sebesar
Rp 5.000.000.000
Hitung kredit pajak PPh pasal 24
Bang Ami
KREDIT PAJAK BAGI WP DN DAN BUT
PAJAK YANG TERUTANG DIKURANGI DENGAN
KREDIT PAJAK TAHUN YANG BERSANGKUTAN
BESAR ANGSURAN
PPh PASAL 25 SETIAP BULAN
DIKURANGI
Contoh Umum :
PT ABC melakukan usaha penjualan barang hasil impor
Laporan Laba Rugi Th 2013 sbb :
Penjualan 500.000.000
HPP 300.000.000
Laba Kotor 200.000.000
Biaya usaha 130.000.000
Laba usaha 70.000.000
Pendapatan luar usaha :
• Laba selisih kurs 15.000.000
• Bunga pinjaman 10.000.000
Laba bersih 95.000.000
PPh yang dipotong/dipungut pihak lain
• PPh 22 impor 2.500.000
• PPh 23 1.500.000
Jumlah 4.000.000
Hitung PPh 25 untuk tahun 2013..!
Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN
Bang Ami
PENENTUAN PPH TERUTANG & KREDIT PPH BADAN
17 – 20 Februari 2014
Bang
Amirul
Ami
PENDAHULUAN
UU PPh
Bang Ami
SAAT MULAI PENYUSUTAN
HARTA BERWUJUD
METODE SALDO
METODE MENURUN DITETAPKAN
GARIS Pada Akhir Masa Manfaat MENTERI
LURUS Disusutkan sekaligus KEUANGAN
(Closed Ended)
4. Industri mesin
a. Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan
(misalnya mesin jahit, pompa air).
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
5. Perkayuan, kehutanan
a. Mesin dan peralatan penebangan kayu.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi
bahan atau barang kehutanan.
6. Konstruksi
Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dump truck,
crane buldozer dan sejenisnya.
7. Transportasi dan Pergudangan
a. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk peron,
truck ngangkang, dan sejenisnya;
b. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk
pengangkutan barang tertentu (misalnya gandum, batu - batuan,
biji tambang dan sebagainya) termasuk kapal pendingin, kapal
tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai
berat sampai dengan 100 DWT;
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
8. Telekomunikasi
a. Perangkat pesawat telepon;
b. Pesawat telegraf termasuk pesawat pengiriman dan penerimaan
radio telegraf dan radio telepon.
4. Industri kimia
a. Mesin peralatan yang mengolah/menghasilkan produk industri
kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia
(misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan organis dan
anorganis dan logam mulia, elemen radio aktif, isotop, bahan
kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat
pewarna, cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-resinonida
wangi-wangian, obat kecantikan dan obat rias, sabun,
detergent dan bahan organis pembersih lainnya, zat albumina,
perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api, alloy
piroforis, barang fotografi dan sinematografi.
b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya
(misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari
selulosa, karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat dan kulit
mentah)
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
Bang Ami
PENYUSUTAN – KELOMPOK HARTA BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK III : 16 THN, 6,25% (GL) atau 12,5% (SM)
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
5. Industri mesin
a. Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan berat
(misalnya mesin mobil, mesin kapal)
6. Transportasi dan Pergudangan
a. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk
pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-
batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan
kapal tangki, kapal penangkapan ikan dan sejenisnya, yang
mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
b. Kapal dibuat khusus untuk mengela atau mendorong kapal, kapal
suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan
sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT s.d. 1.000 DWT.
c. Dok terapung.
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yg mempunyai berat >250 DWT.
e. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter segala jenis
1. Konstruksi
Mesin berat untuk konstruksi
2. Transportasi dan Pergudangan
a. Lokomotif uap dan tender atas rel.
b. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan batere atau dengan
tenaga listrik dari sumber luar.
c. Lokomotif atas rel lainnya.
d. Kereta, gerbong penumpang & barang, tms kontainer khusus dibuat &
diperlengkapi utk ditarik dg satu atau bbrp alat pengangkutan.
e. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk
pengangkutan barang-barang tertentu (misal. gandum, batu-batuan,
biji tambang dsj) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal
penangkap ikan dsj, yg memp. berat >1.000 DWT.
f. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal
suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung
dsb, yang mempunyai berat > 1.000 DWT.
g. Dok-dok terapung
Bang Ami
Per Men Keu 96/PMK.03/2009
CONTOH PENGHITUNGAN PENYUSUTAN
Contoh I:
PT A membeli 1 unit mobil truck untuk distribusi barang
pada tanggal 5 Januari 2001 senilai Rp 200.000.000
PT A membeli 1 unit mesin fotocopy pada tanggal 31
Maret 2001 senilai Rp 40.000.000
Hitung Penyusutan Fiskal tahun 2006..!
Contoh II:
PT ABC membeli mobil pick up untuk distribusi barang
dagangan tanggal 10 Oktober 2001 seharga 100.000.000
Pada tanggal 5 April 2004 mobil tersebut dijual seharga Rp
70.000.000
Hitung laba (rugi) penjualan mobil tsb..!
UU PPh Pasal 11
Bang Ami
REKONSILIASI FISKAL
KELOMPOK I : 50%
KELOMPOK II : 25%
Amortisasi
Pembebanan atas pengeluaran Harta Tdk Berwujud yg:
- Memp. masa manfaat > 1 tahun
- Digunakan utk 3 M Penghasilan
METODE METODE
GARIS LURUS SALDO MENURUN
Pengeluaran Lainnya
Tarif
Masa
Kelompok Garis Saldo
Manfaat
Lurus Menurun
Kel. 1 4 Th 25% 50%
Kel. 2 8 Th 12,50% 25%
Kel. 3 16 Th 6.25 % 12.5 %
Kel. 4 20 Th 5% 10%
- Dibebankan Sekaligus
1. BIAYA PENDIRIAN
2. BIAYA PERLUASAN atau
- Diamortisasi bdsrkan
MODAL
Kel. harta
UU PPh Pasal 11A ayat (2) & (3)
Bang Ami
AMORTISASI – METODE DAN MASA MANFAAT
Bid.Penambangan Migas
- Biaya utk memperoleh hak
METODE
- dan pengeluaran lainnya SATUAN PRODUKSI
UU PPh Pasal 11A ayat (1a); Per Men Keu No. 248/PMK.03/2008
Bang Ami
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
PEMBUKUAN :
- JLH NILAI BUKU HARTA Rp 250.000.000,00 DIBEBANKAN SBG KERUGIAN
Bunga Pinjaman
Dapat
dibebankan
Contoh Soal:
Bang Ami
PERLAKUAN BUNGA PINJAMAN
Rata-rata Pinjaman:
Bulan Pinjaman Jk Waktu Jumlah
Januari - 1 bln -
Feb – Mei 125 Juta 4 bln 500 Juta
Juni – Juli 150 Juta 2 bln 300 Juta
Agt – Des 200 Juta 5 bln 1.000 Juta
Total 1.800 Juta
Rata-rata pinjaman = 1,8 M : 12 bln = 150.000.000
Rata-rata Deposito
Bulan Pinjaman Jk Waktu Jumlah
Januari - 1 bln -
Feb – Mar 25 Juta 2 bln 50 Juta
April – Agt 46 Juta 5 bln 230 Juta
Sep – Des 50 Juta 4 bln 200 Juta
Total 480 Juta
Rata-rata Deposito = 480 Juta : 12 = 40.000.000
Bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya =
20% x (150 Juta – 40 Juta) = Rp 22.000.000,-
Bang Ami
PENGGUNAAN KURS MATA UANG ASING SCR UMUM
Bagi WP yg menyelenggarakan
Pembukuan dalam Rupiah
Jenis SGU
Teknis
Pelaksanaan
Lessor Badan
Lessee Badan/OP
Finance Lease
Lessor Lessee
a. Objek PPh adalah Imbalan
a. Selama masa SGU tidak boleh
Jasa (pembyrn - angs.pokok);
menyusutkan brg modal,
b. Tidak boleh menyusutkan
sampai hak opsi dipakai;
brg modal;
c. Bila masa SGU lebih pendek,
b. Dasar penyusutan setelah
penghasilan akan dikoreksi;
pemakaian hak opsi adalah
d. Dapat membentuk cadangan;
nilai sisa brg ybs;
e. Kerugian piutang tak tertagih
dibebankan ke cadangan ybs;
c. Dapat membebankan pemba-
f. Dlm hal cadangan > kerugian,
yaran SGU dari pengh bruto;
sisanya mrpk penghasilan,
demikian sebaliknya;
d. Bila masa SGU lebih pendek,
g. Angsuran PPh Ps 25 dihitung
biaya akan dikoreksi.
dari laporan keuangan tri-wulan
disetahunkan dibagi 12.
Bang Ami
REKONSILIASI FISKAL
OperatingLease
Lessor Lessee
a. Objek PPh adalah seluruh a. Seluruh pembayaran dpt
pembayaran yg diterima; dibebankan sbg biaya;
Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA
Jual Beli
Tidak Terdapat Hubungan Istimewa:
• jumlah yg sesungguhnya diterima/dikeluarkan.
Terdapat Hubungan Istimewa :
• jumlah yg seharusnya diterima/ dikeluarkan.
Tukar Menukar
Tidak terdapat Hubungan Istimewa :
• jumlah yg seharusnya diterima/ dikeluarkan berdasar Harga
Pasar.
Liquidasi, Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, Pemecahan
atau Pengambilalihan usaha
Jumlah yg seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan
harga pasar, kecuali ditetap lain menurut Menteri Keuangan
UU PPh Pasal 10
Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA
UU PPh Pasal 10
Bang Ami
Hubungan Istimewa
dianggap ada apabila terdapat :
Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA
Hubungan Kepemilikan :
Penyertaan modal langsung atau tidak langsung sebesar 25%
atau lebih pada wajib pajak lainnya.
Hubungan antara wajib pajak dengan penyertaan 25% atau
lebih pada dua wajib pajak atau lebih
Hubungan antara dua wajib pajak atau lebih yang modalnya
sebesar 25% atau lebih dimiliki oleh pihak yang sama
Hubungan Penguasaan :
hubungan antara wajib pajak yang menguasai wajib pajak
lainnya, atau dua wajib pajak atau lebih berada di bawah
penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung,
baik penguasaan melalui
• manajemen
• pengunaan teknologi
WP Badan
Kecuali yg diijinkan Untuk tujuan Perpajakan,
melakukan pembukuan dan atas persetujuan
dgn Mata Uang Dollar AS DJP c.q. Kanwil
BUT
Dapat melakukan
RAT
(Sekali dalam 5 tahun)
Direvaluasi berdasarkan
Nilai Pasar atau
Nilai Wajarnya
Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA
Kecuali :
1.Karena force majeur
(kebijakan pemerintah
/putusan pengadilan)
2.Dlm rangka restrukturisasi Tambahan PPh Final :
(penggabungan, peleburan,
atau pemekaran usaha yg Tarif tertinggi PPh WP Badan DN
mendapat persetujuan) (yang berlaku pada saat RAT)
3.AT rusak berat dikurangi 10%
Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA
RAT harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva
tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap
yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang
memperoleh izin dari Pemerintah.
Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh
perusahaan jasa penilai atau ahli penilai ternyata tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya, Dirjen Pajak menetapkan
kembali nilai pasar atau nilai wajar aktiva ybs.
Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA
Bang Ami
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN & KETENTUAN PPH BADAN LAINNYA