Anda di halaman 1dari 4

VI.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan observer dalam film keluarga cemara,
observer mendapatkan beberapa data yang berhubungan dengan social culture shock yang
muncul selama observasi berlangsung. Data yang diperoleh berupa perilaku subyek yang
menunjukkan adanya gejala gejala social culture shock. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mark (1999):

a. Kecemasan
Tingkatan kekhawatiran yang terjadi berhubungan erat dengan kepribadian, kepercayaan
diri, serta pengalaman yang pernah terjadi. Pada situasi yang mengejutkan dapat
membuat sebagian orang mengalami perkembangan dan sebagian yang lain mengalami
kecemasan serta penarikan diri. Tingkat kecemasan yang terjadi terhubung dengan
perasaan dari suatu individu sendiri akan kemampuan diri untuk mengatasi hal-hal tak
terduga. Kekhawatiran dan kecemasan yang terjadi dapat berkurang apabila suatu
individu memiliki kepercayaan diri dan keyakinan pada kemampuan diri untuk
menghadapi situasi sulit. Kecemasan akan meningkat apabila individu memandang suatu
situasi sebagai ancaman karena tidak memiliki kepercayaan akan kemampuan diri
individu itu sendiri. Kecemasan atau adrenalin dalam jumlah tertentu dapat memberikan
efek positif sebagai peningkatan energi dan kewaspadaan. Namun, pada suatu titik
tertentu efek tersebut dapat memberikan efek sebaliknya serta peningkatan kecemasan
yang menimbulkan masalah. Kecemasan yang berlebih akan mengganggu pola kerja
yang efektif. Apabila kekhawatiran terus terjadi, maka kekhawatiran tersebut akan
menyita waktu untuk aspek tugas yang tidak relevan.

b. Obsesi
Obsesi menunjukan fokus yang ekstrem pada detail dan hal kecil. Obsesi pada hal kecil
diakibatkan dari tidak ada pengendalian terhadap hal-hal besar. Seringkali individu tidak
mengosongkan waktu yang cukup untuk memikirkan cara efektif pada pekerjaan dalam
operasi baru. Bertepatan dengan ini perasaan tekanan untuk membuat dampak sesegera
mungkin. Jika bercampur dengan kecemasan yang intens, dapat mengakibatkan
kenyamanan akan detail obsesi yang bertentangan dengan melihat strategi dan
manajemen lain atau obsesi akan proyek tertentu hanya sebagian kecil dari keseluruhan
operasi.

c. Depresi
Perasaan cemas menimbulkan sifat keraguan untuk dapat mengatasi hal yang terjadi serta
kekhawatiran. Perasaan tertekan, pasrah, putus asa dan kepercayaan diri berada di titik
terendah. Dalam hal ini psikolog menggunakan istilah “ketidak berdayaan yg tidak
dipelajari“ (Seligmen ,1975) yang merupakan kondisi yang serius. Hal tersebut memiliki
efek negatif pada tingkat energi. Depresi mempengaruhi kreativitas dan kemampuan
pemecahan masalah. Saat individu mengalami depresi, individu tersebut akan menarik
diri dan terisolasi secara sosial. Saat tidak ada rasa percaya diri akan mengurangi
keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut akan mengganggu
pembangunan hubungan penting dengan orang lain secara profesional maupun pribadi,
dan akan lebih merendam diri dalam mengasihani diri sendiri. Kecemasan, obsesi dan
depresi menyebabkan penurunan kinerja yang serius. Individu yang mengalami gejala
tersebut untuk waktu yang lama akan mengisolasi diri dari penduduk setempat. Oleh
karena itu, kemunculan gejala tersebut penting untuk dilihat sebagai reaksi stres dan coba
untuk mengurangi stres.
Pertama, kecemasan yaitu subjek merasa kurang percaya diri saat berkomunikasi dengan
subjek lain hal tersebut terlihat dari gambaran perilaku subjek yang pada saat hari
pertama masuk sekolah merasa kurang percaya diri ketika teman-teman barunya
menghampiri dan mengajak berkenalan. Selanjutnya, subjek mencoba menarik diri dari
subjek lain. Hal itu dapat terlihat pada gambaran perilaku ketika dimana subjek diminta
maju kedepan untuk menuliskan perkenalan diri dipapan tulis dan saat subjek sedang
menulis tampak sebuah bercak darah menstruasi yang terlihat jelas di belakang rok putih
subjek sehingga salah satu teman subjek meneriakinya dan membuat seisi kelas
menertawainya. Lalu subjek pun merasa malu dan langsung pergi meninggalkan kelas
menuju rumahnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Menurut Kholil Lur Rochman
( 2010 : 104) dalam (Sari 2020) yaitu kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidak
mampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan
atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis. Anxiety atau kecemasan merupakan
pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan, menakutkan dan
mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya dan seringkali
disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik.
(Suwanto 2015)

Kedua obsesi yaitu merasakan tekanan pada dirinya hal itu terlihat pada gambaran
perilaku , abah melarang subjek untuk bertemu dengan teman lamanya tetapi subjek
memaksakan untuk bertemu temannya secara diam-diam. saat subjek bertemu teman
lamanya dan menemukan bahwa temannya tersebut mengganti seragam jaket dance
mereka dan menambah satu member baru dalam club dance mereka membuat raut wajah
subjek berubah. Setelah beberapa lama subjek mengatakan harus segera pulang dan tidak
bisa ikut perlombaan yang diikuti teman-temannya. Sesampainya dirumah, orang tua
subjek merasa kecewa dan marah karena pada awalnya abah tidak mengizinkan untuk
pergi ke kota. Setelah itu, subjek yang berada di kamarnya memotong rambutnya sendiri
di depan kaca sendiri secara asal-asalan karena merasa tertekan dan untuk meluapkan
emosinya. Kemudian adiknya yang melihat hal tersebut memeluk subjek dan mereka
menangis bersama. Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Lazarus dan Folkman
(1984) memberikan pengertian stres adalah keadaan atau situasi yang rumit dan dinilai
sebagai keadaan yang menekan dan membahayakan individu serta telah melampui
sumber daya yang dimiliki individu untuk mengatasinya. Serta Haber dan Runyon
(1984), mengatakan konflik yang berupa tekanan eksternal dan internal serta
permasalahan lainnya dalam kehidupan.

Ketiga depresi yaitu subjek merasa tidak tertarik lagi pada kondisi sekarang hal itu
terlihat pada gambaran perilaku, pada saat pulang sekolah subjek terlihat terburu buru
naik ke atas kamarnya, lalu abahnya yang melihat hal tersebut langsung menghampiri
subjek. Subjek bercerita kepada abah apa yang ia rasakan sekarang. Ia merasa bahwa
kondisi sekarang membuatnya tidak nyaman dengan hidup serba berkecukupan. Euis
berusaha meminta janji janji kepada abah untuk segera tinggal di Jakarta kembali.
Selanjutnya subjek merasakan stress dan mencoba mengurangi stress tersebut hal itu
terlihat pada gambaran perilaku yaitu subjek sedang di atas pohon unutk berbincang
melalui telfon dengan teman-teman lamanya, lalu teman-temannya mengajak subjek
untuk bertemu di salah satu hotel di bogor, subjek terlihat sangat bahagia karena bertemu
dengan teman-teman lama. Lalu saat malam hari subjek ingin meminta izin kepada orang
tuanya di meja makan, namun saat meminta izin subjek dilarang oleh abah karena
menurut abah dari rumah nya ke kota itu cukup jauh dan takut merepotkan orang lain.
Subjek merasa kecewa terhadap ayahnya yang melarang subjek untuk bertemu dengan
teman-temannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Breakwell (2008), coping stres
merupakan segala pikiran dan perilaku yang berhasil mengurangi atau menghilangkan
stessor, baik secara dikenali oleh individu maupun tidak.

Anda mungkin juga menyukai