Anda di halaman 1dari 9

E-ISSN 2503-0329 Volume 1, No.

1, Februari 2016 ISSN 2502-5864


82

MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK PEMBELAJARAN YANG KREATIF

Dina Merdeka Citraningrum


Universitas Muhammadiyah Jember
e-mail:dinamerdeka@yahoo.com

Abstrak
Pembelajaran menulis puisi masih mengalami berbagai hambatan. Hambatan
tersebut berasal dari siswa maupun guru. Siswa cenderung lebih menyukai
menulis karangan ilmiah populer daripada menulis puisi. Menulis puisi
terkadang menjadi beban terberat bagi siswa. Hal ini karena siswa beranggapan
bahwa puisi terlalu berat dari segi bahasa maupun penafsirannya. Selain itu,
belum tercapainya tujuan pembelajaran menulis puisi yang dilakukan oleh guru
menjadi penghambat pembelajaran menulis puisi di kelas. Oleh karena itu, guru
harus mulai mencari cara agar siswa mau belajar menulis puisi. Guru harus
memberikan teknik pembelajaran yang efektif dan kreatif kepada siswa di
sekolah. Pemahaman bahwa menulis puisi dapat dipelajari harus ditanamkan
kepada siswa agar mereka mau terbuka untuk belajar menulis puisi.
Kata kunci:Menulis Puisi, Teknik Pembelajaran

Abstract
Learning to write poetry is still experiencingnumbers of obstacles. The
obstacles are both from students and teachers. Students tend to prefer popular
science essay writing than poetry writing. It sometimes becomes the most
difficult thing for students to do. This is due to the students thought that the
poem is toocomplicated in terms of language and interpretation. In addition,
the un-achieved learning goals performed by the teacher becomes an obstacle
in poetry writing class. Therefore, teachers should start looking for ways to
make students eager to learn to write poetry. Teachers must provide effective
and creative learning techniques to students at school. The understanding that
writing poetry can be learned must be imparted to the students so that they
would be open-minded to learn to write poetry.
Key words: Writing Poetry, Learning Techniques.

1. PENDAHULUAN karangan ilmiah populer daripada menulis


Pembelajaran menulis puisi puisi. Siswa beranggapan bahwa menulis
merupakan materi yang diberikan kepada puisi lebih sulit dibandingkan dengan
siswa di sekolah. Dalam hal ini, menulis surat, menulis memo atau lainnya.
pembelajaran menulis puisi diduga masih Menulis puisi kadang menjadi beban
mengalami berbagai hambatan. Hambatan terberat bagi siswa. Hal ini karena siswa
tersebut berasal dari siswa, guru, dan beranggapan bahwa puisi terlalu berat dari
kurikulum. segi bahasa maupun penafsirannya.
Menurut Ekoati (2010) siswa Berdasarkan observasi dan wawancara
cenderung lebih menyukai menulis guru bahasa Indonesia, penyebab utama
belum tercapainya tujuan pembelajaran Teknik kata berantai mengacu pada
menulis puisi adalah rendahnya teori pengetahuan tentang kata dan
kompetensi guru dalam membimbing organisasi konsep sebuah kata. Sebuah
menulis puisi. Sebagian besar guru bahasa kata akan terangkai dengan kata
Indonesia di SMP memiliki kompetensi berikutnya karena siswa telah memiliki
yang rendah dalam menulis puisi. Bahkan, organisasi konsep kata tersebut. Menurut
mereka para guru bahasa Indonesia tidak Dardjowidjojo (2008:178), paling tidak ada
pernah atau tidak suka menulis puisi. tiga konsep untuk mengklaim sebuah kata,
Rendahnya kompetensi guru dalam yaitu aspek semantik, kategori sintaktik,
menulis puisi mengakibatkan para guru dan aspek fonologis. Dengan aspek
tidak mampu membimbing siswa menjadi semantik, seseorang tidak hanya
penulis puisi yang baik. Mereka masih mengetahui makna sebuah kata tetapi juga
menggunakan model pembelajaran yang nuansa-nuansa yang terkait dengan makna
konvensional ketika menyuruh menulis kata itu.
puisi sehingga pembelajaran menjadi
kurang menarik. Guru juga masih 2. PUISI
menggunakan instrumen penilaian yang Puisi secara etimologi, berasal dari
kurang tepat. Akibatnya, siswa tidak bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau
mampu menulis puisi seperti yang poeisis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa
diharapkan karena kriteria penilaiannya Inggris disebut poem atau poetry. Puisi
tidak jelas. diartikan “membuat” dan “pembuatan”
Beberapa penyebab di atas menjadi karena lewat puisi pada dasarnya seorang
penghambat pembelajaran menulis puisi di telah menciptakan suatu dunia tersendiri,
kelas. Oleh karena itu, guru harus mulai yang mungkin berisi pesan atau gambaran
mencari cara agar siswa mau belajar suasana-suasana tertentu, baik fisik
menulis puisi. Pemahaman bahwa menulis maupun batiniah (Aminuddin, 2000:134).
puisi dapat dipelajari harus ditanamkan Santosa (1996:47) menjelaskan puisi
kepada siswa agar mereka mau terbuka adalah ragam karya sastra yang
untuk belajar menulis puisi. Guru merupakan peristiwa kebahasaan yang
diharapkan dapat membangkitkan motivasi tersaring dengan semurni-murninya untuk
siswa dalam menulis puisi. Dalam hal ini, mengekspresikan kepribadian dalam suatu
guru harus mencari teknik pembelajaran bentuk yang tepat dan selaras dengan
yang menarik perhatian dan minat siswa. watak yang diungkapkannya. Ragam karya
Langkah yang dapat ditempuh untuk sastra seperti ini semula bahasanya terikat
membiasakan menulis puisi sangatlah oleh irama, matra, rima, dan tata puitika
beragam. Teknik kata berantai diduga lain. Dalam perkembangan selanjutnya
merupakan salah satu cara yang mudah ada yang menyimpang dari aturan
untuk membiasakan menulis puisi.

83
tersebut, misalnya puisi konkret, puisi kedudukan kata itu di tengah konteks kata
kontemporer, dan puisi naratif. lainnya, dan kedudukan kata dalam
Berdasarkan beberapa pengertian keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu,
diatas dapat didefinisikan bahwa puisi disamping memilih kata yang tepat,
adalah ragam karya sastra yang penyair juga mempertimbangkan urutan
menggunakan bahasa atau peristiwa katanya dan kekuatan atau daya magis dari
kebahasaan sebagai mediumnya sebagai kata-kata tersebut. Kata-kata diberi makna
usaha untuk mengekspresikan kepribadian baru dan yang tidak bermakna diberi
pengarang yang mungkin berisikan pesan makna menurut kehendak penyair.
atau gambaran suasana tertentu, baik fisk 2) Imaji
maupun batin. Pengimajian menurut (Waluyo,
1987:79) ditandai dengan penggunaan kata
3. UNSUR PEMBANGUN PUISI yang konkret dan khas. Imaji yang
Puisi memiliki unsur pembangun ditimbulkan ada tiga macam, yakni imaji
yang jalin-menjalin atau saling berkaitan visual, imaji auditif, dan imaji taktil (cita
satu sama lain, sehingga membentuk satu rasa). Ketiganya digambarkan atas
kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Di bayangan konkret apa yang dapat kita
dalam puisi terdapat dua unsur hayati secara nyata
pembangun, diantaranya adalah unsur 3) Bahasa Figuratif (Majas)
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Penyair menggunakan bahasa yang
Penjabarannya disajikan berikut. bersusun-susun atau berpigura sehingga
a. Unsur Intrinsik Puisi disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif
Unsur untrinsik puisi adalah unsur- menjadikan puisi menjadi prismatis artinya
unsur yang berada di dalam karya sastra memancarkan banyak makna atau kaya
dan mempengaruhi kehadiran karya sastra akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa
sebagai karya seni. Pengkajian unsur yang digunakan penyair untuk mengatakan
intrinsik mencakup: (a) diksi, (b) imaji, (c) sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni
bahasa figuratif (majas), (d), bunyi, (e) secara tidak langsung mengungkapkan
rima, (f) ritme (irama), dan (g) tema. makna. Kata atau bahasanya bermakna
Masing-masing dijelaskan sebagai berikut. kias atau makna lambang (Waluyo,
1) Diksi 1987:83).
Unsur intrinsik puisi yang pertama 4) Bunyi (Suara)
adalah diksi atau pilihan kata. Ada sejumlah bunyi menurut Priyatni
Waluyo(1987:73) menegaskan bahwa (2010:72) yang memberikan sejumlah
dalam puisi, penyair sangat cermat dalam kesenangan kepada kita, sedangkan yang
memilih kata-kata sebab kata-kata yang lain tidak. Bunyi yang menyenangkan,
ditulis harus dipertimbangkan maknanya, misalnya: musik, sedangkan bunyi yang
komposisi bunyi dalam rima dan irama, menimbulkan kengerian, misalnya angin

84
puting beliung. Ada bunyi yang dapat ditemukan amanat atau pesan yang
menimbulkan efek tenang, namun ada juga ingin disampaikan penyair kepada
yang membuat kita takut atau terkejut. pembaca.
Untuk menimbulkan efek nuansa tertentu, b. Unsur Ekstrinsik Puisi
banyak penyair mempergunakan kata-kata Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur
tertentu untuk memeroleh efek nuansa yang berada di luar karya sastra namun
yang berbeda memengaruhi kehadiran karya sastra
5) Rima sebagai karya seni. Pengkajian unsur
Rima menurut Citraningrum (2014:86) ekstrinsik mencakup: aspek historis,
adalah persamaan bunyi yang berulang- sosiologis, psikologis, filsafat, dan relegius
ulang baik pada akhir baris, awal, atau (Priyatni, 2010:74). Masing-masing
tengah yang tujuannya adalah untuk pengkajian aspek yang terdapat dalam
menumbuhkan efek keindahan. Perhatikan unsur ekstrinsik puisi dijelaskan berikut.
pantun berikut. 1) Aspek historis
Air dalam bertambah dalam Aminuddin (2000:176) menjelaskan
Hujan di hulu belum lagi teduh bahwa, sebagai upaya memahami unsur-
Hati dendam bertambah dendam unsur kesejarahan atau gagasan yang
Dendam dahulu belum lagi sembuh
terkandung dalam suatu puisi, terdapat
6) Ritme (Irama)
beberapa tahapan. Tahapan itu meliputi (1)
Ritme adalah rangkaian naik turunnya
memahami tahun, kalau mungkin tanggal
suara dalam puisi. Ritme menurut Priyatni
dan bulan puisi itu diciptakan atau
(2010:74) adalah pengulangan bunyi yang
diterbitkan, (2) memahami peristiwa
terus-menerus dan tertata rapi menyerupai
historis yang terjadi pada masa itu, (3)
alunan musik. Dalam hal ini susunan irama
memahami peranan penyairnya, (4)
akan kelihatan menyenangkan jika
membaca puisi secara keseluruhan, dan (5)
penataan bunyi tidak monoton dan
menghubungkan peristiwa kesejarahan
mendapatkan penekanan-penekanan di
yang melatarbelakangi lahirnya puisi itu
bagian tertentu sehingga menimbulkan
dengan gagasan yang terdapat didalamnya.
kenikmatan bagi pembaca atau
2) Psikologis
penikmatnya.
Aspek psikologis dan karya sastra
7) Tema
sangat berkaitan erat, karena sastra
Tema adalah gagasan pokok yang ingin
berkaitan dengan kejiwaan manusia.
disampaikan oleh pengarang. Tema
Priyatni (2010:78) menuturkan bahwa pada
menurut Priyatni (2010:74) merupakan
saat melahirkan imajinasinya, pengarang
kombinasi atau sintesis dari bermacam-
kadangkala memasukkan pengetahuan
macam pengalaman, cita-cita, ide, dan
tentang psikologi tertentu, sehingga
bermacam-macam hal yang ada dalam
karyanya memuat aspek psikologis. Oleh
pikiran penulis. Di dalam tema sebenarnya
karena itu, untuk memahaminya dengan

85
baik diperlukan pengetahuan tentang mati. Kreativitas bisa digali dan
teori-teori dalam psikologi untuk dapat ditumbuhkan. Tahap proses kreatif ada
menguak watak tokoh dan hukum empat, yakni: (1) persiapan, (2) Inkubasi,
kausalitas plot, sehingga dapat (3) Iluminasi, dan (4) verifikasi. Selanjutnya,
memperjelas kandungan nilai sastra pada tahap proses kreatif dalam penulisan puisi
karya sastra yang kita baca. masing-masing dijelaskan (Ekoati, 2010)
3) Filsafat sebagai berikut.
Terdapat dua pendapat yang berbeda 1) Tahap Persiapan
mengenai kaitan antara sastra dengan Tahap persiapan adalah tahap mencari
filsafat. Pertama, menyatakan bahwa bahan-bahan atau sumber tulisan. Ini bisa
sastra tidak memiliki kaitan dengan filsafat. dilakukan dengan pengayaan materi,
Sedangkan yang kedua menyatakan bahwa mencari momen-momen puitik yang bisa
ada hubungan timbal balik antara sastra menyentuh perasaan. Ide atau bahan
dengan filsafat. Karya filsafat dapat penulisan bisa didapat dan digali dari mana
memberi pengaruh kepada sastrawan dan saja. Kemunculannya bisa dilakukan
ahli filsafat dapat dipengaruhi oleh karya dengan mengasah sensitivitas,
sastra (Priyatni, 2010:77). pengalaman, imajinasi, dan bisa diperkaya
4) Religius dengan kegiatan membaca, mengamati,
Keyakinan adanya nilai relegius dalam atau mencari momen-momen puitik.
karya sastra sudah ada sejak lama, sejak Upaya-upaya pengayaan bahasa perlu
adanya tradisi lisan. Sastra lisan yang dilakukan, misalnya dengan pengayaan
tersebar di masyarakat secara umum selalu penguasaan kosakata, pengayaan bacaan-
menekankan aspek nilai religius. Hal ini bacaan, terutama puisi, pengayaan dalam
dapat dilihat dari tema-tema umum karya membentuk kata atau frase, dst.
sastra tersebut, seperti yang benar akan 2) Tahap Pengendapan
menang atau mendapatkan kebahagiaan, Ketika semua bahan telah terkumpul,
sedangkan yang salah akan kalah dan tahap berikutnya adalah melakukan
mengalami penderitaan (Priyatni,2010:78). inkubasi atau pengendapan. Pada tahapan
4. MENULIS PUISI ini, semua materi yang telah dikumpulkan
Puisi menurut (Ekoati, 2010) diendapkan dalam rangka memantapkan
merupakan karya kreatif, yakni karya yang calon tulisan sambil melakukan proses
lahir dari kreativitas penulisnya. Menulis penyusunan. Saat semua bahan dirasa siap
puisi dengan demikian adalah persoalan untuk dilahirkan dalam bentuk tulisan,
kreativitas, yang lekat dengan kemampuan masuklah tahap iluminasi atau tahap
individu untuk memunculkan nilai baru perwujudan. Pada saat ini, semua ide yang
dalam hal-hal yang diciptakannya. telah diorganisir dilahirkan dalam bentuk
Meskipun demikian, kreativitas itu tulisan.
bukanlah suatu hal yang memiliki nilai

86
3) Tahap Revisi demikian, sebelum seseorang melakukan
Setelah selesai menuliskan semua ide proses ceramah, misalnya, sebaiknya
yang ingin disampaikan, penulis perlu memerhatikan kondisi dan situasi
melakukan tahapan revisi. Jika ada hal pelaksanaan pembelajaran. Berceramah
yang kurang sesuai, bisa dilakukan pada siang hari dengan jumlah peserta
perbaikan-perbaikan. Revisi bisa dilakukan didik yang banyak tentu akan berbeda jika
dengan cara peer-review, atau meminta dilakukan pada pagi hari dengan jumlah
pendapat dari teman sejawat. Revisi adalah peserta didik yang sedikit.
salah satu cara untuk mencapai perbaikan
naskah. Verifikasi adalah tahapan untuk 6. PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
melakukan penilaian-penilaian apakah DENGAN TEKNIK KATA BERANTAI
suatu karya layak untuk diterbitkan. 1) Konsep Teknik Kata Berantai
Konsep teknik kata berantai sejatinya
5. TEKNIK PEMBELAJARAN tidak dapat terlepas dari pandangan
Teknik pembelajaran (Dafik:2015) konstruktivisme. Nurhadi (2009:39)
dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan menegaskan bahwa menurut paham ini,
seseorang dalam mengimplementasikan manusia membangun atau menciptakan
suatu metode secara spesifik. Misalkan, pengetahuan dengan cara mencoba
penggunaan metode ceramah pada kelas memberi arti pada pengetahuan sesuai
dengan jumlah siswa yang relatif banyak pengalamannya. Pengetahuan itu rekaan
membutuhkan teknik tersendiri, yang dan tidak stabil. Oleh karena pengetahuan
tentunya secara teknis akan berbeda itu adalah konstruksi manusia dan secara
dengan penggunaan metode ceramah pada konstan manusia mengalami pengalaman-
kelas dengan jumlah siswanya terbatas. pengalaman baru, maka pengetahuan itu
Demikian pula, dengan penggunaan tidak pernah stabil. Oleh karena itu,
metode diskusi, perlu digunakan teknik pemahaman yang kita peroleh senantiasa
yang berbeda pada kelas yang siswanya bersifat tentatif dan tidak lengkap.
tergolong aktif dengan kelas yang siswanya Pemahaman kita akan semakin mendalam
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dan kuat jika diuji melalui pengalaman-
dapat berganti-ganti teknik meskipun pengalaman baru.
dalam koridor metode yang sama. Konstruktivisme merupakan
Senada dengan hal tersebut, landasan berfikir pembelajaran
Citraningrum (2013:38) menjelaskan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan
bahwa teknik adalah cara yang dilakukan dibangun oleh manusia sedikit demi
orang dalam rangka mengimplementasikan sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
suatu metode, yaitu cara yang harus konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
dilakukan agar metode yang dilakukan sekonyong-konyong.
dapat berjalan efektif dan efisien. Dengan

87
Pengetahuan bukanlah seperangkat memberikan reaksi bila diberi suatu
fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap kata,sedangkan model yang dikemukakan
untuk diambil dan diingat. Manusia harus oleh Collins dan Loftus, konsep dinyatakan
mengkonstruksi pengetahuan itu dan dalam node yang berkait-kaitan. Cara
memberi makna melalui pengalaman nyata model ini bekerja adalah bila suatu konsep
(Nurhadi, 2009:40). teraktifkan maka “aliran listriknya”
Dalam konteks pembelajaran di menyebar ke konsep-konsep lain yang
kelas, siswa dibiasakan untuk memecahkan berkaitan. Aliran akan kuat jika jaraknya
masalah, menemukan sesuatu yang dekat, makin jauh makin kecil alirannya
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan (Dardjowidjojo, 2008:188). Dengan
ide-ide. Esensinya adalah pembelajaran demikian, jumlah waktu yang diperlukan
harus dikemas oleh guru dengan cara siswa untuk memahami kalimat botol tempat
mengkonstruksi pengetahuan mereka sirup akan lebih pendek daripada botol
sendiri melalui keterlibatan aktif dalam tempat buah, atau botol mangga.
proses pembelajaran. Siswa tidak pasif Dengan dua model organisasi kata
dalam menerima pengetahuan dari guru. maka, teknik kata berantai dapat
Siswa menjadi pusat kegiatan. digunakan untuk melatih siswa mengaitkan
2) Teknik Kata Berantai setiap kata dengan kata-kata lain yang
Teknik kata berantai mengacu pada lebih dekat sesuai topik yang sudah
teori tentang hubungan konsep dan ditentukan. Agar lebih menarik, teknik kata
bagaimana konsep itu diorganisir dengan berantai dilaksanakan secara berkelompok.
model semantik hierarkhis dan spreading Setiap siswa harus berpikir cepat untuk
activation model. Model Semantik merangkai setiap kata yang telah dituliskan
Hierarkhis (Hierargical Semantic Model) oleh siswa lain hingga menjadi sebuah puisi
diajukan Collins dan Quillian sedangkan yang utuh.
Spreading Activation Network Model
dikemukakan oleh Collins dan Loftus dalam 3) Langkah-langkah Teknik Kata Berantai
Dardjowidjojo (2008:184). dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Model Semantik Hierarkhis Teknik kata berantai menurut
(Hierargical Semantic Model) diajukan (Ekoati:2010) dilaksanakan seperti
Collins dan Quillian yakni semakin dekat permainan bisik berantai. Bedanya, bisik
satu node konsep dengan node konsep berantai dilaksanakan dengan cara
yang lain, makin dekat hubungan kedua diucapkan, kata berantai dilakukan dengan
konsep tersebut. Jika seseorang ditanya cara dituliskan. Karena berbentuk
tentang perkutut, orang tersebut akan permaian, teknik kata berantai diharapkan
menyebut burung bukan binatang. dapat menumbuhkan kegairahan siswa
Kedekatan itu juga dibuktikan dengan dalam menulis puisi.
jumlah waktu yang diperlukan untuk

88
Teknik kata berantai dilaksanakan organisasi konsep, guru dapat merangsang
dengan cara sebagai berikut: siswa untuk menggali kata-kata yang
1) Siswa yang terdapat di dalam kelas dikenalnya sesuai konsep yang
dibagi menjadi 4 kelompok dikehendaki.
2) Setiap kelompok memilih tema dengan Teknik kata berantai dikemas dalam
cara diundi permainan yang dapat membangkitkan
3) Meskipun tema dalam satu kelompok kreativitas siswa. Dalam permainan ini,
sama, setiap siswa harus menentukan setiap siswa harus melanjutkan kata yang
subtema. Subtema akan digunakan ditulis teman kelompoknya dengan
sebagai judul puisi. menuliskan kata-kata yang mempunyai
4) Setelah menentukan judul, siswa konsep sama. Dengan kata lain, setiap
menuliskan katapertama sebagai kata siswa harus mencari kata-kata yang tidak
kunci dalam puisi menyimpang dengan judul atau tema yang
5) Berdasarkan kata kunci tersebut setiap telah ditetapkan. Jika siswa menuliskan
anggota kelompok secara berantai kata kunci profesi, maka jaringan kata lain
melanjutkan dengan kata-kata yang muncul adalah guru, dokter,
berikutnya menjadi baris-baris puisi pengusaha, dan contoh profesi lainnya
hingga selesai bukan kata kucing, ayam atau singa.
6) Kata-kata yang dituliskan secara Teknik kata berantai menerapkan teori
berantai ini tetap harus organisasi konsep untuk pembelajaran
memperhatikan tema dan pola menulis puisi. Dengan satu topik atau
persajakan tema, setiap siswa dapat mengaktifkan
7) Setelah waktu berakhir, siswa bersama konsep yang tersimpan dalam memori
anggota kelompoknya merevisi puisi untuk mencari kata-kata yang berdekatan.
dengan menukarkan kepada kelompok Jika kosakata yang teroganisir dalam
lain memori siswa dikelola dengan baik
8) Puisi terbaik diberi penghargaan. kemudian disusun menjadi baris-baris puisi
maka akan terwujud sebuah puisi yang
7. SIMPULAN memperhatikan pilihan kata. Demikian
Puisi merupakan karya kreatif, yakni pula jika siswa akan menulis puisi dengan
karya yang lahir dari kreativitas memperhatikan pola persajakan maka
penulisnya. Kreativitas tidak akan muncul kata-kata yang dibuat harus sesuai dengan
jika tidak ada rangsangan. Rangsangan pola persajakan. Dengan asumsi di atas
dapat berasal dari dalam maupun dari luar. maka teknik kata berantai diharapkan
Rangsangan dari dalam berasal dari siswa dapat diterapkan secara optimal untuk
sendiri, sedangkan rangsangan dari luar meningkatkan minat dan hasil
berasal dari guru, orang tua, teman- pembelajaran menulis puisi.
temannya dan lingkungan. Dengan teori

89
DAFTAR RUJUKAN knik-kata-berantai-sebagai-upaya-
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi peningkatan-kemampuan-menulis-
Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru puisi-siswa-smp-1-kudus-tahun-
Algesindo. pelajaran-20082009/ (diakses, 7
Dafik. 2015. Materi Teori dan Model September 2015).
Pembelajaran Program Pelatihan Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis
Pedagogik Dasar (Pekerti) Tahun untuk Siswa SMP dan SMA.
2015. Makalah disampaikan pada Yogyakarta: CV Andi Offset.
pelatihan Pekerti 26-29 Januari 2015 Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. 2009.
di LP3 Universitas Jember. Pembelajaran Kontekstual:
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Contextual Teaching and
Psikolinguistik: Pengantar Bahasa Learning/CTL. Malang: NA MA
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor PENERBIT.
Indoneisia. Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra University Press.
Indonesia SMP dan MTs. Jakarta: Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra
Depdiknas. dengan Ancangan Literasi Kritis.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Malang: Bumi Aksara.
Pendidikan Nasional No. 22 Tahun Santosa, Puji. 1996. Pengetahuan dan
2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Apresiasi Kesusastraan dalam Tanya
Depdiknas. Jawab: untuk SMU dan SMK. Ende-
Citraningrum, Dina Merdeka. 2013. Modul Flores: Nusa Indah.
Pengajaran Mikro. FKIP Unmuh Sayuti, Suminto A. 1985. Puisi dan
Jember. Pengajarannya. Semarang: IKIP
Citraningrum, Dina Merdeka. 2014. Semarang Press.
Pengantar Apresiasi Sastra. Jember: Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan
CV. Cahaya Ilmu. Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Ekoati, Endang Siwi. 2010.
http://www.ispi.or.id/2010/08/01/te

90

Anda mungkin juga menyukai