Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

PSIKODIAGNOSTIKA 2: OBSERVASI
SETTING PSIKOLOGI SOSIAL & KLINIS

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
LABORATORIUM DASAR PSIKOLOGI

Disusun Oleh :
2PA03
Kelompok 1

NO NAMA NPM TANDA TANGAN


1 Dieza Yusi Maulida 10520288
2 Hasna Firyal Alsya Putri 10520452
3 Khairana Nabila Putri 10520537
4 Muhammad Ghiffari Rizky W 10520653
5 Musfiq Amrullah 11520204
6 Salsabila Nova Hardianti 10520934
7 Sarah Afriliyanti Marjuki 11520212
8 Selsabila Chairunnisa Purnomo 10520964
9 Yosephine Auralia Kartika 11520117

DEPOK
APRIL 2022
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKODIAGNOSTIKA 2: OBSERVASI
SETTING PSIKOLOGI SOSIAL

SOCIAL CULTURE SHOCK PADA MASA REMAJA AWAL YANG


DIALAMI TOKOH EUIS DALAM FILM KELUARGA CEMARA

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
LABORATORIUM DASAR PSIKOLOGI

Disusun Oleh :
2PA03
Kelompok 1

NO NAMA NPM TANDA TANGAN


1 Dieza Yusi Maulida 10520288
2 Hasna Firyal Alsya Putri 10520452
3 Khairana Nabila Putri 10520537
4 Muhammad Ghiffari Rizky W 10520653
5 Musfiq Amrullah 11520204
6 Salsabila Nova Hardianti 10520934
7 Sarah Afriliyanti Marjuki 11520212
8 Selsabila Chairunnisa Purnomo 10520964
9 Yosephine Auralia Kartika 11520117

DEPOK
APRIL 2022
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Pengamatan Awal................................................................................ 1
1. Sinopsis Asli 1................................................................................ 1
2. Sinopsis Asli 2................................................................................ 2
3. Sinopsis Asli 3................................................................................ 3
4. Parafrase ......................................................................................... 5
B. Tujuan .................................................................................................. 6
II. LANDASAN TEORI .............................................................................. 7
A. Social Culture Shock ........................................................................... 7
1. Pengertian Social Culture Shock ................................................... 7
2. Karakter Social Culture Shock ...................................................... 7
3. Aspek-aspek Social Culture Shock ................................................ 8
4. Gejala Social Culture Shock...........................................................9
5. Fase-fase adaptasi Social Culture Shock ...................................... 12
III. RANCANGAN OBSERVASI ................................................................ 14
IV. PELAKSANAAN OBSERVASI ............................................................ 14
A. Setting Fisik .......................................................................................... 16
B. Setting Psikis ........................................................................................ 16
C. Tahap Pelaksanaan ............................................................................... 17
V. HASIL OBSERVASI ..............................................................................
VI. PEMBAHASAN ......................................................................................
VII.KESIMPULAN .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

ii
I. PENDAHULUAN

A. Pengamatan Awal

1. Sinopsis Asli 1
Film Keluarga Cemara disutradarai oleh Yandy Laurens yang berisi
tentang nilai-nilai kehidupan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
Film ini menyampaikan harapan anak-anak yang menjadi dorongan dan
kekuatan orang tua. Keluarga Cemara awalnya adalah sebuah sinetron
yang diputar pada tahun 1996-2004. Visinema Pictures kemudian
mengadopsi sinetron tersebut ke dalam sebuah film. Keluarga Cemara
versi film ini mengangkat cerita dari kondisi keluarga Abah (Ringgo Agus
Rahman) yang kaya lalu menjadi jatuh miskin dan harus pindah ke tempat
yang sederhana. Dalam film ini kalian akan melihat perjalanan keluarga
Abah (Ringgo Agus Rahman) dan Emak (Nirina Zubir) yang menghadapi
masalah pekerjaan sehingga semua harta kekayaannya disita. Kedua
anaknya yang terbiasa hidup enak dan tinggal ditempat yang mewah
terpaksa harus ikut ke kampung halaman Abah yang jauh dari kota. Abah
dan Emak memiliki duaanak bernama Euis dan Ara, di film ini sebagai anak
penurut dan memahami kondisi keluarga. Namun di lain sisi mereka juga
memiliki impian akan kehidupan mereka kedepannya. Perjuangan Abah
dan Emak untuk mewujudkan mimpi Euis dan Ara digambarkan dengan
sederhana namun sangat memiliki kekuatan. Bukanlah harta yang
diperlihatkan dalam film ini, namun keberadaan arti keluarga dan
dukungan Abah dan Emak berikan karena itulah harta yang paling berharga
yang mereka miliki. Film ini berhasil memberikan gambaran kehangatan
keluarga yang sangat dekat dengan penonton. Perjuangan dan pengorbanan
orangtua demi mimpi anak bisa berupa kekuatan dan yang diberikan
kepada anak untuk yakin dengan mimpi yang diinginkan. Film Keluarga
Cemara tidak hanya menyampaikan cerita yang mendalam, namun juga
memberikan kehangatan kepada penonton lewat akting pemain yang

1
2

pengambilan gambar yang apikdan lagu dengan tema yang mengharukan.


Sumber : Putri Andrika, Aulia. 2021. Review Film Keluarga Cemara di
Vidio, Arti Kekuatan Keluarga untuk Wujudkan Mimpi.
Https://www.liputan6.com/on-off/read/4669818/review-film-keluarga-
cemara-di-vidio-arti-kekuatan-keluarga-untuk-wujudkan-mimpi

2. Sinopsis Asli 2
Kisah keluarga Abah, Emak dan anak-anaknya (Euis dan Ara) dari
sebuah sinetron kemudian diangkat menjadi sebuah film. Film Keluarga
Cemara mengisahkan Abah (Ringgo Agus Rahman) yang dahulu
mempunyai kehidupan yang berkecukupan. Suatu hari, Abah jatuh miskin
dan harus memimpin keluarga dengan segala keterbatasan serta kekurangan.
Namun beruntungnya Abah mempunyai istri seperti Emak (Nirina Zubir)
yang setiap mendampingi. Meski kerap terjadi perbedaan pendapat ketika
bersama anak-anaknya, keluarga Abah selalu memiliki cerita seru dan
menyenangkan. Abah kemudian mengajak keluarganya pindah ke tempat
terpencil di Jawa Barat. Euis (Adhisty Zara) dan Ara (Widuri Sasono) harus
pindah tempat sekolah karena hal tersebut. Awalnya Euis tidak terima
dengan sekolah barunya yang berada di desa dan tidak modern. Namun pada
akhirnya Euis menerima keadaan yang sedang dialami oleh keluarganya.
Emak juga berusaha berjualan opak untuk mendapatkan penghasilan
tambahan. Di tengah kesulitan perekonomiannya, Emak hamil anak ketiga.
Abah sempat terkena musibah karena jatuh saat melakukan pekerjaan
sebagai kuli bangunan. Namun setelah sembuh, Abah menjadi driver ojek
online untuk menghidupi keluarganya. Sebagai kepala keluarga, Abah
berusaha dengan sekuat tenaga membawa keluarganya kembali ke Jakarta.
Hingga pada akhirnya Abah memutuskan untuk menjual rumah warisan
tersebut demi bisa kembali ke Jakarta.
3

Sumber: Cika Handayani, Nur Afitria. 2019. FILM - Keluarga Cemara


(2019). FILM - Keluarga Cemara (2019) - Tribunnewswiki.com. 14 April
2022.

3. Sinopsis Asli 3
Film Keluarga Cemara yang diangkat dari film sinetron Keluarga
Cemara tahun 90-an akan tayang serentak tanggal 3 Januari 2019. Para
pemeran utama film ini adalah Abah yang diperankan oleh Ringgo Agus
Rahman. Emak, diperankan oleh Nirina Zubir. Euis diperankan oleh Zara
JKT48, dan Ara diperankan oleh putri dari penyanyi Widy B3 yakni Widuri
Putri Sasono. Dalam Media Screening Film Keluarga Cemara yang
diselenggarakan Visinema Pictures, di Epicentrum XXI Jakarta
(20/12/2018), Film Keluarga Cemara menekankan pada
keluarga muda Indonesia yang harus berani banting setir saat pekerjaan
utama yang ditekuni selama ini harus jatuh karena berbagai masalah. Dari
menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan, menjadi kuli bangunan
hingga menjadi driver motor gojek demi tetap menghidupi keluarga yang
ada. Bukan rasa sakit yang ditekankan dalam film ini, tapi kemampuan
untuk tetap survive mempertahankan keluarga di tengah keterbatasan. Kisah
dimulai dari sibuknya Abah dalam bekerja sehingga tidak bisa
menyempatkan hadir dalam momen-momen penting keluarga seperti saat
putrinya tengah tampil pentas di sekolah atau ulang tahun di rumah. Dalam
kesibukan tersebut ternyata usaha yang dilaksanakan Abah gagal. Keuangan
perusahaan defisit karena dana yang ada, ternyata digunakan oleh mitra
Abah yaitu kakak iparnya untuk investasi yang bermasalah. Sebagai
akibatnya seluruh Abah juga terkena dampaknya, rumah dan hartanya disita
oleh debt collector untuk membayar utang perusahaan yang disebabkan oleh
kakak iparnya. Abah bersama keluarga kemudian terpaksa pindah
sementara ke rumah di desa terpencil di Jawa Barat. Rumah itu merupakan
rumah masa kecilnya, sebuah warisan dari Ayahnya. Abah juga terus
berusaha untuk memenangkan gugatannya di pengadilan karena ia tidak
4

merasa ikut bisnis kakak iparnya. Tapi usahanya tersebut gagal, karena
ternyata tanpa disadari tanda tangannya terdapat di kontrak investasi yang
dilakukan kakak iparnya. Abah kemudian dengan terpaksa harus
beradaptasi seadanya demi keutuhan rumah tangganya. Sangat
membahagiakan keluarganya ternyata mau menerima segala apa yang
terjadi. Penerimaan ini membuat Abah kemudian bekerja sekeras mungkin
dengan iklim desa. Ia kemudian menjadi kuli bangunan. Emak
membantunya dengan memproduksi dan menjual opak. Euis ikut
menjualnya opak tersebut ke sekolahnya. Sekalipun demikian beberapa
masalah keluarga tetap timbul karena kemiskinan yang ada dan karena usia
Euis yang telah remaja. Namun, demikian semua dapat diatasi. Suatu
ketika Abah jatuh saat bekerja sebagai kuli bangunan, kaki Abah sakit.
Setelah sembuh ia kemudian mencari pekerjaan baru menjadi driver motor
gojek. Sebagai driver motor, ekonomi Abah menjadi lebih baik. Emak juga
kini hamil lagi. Namun, keinginan kembali ke kota tetap masih sangat
besar, sehingga Abah ingin menjual rumah warisan yang ditempatinya
sekarang untuk modal usaha. Abah lalu menangani akta jual beli setelah
seorang peminat ingin membeli rumahnya datang. Ternyata, rencana Abah
ditentang oleh anak-anaknya. Hal ini karena anaknya merasa lebih bahagia
di desa. Hal ini karena kedekatan keluarga dirasakan jauh lebih baik
daripada di kota dulu. Euis dan Ara pun sudah dapat beradaptasi di
sekolahnya. Karena merasa nota jual beli sudah ditandatangani dan
memberikan DP, pembeli rumah mulanya keberatan. Namun akhirnya
semua permasalahan selesai, karena pembeli mau mengembalikan rumah
yang telah dibelinya. Di saat itu pula, Emak kemudian melahirkan. Mereka
kemudian bahagia tinggal di desa. Kisah ini tentu menginspirasi keluarga
Indonesia untuk tetap bisa survive seberapapun berat cobaan yang di
rasakan. Hanya saja sayangnya, kisah-kisah yang disajikan terlalu terlihat
dipaksakan dan kurang begitu cair. Film ini juga seperti film-film lain
terlalu menekankan pada syndrome Siti Nurbaya. Di mana orang asing
dilukiskan terlalu sangat baik karena mau mengembalikan tanah yang
sudah ia beli.
5

Sumber : Nugroho, Irawan. 2018. Ini Dia Sinopsis Film Keluarga Cemara.
Https://www.madaninews.id/5815/ini-dia-sinopsis-film-keluarga-
cemara.html. 14 April 2022.

4. Parafrase
Film Keluarga Cemara ini bercerita mengenai satu keluarga yang
terdiri dari Abah, Emak, serta anaknya yaitu Euis dan Ara. Pada awal film
di gambarkan sebuah keluarga yang hidup dalam ekonomi yang serba
berkecukupan. Namun, Abah dalam film ini kerap kali melewatkan
momen- momen penting seperti acara pentas tari sekolah Euis dan hari
ulang tahun Euis karena kendala pekerjaannya. Kesibukan pekerjaan Abah
tidak berakhir baik, karena permasalahan keuangan perusahaan yang
digunakan secara tidak bertanggung jawab oleh rekan Abah yaitu kakak
iparnya untuk investasi yang bermasalah. Dampak dari kejadian tersebut
mengakibatkan rumah dan harta keluarga kecil Abah disita oleh debt
collector sebagai jaminan pembayaran utang perusahaan yang disebabkan
oleh kakak ipar tersebut. Abah terus mencari cara agar bisa memenangkan
gugatan di pengadilan karena Abah merasa tidak ikut andil dalam hal yang
dilakukan kakak iparnya itu. Tetapi usaha Abah agar menang dalam
pengadilan harus gagal, karena di dalam kontrak investasi kakak iparnya
tersebut sudah tertera tanda tangan Abah. Pada akhirnya Abah dan
keluarga kecilnya terpaksa harus pindah sementara ke desa terpencil
karena kondisi tersebut. Kediaman yang akan dihuni oleh keluarga tersebut
merupakan sebuah rumah masa kecil Abah yang menjadi sebuah warisan
dari ayahnya. Setelah itu, Abah terpaksa membuat penyesuaian terhadap
keadaan demi integritas keluarganya. Abah sangat senang karena
keluarganya mau menerima semua yang terjadi. Dengan penerimaan ini,
Abah telah bekerja sekeras mungkin pada iklim desa. Abah menjadi
pekerja konstruksi. Emak membantu Abah dengan membuat dan menjual
opak. Euis membantu menjual opak ke sekolahnya. Namun, karena
kemiskinan dan tepat pada masa remaja Euis yang ada, beberapa
masalah keluarga masih terjadi.
6

Namun, segala permasalahan itu bisa dapat diatasi. Saat Abah pingsan
sewaktu bekerja sebagai pekerja konstruksi, kaki Abah terluka. Setelah
sembuh, Abah mencari pekerjaan baru sebagai pengendara sepeda motor
gojek. Sebagai pengendara sepeda motor, Abah memiliki keunggulan
ekonomis. Emak pun mulai mengandung anak ketiganya. Keinginan Abah
untuk kembali ke kota masih begitu kuat, sehingga Abah ingin menjual
tempat tinggalnya yang sekarang sebagai modal usahanya. Abah mulai
memproses akta jual beli tersebut setelah peminat datang untuk membeli
rumahnya. Ternyata rencana Abah ditolak oleh anak-anaknya. Karena anak-
anaknya merasa lebih nyaman di desa. Keintiman keluarga bisa dirasakan
jauh lebih baik di kota dari pada sebelumnya. Euis dan Ara juga mampu
beradaptasi di sekolah. Pembeli rumah awalnya keberatan karena mereka
percaya bahwa kontrak pembelian telah di tandatangani dan uang muka
telah dibayarkan. Namun, pembeli ingin mengembalikan rumah yang
dibelinya, sehingga pada akhirnya semua masalah terselesaikan. Saat itu,
Emak pun melahirkan. Setelah itu, mereka hidup bahagia di desa. Kisah ini
tentu saja menyemangati keluarga indonesia untuk bertahan hidup seberat
apapun cobaan yang ada. Sayangnya, cerita yang disajikan tidak
terlalu dipaksakan dan cair. Film ini, seperti film lainnya, berfokus pada
Sity Nurbaya syndrome. Jika dijelaskan terlalu baik karena orang asing
ingin mengembalikan tanah yang dibeli.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian laporan obsevasi dengan menggunakan


variabel social culture shock dalam film Keluarga Cemara, diantaranya :
1. Mengamati perilaku social culture shock pada tokoh Euis dalam
film Keluarga Cemara
2. Menyajikan cara-cara praktis di mana studi harus dilakukan
3. Sebagai salah satu tugas mata kuliah psikologi diagnostika 2
II. LANDASAN TEORI

A. Social Culture Shock


1. Pengertian Social Culture Shock
Menurut Ward (1986), Culture Shock adalah reaksi negatif dan pasif
terhadap serangkaian keadaan berbahaya, yang telah memperlakukan orang
dengan tanggapan terhadap lingkungan budaya yang tidak dikenal sebagai
proses aktif dalam menghadapi perubahan, seperti bagaimana orang merasa,
berperilaku, berpikir, dan merasakan ketika terkena pengaruh budaya kedua.
Menurut Oberg (1960), Culture Shock adalah perendaman yang
kurang lebih tiba ke dalam keadaan ketidakpastian yang tidak spesifik, yaitu
dimana individu tidak yakin apa yang diharapkan dari mereka atau apa yang
dapat mereka harapkan dari orang-orang sekitar mereka. Istilah culture
shock untuk menggambarkan kecemasan akibat tidak tahu apa yang harus
di lakukan di budaya yang baru. Culture shock berlaku untuk setiap situasi
dimana seseorang individu dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan sistem
sosial yang berlaku di tempat budaya yang baru. Oberg (1960), dalam setiap
kasus, akan menunjukkan bahwa culture shock baik di bidang akademis dan
populer secara efektif adalah model yang didukung oleh ide-ide religius
yang sama secara implisit dan karenanya, secara halus menguraikannya.
Menurut Wagner (1981), Delfendahl, Heinen dan Stipe (1982),
menulis bahwa culture shock adalah kehilangan diri yang disebabkan oleh
hilangnya dukungan tersebut, artinya kejutan budaya lebih mungkin dialami
ketika seseorang kembali ke masyarakat perkotaan.

2. Karakter Social Culture Shock


Menurut Narwanti (2011), karakter merupakan hal yang ada pada
individual ataupun pada suatu kelompok, bangsa. Bisa dikatakan kalau
karakter adalah dasar dari kesadaran budaya yang merupakan pula perekat
budaya di mana core values digali dan dikembangkan dari budaya
masyarakat itu sendiri.

7
8

Kemendiknas (2010), menyatakan bahwa karakter adalah sifat,


tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
perpaduan sebagai kebaikan yang diyakini dan digunakan sebagai pedoman
untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Sedangkan
pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai
karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupannya, sebagai anggota masyarakat dan warganegara yang memiliki
sikap agamis , nilai dan sikap nasionalis, nilai produktif dan nilai kreatif.

3. Aspek-aspek Social Culture Shock


Zhou (2008), memberikan analisis rinci dan gambaran yang
komprehensif dari model teoritis culture shock yang berkaitan dengan
adaptasi sebagai "komprehensif, longitudinal, dinamis, sistemik dan
pragmatis," penelitian ini menunjukan bahwa penelitian sulit memisahkan
efek relatif dari komponen individu". Berikut ini merupakan aspek-aspek
social cuture shock :
1. Aspect of shock and adaptation
Culture shock mengembangkan strategi untuk menghadapi
perubahan hidup yang secara inheren membuat stres dan muncul
secara otomatis ketika tinggal di suatu tempat. Metode intervensi
termasuk keterampilan manajemen stres untuk membantu pendatang
mengembangkan strategi dan taktik koping penulis juga
menekankan bahwa model tersebut sama-sama "kompleks, sulit
untuk meneliti dan memisahkan efek relatif dari komponen
individu".
2. The affect aspect of culture shock
Culture shock berkembang di sekitar konsep bahwa lintas
budaya perlu mengembangkan strategi untuk menghadapi
perubahan hidup yang secara inheren membuat stres dan muncul
secara otomatis ketika tinggal di suatu tempat. Metode intervensi
9

termasuk keterampilan manajemen stres untuk membantu pendatang


mengembangkan strategi dan taktik mengatasi.
3. The behavior aspect of culture shock
Model ini mengarah pada pedoman praktis untuk mengubah
perilaku untuk mengelola 'culture' yang dipandang sebagai stimulus
untuk memperoleh keterampilan khusus budaya baru yang
diperlukan untuk terlibat dalam situasi sosial yang tidak dikenal.
Metode intervensi termasuk persiapan pra-perjalanan dan
pembelajaran budaya, khususnya pelatihan keterampilan sosial
berbasis perilaku baik pembelajaran budaya dan pendekatan stres
dan koping telah mendominasi pekerjaan sementara pada kejutan
budaya (Ward, 2001).
4. The cognitive aspect of culture shock
Transisi lintas budaya melibatkan perubahan identitas budaya
dan hubungan antar kelompok yang dapat menyebabkan perubahan
persepsi diri dan identitas yang memicu kecemasan variabel yang
mempengaruhi penyesuaian termasuk pengetahuan tentang budaya
tuan rumah, sikap tuan rumah dan pendatang, kesamaan budaya dan
identitas budaya. Pedoman intervensi termasuk teknik untuk
meningkatkan harga diri dan pembentukan harmoni antar kelompok.

4. Gejala Social Culture Shock


Menurut Duncan (1997), gejala cultural shock keterkejutan budaya
layaknya acara "bedah rumah" yang sempat populer di berbagai stasiun
televisi tanah air ketika proses perbaikan rumah dilakukan, para pemilik
rumah sengaja ditempatkan di sebuah hotel mewah berbintang, mungkin
dengan maksud untuk menyenangkan mereka.
Namun sesungguhnya, yang terjadi justru sebaliknya dengan pasrah
mereka dibawa ke dalam habitus baru yang merepresi struktur kognitif kita
pun melihat kekikukkan dan ketakutan salah undak tanduk mereka salah
menggunakan instrumen makan saat jamuan. Salah dalam berpenampilan
10

merasa tak layak menempati kasur springbed dan berbagai gestur serta
tingkah laku lain yang tak jarang membuat kita tersenyum ataupun tertawa
Parahnya kesemua itu dianggap sebagai hiburan.
Gejala-gejala tersebut seperti gugup keringat dingin mengucur,
kikuk, salah tingkah pun segera ingin lepas dari ketidaknyamanan ruang
terkait. Berbagai gejala tersebut tak ubahnya gejala ketika kita memasuki
tempat angker lagi mistis, kita tak seharusnya berada di situ tempat itu
memiliki aturan dan cara bertindak yang khas (khusus atau spesifik), dan
kita tak mengetahuinya.
Menurut Mark (1999), Sosial Culture Shock terdapat tiga gejala,
yaitu :
1. Kecemasan
Seberapa besar kita khawatir tergantung pada kepribadian kita,
kepercayaan diri kita, dan pengalaman kita sebelumnya. Selain itu,
beberapa orang berkembang dalam situasi yang tidak terduga,
sedangkan yang lain segera menjadi cemas dan mencoba menarik
diri. Tingkat kecemasan tergantung pada apakah kita merasa mampu
mengatasinya. Jika kita memiliki kepercayaan diri yang besar dan
keyakinan pada kemampuan kita sendiri untuk menghadapi situasi sulit,
kita akan merasa kurang cemas dan tidak terlalu khawatir. Jika situasi
asing dipandang sebagai ancaman karena kita memiliki sedikit
kepercayaan pada kemampuan kita sendiri, kita akan sangat cemas.
Kecemasan atau adrenalin dalam jumlah tertentu bisa menjadi
positif ini meningkatkan energi dan kewaspadaan kita. Tetapi ada titik
di mana efek positifnya terbalik dan kecemasan yang meningkat
menjadi masalah. Kecemasan mengganggu pola kerja yang efektif. Jika
kita terus-menerus mengkhawatirkan apakah kita melakukan hal yang
benar, kita akan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk aspek tugas
yang tidak relevan.
11

2. Obsesi
Ini menunjukkan fokus yang ekstrem pada detail dan hal-hal kecil.
Jika kita tidak mengendalikan hal-hal besar, kita mulai
menjadi terobsesi dengan hal-hal kecil, seperti apakah pensil di meja
kita semuanya sama. Seseorang sering tidak meluangkan cukup waktu
untuk memikirkan cara paling efektif dalam melakukan pekerjaan
mereka dalam operasi baru. Bersamaan dengan ini, mereka merasakan
tekanan untuk membuat dampak sesegera mungkin. Jika ini bercampur
dengan kecemasan yang tinggi, hal itu dapat mengakibatkan keasyikan
dengan detail obsesi yang bertentangan dengan melihat strategi dan
manajemen orang atau obsesi dengan proyek tertentu yang hanya
sebagian kecil dari keseluruhan operasi.

3. Depresi
Jika kita merasa cemas, kita memiliki keraguan tentang apakah kita
dapat mengatasi dan cukup khawatir, akan tetapi kita belum menyerah.
Jika kita merasa tertekan, sudah pasrah dengan nasib kita, merasa tidak
dapat mengatasinya lagi dan kepercayaan diri kita berada di titik
terendah. Dalam hal ini Psikolog menggunakan istilah
ketidakberdayaan yang (Seligman, 1975), Ini adalah
kondisi yang serius. Ini memiliki efek yang sangat negatif pada tingkat
energi kita, mungkin ada hari-hari ketika konsentrasi kita rendah, kita
merasa tidak dapat melakukan apa-apa dan kita bahkan tidak tertarik
untuk mencoba. Depresi juga mempengaruhi kreativitas dan
kemampuan memecahkan masalah kita. Merasa sangat berwawasan
terowongan, semuanya terlihat hitam dan putih dan beberapa strategi
potensial bahkan tidak dipertimbangkan.
Pengetahuan yang ada sering tidak digunakan karena kita tidak
dapat mengambil informasi dari ingatan kita. Tugas yang seharusnya
paling sederhana menjadi terlalu banyak usaha, tubuh kita mati dan
kita tidak selalu melakukan apa yang kita butuhkan untuk bertahan
hidup, seperti makan dan tidur.
12

Ketika kita mengalami depresi, kita menjadi menarik diri dan terisolasi
secara sosial. Jika kita merasa tidak percaya diri, kita tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain. Akibatnya, kita tidak membangun
hubungan penting dengan orang lain, secara profesional atau pribadi,
dan kita berkubang dalam mengasihani diri sendiri.
Kecemasan, obsesi, dan depresi dapat menyebabkan penurunan
kinerja yang serius. Selain itu, seseorang yang mengalami gejala ini
untuk waktu yang lama akan mengisolasi diri dari penduduk setempat.
Oleh karena itu, penting untuk melihat gejala-gejala ini sebagai reaksi
stres dan mencoba mengurangi stres.

5. Fase-fase adaptasi Sosial Culture Shock


Menurut Mark (1999), Fase-fase adaptasi dalam di tempat yang baru
ada tiga yaitu:
1. Fase Bulan Madu
Di mana semua pertemuan di tempat baru dipandang sebagai hal yang
menarik, positif dan merangsang. Kehidupan baru dipandang sebagai
memberikan peluang tanpa akhir dan manajer biasanya dalam keadaan
gembira. Ada keterbukaan dan rasa ingin tahu, berpadu dengan kesiapan
menerima apapun yang datang. Yang paling penting, pada tahap ini
penilaian dicadangkan dan bahkan iritasi kecil ditekan demi
berkonsentrasi pada hal-hal baik tentang pekerjaan, negara, rekan kerja,
makanan, dll.
2. Fase Culture Shock
Menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Pengalaman asing ini
dapat dimulai dengan kesadaran akan disorientasi dan perasaan tidak tahu
apa yang sedang terjadi. Ini juga dapat mencakup gejala yang sangat
negatif seperti stres (tidak bisa tidur atau makan), lekas marah,
pandangan negatif tentang pekerjaan, negara, dan rekan kerja. Fase ini
ditandai dengan kegelisahan umum yang dapat melibatkan rasa tidak
nyaman dengan situasi baru tetapi dapat membatasi membenci segala
13

sesuatu yang asing. Alasan utama dari gejala ini adalah ketidakpastian
tentang diri kita, lingkungan kita, dan masa depan kita. Tanda-tanda
orientasi dan rasa memiliki yang biasa tidak ada, kita tidak begitu tahu
siapa diri kita tanpa konteks sosial yang akrab. Pendekatan yang ideal
adalah menggunakan gejala dan ketidaknyamanan sebagai indikator
yang jelas bahwa inilah saatnya untuk mengubah pendekatan kita dan
terlibat dalam beberapa bentuk pengembangan diri, baik dalam
menghadapi emosi kita maupun dalam memahami diri kita sendiri dan
orang lain. Jenis pendekatan yang paling buruk adalah mengabaikan
gejalanya, menggunakan solusi yang dangkal (termasuk penggunaan
obat penenang jangka panjang) atau mengadaptasi pendirian kaku untuk
percaya bahwa hanya metode kita sendiri yang benar.
3. Fase Pemulihan
Biasanya dimulai dengan menerima bahwa kita memiliki masalah
dan bahwa kita harus mengatasinya. Baik pemulihan maupun fase
penyesuaian akhir biasanya melibatkan kompromi antara perasaan dan
pemikiran fase bulan madu dan fase kejutan budaya. Kompromi ini
berada di antara harapan dan kenyataan kita yang berlebihan. Pada tahap
terakhir, penyesuaian mampu bekerja secara efektif, mengetahui
keterbatasan keterampilan mereka, dapat mengambil cara-cara baru
dalam melakukan sesuatu dan yang paling penting, mampu menjadi lebih
fleksibel.
III. RANCANGAN OBSERVASI

A. Pelaksanaan Observasi
1. Setting Observasi : Movie Setting
Karena observer melakukan
pengamatan pada sebuah film.
2. Pencatatan Observasi : Event
Karena pencatatan dilakukan pada
saat perilaku yang penting
tersebut muncul.
3. Kegiatan Observasi : Non Partisipan Passive
Karena observer hanya
mengamati dan mencatat perilaku
subjek melalui sebuah film.

B. Pelaksanaan Observasi
1. Hari / Tanggal : Kamis, 21 April 2022

2. Waktu : 10.00 12.00 WIB

3. Tempat : Di Rumah

4. Lembar Observasi : Setting Sosial

5. Nama Observasi :

Gejala Culture Shock Keterangan


No pada tokoh Euis di Target Perilaku Gambaran Perilaku
film Keluarga Cemara Ya Tidak

1. Kecemasan a. Euis merasa


kurang percaya
diri
berkomunikasi
dengan subjek
lain.

14
15

b. Euis
mencoba
menarik diri
dari subjek
lain.

c. Euis
berusaha
menghadapi
situasi sulit.

d. Euis lebih
waspada
terhadap
situasi

e. Euis merasa
terganggu
dengan
kegiatannya
a. Euis lebih
2. Obsesi
fokus
ekstrem pada
hal-hal kecil.
b. Euis
meluangkan
cukup waktu
pada kegiatan
efektif
c. Euis
merasakan
tekanan
No Gejala Culture Shock Keterangan
pada tokoh Euis di film Target Perilaku Gambaran Perilaku
Keluarga Cemara Ya Tidak
3. Depresi a. Adanya
keraguan pada
diri Euis
b. Euis merasakan
adanya tekanan
pada diri nya
c. Euis merasa
tidak tertarik
lagi pada
kondisi
sekarang
d. Euis merasa
kesulitan dalam
memecahkan
masalah
e. Euis merasakan
stres dan
mencoba
mengurangi
stres tersebut
IV. Pelaksanaan Observasi

A. Setting Fisik
Pada hari Kamis 21 April 2022, observer melakukan pengambilan
data dengan menonton film Keluarga Cemara. Dalam salah satu adegan,
terlihat subjek mengenakan baju hijau tua. Subjek bemata hitam.
Rambut berwarna hitam yang diikat setengah, alis yang tebal berwarna
Spasi setelah koma hitam,anting berwarna putih dan bibir yang tipis. Saat itu adalah hari
perayaan hari ulang tahun subjek, suasana di sana sangat ramai dihadiri
banyak tamu berdatangan dan meriah dengan dibalut balon, kue tart,
serta tulisan happy birthday, adapun kondisi disana sudah di susun
sedemikian rupa seperti susunan bangku dan meja yang telat di tata di
ruangan itu disediakan untuk tamu yang berdatangan, terdapat jam kecil
berwarna merah, terdapat rak-rak buku yang telah disusun rapi.
B. Setting Psikis
Pada hari Kamis 21 April 2022, observer melakukan pengambilan
data dengan menonton film Keluarga Cemara. Dalam salah satu adegan
sama dengan setting fisik, subjek terlihat terkejut ketika moment
perayaan ulang tahun nya di datangin tamu yang tak di kenal dan terlihat
ada salah satu keluarga dari subjek. Pada saat adik subjek membukakan
pintu dan subjek mengampiri adik serta tamu tersebut seketika rawut
wajah adik dan subjek terdiam. Tamu tersebut menghampiri para tamu
serta Emak subjek dalam perayaan ulang tahun subjek. Semua tamu
yang berada di tempat terkejut. Terlihat disini subjek dan keluarganya
merasa gelisah pada kejadian itu. Ketika Abah pulang dan mengetahui
bahwa rumah itu telah disita subjek terdiam diri merasakan kegelisahan
dan kecemasan dikarenakan kehidupan mereka telah berubah.

16
17

C. Tahap Pelaksanaan

1. Hari / Tanggal : Kamis, 21 April 2022


2. Tempat : Rumah masing-masing anggota
3. Waktu : 10.00 12.00 WIB
a. Pukul 10.00 WIB : Observer mempersiapkan film di
rumah masing-masing
b. Pukul 10.05 WIB : Observer mulai mengamati film
untuk pengambilan data.
c. Pukul 12.00 WIB : Observer selesai mengambil data.
V. HASIL OBSERVASI

1. Pelaksanaan Observasi

1. Setting Observasi : Movie Setting


Karena observer melakukan pengamatan
pada sebuah film
2. Pencatatan Observasi : Event
Karena pencatatan dilakukan pada saar
perilaku yang penting tersebut muncul
3. Kegiatan Observasi : Non Partisipan Passive
Karena observer hanya mengamati dan
mencatat perilaku subjek melalui sebuah
film

2. Pelaksanaan Observasi

1. Hari / Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Lembar Observasi :
Nama Observer 1 :

Gejala Culture Shock Keterangan


No Pada tokoh Euis Target Perilaku Gambaran Perilaku
di film Keluarga Ya Tidak
Cemara

18
LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKODIAGNOSTIKA 2: OBSERVASI
SETTING PSIKOLOGI KLINIS

PTSD PADA TOKOH VIOLET DALAM FILM ALL THE BRIGHT


PLACES (2020)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
LABORATORIUM DASAR PSIKOLOGI

Disusun Oleh :
2PA03
Kelompok 1

NO NAMA NPM TANDA TANGAN


1 Dieza Yusi Maulida 10520288
2 Hasna Firyal Alsya Putri 10520452
3 Khairana Nabila Putri 10520537
4 Muhammad Ghiffari Rizky W 10520653
5 Musfiq Amrullah 11520204
6 Salsabila Nova Hardianti 10520934
7 Sarah Afriliyanti Marjuki 11520212
8 Selsabila Chairunnisa Purnomo 10520964
9. Yosephine Auralia Kartika 11520117

DEPOK
APRIL 2022

ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Pengamatan Awal ........................................................................... 1
1. Sinopsis Asli 1.......................................................................... 1
2. Sinopsis Asli 2.......................................................................... 2
3. Sinopsis Asli 3.......................................................................... 3
4. Parafrase ................................................................................... 4
B. Tujuan ............................................................................................. 5
II. LANDASAN TEORI ........................................................................... 6
A. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) ...................................... 6
1. Pengertian Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) .............. 6
2. Ciri-ciri Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)...................7
3. Karakteristik Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)...........8
4. Faktor yang Mempengaruhi Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD) .................................................................................... 8
5. Pengobatan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) ............. 9
III. RANCANGAN OBSERVASI ........................................................... 11
IV. PELAKSANAAN OBSERVASI ....................................................... 11
A. Setting Fisik ................................................................................... 12
B. Setting Psikis .................................................................................. 12
C. Tahap Pelaksanaan ......................................................................... 13
V. HASIL OBESERVASI ......................................................................
VI. PEMBAHASAN .................................................................................
VII. KESIMPULAN...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
I. PENDAHULUAN

A. Pengamatan Awal
1. Sinopsis Asli 1
Violet Markey dan Theodore Finch merupakan dua orang pelajar
yang bersekolah di tempat yang sama. Keduanya tengah menghadapi
masalah yang cukup rumit dalam kehidupannya masing-masing. Violet
diketahui sedang melalui masa traumatik, dan kesedihan karena sauadara
perempuannya meninggal dalam kecelakaan mobil, sedangkan Finch masuk
masa percobaan karena terancam tidak lulus. Keduanya kemudian semakin
dekat, dan mengenal satu sama lain saat dipasangkan untuk tugas sekolah,
di mana mereka harus membuat tulisan tentang keindahan Indiana. Meski
begitu, Violet pada awalnya menutup diri dari Finch, tapi ketika mereka
melakukan perjalanan ke Indiana, Violet mulai terbuka padanya. Keduanya
saling jatuh cinta, dan mulai di hari itu juga mereka berpacaran. Selama
dekat dengan Violet, Finch berusaha menghilangkan rasa traumatik yang
dialami oleh pacarnya. Semua hal menyenangkan yang dilakukan oleh
Finch ternyata perlahan-lahan membuat Violet tidak bersedih lagi. Akan
tetapi, salah satu teman Violet mengatakan bahwa Finch adalah orang aneh
yang sering membuat masalah, dan ia berharap agar Violet menjauhi pacar
barunya itu. Violet yang sudah merasa mengenal Finch mengabaikan
perkataan temannya itu. Beberapa saat kemudian, sekolah menjadi heboh
karena Finch berkelahi dengan seorang siswa lainya di sebuah lorong.
Violet kaget melihat Finch yang menjadi emosi, dan tidak tahu harus
berbuat apa. Dari kejadian itu, Finch tiba-tiba malah menjauh dari Violet,
dan berubah menjadi orang yang berbeda. Violet lalu mencoba berbicara
dengannya, dan memberi tahu kepada Finch bahwa ia akan selalu ada
untuknya. Namun sayangnya, upaya yang dilakukannya itu malah membuat
Finch merasa tidak nyaman, dan ia menyuruh Violet untuk pergi. Perasaan
Violet kembali sedih, dan patah hati, ia pun pulang sambil menangis.
Sementara itu, Finch pun merasakan hal yang sama, ia patah dan bersedih

1
2

karena terpaksa harus berbuat seperti itu. Finch ternyata mengalami


traumatik, dan kesehatan mental akibat permasalahan yang ada di
keluarganya. Ia tidak bisa bangkit untuk menyembuhkannya, hingga pada
akhirnya ia memilih bunuh diri dengan menenggelamkan diri di danau
tempat ia dan Violet pernah berenang. Suasana berubah menjadi duka dan
haru, Violet lalu pergi ke tempat-tempat yang pernah dikunjungi bersama
Finch saat sedang menyelesaikan tugas sekolah. Setiap tempat yang ia
datangi, Violet mencoba mengenang rasa sayang yang pernah mereka
bagikan.
Sumber : https://bacaterus.com/review-film-all-the-bright-places/

2. Sinopsis Asli 2
All The Bright Places menceritakan seorang wanita Remaja bernama
Violet Markey bersama seorang pria remaja bernama Theodore Finch.
Mereka yang masih berstatus siswa di sekolah menengah disalah satu
sekolah di Bartlett, Indiana. Pasca kematian saudara perempuannya dalam
sebuah kecelakaan, mengakibatkan kehidupan Violet mulai terhuyung-
huyung, sementara Finch dalam masalah dia sedang masa percobaan
disekolah, bahkan dia terancam tidak lulus. Keduanya berkumpul dan
tumbuh lebih dekat ketika mereka dipasangkan untuk proyek sekolah, di
mana sekolah mereka diminta untuk melaporkan keajaiban Indiana. Violet
menutup diri dari Finch pada awalnya, tetapi saat mereka melakukan
perjalanan ke area untuk proyek mereka, dia mulai terbuka diri pada Finch
dan akhirnya mereka akhirnya jatuh cinta dan mulai menjadi pasangan
secara eksklusif. Seluruh sekolah memperhatikan mereka dan salah satu
teman Violet mencoba memberitahunya bahwa Finch

dan didorong ke tepi, saat itu menjadi memicu perkelahian yang


menimbulkan kemarahan Violet. Violet, sekarang tertegun dan kaget tidak
tahu harus berkata apa. Finch mulai mendorong Violet untuk menjauh,
bahkan Finch mulai berpikir dan yakini bahwa Violet telah gila. Namun
3

Violet terus mencoba berbicara bersama Finch, bahkan dia memberi tahu
bahwa Violet hadir disini hanya untuk dia. Sayangnya upaya tersebut
menjadi bumerang dan Finch, bahkan menyuruhnya untuk pergi. Sedih, dan
patah hati. Violet pergi dengan air mata dan Finch yang sama-sama patah
hati dan akhirnya sama-sama mencoba untuk bunuh diri di danau. Dimana
danau tersebut menyimpan sejuta kenangan indah bagi mereka saat
hubungan masih harmonis, mereka memadu kasih dan cinta sambil
berenang. Berduka atas kematian Finch, Violet pergi ke tempat-tempat yang
pernah mereka kunjungi untuk proyek sekolah mereka dan mengenang cinta
terhadap kenangan-kenangan cinta yang pernah mereka lakukan berdua.
Sumber : https://buana.news/28248/nonton-film-all-the-bright-places-
sinopsis-percintaan-romantis-berakhir-tragis-di-netflix/

3. Sinopsis Asli 3
Film berdurasi 107 menit ini merupakan adaptasi novel dengan judul
yang sama karya Liz Hannah. All the Bright Places berkisah tentang
Kehidupan Violet Markey menjadi terpuruk sejak saudaranya meninggal.
Sepertinya dia sangat menyayangi saudaranya dan belum siap untuk
ditinggal. Ternyata keterpurukan itu menimbulkan banyak masalah, salah
satunya terkait hubungan sosial Violet dengan teman-temannya yang juga
terganggu. Dia menjadi orang yang pendiam dan cenderung penyendiri.
Kedua orang tua Violet juga khawatir dengan kondisi anaknya. Mereka
selalu menjaga anaknya agar tidak melakukan hal berbahaya atau di luar
kontrol. Di tengah keterpurukan Violet, ada satu pria satu kelasnya yang
ternyata memperhatikan. Pria itu adalah Theodore Finch. Pada sebuah kelas
Geografi, para siswa mendapat tugas dan harus dikerjakan secara
berkelompok. Walaupun terlihat bahwa bekerja dalam kelompok biasa saja,
namun itu menjadi hal buruk untuk orang
melakukan kata Violet kepada ibunya tentang kerja kelompok.
dian Theodore
memilih Violet untuk menjadi rekan kelompoknya. Violet cukup aneh
4

melihat ada orang yang ingin berteman dengannya. yang kamu

untukmu untuk jawab Theodore. saya tidak


mungkin akhirnya akan Sejak saat itu mereka
semakin sering berkomunikasi dan bertemu. Mereka mengerjakan tugas
sekaligus berbagi tentang hal-hal dalam hidup mereka masing-masing. Hal
itu cukup membuat orang tua Violet semakin memperhatikan tingkah laku
anaknya. Mereka takut apabila terjadi hal yang tidak diinginkan. Pada

paling kamu Kemudian Violet menjawab bahwa dia takut


menjadi
yang berawal dari urusan kuliah kini berlanjut menjadi lebih dalam. Namun
tentu perubahan itu tidak selalu berjalan baik, terutama saat Violet sedang
berusaha melawan dirinya yang dahulu. Belum lagi Theodore yang
kemudian menjadi bahan pembicaraan teman-temannya sejak dekat dengan
Violet.
Sumber : https://tirto.id/sinopsis-all-the-bright-places-tayang-di-netflix-
mulai-28-februari

4. Parafrase
Film All The Bright Places ini menceritakan tentang seorang
perempuan bernama Violet Markey dan seorang laki laki bernama Theodore
Finch mereka berdua merupakan dua orang pelajar yang bersekolah di
tempat yang sama. Keduanya tengah menghadapi masalah yang cukup
rumit dalam kehidupannya masing-masing. Violet diketahui sedang melalui
masa traumatik, dan kesedihan karena sauadara perempuannya meninggal
dalam kecelakaan mobil, sedangkan Finch masuk masa percobaan karena
terancam tidak lulus. Semua hal menyenangkan yang dilakukan oleh Finch
ternyata perlahan-lahan membuat Violet tidak bersedih lagi. Akan
tetapi, salah satu teman Violet mengatakan bahwa Finch adalah orang aneh
yang sering membuat masalah, dan ia berharap agar Violet menjauhi pacar
5

barunya itu. Violet yang sudah merasa mengenal Finch mengabaikan


perkataan temannya itu. Namun sayangnya, upaya yang dilakukannya itu
malah membuat Finch merasa tidak nyaman, dan ia menyuruh Violet untuk
pergi. Perasaan Violet kembali sedih, dan patah hati, ia pun pulang sambil
menangis. Sementara itu, Finch pun merasakan hal yang sama, ia patah dan
bersedih karena terpaksa harus berbuat seperti itu. Finch ternyata
mengalami traumatik, dan kesehatan mental akibat permasalahan yang ada
di keluarganya. Ia merasa tidak bisa bangkit untuk menyembuhkannya,
hingga pada akhirnya ia memilih bunuh diri dengan menenggelamkan diri
di danau tempat ia dan Violet pernah berenang. Suasana berubah menjadi
duka dan haru, Violet lalu pergi ke tempat-tempat yang pernah dikunjungi
bersama Finch saat sedang menyelesaikan tugas sekolah. Setiap tempat
yang ia datangi, Violet mencoba mengenang rasa sayang yang pernah
mereka bagikan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian laporan obsevasi dengan menggunakan


variabel PTSD (Post- Traumatic Stress Disorder) dalam film All The
Bright Places, diantaranya :

1. Mengamati perilaku PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)


pada tokoh Violet dalam film All The Bright Places
2. Menyajikan cara-cara praktis di mana studi harus dilakukan
3. Sebagai salah satu tugas mata kuliah psikologi diagnostika
II. LANDASAN TEORI

A. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)


1. Pengertian Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Menurut Nutt (2009), Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
adalah gangguan kecemasan yang didefinisikan oleh kejadian bersama
pada orang yang selamat dari kesulitan ekstrim yang mengalami
penghindaran dan gejala hyperarousal. Tidak seperti kebanyakan
gangguan mental lainnya, diagnosis PTSD bergantung pada asosiasi
gejala bersamaan
tersebut bersifat kronologis (gejala dimulai setelah peristiwa) dan
konten terkait: PTSD yang mengalami kembali dan gejala penghindaran
melibatkan ingatan dan pengingat peristiwa traumatis.
PTSD adalah gangguan mental yang termasuk dalam DSM-5 dan
edisi kesepuluh International Classification of Diseases (ICD)
(Rosemary,2020). Namun, banyak istilah atau frasa yang secara
problematis menjadi terkait dengan bahasa sehari-hari, atau digunakan
secara bergantian dengan, PTSD. "Stres Pascatrauma" terlalu sering
digunakan secara bergantian dengan PTSD, mengacu pada stres dan
atau kesehatan mental yang terganggu akibat paparan peristiwa yang
berpotensi traumatis secara psikologis yang akibatnya menghambat
partisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Menurut Parson (2015), Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
adalah gangguan kejiwaan yang kompleks, dikonseptualisasikan dalam
kontribusi ini sebagai entitas klinis tripartit berdasarkan bukti klinis dan
empiris yang muncul. PTSD berdampak pada diri total: sistem biologis
pusat (SSP), simpatis perifer (SNS), dan neuroendokrinnya; psikologis
pemrosesan endopsik elemen trauma, termasuk perangkat kognitif,
afektif, dan kontrol; dan perilaku tersirat dalam kelainan yang terlihat
pada transaksi interpersonal dan sosial-ekologis yang terganggu. Model
tripartit yang digunakan di sini bermaksud untuk meningkatkan

6
7

ketajaman konseptual, dan untuk memandu formulasi, penilaian, dan


intervensi yang lebih efektif dengan korban trauma yang mengalami
bencana rekayasa manusia, alam, dan teknologi.

2. Ciri-ciri Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)


Parson (2015), menemukan bahwa orang dengan sindrom respon
stres traumatis mengalami "kewaspadaan abadi dan kepekaan terhadap
Beri tanda . ancaman Gejala-gejala ini terkait dengan kecemasan
pemusnahan yang intens dan ketakutan paranoid, tetapi terutama dengan
teror traumatis internal. Kecemasan dan ketakutan ini juga oleh
rangsangan sadar dan tidak sadar yang mengancam terobosan
"kembalinya yang terdisosiasi" yang termotivasi. Hilangnya rasa aman
memotivasi pertahanan pelindung diri yang mengantisipasi bahaya dan
serangan dari lingkungan yang tidak lagi dipercaya untuk menopang diri
dengan keamanan prediktif normal. Istilah "orientasi pansuspicious"
menyoroti antisipasi korban terhadap bahaya di mana-mana secara
internal, interpersonal, sosial, dan lingkungan.
Pada dasarnya, agresi paranoid diasosiasikan dengan perasaan takut,
teror, ketidakberdayaan pasca-trauma, dan rasa "diri di bawah
pengepungan." Ini pada dasarnya adalah agresi tanpa kebencian
terhadap orang lain; alih-alih dimotivasi untuk mempertahankan
Spasi perasaan batiniah,keseimbangan, dan menjaga diri terhadap situasi yang
mungkin membuktikan traumatomimetik (retraumatizing), dan awal
pengkhianatan, penghinaan, kehilangan, atau bahkan pemusnahan.
Bahkan ide-ide dan perasaan-
mungkin tiba-tiba berbalik melawan diri sendiri pada saat yang tidak
dijaga. Konsekuensi dari disregulasi SSP pada PTSD menimbulkan area
lain dari bencana antisipasi untuk korban; yaitu, ancaman dari sistem
somatik. Disregulasi seperti itu merusak kapasitas normal untuk
modulasi biopsi dan kontrol agresi, kecemasan, dan ketegangan tubuh.
8

3. Karakteristik Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)


Menurut David J Nutt, Murray B Stein, Joseph Zohar (2009),
karakteristik dari Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah
peristiwa traumatis terus-menerus dialami kembali dalam satu (atau
lebih) hal berikut :

1. Ingatan yang berulang dan mengganggu tentang peristiwa


tersebut, termasuk gambar, pikiran, dan persepsi;
2. Mimpi menyedihkan yang berulang tentang peristiwa tersebut;
3. Bertindak atau merasa seolah-olah peristiwa traumatis itu
terulang kembali;
4. Distress psikologis yang intens saat terpapar isyarat internal
atau eksternal yang melambangkan atau menyerupai aspek dari
peristiwa traumatis;
5. Reaktivitas fisiologis pada paparan isyarat internal atau
eksternal yang melambangkan atau menyerupai aspek dari
peristiwa traumatis.

4. Faktor yang Mempengaruhi Post Traumatic Stress Disorder


(PTSD)
David J Nutt (2009) mengemukakan tentang faktor yang
menyebabkan orang tersebut telah terkena peristiwa traumatis di mana
kedua hal berikut:

1. Orang tersebut mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan pada


suatu peristiwa atau peristiwa yang melibatkan kematian atau
cedera serius yang sebenarnya atau mengancam, atau ancaman
terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain.
2. Respons orang tersebut meliputi rasa takut, ketidakberdayaan,
atau kengerian yang intens.
9

5. Pengobatan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)


Pengobatan menurut Parson (2015), dimulai dengan pengumpulan
data yang sistematis tentang riwayat perkembangan korban dan fungsi
pramorbid, dan perincian spesifik yang berurutan secara kronologis dari
seluruh peristiwa traumatis. Perincian ini berfokus pada waktu dalam
sehari, hari dalam seminggu, bulan, dan tahun; orang-orang yang terlibat
dalam peristiwa itu kerabat, teman, orang asing, penolong, atau
penyelamat, pihak berwenang; evaluasi korban atas penampilannya
selama acara tersebut; dan seterusnya.

Pada tahap selanjutnya, manajemen memerlukan administrasi tes


standar singkat untuk menilai :

1. Tingkat stres yang dialami (seleksi dibuat untuk trauma tertentu


atau dimodifikasi),
2. Pemrosesan kognitif (misalnya, Dampak Skala Peristiwa); dan
3. Indeks keparahan global psikopatologi secara keseluruhan
(misalnya, Daftar Periksa Gejala). Dokter dapat memilih untuk
memberikan bagian-bagian dari baterai ini selama pengobatan
untuk memantau secara objektif perubahan progresif dan regresif
di bidang respons stres, pemrosesan kognitif trauma, dan tingkat
keparahan psikopatologi pasien secara global.

Kemudian, manajemen berlanjut dengan model interkonseptual


multifasik pasca trauma. Model mencoba untuk secara realistis
mengatasi keragaman variabel dan kompleksitas PTSD seperti yang
dibahas dalam bab ini sejauh ini. Ini mencakup secara komprehensif
dari mengatasi disorganisasi biopsikic awal korban dan ide-ide dan

Cek di kbbi gambar yang mengganggu, hiperreaktivitas adrenergik dan afektif

Kata asing/tdk terkait kecemasan dan ketakutan akan berantakan dan kehilangan
kendali, hingga bekerja melalui trauma untuk membangun "struktur
profilaksis pematangan" (untuk menjaga terhadap regresi masa depan).
10

Mengintegrasikan beberapa aliran psikoterapi, model ini menggunakan


kognitif-fenomenologis (untuk menangani keyakinan dan emosi yang
menopang patologi), perilaku (pola aksi), somatik (aspek biofisiologis),
psikodinamik (kesadaran dan wawasan), dan eksistensial (untuk
menangani makna). Teknik untuk memenuhi spektrum kebutuhan
pasien secara komprehensif dari waktu ke waktu. Dengan demikian,
model ini mendukung teknik reparatif yang terbentang dari krisis
hingga integrasi.

Disebut "pasca-traumaterapi," model ini terdiri dari empat fase


yang diarahkan untuk memperbaiki kerusakan besar pada proses diri,
dan untuk menyembuhkan disfungsi perlekatan, yang dijelaskan dalam
bab ini. Fase-fase ini menggabungkan tahapan psikoterapi biasa dari
keterlibatan, pencarian pola, perubahan, dan penghentian. Psikoterapi
adalah modalitas reparatif utama, dengan terapi somatik dan sosial
memainkan peran penting dan fasilitatif.
III. RANCANGAN OBSERVASI

A. Pelaksanaan Observasi
1. Setting Observasi : Movie Setting

Karena observer melakukan


pengamatan pada sebuah film.
2. Pencatatan Observasi : Event
Karena pencatatan dilakukan pada
saat perilaku yang penting tersebut
muncul.
3. Kegiatan Observasi : Non Partisipan Passive

Karena observer hanya mengamati


dan mencatat perilaku subjek
melalui sebuah film.

B. Pelaksanaan Observasi
1. Hari / Tanggal : Rabu, 20 April 2022
2. Waktu : 10.00 12.00 WIB
3. Tempat : Di Rumah
4. Lembar Observasi : Setting Klinis
5. Nama Observasi :

No Ciri-ciri
Post-Traumatic Keterangan
Stress Disorder Target Perilaku Gambaran Perilaku
(PTSD) Pada
Tokoh Violet di Ya Tidak
film All The Bright
Place
1. Kewaspadaan dan a. Violet
kepekaan merasakan
terhadap ancaman kecemasan
lingkungan yang inters
pada terror
traumatis
internal
b. Violet
merasakan
paranoid pada
terror
traumatis
internal
c. Violet
merasakan
kecemasan
dan ketakutan

2 Orientasi a. Adanya
Pansuspicious antisipasi pada
Violer secara
internal
b. Adanya
antisipasi pada
Violet secara
interpesonal
c. Adanya
antisipasi pada
Violet secara
sosial dan
lingkungan
3. Agresi Paranoid a. Adanya
perasaan takut
pada Violet
b. Adanya
antisipasi pada
Violet secara
interpersonal
c. Violet
merasakan
ketidakberday
aan pasca
trauma
d. Violet
merasakan diri
nya dibawah
pengepungan
e. Adanya
antisipasi
ancaman pada
Violet
IV. PELAKSANAAN OBSERVASI

A. Setting Fisik
Pada hari Rabu 20 April 2022, observer melakukan
pengambilan data dengan menonton film All The Bright Places.
Dalam salah satu adegan, terlihat subjek mengenakan kemeja
bergaris berwarna putih biru dengan di tambah blazer berwarna abu-
abu. Subjek memiliki mata berwarna biru dan kacamata berbentuk
bulat. Rambut subjek berwarna pirang lurus, alis sedikit tipis
berwarna hitam dan bibir yang tipis. Subjek berdiri di atas jembatan
dengan melihat kearah bawah jembatan yang berwarna merah dan
abu - abu. Terdapat 1 subjek lain sedang memperhatikan. Disana
terlihat sangat sepi, terdapat gedung-gedung yang menjulang tinggi,
terlihat beberapa pohon di sekitaran, adapun sepeda di area dekat
jembatan, di sisi lain terdapat juga tiang dan lampu di sekitaran.
B. Setting Psikis
Pada hari Rabu 20 April 2022, observer melakukan
pengambilan data dengan menonton film All The Bright Places.
Dalam adegan yang sama dengan setting fisik, terdapat subjek
sedang berdiri di atas jembatan dengan menutup matanya.
Kemudian seorang teman laki laki dari subjek secara tidak sengaja
bertemu di jembatan. Teman laki -laki tersebut mencoba
menghampiri subjek dengan memanggil namanya. Namun, subjek
merasa terkejut dan berekspresi tidak menyenangkan. Pada saat
teman laki laki mencoba mengajak berbicara namun subjek
menolak dan menyuruh teman laki laki nya untuk pergi.
Kemudian, teman laki laki nya itu naik ke atas jembatan dan
berdiri di samping subjek lalu bertingkah konyol untuk menghibur
subjek. Setelah itu teman laki laki subjek memberikan tangan dan
mengajak subjek untuk turun dari jembatan namun subjek hanya
terdiam.

12
13

C. Tahap Pelaksanaan
1. Hari / Tanggal : Rabu, 20 April 2022
2. Tempat : Rumah masing-masing anggota
3. Waktu : 10.00 12.00 WIB
a. Pukul 10.00 WIB : Observer di rumah masing-masing
mempersiapkan film
b. Pukul 10.05 WIB : Observer mulai mengamati film
untuk pengambilan data
c. Pukul 12.00 WIB : Observer selesai mengambil data

Anda mungkin juga menyukai