Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISTILAH HFACS-SIS

1. KERUGIAN

Adalah segala dampak merugikan yang disebabkan oleh insiden, mencakup penyakit akibat kerja,
cedera, kerusakan properti, gangguan proses kerja, dan pencemaran lingkungan.

2. INSIDEN

Adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki, disebabkan oleh beberapa
faktor dan dapat mengakibatkan kerugian pada manusia, lingkungan, proses kerja dan/atau properti
perusahaan. Insiden mencakup hampir celaka (near miss) dan kecelakaan (accident).

3. TINDAKAN TIDAK SELAMAT (Unsafe Act) – Axxxx

Adalah tindakan dari pekerja yang secara langsung dapat menyebabkan insiden, baik berupa
kegagalan/kekeliruan atau pelanggaran.

3.1 ERROR – AExxx

Adalah kegagalan/kekeliruan untuk melakukan tindakan, baik secara fisik ataupun


mental/pikiran, yang telah direncanakan untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan.
Kegagalan diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yakni:

3.1.1 Kegagalan Yang Didasari Keterampilan (Skill Based Error) – AE1xx

Adalah kegagalan yang terjadi pada aktvitas atau proses kerja rutin yang melibatkan
keterampilan (skill) pekerja. Kegagalan ini terjadi akibat tindakan yang tidak disadari
atau tidak disengaja karena berkurangnya perhatian atau kewaspadaan pekerja saat
operasi kerja (ex: tidak memperhatikan adanya bahaya – slip), kegagalan ingatan (ex:
secara tidak sadar melewati tahapan dalam melakukan rutinitas kerja – lapses), postur
kerja, serta teknik/cara kerja yang tidak sesuai.

AE101 – Pengoperasian: Kondisi dimana proses operasi kerja atau pelaksanaan aktivitas
yang bersifat rutin tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pekerja, seperti
memundurkan unit tanpa terlebih dahulu memastikan kondisi sekitar, tanpa disadari
tidak mengoper gigi pada saat kondisi tertentu.

AE102 – Postur kerja: Kondisi dimana postur tubuh atau posisi anggota tubuh saat
melaksanakan pekerjaan tidak sesuai, seperti menempatkan tangan di titik jepit dan
bekerja dengan postur janggal.

AE103 – Ketepatan waktu: Kondisi dimana penentuan waktu untuk melaksanakan


tahapan kerja tidak sesuai, seperti terlambat melakukan pengereman, melakukan dua
kegiatan sekaligus pada saat bekerja (mis. mengoperasikan unit sambil minum).
AE104 – Teknik/cara kerja: kondisi dimana pekerja tidak menyadari bahwa ia
melakukan tahapan kerja tidak sesuai dengan standar prosedur kerja ada, seperti
operator melakukan overtaking sebelum mendapat persetujuan, pekerja tidak menekan
tombol fire supresion saat unit terbakar, dan penentuan jarak unit saat
parkir/beriringan/berpapasan dengan tidak tepat.

AE105 – Penggunaan alat/peralatan/APD:

3.1.2 Kegagalan Yang Didasari Peraturan (Rule Based Error) – AE2xx

Adalah kegagalan yang berkaitan dengan ketidaksesuaian penentuan tindakan (secara


sadar) dalam melaksanakan operasi kerja atau menangani situasi dengan peraturan atau
prosedur yang ada. Kegagalan ini terjadi akibat penentuan keputusan tidak memadai
atau tidak tepat sehingga terjadi kekeliruan (mistake) dalam menerapkan prosedur yang
ada, apakah prosedur yang diterapkan tidak sesuai dengan situasi atau pelaksanaan
prosedur yang dipilih tidak benar.

AE201 – Penggunaan alat/peralatan/APD: Kondisi dimana pekerja menggunakan


alat/peralatan/APD yang tidak sesuai, yakni dalam keadaan tidak memadai (rusak), tidak
sesuai standar, ataupun menggunakannya dengan cara yang tidak tepat.

AE202 – Prioritas kerja: Kondisi dimana pekerja tidak menentukan prioritas dalam
melakukan operasi atau aktivitas, seperti mengabaikan peringatan bahaya, melakukan
pekerjaan dengan terburu-buru, melakukan aktivitas tanpa mengikuti prosedur kerja
yang ada.

AE203 – Prosedur/Procedural: Kondisi dimana pekerja melakukan tindakan tidak sesuai


dengan prosedur, seperti memasang LOTO tidak sesuai prosedur pemasangan,
melakukan manuver berlawanan dengan arah jarum jam.

AE204 – Penilaian situasi: Kondisi dimana pekerja menganalisa situasi yang terjadi
dengan tidak tepat sehingga pekerja keliru dalam menentukan prosedur untuk
mengatasi situasi tersebut

AE205 – Persepsi: Kondisi dimana pekerja menentukan tindakan yang tidak tepat
karena ketidaksesuaian menginterpretasikan situasi yang diakibatkan oleh proses
penerimaan informasi terganggu, seperti tidak tepat dalam memperkirakan jarak karena
kondisi lingungan yang buruk, interpretasi rambu peringatan tidak tepat.

3.1.3 Kegagalan Yang Didasari Pengetahuan (Knowledge Based Error) – AE3xx

Adalah kegagalan yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan oleh pekerja tidak tepat
(incorrect action) karena keliru dalam mendiagnosa atau mengenali permasalahan yang
tidak biasa dihadapi, di mana prosedur untuk menangani situasi juga tidak tersedia.
Kegagalan ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan atau pengalaman pekerja.
AE301 – Proses Informasi: Kondisi di mana pekerja melaksanakan tindakan yang tidak
benar saat menghadapi situasi yang tidak dikenalinya karena tidak memiliki kemampuan
untuk membuat keputusan yang tepat pada kondisi tertentu (misalnya panik dan
tertekan).

AE302 – Pengetahuan bahaya dan risko: Kondisi di mana pekerja melakukan tindakan
yang tidak benar saat menghadapi situasi yang tidak biasa dikarenakan pekerja tidak
memiliki pengetahuan mengenai potensi bahaya dan risiko yang ada pada situasi
tersebut.

AE303 – Prosedur: Kondisi di mana pekerja melakukan tindakan yang tidak benar saat
mengatasi situasi yang terjadi dikarenakan tidak adanya prosedur penanganan atau
prosedur yang ada tidak memadai.

3.2 PELANGGARAN (VIOLATION) – AVxxx

Adalah tindakan pengabaian terhadap peraturan dan undang-undang yang berlaku secara
sengaja. Berdasarkan frekuensi dan reaksi (sanksi) dari manajemen, pelanggaran dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.

3.2.1 Pelanggaran Rutin (Routine Violation) – AV1xx

Adalah pengabaian prosedur dan peraturan secara sengaja yang sering terjadi dan
digolongkan sebagai pelanggaran ringan dan sering kali ditoleransi oleh pihak yang
berwenang (manajemen).

3.2.2 Pelanggaran Luar Biasa (Exceptional Violation) – AV2xx

Adalah pengabaian prosedur dan peraturan secara sengaja yang tergolong sebagai
pelanggaran berat dan tidak diterima atau ditoleransi oleh pihak yang berwenang
(manajemen).

AVx01 – Penggunaan pelindung: Kondisi di mana pekerja secara sengaja tidak


menggunakan alat pelindung sesuai dengan ketentuan saat bekerja.

AVx02 – Penggunaan alat/peralatan: Kondisi di mana pekerja secara sengaja


menggunakan alat/peralatan tidak sesuai dengan prosedur yang ada atau
menggunakannya tidak sesuai dengan fungsinya.

AVx03 – Peraturan & prosedur kerja: Kondisi di mana pekerja secara sengaja
mengabaikan atau tidak mengikuti ketentuan yang diatur dalam peraturan dan
standar/prosedur kerja, seperti mengoperasikan unit tanpa Kimper atau SIO, memasuki
area kerja yang bukan wewenangnya.

AVx04 – Traffic management: Kondisi di mana pekerja secara sengaja mengabaikan atai
tidak mengikuti ketentuan dalam prosedur traffic management, seperti rambu-rambu
lalu lintas operasi pertambangan, mengoperasikan unit/sarana melewati batas
kecepatan.

4. KONDISI PENUNJANG TINDAKAN TIDAK SELAMAT (PRECONDITION OF UNSAFE ACT) – Pxxxx

Adalah kondisi yang mempengaruhi performa kerja dan dapat memicu terjadinya tindakan tidak
selamat. Kondisi tersebut antara lain faktor lingkungan, faktor personal, dan kondisi operator.

4.1 FAKTOR LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL FACTORS) – PExxx

Adalah faktor fisik ataupun teknologi yang mempengaruhi pekerjaan, kondisi kerja, dan
tindakan pekerja serta memicu tindakan tidak selamat.

4.1.1 Lingkungan Fisik (Physical Environment) – PE1xx

Adalah kondisi lingkungan di area operasional, seperti instalasi area kerja,


kondisi jalan atau tempat kerja, pencahayaan, housekeeping, kondisi cuaca, dll.

PE101 – Energi: Daya atau tenaga yang merupakan potensi bahaya dan
memiliko risiko untuk menimbulkan kerusakan, seperti kebakaran atau ledakan
dan tenaga listrik pada peralatan bertegangan tinggi dan instalasi listrik.

PE102 – Instalasi: Kondisi pemasangan perangkat-perangkat bangunan atau


konstruksi bangunan di area kerja, seperti tangga gedung atau tangga di unit
dan demarkasi jalan.

PE103 – Kondisi jalan/area kerja: Keadaan di mana tempat operasi kerja


berlangsung, antara lain jalanan untuk unit dan sarana dan area kerja untuk
pekerja, menimbulkan potensi bahaya dan risiko, seperti terdapat material jatuh
atau longsoran, kondisi permukaan jalan berbahaya, desain jalan/area tidak
memadai.

PE104 – Kondisi lingkungan: Ambien lingkungan kerja yang berisiko menganggu


operasi kerja, seperti jalanan berdebu atau berkabut dan pencahayaan kurang.

PE105 – Housekeeping: Kondisi kebersihan dan kerapihan tempat kerja yang


dapat menimbulkan potensi bahaya, seperti penempatan dan penyimpanan
material/alat.

PE106 – Ergonomik: Kondisi peralatan kerja atau desain pekerjaan yang berisiko
terhadap faktor manusia (ketidaksesuaian antara interaksi pekerja dengan
desain alat/peralatan), seperti getaran, bising, ruang gerak bekerja terbatas.

PE107 – Kondisi lainnya: Keadaan tertentu yang terdapat di area kerja dan
memiliki potensi bahaya, seperti confined space, banjir atau luapan air, hewan
lair, suhu ekstrim, dan kondisi cuaca.
4.1.2 Lingkungan Teknologi (Technological Environment) – PE2xx

Adalah kondisi perangkat-perangkat kerja (alat/peralatan/rambu/pelindung)


yang berkaitan dengan desain serta ketersedianya.

PE201 – Alat pelindung diri: Alat pelindung diri tidak tersedia atau alat
pelindung yang ada tidak memadai, baik dalam kondisi rusak atau tidak sesuai
standar.

PE202 – Pelindung mesin & safety device: Pelindung peralatan kerja berupa
guarding mesin serta perangkat proteksi keselamatan (safety device) tidak
tersedia atau tidak memadai (rusak atau di bawah standar).

PE203 – Rambu/tanda peringatan: Tanda-tanda berupa simbol serta petunjuk-


petunjuk tertulis di area kerja tidak terpasang atau tidak memadai (rusak atau
tidak jelas).

PE204 – Alat dan peralatan: Kondisi alat atau peralatan kerja yang
mempengaruhi proses operasi kerja, seperti alat/peralatan kerja rusak dan
lifetime alat/peralatan kerja habis (aus).

PE205 – Desain: Rancangan awal alat/peralatan kerja yang tidak sesuai sehingga
mempengaruhi proses kerja

4.2 KONDISI PEKERJA (CONDITION OF EMPLOYEE) - PCxxx

Adalah kondisi individu yang mempengaruhi performa kerja dan pengambilan tindakan
selamat, meliputi kondisi mental, fisiologis, serta keterbatasan mental dan fisik pekerja.

4.2.1 Penurunan Kondisi Mental (Adverse Mental State) – PC1xx

Adalah kondisi mental dan sikap individu yang mengalami penurunan atau menyimpang
dari kondisi biasanya. Kondisi mental yang buruk dapat menghilangkan kepekaan
terhadap situasi sehingga mempengaruhi kinerja dan menimbulkan tindakan tidak
selamat. (ex: kondisi psikologis)

PC101 – Psikologis: Kondisi kejiwaan pekerja mengalami penurunan dibawah kondisi


normal atau gangguan sesaat., seperti frustasi atau stres dan emosi/perasaan yang tidak
stabil atau tidak terkendali.

PC102 – Kesadaran (Awareness): Kesadaran pekerja terhadap situasi yang dihadapi


tidak memadai sehingga tidak memahami dengan baik terkait kondisi yang terjadi,
seperti adanya distraksi pikiran, konsentrasi bekerja kurang.
4.2.2 Penurunan Kondisi Fisiologis (Adverse Physiological State) – PC2xx

Adalah kondisi fisiologis individu yang, meliputi kondisi medis atau fisik yang mengalami
penurunan atau menyimpang dari kondisi biasanya sehingga mempengaruhi performa
pekerja dan memicu timbulnya tindakan tidak selamat. (ex: dehidrasi, gangguan tidur,
kelelahan, cedera)

PC201 – Kondisi medis: Faktor kesehatan pekerja yang tidak mendukung performa
pekerja untuk bekerja secara optimal, seperti dehidrasi karena kurang mengkonsumsi
air minum, belum sembuh dari cedera, dalam keadaan sakit, dalam masa pengobatan
dokter.

PC202 – Kelelahan (fatigue): Penurunan kinerja dan ketahanan tubuh dikarenakan


waktu istirahat yang kurang dan beban atau durasi kerja yang melebihi kapasitas fisik
pekerja.

4.2.3 Keterbatasan Fisik/Mental – PC3xx

Adalah kondisi di mana terdapat keterbatasan/gangguan pada kondisi fisik atau mental
secara permanen sehingga terdapat ketidaksesuaian antara kapasitas individu dengan
kebutuhan pekerjaan. (ex: ingatan, proses berfikir, kekuatan fisik)

PC301 – Keterbatasan mental: Keadaan di mana kapasitas atau kapabilitas mental


pekerja memiliki kekurangan/gangguan secara permanen seperti gangguan emosi, daya
tangkap kurang, daya ingat kurang, dan gangguan jiwa.

PC302 – Kekurangan sensori: Keadaan di mana fungsi indra sensori pekerja memiliki
keterbatasan atau gangguan secara permanen, seperti buta warna, tuli, hearing damage

PC303 – Keterbatasan fisik: Keadaan di mana kapasitas atau kapabilitas fisik pekerja
memiliki kekurangan secara permanen atau semi-permanen (cacat), seperti kemampuan
koordinasi motorik lambat, antropometri (ukuran tinggi, berat, kekuatan, dll.) yang tidak
sesuai, sensitif atau alergi terhadap zat.

4.3 FAKTOR PERSONALIA (Personnel Factors) – PPxxx

Adalah kondisi kepegawaian dalam organisasi berdasarkan standar/ketentuan yang ada,


meliputi koordinasi dan komunikasi antar pekerja dalam operasi kerja dan ketentuan untuk
memastikan kesiapan atau kesesuaian pekerja sebelum memulai operasi kerja.

4.3.1 Komunikasi Dan Koordinasi – PP1xx

Adalah proses interaksi antar pekerja dalam melaksanakan operasi kerja, baik dalam
tingkat individu/personal, tim/unit, ataupun manajemen/organisasi, yang dapat memicu
timbulnya tindakan tidak selamat. (ex: tidak dilaksanakan briefing, tidak ada komunikasi
potensi bahaya)
PP101 – Koordinasi: Pengaturan hubungan kerja sama antar pekerja atau tim yang
saling terkait dalam suatu operasi/aktivitas yang mendukung performa kerja, seperti
pembagian tugas dan tanggung jawab dalam tim kerja.

PP102 – Komunikasi: Proses pengiriman dan penerimaan pesan antar pekerja atau tim
kerja saat operasi/aktivitas berlangsung sehingga mempengaruhi performa kerja, seperti
briefing sebelum bekerja, komunikasi hazard, peringatan bahaya, penyampaian instruksi
kerja, dll.

4.3.2 Kesiapan Personil Untuk Bekerja (Personel Readiness) – PP2xx

Adalah kesiapan individu secara fisik untuk sesuai dengan ketentuan kepegawaian
sebelum melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Pekerja bertanggung jawab dalam
memastikan kesiapan diri sebelum mulai bekerja sesuai ketentuan yang berlaku. (ex:
kurang tidur, dalam pengaruh obat-obatan atau alkohol)

PP201 – Kurang tidur: Jumlah waktu tidur pekerja kurang dari ketentuan jumlah waktu
tidur dalam prosedur kerja.

PP202 – Nutrisi kurang memadai: Kondisi di mana asupan nutrisi atau pola makan
pekerja tidak memadai untuk mendukung performa kerja yang optimal.

PP203 – Kebugaran fisik tidak memadai: Gagal memastikan kesiapan fisik pekerja
sebelum aktivitas kerja dimulai.

PP204 – Berada di bawah pengaruh alkohol

PP205 – Berada di bawah pengaruh obat-obatan

PP206 – Pengalaman kerja

5. KEPEMIMPINAN YANG TIDAK SELAMAT (UNSAFE LEADERSHIP) – Lxxxx

Adalah ketidaksesuaian tindakan dari setiap orang yang berada pada posisi pimpinan (pengawas
operasional ataupun pimpinan manajemen) yang dapat mempengaruhi kinerja dan tindakan pekerja
di tingkat operasional. Tindakan kepemimpinan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

5.1 KEPEMIMPINAN YANG TIDAK MEMADAI (INADEQUATE LEADERSHIP) – LIxxx

Adalah kondisi kepemimpinan yang tidak mendukung untuk memastikan pelaksanaan


operasi kerja yang selamat dan efisien, mencakup proses pendampingan, pelaksanaan
training, pengawasan keselamatan operasi, prosedur dan peraturan kerja, insentif pekerja,
dan pengetahuan/kemampuan pimpinan.

LI001 – Pembimbingan/pendampingan

LI002 – Pelaksanaan training


LI003 – Pengawasan keselamatan

LI004 – Insentif

LI005 – Pengetahuan & Keterampilan Pimpinan

LI006 – Prosedur & Kebijakan

5.2 OPERASI DIRENCANAKAN DENGAN TIDAK SESUAI (PLANNED INAPPROPRIATE


OPERATIONS) – LPxxx

Adalah keadaan dimana proses perencanaan operasi/aktivitas kerja, meliputi perencanaan


tugas/pekerjaan, penugasan pekerja, perencanaan keselamatan, yang dilakukan oleh
pimpinan tidak sesuai sehingga menempatkan pekerja pada tingkat risiko yang tidak dapat
diterimanya. (ex: beban kerja berlebih, shift kerja yang tidak memadai)

LP001 – Perencanaan kerja/tugas

LP002 – Penugasan pekerja

LP003 – Perencanaan keselamatan

LP004 – Pengawasan kepemimpinan

5.3 GAGAL UNTUK MEMPERBAIKI MASALAH YANG TERIDENTIFIKASI (FAILED TO CORRECT


KNOWN PROBLEM) – PCxxx

Adalah keadaan dimana kondisi atau perilaku berisiko yang diketahui oleh pimpinan, baik
yang teridentifikasi atau dilaporkan pekerja, namun tindakan perbaikan untuk menurunkan
risiko tersebut tidak dilakukan atau tidak memadai. (ex: proses identifikasi bahaya dan risiko
tidak memadai)

LC001 – Bahaya & risiko

LC002 – Kebijakan/prosedur

LC003 – Maintenance/tindakan perbaikan

5.4 PELANGGARAN PADA TINGKAT PIMPINAN (LEADERSHIP VIOLATION) – LVxxx

Adalah tindakan pengabaian prosedur dan peraturan kerja yang dilakukan oleh setiap orang
yang berada dalam posisi pimpinan secara sengaja. (ex: memberikan instruksi kerja yang
tidak sesuai dengan prosedur, memberikan tugas kepada pekerja yang tidak berwenang)

LV001 – Peraturan & prosedur kerja

LV002 – Instruksi kerja


LV003 – Toleransi pelanggaran

LV004 – Penugasan pekerja

LV005 – Wewenang jabatan

6. PENGARUH ORGANISASI (ORGANIZATION INFLUENCES) – Oxxxx

Adalah kondisi atau tindakan di tingkat organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja keselamatan
operasi. Kondisi organisasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

6.1 MANAJEMEN SUMBER DAYA (RESOURCE MANAGEMENT) – ORxxx

Adalah kondisi sistem pengelolaan sumber daya organisasi yang dapat mempengaruhi
kinerja operasional, mencakup alokasi dan pemeliharaan aset organisasi yang terdiri dari
sumber daya manusia, asset keuangan dan peralatan/fasilitas.

6.2 IKLIM ORGANISASI (ORGANIZATIONAL CLIMATE) - OCxxx

Adalah kondisi organisasi yang merujuk pada berbagai aspek manajerial yang
mempengaruhi kinerja operasional, antara lain struktur organisasi, budaya organisasi, dan
kebijakan organisasi. (ex: alur komunikasi dan komando organisasi, nilai organisasi)

6.3 PROSES ORGANISASI (ORGANIZATION PROCESS) – OPxxx

Adalah sistem yang mengatur proses operasi organisasi, mencakup sistem operasi, sistem
prosedur, dan sistem pengawasan.

7. FAKTOR EKSTERNAL

Adalah faktor-faktor di luar lingkup organisasi/perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja


keselamatan dan kesehatan kerja di organisasi.

7.1 Faktor Regulasi

Kebijakan dan peraturan dari tingkat pemerintah yang berkaitan dengan pengaturan dan
pengawasan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja di organisasi

7.2 Faktor Lainnya

Tekanan atau tuntutan dari lingkungan di luar organisasi yang mempengaruhi kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja organisasi, yakni masyarakat sekitar dan perusahaan
pemilik (owner)

Anda mungkin juga menyukai