RDI – 20
Rev.2
MODUL I
PENGUKURAN KEBISINGAN
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang kondisi lingkungan kerja
(kebisingan) dapat mempengaruhi hasil suatu pekerjaan.
2. Mahasiswa mengetahui tingkat intensitas bunyi (kebisingan) yang
diizinkan untuk suatu pekerjaan tertentu.
3. Mahasiswa dapat mengukur tingkat kebisingan linkungan kerja.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Kebisingan
Bunyi adalah fenomena fisis berbentuk gelombang longitudinal yang
merambat melalui media udara sehingga dapat sampai ke telinga mengikuti garis
lurus kecuali mendapat peredaman ataupun dialihkan arahnya karena adanya
penghalang.
Ada dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan
intensitas bunyi. Frekuensi didefinisikan sebagai jumlah dari gelombang-
gelombang yang sampai telinga dalam satu detik dan mempunyai satuan Hertz
atau jumlah gelombang per detik. Maka suatu sumber bunyi yang menghasilkan
2.000 gelombang perdetik dikatakan mempunyai frekuensi 2.000 Hz. Sedangkan
intensitas bunyi adalah daya melalui suatu unit luasan dalam ruang dan sebanding
dengan kuadrat tekanan suara, biasanya dinyatakan dalam satuan decibel (dB).
Bunyi yang tidak memberikan kenikmatan, disebut kebisingan. Kebisingan
dianggap sebagai salah satu polutan dalam industri, karena dapat mempengaruhi
kinerja.
Sumber kebisingan dapat berupa apa saja, mulai dari mesin-mesin di pabrik
(suara bernada tinggi dari mesin bubut, suara hempasan dari mesin tekan), suara
“klik” dari keyboard, pesawat yang melintas di angkasa, lalu di jalan raya
(kendaraan bermotor).
Bagian 2 (1 SKS)
7. Lakukan pengukuran dengan skala F, dan catat hasil pengukuran.
8. Lakukan analisis terhadap data yang diperoleh.
MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
4. REFERENSI
ISO 1996:2003, Acoustics, ” Description and measurement of environmental noise
part-1 Basic Quantity and procedures ” Geneva, Vol-1 halaman 114-120.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika Di Tempat Kerja.
Standar Nasional Indonesia SNI-16-7063-2004 tentang nilai ambang batas iklim kerja
(panas), kebisingan, getaran lengan-tangan dan radiasi sinar ultra ungu di
tempat kerja, BSN, 2004.
Kelompok :
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tanggal Pengukuran :
(……………………………….)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang kondisi lingkungan kerja
(pencahayaan) dapat mempengaruhi hasil suatu pekerjaan.
2. Mahasiswa mengetahui besarnya intensitas cahaya dengan output yang tepat
untuk suatu jenis pekerjaan.
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap hasil pengukuran.
2. LANDASAN TEORI
Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk memberikan
keadaan atau kondisi penglihatan yang cukup baik dan dapat memberikan
kepuasan dan produktivitas dalam kerja.
Ciri-ciri penerangan yang baik tersebut adalah mempunyai :
1. Sinar cahaya yang cukup.
Penerangan yang cukup merupakan suatu syarat agar dapat melihat objek
dengan baik.
2. Sinar cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan.
Obyek yang dilihat harus terbebas dari cahaya yang menyilaukan. Cahaya yang
menyilaukan dapat langsung datang dari sumber cahaya (direct-glare zone)
ataupun dari pemantulan atau pengembalian cahaya (indirect-glare zone).
Cahaya yang barasal dari benda-benda yang sifat atau pembawaan dari
benda-benda yang terkena benda itu sendiri, yaitu mengkilap, licin, halus, dan
berkilau. Hal inilah yang mengganggu pekerja, karena ia melihat langsung dari
benda itu untuk menyelesaikan pekerjaannya. Keadaan ini dapat ditanggulangi
dengan menempatkan kembali pekerjaan-pekerjaan dan sumber-sumber
penerangan untuk mengurangi cahaya pantulan yang menuju pada apa yang
sedang dikerjakan. Standart Australia AS 1680 memberikan tingkat-tingkat
maximum luminansi untuk berbagai sudut yang berbeda dari garis vertical
yang sangat rapat di bawah the luminare. Biasanya tingkat luminance
harusdibatasi dalam daerah 45° - 90°. Permukaan kerja yang mengkilap dan
lantai yang mengkilap juga perlu menghindari adanya glare (silau).
3. METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 2 SKS
3.2. Alat dan Bahan
1. Luxmeter
2. Alat ukur (meteran)
3. Lembar catatan hasil pengukuran
4. Alat tulis
5. Alat hitung
3.3. Prosedur Praktikum
Penentuan titik pengukuran (1 SKS)
a) Penerangan setempat, obyek kerja berupa meja kerja maupun peralatan.
1m
2) Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap
3 (tiga) meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan
antara 10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar 2.
3m
3m
3m
3m
3m 3m 3m 3m
Gambar 2 Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan
luas antara 10 m2 – 100 m2.
6m
6m
6m 6m 6m 6m
Gambar 3 Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan
luas lebih dari 100 m2.
Lembar denah pengukuran intensitas penerangan umum seperti pada Lampiran B.
John E.Kaufman, IES Lighting Handbook, The Standard Lighting Guide, lluminating
Engineering Society, New York, 1968.
Norbert Lechner, Heating, Cooling, Lighting, Design Methods for Architects, John
Willey & Sons,Inc., New York,1991.
1. Kelompok :
2. Nama ruangan :
3. Jenis penerangan :
(Alami/Pijar/Gas halogen/Germicidal/Fluorescent/Natrium/Infrared/Lainnya *)
4. Tanggal pengukuran :
1. Kelompok :
2. Nama ruangan :
3. Jenis penerangan :
(Alami/Pijar/Gas halogen/Germicidal/Fluorescent/Natrium/Infrared/Lainnya *)
4. Tanggal pengukuran :
1. Kelompok :
2. Nama ruangan :
3. Jenis penerangan :
(Alami/Pijar/Gas halogen/Germicidal/Fluorescent/Natrium/Infrared/Lainnya *)
4. Tanggal pengukuran :
Hasil (Lux)
Ruang Rata-rata
Pengukuran I Pengukuran II Pengukuran III
(……………………………….)
1. Kelompok :
2. Nama ruangan :
3. Jenis penerangan :
(Alami/Pijar/Gas halogen/Germicidal/Fluorescent/Natrium/Infrared/Lainnya *)
4. Tanggal pengukuran :
Hasil (lux)
Ruang Rata-rata
Pengukuran I Pengukuran II Pengukuran III
(……………………………….)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui cara penggunaan alat ukur getaran Vibration Meter.
2. Mahasiswa dapat mengukur getaran mekanis yang ditimbulkan oleh mesin.
3. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuran getaran mekanis.
2. LANDASAN TEORI
Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang
terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah
getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia (Kep.MENLH
No: KEP-49/MENLH/11/1996). Jenis getaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Getaran Umum (Whole body vibration)
Getaran ini berpengaruh terhadap seluruh tubuh, dihantarkan melalui
bagian tubuh tenaga kerja yang menopang seluruh tubuh. Misalnya : kaki
saat berdiri, pantat pada saat duduk, punggung saat bersandar, lengan saat
bersandar. Getaran ini mempunyai frekwensi 5 – 20 Hz.
2. Getaran Setempat (Hand arm vibration)
Getaran yang merambat melalui tangan atau lengan dari operator atal yang
bergetar. Getaran ini mempunyai frekwensi 20 – 500 Hz.
Berdasarkan Nilai Ambang Batas HAV, batas aman getaran mekanis menurut
Permenakertrans RI No.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja tabel standar getaran mekanis grup K adalah
sebagai berikut.
Gejala yang timbul yaitu pusing, ngantuk, sakit perut, mual, pegal-pegal, kaki
kesemutan. Mesin-mesin yang menghasilkan biasanya berkisar antara 1 – 20 Hz Efek
terhadap gangguan kesehatan berlangsung jangka panjang.
1. Pada Stadium I
a) Terjadi gangguan perut : kembung, mual, kolik usus
b) gangguan penglihatan : mata berkunang – kunang
c) gangguan syaraf : insomnia, gangguan keseimbangan
2. Pada Stadium II terjadi gangguan : pada otot / sendi
4. REFERENSI
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja.
Harrington & F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi 3. Jakarta : Penerbit EGC
Cetakan I.
Sumamur, PK. 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV. Haji
Masagung.
Kelompok :
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tanggal Pengukuran :
(……………………………….)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui tingkat kebugaran jasmani.
2. Mahasiswa mengetahui tentang indeks kebugaran jasmani.
3. Mahasiswa dapat mengukur tingkat kebugaran dan indeks kebugaran jasmani.
2. LANDASAN TEORI
Kebugaran fisik atau jasmani sangat berpengaruh pada produktifitas kerja.
Kesegaran jasmani adalah suatu keadaan yang dimiliki atau dicapai seseorang
dalamkaitannya dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik. Kesegaran
jasmani berkaitandengan kesehatan ketika aktivitas fisik dapat dilakukan tanpa
kelelahan berlebihan,terpelihara seumur hidup dan sebagai konsekuensinya
memiliki risiko lebih rendah untuk terjadinya penyakit kronik lebih awal. Seseorang
yang secara fisik bugar dapat melakukanaktivitas fisik sehari-harinya dengan giat,
memiliki risiko rendah dalam masalah kesehatandan dapat menikmati olahraga
serta berbagai aktivitas lainnya.
Tingkat kebugaran dapat diukur dari konsumsi oksigen pada volume dan
kapasitas maksimum. Kelelahan yang dirasakan akan menyebabkan turunnya
konsentrasi, sehingga tanpa konsentrasi pekerjaan akan terganggu.
Kebugaran dapat diukur dengan Harvard Step Test. Tes ini adalah
pengukuran yang paling tua untuk mengetahui kemampuan aerobik yang dibuat
oleh Brouha pada tahun 1943. Ada beberapa istilah seperti kemampuan jantung-
paru, daya tahan jantung-paru, aerobic power, cardiovascular endurance,
cardiorespiration endurance, dan kebugaran aerobik yang mempunyai arti yang kira-
kira sama. Penelitian ini dilakukan di Universitas Harvard, USA, jadi nama tes ini
dimulai dengan nama Harvard. Inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik
turun bangku selama 5 (lima) menit.
Rumus Pendek:
DN - 1 DN - 2 DN - 3
78 70 60
Setelah dilakukan perhitungan maka dapat diketahui bahwa kebugaran jasmani saudara
Erik adalah jelek, karena < 55.
4. REFERENSI
Y.S.Santosa Giriwijoyo dan Dikdik Zafar Sidik. 2011. Konsep Dan Cara Penilaian
Kebugaran Jasmani Menurut Sudut Pandang Ilmu Faal Olahraga.
Kaim, Faizati, 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta.
Kelompok :
HR istirahat (x/menit)
1' - 1,5'
2' - 2,5'
3' - 3,5'
Nilai dan kategori
IKB cara cepat
Nilai dan kategori
IKB cara lambat
P atm
Suhu ruangan
Kelembaban
Tanggal Pengukuran :
(……………………………….)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui intensitas suhu di suatu tempat kerja.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran suhuditempatkerja.
3. Mahasiswa mampu menganalisis hasil pengukuran suhu di tempatkerja.
4. Membuat program pengendalian suhu sesuai dengan tingkat kebutuhan
di tempat kerja.
2. LANDASAN TEORI
Iklim kerja menurut Keputusan Mentri Tenaga Kerja No. PER
13/MEN/X/2011 tentang Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.
Kombinasi keempat faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas
disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas
seseorang.
Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja
adalah Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: No. PER 13/MEN/X/2011, Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 17 berbunyi : “Indeks
suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang selanjutnya
disebut ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan
hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola”.
Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan pengukuran
besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB atau Indeks Suhu
Basah dan Bola (Tim Hiperkes, 2004), macamnya adalah:
1. Untuk pekerjaan diluar gedung
ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering
Alat yang dapat digunakan adalah heat stress area monitor untuk
mengukur suhu basah, temometer kata untuk menguku kecepatan udara dan
termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja
dapat mengunakan questemt digital. Pengukuran dilakukan pada tempat tenaga
kerja melakukan pekerjaan kira-kira satu meter dari pekerja.
Beban kerja setiap jam ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola)
Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja terus-menerus - 30,0 26,7 25
(8 jam/hari)
75% kerja 25% istirahat 30,6 28 25,9
50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
Sumber : Bunga Rampai Hiperkes dan KK.
Catatan :
a. Beban kerja ringan membutuhkan kaloiri 100 – 200 kilo kalori /jam.
b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 – 350 kilo kalori/ jam.
c. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 kilo kalori /jam.
4. REFERENSI
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja.
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui bahaya-bahaya yang ada di lingkungan.
2. Mahasiswa dapat menilai risiko yang timbul dari bahaya-bahaya di lingkungan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara mitigasi atau kontrol terhadap potensi
bahaya-bahaya tersebut.
2. LANDASAN TEORI
Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko merupakan salah satu
syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1.
Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukarencana penerapan K3 di lingkungan
perusahaan.
Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak lingkungan
operasional perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di wilayah perusahaan
menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber
daya alam lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan perusahaan.
Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional perusahaan
di tempat kerja meliputi :
1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang
disediakan perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan.
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun
bahan/material yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan
dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional,
struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.
Flewett, T. (2010). Clinical Risk Management : An Introductory Text for Mental Health
Clinicians. New South Wales : Elsevier.
Hanafi, M. (2009). Manajemen Risiko. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Kuswana, W. (2016). Ergonomi dan K3 : Kesehatan Keselamatan Kerja. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Ridley, J. (2008). Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Youngberg, B. (2011). Principles of Risk Management and Patient Safety. London :
Jones & Bartlett Learning.
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui Alat Pelindung Diri (APD) untuk berbagai kondisi
kerja.
2. Mahasiswa mengetahui fungsi dari alat pelindung diri tersebut.
3. Mahasiswa dapat mengukur tingkat kebisingan linkungan kerja.
2. LANDASAN TEORI
Alat Peindung Diri dalam dunia industri dikenal dengan Personal Protective
Equipment (PPE) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di
tempat kerja. APD ini terdiri dari kelengkapan wajib yang digunakan oleh pekerja sesuai
dengan bahaya dan risiko kerja yang digunakan untuk menjaga keselamatan pekerja
sekaligus orang di sekelilingnya. Kewajiban ini tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Dan pengusaha
wajib untuk menyediakan APD sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi
pekerjanya.
Alat Pelindung Diri (APD) dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Alat Pelindung Kepala antara lain : Helmet (Topi Pengaman), Safety Glass (Kacamata
Pengaman), Masker, Respirator, Ear Plugs (Penutup Telinga).
2. Alat Pelindung Badan antara lain : Apron, Jas Laboratorium
3. Alat Pelindung Anggota Badan diantaranya adalah : Sepatu Pelindung (Safety
Shoes/Boot), Sarung Tangan (Hand Gloves).
Pemilihan APD haruslah dapat memberikan pelindungan terhadap bahaya, dimana
APD tersebut memenuhi standar yang berlaku pada saat ini, yaitu standar NIOSH, OSHA,
ANSI, JIS dan lain sebagainya.
Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga
terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Tempat tersebut
hendaknya kering dan mudah dalam pengambilannya.
4. REFERENSI
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengidentifikasi keadaan darurat yang mungkin terjadi di
lingkungan kerja.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi peralatan tanggap darurat yang ada di
lingkungan kerja.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi komunikasi yang dapat dilakukan
dalam keadaan darurat.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi rambu-rambu darurat yang ada di
lingkungan kerja.
2. LANDASAN TEORI
Respons keadaan darurat atau emergency merupakan suatu kegiatan tindakan untuk
menyelamatkan aset serta menjaga kegiatan agar tetap berjalan karena adanya kejadian
yang tidak terduga. Apabila tidak dilakukan tindakan, dimungkinkan akan mengakibatkan
kerugian yang besar.
Emergency management merupakan pendekatan yang terencana untuk mencegah
bencana, menyiapkan dan merenspon keadaan darurat serta pemulihan setelah bencana.
Tipe-tipe Bencana menurut Gerald Hoetmer
a. Bencana alam : gempa bumi, angin ribut, angin topan, tanah longsor dan banjir
b. Bencana teknologi : kejadian yang disebabkan oleh kesalahan manusia (human
error) seperti kesalahan konstruksi, kurangnya pemeliharaan/kontrol peralatan,
tidak adanya peremajaan peralatan.
c. Sipil (civil disaster) : kegiatan masyarakat yang sifatnya destruktif atau merusak
yang dapat mengakibatkan kerugian, kecelakaan, dan bahkan kematian seperti
pencurian, spionase, vandalisme (mengubah, menghapus, menambah, mencoret,
merusak, mengaburkan, memberi tanda khusus, menulisi/memberi catatan, dll.),
teroris, kerusuhan dan perang.
Persiapan : kegiatan yang mengarah pada tindakan jika akan terjadi bencana dan
merupakan tahapan respon atau tanggap dalam keadaan darurat yang meliputi kegiatan
pengembangan dan updating rencana manajemen keadaan darurat, test system
emergency, pelatihan pegawai dan penyediaan peralatan.
4. REFERENSI
Krihanta. 2013. Manajemen Keadaan Darurat (Emergency Management) dan
Pengelolaan Arsip Vital. Jakarta : Universitas Terbuka.
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa memahami Bagaimana pengaplikasian teori pemadam
kebakaran.
2. Mahasiswa mengetahui Bagaimana prosedur pemakaian APAR (Alat
Pemadam Api Ringan) dan dapat memadamkan kebakaran dengan alat
tersebut.
2. LANDASAN TEORI
Api adalah proses oksidasi tanpa bantuan (self-sustaining) yang cepat disertai dengan
evolusi panas dan cahaya dalam bermacam-macam intensitasnya. Dan juga dapat
didefinisikan sebagai hasil percampuran secara kimia dari panas, bahan bakar dan oksigen
dalam proporsi yang tepat.
Dari kedua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa api hanya dapat terjadi
dimana terdapat bahan yang dapat terbakar (bahan bakar), sumber penyalaan (panas atau
energi panas) dan oksigen (bahan oksidator) dari udara atau dari sumber lain. Bilamana
ketiga unsur tersebut berada dalam konsentrasi yang memenuhi syarat, maka timbulah
reaksi oksidasi yang dikenal sebagai proses pembakaran.
Sebagian panas akan diserap oleh bahan yang kemudian melepaskan uap dan gas
yang dapat menyala berganti-ganti bercampur dengan oksigen di udara. Nyala ini akan terus
berlangsung selama ketiga unsur itu ada dalam suatu konsentrasi yang seimbang.
Kategori Kebakaran Berdasarkan Permenakertrans Nomor Per.04/MEN/1980 :
1. Kelas A- Kebakaran bahan padat kecuali logam.
2. Kelas B- Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar.
3. Kelas C- Kebakaran instalasi listrik bertegangan.
4. Kelas D- Kebakaran Logam.
Dalam SNI 03-3987-1995, bahaya kebakaran diklasifikasikan dalam 3 golongan yaitu :
1. Bahaya Kebakaran Ringan
Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat hanya sedikit barang-barang jenis A
yang dapat terbakar, termasuk perlengkapan, dekorasi dan semua isinya. Tempat yang
mengandung bahaya ini meliputi bangunan perumahan (hunian), pendidikan (ruang
MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
kelas), kebudayaan, kesehatan dan keagamaan. Kebakaran berdasarkan perhitungan
bahwa barang-barang dalam ruangan bersifat tidak mudah terbakar, atau api tidak
mudah menjalar. Di sini juga termasuk barang- barang jenis B yang ditempatkan pada
ruang tertutup dan tersimpan aman.
2. Bahaya Kebakaran Menegah
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terletak barangbarangjenis A yang mudah
terbakar dan jenis B yang dapat terbakar dalam jumlah lebih banyak dari pada yang
terdapat di tempat yang mengandung bahaya kebakaran ringan. Tempat ini meliputi
bangunan perkantoran, rekreasi, umum, pendidikan (ruang praktikum).
3. Bahaya Kebakaran Tinggi
Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat barangbarang jenis A yang mudah
terbakar dan jenis B yang dapat terbakar, yang jumlahnya lebih banyak dari yang
diperkirakan dari jumlah yang terdapat pada bahaya kebakaran menengah. Tempat ini
meliputi bangunan transportasi (terminal), perniagaan (tempat pameran hasilproduksi,
show room), pertokoan, pasar raya, gudang.
Teknik-teknik pemadaman antara lain :
a. Cooling/Pendinginan
b. Smothering/Penyelimutan
c. Starvation/ Memisahkan bahan yang terbakar
d. Memutus Rantai Reaksi
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh
satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
Jenis Alat Pemadam Api Ringan :
1. Air
Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik mengambil panas (cooling)
dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat (kelas A).
2. Busa
Busa digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Busa memadamkan
api melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu menutupi, melemahkan dan
mendinginkan.
3. Serbuk kimia kering
Ammonium hydro phosphat dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan A, B dan C
MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
Natrium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran golongan
B dan C
Kalsium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran golongan
B dan C
4. Karbon dioksida (CO2)
Media pemadam api CO2 berupa fase cair bertekanan tinggi. Prinsip kerja CO2 ialah
reaksi dengan O2 sehingga konsentrasinya berkurang dari 21% menjadi sama atau lebih
kecil dari 14%. Hal ini disebut pemadaman dengan cara menutup. Media pemadam api
CO2 tidak beracun tetapi dapat membuat orang pingsan atau meninggal karena
kekurangan oksigen. Kelemahan CO2 ialah tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran
kembali setelah api padam (reignitasi) karena CO2 tidak dapat mengikat O2 secara
terus-menerus tetapi dapat mengikat O2 sebanding dengan jumlah CO2 yang tersedia
sedang suplai oksigen di sekitar tempat kebakaran terus berlangsung.
5. Halon
Gas halon bila terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485 oC akan mengalami
proses penguraian. Zat-zat yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut akan
mengikat unsur hidrogen dan oksigen (O2) dari udara. Karena sifat zat baru tersebut
beracun maka cukup membahayakan terhadap manusia. Pada saat tejadi kebakaran,
apabila digunakan halon untuk memadamkan api maka seluruh penghuni harus
meninggalkan ruangan kecuali bagi yang sudah mengetahui betul cara
penggunaannya. Jenis gas halon yang dapat digunakan sebagai alat pemadam adalah
halon 1301 (BTM) dan halon 1211 (BCF). Halon 1301 (BTM – CBrF3) dengan
konsentrasi 4% digunakan untuk pencegahan kebakaran terhadap alat-alat elektronik.
3. METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 1 SKS
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
1. Bahan bakar.
2. Media yang akan dibakar.
3. Korek api.
4. Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
5. Kertas dan alat tulis.
6. Kamera.
4. REFERENSI
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-04/MEN/1980 Tahun
1980.
SNI 03-3987-1995 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung.