Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengukuran dan Pembahasan

1. Hasil Pengukuran Kebisingan

Tabel 1 Hasil Pengukuran Kebisingan

No. Waktu Hasil

1. 40 detik pertama 70,1 dB

2. 40 detik kedua 72,9 dB

3. 40 detik ketiga 79,6 dB

4. 40 detik keempat 71,6 dB

5. 40 detik kelima 75,9 dB

6. 40 detik keenam 72,9 dB

= 443 dB : 6

= 73,83 Db

Pengukuran Kebisingan dilakukan oleh kelompok 5 diperempatan

lampu merah Universitas Tadulako dengan menggunakan sound level

meter. Dari hasil pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan,

didapatkan pada pengukuran ketiga memiliki intensitas kebisingan

tertinggi karena pada saat mengukur jumlah kendaraan yang lewat lebih

ramai dan dilewati truk tronton yang bersuara besar, dengan nilai 79,6 dB.

Bunyi yang terlalu keras dapat menimbulkan dampak buruk bagi

kesehatan manusia, bila berlangsung terus-menerus. Hal ini sesuai dengan


literatur Satwiko (2018) yang menyatakan bahwa kekerasan bunyi sebesar

30-65 dB akan mengganggu selaput telinga dan menyebabkan gelisah, 65-

90 dB akan merusak lapisan vegetative manusia ( jantung, peredaran

darah, dll ), bila mencapai 90-130 dB akan merusak telinga. Sedangkan

pada pengukuran kesatu memiliki intensitas kebisingan yang rendah dari 6

kali pengukuran pengamatan, karena jumlah kendaraan yang lewat pada

saat pengukuran ini kurang ramai dengan nilai 70,1 dB. Menurut literatur

(Djalante, 2018) menyatakan bahwa tingkat kebisingan yang dapat

ditolerir oleh seseorang tergantung pada kegiatan apa yang sedang

dilakukan orang tersebut. Seseorang yang sedang sakit, beribadah,belajar

akan terganggu oelh kebisingan yang rendah sekalipun. Berdasarkan hasil

jumlah pengukuran yaitu 443 dan dibagi 6. Hasil keseluruhan pengukuran

kebisingan yaitu 73,83 dB nilai rata-ratanya tidak melebihi NAB maka

tidak menimbulkan KAK dan PAK, hal ini sesuai dengan Permenaker No.

13 Tahun 2011 berisi ketetapan NAB kebisingan atau intensitas tertinggi

dan nilai yang dapat ditolerir oleh pekerja yaitu 85 dB dalam waktu 8 jam

kerja.

2. Hasil Pengukuran Debu

Tabel 2 Pengukuran Debu

No. Kadar Partikel Debu Hasil

1. 10 µm 7 mg/m³

2. 2,5 µm 15 mg/m³
Pengukuran Debu dilakukan oleh kelompok 5 di Bundaran

Universitas Tadulako dengan menggunakan Particle Counter. Hasil dari

pengukuran debu berdasarkan tinggi rendahnya NAB dengan waktu

pengukuran yang sama yaitu 5 menit dengan hasil pengukuran pada 10 µm

didapatkan 7 mg/m³ dan hasil pengukuran pada 2,5 µm diperoleh 15

mg/m³. Hal ini tidak sesuai dengan nilai ambang batas yang tercantum

pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 13 Tahun 2011 tentang Nilai

Ambang Fisik dan Faktor Kimia di Lingkungan Kerja, yang menetapkan

NAB debu di lingkungan kerja yaitu 2 mg/m3.

3. Hasil Pengukuran Pencahayaan

Tabel 3 Pengukuran Pencahayaan

No. Lokasi Titik Pengukuran Waktu Hasil

1. Titik 1 2 menit pertama 425 lux

2. Titik 2 2 menit kedua 226 lux

3. Titik 3 2 menit ketiga 223 lux

4. Titik 4 2 menit keempat 211 lux

5. Titik 5 2 menit kelima 702 lux

= 1787 : 5

357,4 lux

Pengukuran Pencahayaan dilakukan oleh kelompok 5 di ruangan

202 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako dengan

menggunakan Lux Meter. Hasil dari pengukuran pencahayaan berdasarkan

tinggi rendahnya NAB dengan waktu pengukuran yang sama yaitu 2


menit dengan hasil pengukuran pertama didapatkan 425 dan pengukuran

ke dua hasil yang didapatkan 226 dan pengukuran ke tiga hasil yang di

dapatkan 223 selanjutnya pengukuran ke empat hasil yang didapatkan 211

dan pengukuran ke lima hasil yang didapatkan 702 Berdasarkan hasil

jumlah pengukuran yaitu 1787 dan dibagi 5. Hasil keseluruhan

pengukuran pencahayaan yaitu 357,4. Hal ini tidak sesuai dengan NAB

pencahayaan menurut Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002

yang menyatakan bahwa intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux .

Jadi, nilai rata-ratanya melebihi dan dapat menimbulkan KAK dan PAK.

Anda mungkin juga menyukai