Anda di halaman 1dari 14

DEFINISI FILSAFAT DAN LANDASAN BERFIKIR

PERTEMUAN 2 KELAS B DISUSUN OLEH :

Nama : Andi Putri Alifah 1410620010 (3)

Ilham 1410620043 (13)

Kania Nur Utami 1410620012 (19)

Lidya Cristine Silalahi 1410620084 (21)

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Mata Kuliah : Filsafat Komunikasi

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Jl. R.Mangun Muka Raya, RT.11/RW.14, Rawamangun Kec. Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur
daerah khusus ibu kota Jakarta, 13220
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................i

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

I.1 Resume...................................................................................................................................1

I.2 Studi Kasus............................................................................................................................3

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.............................................................................................................................5

II.1 Definisi Filsafat....................................................................................................................5

II.1.2 Antara Teori dan Praktek...........................................................................................6

II.2 Landasan Berfikir...............................................................................................................7

BAB III...........................................................................................................................................9

PENUTUP......................................................................................................................................9

III.1 Kesimpulan........................................................................................................................9

III. 2 Saran..................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

LAMPIRAN.................................................................................................................................12

i
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Resume

Mats Bergman dalam buku Peirce’s Philosophy of Communication mengatakan


bahwa buku itu adalah studi kritis tentang dasar komunikatif Charles Sander Peirce.
Tujuannya untuk mengeksplorasi pengertian dan landasan filosofi teoritis dimana tanda nya
diresapi oleh gagasan komunikasi. Mats juga berpendapat bahwa semiotic secara inheren atau
melekat pada komunikatif belum sepenuhnya dihargai. Sayangnya hal ini diklaim bahwa
seperti agak tidak kontroversial. Hal ini tentu filosofi yang diberitahukan dari sudut pandang
semiotok dan pragmatis tidak dapat gagal untuk berorientasi pada komunikasi dan komunitas.

Di dalam salah satu tujuan dari bukunya juga untuk menyatakan bahwa semiotic
merupakan atau seharusnya titik awal dari teori tanda Peircean. Dan pemahaman dan
peningkatan dalam penggunaan tanda harus menjadi idealnya. Namun Mats percaya bahwa
pendekatan seperti itu tidak serta merta mengecualikan konsepsi umum dan objektif tentang
tanda dan semiosis. Dan juga tidak terhindarkan pada instrument yang kasar dan fitnah teori.
Ide panduan panduan dari buku ini adalah bahwa praktisi semiotik perlu mempertimbangkan
kerangka komunikatif untuk menghindari masalah formalisme kosong dan kesewenang-
wenangan teoritis.

Jadi itulah salah satu alasan mengapa lebih membahas tentang filosofi komunikasi
Peirce dibanding komunikasinya. Dalam pandangan filosofi peirce ini terlihat akan
terjaminnya memberlakukan komunikasi hanya sebagai salah satu dari banyaknya contoh
tindakan tanda lainnya. Dalam hal ini berarti kita harus bisa menyebutkan bahwa teori praktik
komunikatif sebagai cara khusus dalam semiotic umum. Namun ditemukan juga ide
komunikasi secara samar tetapi tidak dapat disangkal dalam konsepsi sentral filosofi peirce,
seperti tanda dan pikiran, dan hal ini tidak luput dari perhatian.

Mengapa peran dan relevansi komunikasi dalam filosofinya Peirce tetap menjadi hal
yang terpinggirkan dikarenakan mungkin status ketidakpastian konsepsi dari komunikatif
dalam semiotic. Maka dari itu tujuan selanjutnya dari buku Mats yaitu, bukan untuk
menyebutkan teori komunikasi secara rinci, tetapi sebaliknya, harapannya juga dapat
memberikan kontribusi untuk memahami lebih dalam tentang landasan komunikatif yang
salah dari semiotic. Dalam penjelasan jiwa komunikatif filosofi Peirce tentu harus

1
mempengaruhi perkembangan teori komunikasi Peircean, kedua hal tersebut adalah hal yang
berkaitan. Peirce sendiri tidak menyusun teori komunikasi eksplisit, jadi tidak akan
menemukan referensi ke filosofi komunikasi dalam teks aslinya. Jadi dalam buku Mats ini
yaitu untuk melengkapi dan bahkan sebagai koreksi parsial untuk penjelasan semiotic yang
ada.

Dalam sebuah buku memang sudah pasti banyak yang dibahas, bahkan terlalu banyak
yang akan disebutkan atau dituliskan. Namun dalam studi ini memang tidak menggambarkan
secara penuh tentang semiotic atau pengembangan detail dari teori komunikasi Peircean. Jadi
menurut Mats, pembaca buku tidak boleh mengharapkan risalah secara sistematis tentang tata
bahasa tanda tanda Peirce. Mats berfokus pada topik yang lebih luas lagi, tetapi sering kali
diabaikan. Tujuannya juga untuk membuka jalur pragmatis yang jelas ke dunia semiotic, jadi
tidak membahas detail teori itu tetapi dianggap sebagai studi tentang pengalaman umum.
Harapannya juga supaya perspektif tersebut terbukti kondusif dalam penyelidikan semiotic
dari proses komunikatif dan fenomena dari berbagai jenis.

Mats juga mengungkapkan bahwa dibukunya, meskipun dia akan membahas


mengenai semiotik yang penting jika sesuai, pertemuan intelektual utama dalam bukunya
yaitu dengan Peircenya sendiri. Hal itu juga berarti mats bukan hanya menjelaskan
filosofinya sebaik yang dia bisa, tetapi juga ikut peran dalam memberikan kritik dari sudut
pandangnya jika merasa itu hal yang diperlukan. Menurut Mats juga, kita semua seharusnya
lebih banyak belajar lagi dari semangat komunikatifnya pilosofi Peirce. Dibagian berikut
bukunya Mats akan membahas tentang perkenalan konsepsi umum tentang penyelidikan
ilmiah dan filosofis, usulan dari beberapa revisi kritis terhadap pengaturan ilmu filosofis
Peirce, mengonseptualisasikan semiosis berdasarkan bab sebelumnya dan yang terakhir
mempertimbangkan hal penting untuk teori komunikasi Peirce diatas filosofi komunikasi
Peirce.

Jadi intinya buku Mats Bergman membahas tentang teori semiotika dari Charles
Sander Peirce, atau teori itu dapat juga disebut sebagai teori studi semiotika. Teori semiotika
itu berdasarkan logika, dalam logika tentu saja berkaitan dengan nalar. Menurut Peirce
penalaran itu dilakukan melalui tanda, jadi teori tersebut mengetai tanda dan symbol. Tanda
dan symbol adalah salah satu hal yang digunakan dalam dunia komunikasi. Dengan tanda ini
memungkinkan kita untuk memberikan informasi tentang sesuatu kepada orang lain, bukan
tandanya tetapi makna dari tanda tersebut.

2
I.2 Studi Kasus

Dalam kehidupan sehari hari saat kita berkomunikasi dengan seseorang maupun
sekelompok orang, selain dapat diucapkan secara langsung atau verbal dapat juga secara
tidak langsung atau nonverbal. Dalam komunikasi nonverbal ini yang berarti tanpa kata, jadi
bisa sikap atau prilaku, ekspresi, serta juga tanda atau sebuah symbol.

Hal ini berkaitan dengan teori semiotic dari Peirce. Penggunaan tanda atau symbol
dalam komunikasi yaitu bisa dalam berbagai bentuk, seperti mengenalkan sesuatu,
menyebarkan suatu berita atau bisa juga mengajak khalayak melakukan sesuatu. Dan juga
tujuan dari komunikasi salah satu dari ketiga hal tersebut. Dalam terjadinya komunikasi
diharapkan dapat mengubah opini, pendapat atau pun prilaku seseorang.

Salah satu bentuk dari komunikasi tersebut yang sedang terjadi saat ini yaitu
sosialisasi yang berisikan ajakan dan aturan tentang bahaya covid 19. Wabah ini merupakan
virus yang menyerang berbagai negara di dunia sehingga banyaknya upaya yang dilakukan
salah satunya adalah sosialisasi tentang bahaya dan kewaspadaan dari virus covid 19 ini.
Karena memang wabah virus ini tidak bisa diaggap sepele, penyebaran begitu cepat dan
sudah banyak korban yang meninggal akibat wabah ini.

Pemerintah serta pihak dari bidang kesehatan dan bahkan dari orang orang yang
peduli terkait pandemi covid 19, banyak melakukan ajakan baik secara langsung maupun
lewat media sosial supaya kita semua bisa menjaga dan tahu bagaimana cara bersikap saat ini
dalam melawan covid 19. Sosialisasi itu berisikan seperti penjelasan mengenai apa itu covid
19, bagaimana cara menjaga diri agar terhindar dari virus covid 19, apa yang harus dilakukan
jika sudah terkena covid dan lain sebagainya. Dengan kemajuan teknologi dan internet saat
ini, maka memudahkan untuk melakukan sosialisasi ini yang dapat dilakukan secara online.
Dalam menyebarkan sosialisasinya kita dapat benar benar memaksimalkan penggunaan dari
media sosial saat ini.

Dalam mensosialisasikan itu berarti sama saja terjadinya komunikasi, dimana dapat
disampaikan lewat symbol atau pun tanda. Jadi maksudnya adalah sosialisasi yang bentuk
poster atau pun video dimana disebarluaskan melalui media sosial tersebut didalamnya
memungkinkan ada symbol atau tanda, yang gunanya untuk mengkomunikasikan dari si
pemberi tanda kepada kita penerimanya. Simbol atau tanda itu mengandung makna yang
akan di pahami oleh kita sebagai penerimanya. Namun juga sebetulnya bukan hanya

3
sosialisasi saja yang dilakukan, tetapi bisa untuk memberikan info terbaru atau berita terbaru
tentang sesuatu, terlebih itu hal yang penting.

4
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi Filsafat

Filsafat sendiri memang merupakan sebuah studi tentang dasar akan sesuatu masalah.
Permasalahan ini bisa sebuah nilai, akal, fikiran, bahasa, pengetahuan dan lain lainnya. Pada
dasarnya manusia memang makhluk sosial, yaitu saling terhubung satu sama lain, saling
membutuhkan satu sama lain, jadi saling terikat satu sama lain. Dari hal itu berarti manusia
tidak bisa tidak saling berkomunikasi satu sama lain. Bahkan dari jaman dahulu dimana
manusia masih di masa primitif pun dan sampai saat ini manusia terkoneksi satu sama lain.

Jadi komunikasi yaitu proses terhubungnya satu manusia dengan yang lainnya untuk
menyampaikan bisa juga untuk menciptakan sebuah pesan atau informasi dari akal fikiran
atau dari prasannya kepada si penerima, dengan tujuan penerima dapat memahami dari hal
yang disampaikan tersebut, serta berharap mendapatkan respon. Dan supaya komunikasi
terjalin efektif yaitu harus ada hal yang perlu diperhatikan. Salah satu bukti bahwa
komunikasi terjalin efektif yaitu saat pengirim pesan mendapatkan feedback atau respon yang
sesuai dengan yang dia harapkan.

Hal yang harus diperhatikan ini antara lain, pengirim pesan, isi pesan, media pesan,
respon pesan, hasil dari pesan yang disampaikan. Jadi saat mengirimkan pesan kita harus
mengetahui apa hal yang dibutuhkan dan dipahami oleh penerima pesan yang akan kita
kirimkan, sehingga penerima pesan memahaminya dan akan mendapatkan respon yang sesuai
dengan apa yang kita harapkan. Dalam berkomunikasi pesan yang dikirimkan itu ada dua
jenis pesan yaitu pesan verbal dan pesan nonverbal, dalam penyampaiannya juga bisa secara
langsung maupun tidak langsung.

Jadi pesan verbal adalah pesan melibatkan kata kata, diucapkan secara langsung,
biasanya komunikasi lebih sering menggunakan pesan verbal ini. Sedangkan pesan nonverbal
yaitu komunikasi tanpa kata kata yaitu menggunakan gerak tubuh, ekspresi wajah, isyarat,
symbol serta tanda. Media dalam penyampaian pesan pun banyak terlebih kemajuan jaman
sekarang ini yang sudah canggih dan berteknologi, yang paling digunakan sekarang yaitu
media sosial.

5
Untuk definisi filsafat komunikasi yaitu studi yang menelaah pemahaman mengenai
proses terjadinya komunikasi mulai dari berbagai sifat, tujuan, metode, fungsi dan lain lainya
secara kritis, sistematis, tertata, analaitis dan lainnya, jadi filsafat komunikasi itu konsep
pendekatan terhadap ilmu komunikasi. Sebelumnya merupakan penjelasan definisi filsafat
komunikasi secara umum, namun disini sesuai dengan buku Peirce’s Philosophy of
Communication yang ditulis oleh Mats Bergman yaitu tentang teori semiotik Peirce. Jadi
definisi filsafat komunikasi yang ingin dijelaskan disini yaitu berdasarkan teori semiotic dari
Charles Sander Peirce. Teori semiotic tersebut sudah dijelaskan sebelumnya yaitu
berhubungan dengan tanda yang diberikan atau gunakan.

Menurut Peirce teori semiotic itu didasarkan oleh logika, logika disini sudah pasti
berkaitan dengan nalar yang dipakai. Penalaran itu dilakukan melalui tanda tanda.
Komunikasi dapat dilakukan menggunakan tanda. Karena bentuk jenis pesan ada nonverbal
dimana salah satunya menggunakan tanda untuk menyampaikan pesannya. Namun yang
diperhatikan disini bukanlah tandanya, melainkan makna dari tanda yang diberikan.
Sebetulnya di buku tersebut memang tidak menjelaskan secara detail apa itu teori semiotic
atau bagaimana pengembangan secara detail dari teori Peirce. Dibuku itu lebih fokus kepada
hal lain bersifat lebih umum yang sering diabaikan.

II.1.2 Antara Teori dan Praktek

Komunikasi yang dibahas ini yaitu bagaimana cara menyampaikan pesan dari satu ke
yang lain menggunakan sebuah tanda. Pesan seperti itu seperti yang sudah dijelaskan yaitu
salah satu bentuk pesan nonverbal. Berkaitan dengan studi kasus yang diambil yaitu tentang
mensosialisasikan untuk mengajak atau dapat juga berupa perintah bahaya dan kewaspadaan
terhadap covid 19.

Karena wabah covid 19 ini memang sangat mengkhawatirkan di bidang kesehatan, ini
bukan hanya mencangkup negara Indonesia saja tetapi juga dunia. Dalam mensosialisasi
wabah covid 19 itu, tentunya dengan kemajuan teknologi dan internet dapat berbentuk poster
atau video, dan untuk membuatnya lebih menarik biasanya ditambahkan animasi atau tulisan
tulisan yang kreatif. Bentuk animasi atau tulisan tersebut dapat disebut sebuah tanda, yang
dimana tanda tersebut memiliki makna,

Sehingga makna tersebut sampai ke penerima pesan. Dalam membuat tanda itu
sendiri seharusnya menyesuaikan khalayak, kita harus tau apa yang dibutuhkan oleh khalayak

6
tersebut. Jika penerima memahami maksud dari pesan yang dimana di dalamnya ada sebuah
tanda tersebut, serta merespon sesuai dengan keinginan pengirim pesan, maka seperti yang
diakatakan sebelumnya bahwa komunikasi itu berhasil secara efektif. Dari komunikasi yang
efektif tersebut akan mendapatkan hasil yang sesuai pula dengan apa yang diharapkan.

II.2 Landasan Berfikir

Landasan berfikir disini yaitu menurut buku Mats Bergman Peirce’s Philosophy of
Communication, tentang teori semiotika Peirce. Karena menurut Mats Bergman komunikatif
dalam semiotic belum banyak dihargai dan mungkin terasa seperti klaim yang agak tidak
kontroversial, walaupun pada awalnya Mats Bergman harus mengakui pelanggaran tersebut.
jadi buku ini memiliki tujuan untuk menyatakan bahwa semiotic seharusnya menjadi titik
awal dari teori Peircean. Namun dia juga percaya bahwa hal itu dilakukan bukan hanya
mengecualikan konsepsi umum dan obyektif tentang tanda dan semiosis.

Buku ini lebih berbicara tentang filosofi komunikasi Peirce daripada teori
komunikasinya. Istilah istilah ini menunjukkan ketegangan implisit yang mempersulit setiap
upaya untuk mengatasi masalah komunikasi dalam semiotic. Pandangan filosofi Peirce ini
yaitu untuk menjamin memberlakukan komunikasi sebagai tindakan dari diantara lainnya.
Berarti kita harus mengucapkan bahwa teori dalam praktik pemahaman antara satu sama lain
sebagai cara khusus semiotic. Jadi maksudnya landasan berfikirnya yaitu tentang penggunaan
tanda dalam komunikasi.

Di satu sisi, istilah tersebut dapat dianggap sebagai salah satu (jika bukan) istilah penjelas
paling dasar dalam wacana semiotik. Jika ditafsirkan demikian, maka semiosis atau
aktivitas tanda didefinisikan atau dijelaskan dalam istilah komunikasi. Di sisi lain,
komunikasi mungkin diperlakukan sebagai konsepsi turunan. (Colapietro, 1995, hlm.34)

dalam bukunya Mats Bergman juga mengungkapkan bahwa idealnya yaitu tentang
pemahaman serta peningkatan dari penggunaan tanda (semiotic). Karena pada dasarnya
didalam studi memang tidak menggambarkan detail tentang semiotic atau pengembangan dari
teori komunikasi Peircean dan juga karena tidak pastinya konsep bahwa akan terjadinya
pemahaman dalam komunikasi di semiotic, maka Mats Bergman berfokus kepada hal yang
lebih umum disbanding detail tentang teori semiotic dan juga untuk melengkapi serta sebagai
koreksi parsial untuk penjelasan semiotic yang ada.

7
Mungkin beberapa hal yang penting tentang semiotic akan dibahas tetapi tujuan
utamanya yaitu untuk bertemunya dengan Peirce secara intelektual. Jadi dibuku ini tidak
hanya menjelaskan filosofi menurut Mats Bergman sebisa yang dia bisa tapi juga sebagai
kritik dari penglihatan sudut pandangnya. Mungkin hal itu akan terlihat kurang ajar dan tidak
adil, tetapi Mats Bergman percaya hal itu dapat untuk mengembangkan teori semiotika. Dia
juga menganggap buku ini sebagai bagian dari dialog yang sedang berlangsung dengan
Peirce.

Peirce menyajikan prespektif tentang konsep pragmatis antara teori dan praktikan
dalam artikel ‘the fixation of belief’ (1877) dan ‘bagaimana membuat ide kami jelas’(1877).
Pada ide tersebut sangat sederhana, peirce berkeyakinan bahwa setiap manusia memiliki
seperangkat kekompakan dalam suatu hal. Keyakinan tersebut dapat diartikan sebagai
kewaspadaan dalam mengambil suatu tindakan, jika ada suatu kesempatan yang sesuai untuk
mengembangkan ; jika kita mempercayai sesuatu, maka kita siap untuk bertindak berdasarkan
keyakinan itu, meskipun kita tidak perlusepenuhnya mengetahui kecondongan dan potensi
atas konsekuensi atas apa yang telah di lakukkan.

Bagaimanapun, rasa kepercayaan atas suatu hal dapat dianggap sebagai sinyal yang
telah ditetapkan di dunia ini. Jika biasa bekerja dengan efektif dan efisien, kita tidak aka ada
dorongan untuk berfikir bahwa semua yang kita kerjakan pasti ada masalah dan itu membuat
kita berfikir kita tidak dapat mengatasinya. Bagian utama dari sifat kita bisa dibilang firasat
atau jenis yang mungkin masuk akal. Jadi pada landasan pemikiran ini dapat berkaitan
dengan studi kasus yang kita ambil, karena adanya landasan teori yang seringkali masuk
kedalam pemikiran dasar untuk itu.

Karena landasan teori dan kerangka berfikir adalah sautu hal yang berkaitan dan tidak
bisa dipisahkan, kerangka berfikir adalah ide dasar dari bagaimana suatu teori itu sendiri
terbentuk. Dan studi kasus itu sendiri tentunya dilandaskan dengan suatu ide, dan ide-ide
yang muncul tersebutlah tersebutlah yang dinamakan suatu landasan berfikirr.

8
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Jadi menurut kelompok kami disini yaitu definisi filsafat komunikasi dan landasan
berfikir berdasarkan buku dari Mats Bergman Peirce’s Philosophy of Communication, yang
berisikan teori semiotic milik Peirce tersebut yaitu, bagaimana penggunaan sebuah tanda
dalam komunikasi. Komunikasi yang berisikan tanda ini harus menyesuaikan kepada siapa
kita akan berikan informasi agar tejadinya komunikasi yang efektif, sehingga mendapatkan
hasil yang baik dan sesuai dengan harapan. Dan buku dari Mats Bergman ini ingin berfokus
kepada pemahaman dan peningkatanya dari penggunaan tanda, terlebih saat berkomunikasi,
serta juga ingin menjelaskan lebih ke hal yang umum bukan detail dari teori semiotic
tersebut.

Hal yang terjadi saat ini di Indonesia dan juga dijadikan sebagai studi kasus kelompok
kami yaitu bagaimana penggunaan sebuah tanda dalam mensosialisasikan ajakan serta aturan
mengenai bahaya dan kewaspadaan terhadap covid 19 ini. Karna dari sekian sosialisasi
tersebut banyak menggunakan poster atau video yang dimana di dalamnya terdapat banyak
tanda yang bermakna yang tentunya harus kita pahami agar kita saling mengetahui tanda-
tanda yang bermakna tersebut.

III. 2 Saran

Menurut kelompok kami seharusnya kita harus bisa dan pandai dalam menggunakan
pesan nonverbal, yaitu salah satunya teori Peirce tentang tanda, jadi penggunaan tanda dalam
berkomunikasi dengan orang lain apalagi dengan khalayak, kita harus lebih memahami dan
meningkatkan penggunaan tanda sehingga pesan yang nantinya kita kirimkan kepada
seseorang atau khalayak dapat dipahami dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang
kita harapkan. Kami berharap semoga pemerintah dapat memperbanyak sosialisasi-sosialisasi
terhadap masyarakat dengan menggunakan tanda dan simbol, seperti menaruh tanda untuk
mencuci tangan, tanda untuk menjaga jarak, dan memberi batasan batasan di setiap tempat
makan agar masyarakat dapat menjaga jarak. Selain itu, semoga pemerintah dapat
memberantas situs-situs penyebar hoax dan menyediakan layanan atau situs terpercaya yang
dapat diakses oleh masyarakat agar tak mudah termakan hoax dan menyebabkan perpecahan.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Bregman, Mats. 2009. Peirce’s Philosophy of Communication. London : Continuum


International Publishing Group.

Bayu, Muchammad Tejo Sampurno, Tri Cahyo Kusumandyoko, dan Muh Ariffudin Islam.
2020. Budaya Media Sosial, Edukasi Masyarakat dan Pandemi COVID-19. Jakarta : Salam
Jurnal.

11
LAMPIRAN

https://www.researchgate.net/profile/Muchammad_Bayu_Tejo_Sampurno/publication/
340631248_Budaya_Media_Sosial_Edukasi_Masyarakat_dan_Pandemi_COVID-19/links/
5ed7039445851529452a4521/Budaya-Media-Sosial-Edukasi-Masyarakat-dan-Pandemi-
COVID-19.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai