Laporan Kasus Amputatum
Laporan Kasus Amputatum
PENDAHULUAN
1
BAB II
KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 18 Februari 1968
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 26 Mret 2017
Alamat : Ds. Powelua, Kec. Banawa Tengah
B. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Luka pada Jari Kaki
2
Gambar 1. Tampakan Luka pasien saat kunjungan ke PKM Wani
3
Anamnesis makanan:
Pasien membatasi makanan yang dia konsumsi, pasien berpikir makanan
yang diam amakan dapat menghambat penyembuhan luka, sehingga hanya
mengkomsumsi nasi dan sayur.
4
Gambar 4. Tampakan dapur rumah pasien.
5
Gambar 5. Tampakan kamar rumah pasien.
6
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Berat badan : 40 kg
Panjang badan : 152cm
Tanda Vital:
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,5°C
Kulit:
Ruam : -
Turgor : Kembali kurang dari 2 detik
Kepala:
Bentuk : Normocephale
Mata : Anemis -/-, ikterik -/-, mata cekung -/-
Hidung : Rhinorrhea -/-
Mulut : Mulut tidak kering, tonsil sulit dinilai, faring hiperemis –
Telinga : Otorrhea -/-
Leher:
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Paru-paru:
Inspeksi = Pengembangan paru simetris bilateral, retraksi -/-
Palpasi = Vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi = Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi = Vesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
7
Jantung:
Inspeksi = Ictus cordis tidak tampak
Palpasi = Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavikula sinistra
Perkusi = Pekak
Auskultasi = Bunyi jantung I/II murni regular
Abdomen:
Inspeksi = Kesan cembung
Auskultasi = Peristaltik kesan normal
Perkusi = Timpani
Palpasi = Nyeri tekan (-), massa (-)
Anggota gerak:
Ekstremitas atas = Akral hangat tanpa edema
Ekstremitas bawah = digiti II, tampak kehitaman disertai pus.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan GDS.
FOTO Polos Pedis
E. RESUME
Pasien prempuan umur 47 tahun berobat ke puskesmas Wani dengan
keluhan luka pada jari kaki sejak kurang lebih seminggu yang lalu. Pada hari
kejadian pasien di bawa ke puskemas Wani, diberikan penanganan awal
kemudian dibawa ke rumah sakit Madani.
Saat berobat ke puskesmas Wani untuk kontrol, jari tampak kehitaman dan
terdapat pus, sehingga pasien disarakan untuk berobat ke rumah sakit madani.
Kemudian pasien disarakan untuk kontrol di puskesmas wani.
8
Saat kontrol kedua kalinya di puskesmas Wani, keluhan pasien tidak
mengalami perbaikan, sehingga kami kembali merujuk pasien ke Rumah sakit,
namu ke RSUD Undata. Pasien disarankan untuk dilakukan amputasi.
F. DIAGNOSIS
Traumatik Amputatum
G. ANJURAN PEMERIKSAAN
Foto Polos Pedis
H. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
Menganjurkan pasien agar istirahat yang cukup.
Menganjurkan pasien agar mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
Menganjurkan untuk menjaga kebersihan luka..
Medikamentosa :
Analgesik.
Antibiotik
Vitamin.
9
BAB III
DISKUSI
ASPEK KLINIS
Tujuan utama setelah amputasi adalah penyembuhan luka, pengendalian
edema, dan pencegahan terhadap kontraktur dan dekondisi. Pasien yang
mengalami amputasi ekstremitas atas akibat trauma atau keganasan, umumnya
memiliki peredaran darah yang normal dan sebagian besar daerah yang
diamputasi tersebut akan sembuh dengan cepat. Edema dapat dicegah dengan
penggunaan shrinker sock, perban elastic yang diikat dengan teknik angka delapan
yang memberi tekanan pada bagian distal dari lengan tanpa mengguncang lengan,
atau dengan menggunakan pakaian yang kaku. Pada beberapa pusat rehabilitasi,
pemasangan prosthesis post operasi dilakukan di ruang operasi. Pemasangan ini
dilakukan segera setelah penjahitan kulit atau penyatuan jaringan lunak.
Pemasangan prosthesis setelah operasi memungkinkan adanya drainase sehingga
terbentuknya edema dapat dicegah. Pemasangan prosthesis sesegera mungkin
akan mempercepat latihan.4
Nyeri pada organ residu dan phantom pain adalah dua keadaan yang
biasanya terjadi pada pasien yang mengalami amputasi ekstremitas atas. Phantom
sensation sangat sering terjadi, sayangnya mengurangi phantom pain hanya terjadi
pada 5% orang yang diamputasi. Walaupun banyak intervensi yang dilakukan
untuk mengatasi phantom pain, namun belum ditemukan pengobatan yang efektif.
Obat-obatan dan fisioterapi harus tetap dicoba untuk menentukan intevensi yang
paling efektif. Terapi fisik dapat berupa transcutaneous electrical nerve
stimulation unit (TENS), manipulasi fisik dan masase organ residu. Pemasangan
prosthesis yang nyaman akan membantu mmengurangi rasa nyeri.4,5
10
Obat-obatan neuromodulator, seperti tricyclic antidepresan dan
antiepileptikum (gabapentin) sering kali digunakan dan memberikan hasil yang
bervariasi. β bloker (propanolol dan atenolol) ternyata juga memiliki efek untuk
mengatasi phantom pain. β bloker dapat digunakan pada pasien-pasien yang
mengonsumsi obat antihipertensi. Penggunaan β bloker pada pasien yang
diamputasi dengan riwayat hipertensi atau sakit jantung tidak hanya mengatasi
hipertensi saja melainkan juga mengatasi phantom pain yang dialami pasien.4,5
Opioid dapat menjadi pilihan bila semua metode gagal mengatasi phantom
pain. Bila pasien dengan phantom pain dianjurkan menggunakan analgesia dalam
jangka waktu yang lama, maka long-acting opioid dapat digunakan. Long-acting
opioid memiliki efek habituasi dan adiksi yang lebih kecil. Sebagian besar orang
yang diamputasi dengan nyeri hebat intermiten dapat diobati dengan
menggunakan short-acting opioid dosis kecil, seperti oxycodone. Pada pasien
dengan nyeri hebat yang tidak mengalami remisi sangat dianjurkan untuk dirujuk
ke spesialis.4,5
1. Kesehatan Lingkungan
Rumah yang memiliki kelembapan suhu ruangan yang rendah dapat secara
langsung mempengaruhi keadaan luka, sehingga luka mudah lembab dan
basah, pasien diharapkan selalu menggti perban di puskesmas, naum jarak
dari sarana kesehatan sangat jauh sehingga menyulitkan pasien.
Selain pekerjaan pasien sebagai petani, dapat secara langsung
mempengaruhi keadaan luka pasien, karena sangat berisiko mengotori luka
yang ada,sehingga pasien disarakan untuk berisitirahat penuh di rumah.
11
2. Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Pengetahuan pasien mengenai penyebuhan luka sangat berpengaruh terhadap
lamanya penyembuhan luka, sebagai contoh pasien ini membatasi
makanannya, sehingga asupan gizi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka
tidak dapat dipenuhi. Pasien disarakan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein tinggi, serta meminumobat secara teratur.
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesesahatan dari rumah pasien sangat jauh, kurang lebih 7
KM, sedangkan puskesmas pembantu di wilayah pasien sangat jarang
terdapat petugas kesehatannya. Sarana kesehatan yang mudah dijangkau
sangat mempengaruhi kesembuhan pasien, pasien lebih mudah melakukan
pengobatan kontrol, sehingga mudah diobservasi serta diamati proses dari
kesembuhan pasien.
4. Keturunan
Proses penyembuhan luka sangat berhubungan dengan faktor genetik.
Contohnya jika pasien memiliki faktor genetik penyakit metabolik seperti
diabetes mellitus. Untuk itu saat pasien berobat ke puskesmas Wani, pasien
dilakukan pemeriksaan Lab untuk gula darah sewaktu, hasilnya normal, yaitu
99 mg/dl.
12
BAB IV
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14