Makalah Dasar Epidemiologi
Makalah Dasar Epidemiologi
“DIARE”
OLEH :
FADLUN P10121133
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
Diare berasal dari kata diarrola (Bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu
keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. (Smeltzer & Bare, 2002)
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih
dari biasanya (>3 kali sehari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau lembek,
dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2010).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare pada orang
dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens kasus diare mencapai 200 juta
hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan di rumah sakit. Di
seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per tahun. Di Amerika Serikat, diare terkait
mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000
kematian akibat diare dalam waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare
masih merupa kan penyebab kematian anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju
(Lukman Zulkifli Amin, 2015).
Dinegara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi
insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang
menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum
menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections
dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni,
Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia
coli (EHEC). Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk
setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara
berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. Di Indonesia dari 2.812 pasien
diare yang disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta,
Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001
penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp, V.
Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella
paratyphi A (Ahmad Fauzi, 2014)
2
BAB II
1. Host
2. Agent
a. Golongan Biologi
Virus : retovirus, E.coli, Shigella dan salmonella, virus colerea
3. Lingkungan
a. Lingkungan fisik
Lingkungan dengan sosial ekonomi yang rendah serta adaptasi yang kurang baik.
2. Model Epidemiologi
Adanya mutasi pada virus sehingga meningkatkan agent, hal ini karena virus lebih banyak
berkembang biak di lingkungan, yang mengakibatkan daya tahan tubuh host atau manusianya
menurun dan dapat terkena penyakit Diare.
3
Jumlah peningkatan kerentanan pada host (Jumlah balita meningkat), hal ini karena balita atau anak-
anak memiliki daya tahan tubuh yang belum kuat, sehingga rentan akan penyakit atau agent yang ada
di lingkungan. Khususnya pada penyakit Diare, karena penyakit ini banyak menyerang bayi, balita
maupun anak-anak.
Selama ini masyarakat kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan, contohnya masih banyak warga
yang belum menggunakan jamban pribadi untuk melakukan buang air besar. Kebanyakan masyarakat
masih melakukan buang air besar di sungai atau kebun. Setelah melakukan buang air besar, terkadang
mereka tidak mencuci tangan dengan sabun sampai bersih, sehingga menyebabkan agent penyakit
menyebar di lingkungan.
Diare merupakan salah satu penyakit dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada
balita. Epidemiologi penyakit Diare disebabkan sebagai berikut, (Depkes RI, 2007).
Kuman penyebab Diare biasanya menyebar melalui makanan atau minuman, yang tercemar
tinja penderita atau kontak langsung dengan tinja penderita yang lebih dikenal dengan istilah
penularan melalui faecal-oral. Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya Diare,
diantaranya, (Depkes RI, 2007) :
o Tidak memberikan ASI eksklusif secara penuh pada awal kelahiran, karena risiko menderita
diare dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
o Penggunaan botol susu yang memudahkan pencemaran oleh kuman.
o Menyimpan makanan masak dalam suhu kamar.
o Menggunakan air minum yang tercemar.
o Tidak membiasakan cuci tangan.
o Tidak membuang tinja (termasuk tinja anak) dengan benar.
Beberapa faktor penjamu yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap Diare maupun
lamanya Diare, diantaranya (Depkes RI, 2007) :
4
Kekurangan gizi akan meningkatkan berat dan lamanya penyakit maupun risiko terhadap
kematian karena Diare.
o Campak
Diare sering berakibat parah pada balita yang menderita campak dalam empat minggu
terakhir. Virus campak menyerang system markosa tubuh sehingga dapat pula menyerang
system saluran cerna.
o Imunodefisiensi/imunosupresi
Sesudah terserang infeksi virus (seperti virus campak) pada anak yang mengalami
imunosupresi berat, Diare dapat terjadi karena kuman yang tidak pathogen dan mungkin juga
berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Penyakit Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Sarana air
bersih dan pembuangan tinja, merupakan faktor dominan terhadap terjadinya penyakit Diare.
Kedua faktor ini akan berinteraksi Bersama dengan perilaku manusia. Kuman Diare yang
mencemari lingkungan ditambah dengan perilaku manusia yang tidak sehat, yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan terjadinya penyakit Diare.
5
BAB III
Di bidang akademis, banyak penelitian mengenai diare yang telah dilakukan oleh
mahasiswa, dosen dan peneliti dalam dua dekade belakangan ini. Setelah dilakukan survei
pendahuluan, hasil di lapangan menunjukkan bahwa penelitian diare terbagi menjadi dua hal
yaitu penelitian faktor risiko penyebab diare dan penelitian upaya pencegahan dan pengobatan
penyakit diare. Selama ini banyak penelitian mengenai faktor-faktor risiko yang menimbulkan
diare namun belum ada penelitian yang komprehensif mengenai faktor-faktor yang
menimbulkan diare pada bayi dan balita di Indonesia (Wiku Adisasmito, 2007).
Etiologi diare yaitu Rotavirus, Escheria coli, Shighella, Campylobacter jejuni, Vibrio
cholerae, Salmonella sp (non tifoid), Yersinia sp, Vibrio para haemolyticus, Giardia lamblia,
Entamoeba histolytica, Cyptosporodium. Sedangkan yang bukan mikroba ialah makanan,
allergi dan malnutrisi. Diare bisa terjadi dipengaruhi oleh: (a) diberi atau tidak ASI (air susu
ibu), (b) pemberian makanan pendamping, (c) penggunaan air bersih, (d) kebiasaan mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan, menyiapkan makanan dan sesudah buang air besar, (e)
penggunaan jamban untuk buang air besar, dan (f) status imunisasi campak (Siti Amaliah,
2010).
Penyebab paling sering dari diare akut adalah infeksi saluran cerna, virus dan bakteri,
dan jarang parasit. Infeksi menyebar melalui transmisi fecal-oral, yaitu makanan dan air yang
terkontaminasi atau kontak langsung atau tidak langsung dengan individu yang terinfeksi.
Sangat menular menunjukkan rotavirus, norovirus dan Shigella. Virus penyebab diare akut,
selain dengan cara klasik, dapat ditularkan melalui transmisi aerogenik. Prevalensi patogen
usus tertentu berkaitan dengan usia tetapi juga tergantung pada tahap perkembangan
lingkungan anak. Faktor etiologi diare infektif akut yang paling sering di Eropa, Amerika Utara
dan Australia, negara maju, terutama pada rentang usia enam bulan sampai lima tahun, adalah
virus (rotavirus, norovirus, adenovirus, calicivirus, astrovirus dan lain-lain), sedangkan
bakteri penyebab penyakit (Campylobacter jejuni, Salmo nella, Shigella dan spesies patogen
Esch erichia coli), yang terutama menyerang anak-anak dalam enam bulan pertama setelah
kelahiran dan setelah usia lima tahun, jauh lebih jarang. Giardia lamblia, Entamoeba histolytica
dan Cryptospo ridium bahkan lebih jarang menyebabkan diare akut (Arhiv Za Celokupno
Lekarstvo, 2015).
A. Klasifikasi Diare
Menurut Suraatmaja (2010), penyakit Diare dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu
Diare Akut dan Diare Kronik.
a. Diare Akut
Diare Akut adalah Diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Biasanya Diare ini berlangsung selama kurang dari 14 hari.
b. Diare Kronik
Diare Kronik adalah Diare yang berlanjut selama 2 minggu atau lebih (>14 hari), dengan
6
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa Diare tersebut. Diare
Kronik kemudian dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
2. Protracted Diare, yaitu Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (>14 hari)
3. Diare Intraktabel, merupakan Diare yang dalam waktu singkat (Misalnya 1-3 bulan)
dapat timbul berulang kali
5. Chronic non Spesific Diarrhea, yaitu Diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu
tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun
melabsorpsi.
1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, parasite, maupun
virus diantaranya rotavirus, E. coli, dan Shigella. Pada tahap ini belum di temukan
tanda-tanda penyakit bila daya tahan tubuh penjamu baik maka tubuh tidak terserang
penyakit dan apabila daya tahan tubuh penjamu lemah maka akan sangat mudah bagi
virus masuk ke dalam tubuh.
2. Tahap Patogenesis
a. Tahap Inkubasi
3. Tahap Postpatogenesis
- Rasa haus
b. Tahap Akhir
7
- Denyut nadi cepat sekali
- Pernapasan kusmaul
Pengobatan tepat
Karier Kecacatan
Imun/Kebal Rehabilitasi
Kronik
Cacat
Mati
B. Faktor Penyebab
5. Reaksi antibiotik, obat-obatan tekanan darah dan antasida yang mengandung magnesium
Kejadian Diare dapat dilihat dari beberapa gejala dan tanda Diare, antara lain
(Widoyono, 2011) :
a. Gejala Umum
1. Bercak cair atau lembek dan sering, merupakan gejala khas Diare.
8
3. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala Diare.
4. Gejala Dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan sulit menurun, apatis, gelisah.
b. Gejala Spesifik
1. Vibrio Cholera, ditandai Diare hebat, warna tinja seperti cairan cuci beras dan amis
Tergantung dari presentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi
ringan, sedang, atau berat.
2. Gangguan Sirkulasi
Pada Diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam kurun waktu yang
singkat. Bila kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, pasien dapat mengalami
syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume darah (Hipovolemia).
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh.
Sebagai kompensasinya, tubuh akan bernapas cepat untuk membantu meningkatkan pH
arteri.
5. Gangguan Gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang
berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan, serta
sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (Malnutrisi).
1. Tanpa Dehidrasi, biasanya penderita merasa normal, tidak rewel atau gelisah, masih
bisa beraktifitas seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, penderita masih
mau makan dan minum seperti biasa.
2. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan penderita gelisah atau rewel, mata
sedikit cekung, turgor kulit masih Kembali dengan cepat jika dicubit.
3. Dehidrasi berat, penderita apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan
kulit turgor Kembali lambat, napas cepat, penderita terlihat lemah.
9
D. Pencegahan Penyakit Diare
Pada umunya, pencegahan Diare dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan.
Seperti Ketika hendak membuat ataupun merebus makanan haruslah menggunakan air yang
bersih, mencuci tangan dengan cairan antiseptik setelah membuang kotoran ataupun tinja.
Apabila penderita telah terkena Diare, berikan cairan pengganti untuk pertolongan pertama atau
berikan oralit. Penderita yang terkena Diare dengan Dehidrasi harus diatasi Dehidrasi nya
dahulu. Jika Diare masih jarang, boleh makan seperti biasa, tidak harus mengurangi sayur dan
buah.
▪ Perilaku Sehat
Perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare pada bayi adalah
sebagai berikut :
1.) Memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun,
2.) Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur, makanan tambahan yang
bergizi dan bersih, dimulai Ketika anak berumur 4-6 bulan.
3.) Memberikan imunisasi campak, anak yang sakit campak sering disertai diare
sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.
2.) Menggunakan jamban, serta memperhatikan jamban agar berfungsi dengan baik dan
dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
1. Pencegahan Primer
a. Melakukan promosi Kesehatan tentang pentingnya cuci tangan sebelum dan sesudah
kegiatan
10
iv. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
2. Pencegahan Sekunder
a. Diberi oralit
b. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek
buruk
c. Berikan anak lebih banya cairan dari biasanya untuk mencegah Dehidrasi
3. Pencegahan Tersier
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Diare adalah suatu kejadian dimana feses yang diproduksi oleh manusia
memiliki sifat konsistensi yang cair ataupun lembek dan terjadi dengan frekuensi lebih dari 3
kali dalam sehari. Infeksi pada system pencernaan mengakibatkan buang-buang air besar yang
encer, dengan maupun tanpa rasa mual dan muntah-muntah adalah hal yang sangat biasa,
terutama pada musim kemarau. Banyak dari keadaan ini yang sekarang diektahui adalah akibat
infeksi virus di usus.
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu Diare akut dan Diare kronik.
Penyakit Diare ditandai dengan adanya berak encer, yang lebih banyak dari biasanya. Bahaya
dari Diare itu adalah banyaknya kehilangan cairan tubuh dan menyebabkan kematian. Sering
kali terjadi gangguan perut pada umumya, dengan perasaan kembung dan perut seperti
terpilin. Segera setelah itu akan diikuti dengan muntah-muntah dan Diare. Sering kali penyakit
ini disertai rasa seperti terbakar dan nyeri pada anus penderita.
Pada negara Indonesia, penyakit Diare merupakan salah satu faktor pembunuh utama
bagi kalangan anak-anak karena keadaan yang cepat memburuk akibat penderita yang
biasanya kekurangan akan protein. Diperkirakan sekitar 75% dari kematian pada dua tahun
pertama bayi setelah lahir adalah disebabkan dan disertai Diare akut.
Penyebab terjadinya penyakit Diare bisa dikarenakan faktor infeksi, baik di dalam
maupun di luar usus. Pencegahan Diare dapat dilakukan dengan cara : Penyediaan air minum
yang bersih, Sanitasi air yang bersih, Kebersihan perorang, Cuci tangan dengan sabun sebelum
dan sesudah makan, Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, Toilet, Jamban).
12