Anda di halaman 1dari 46

MODUL PRAKTIKUM

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI AGRO


POLTEKNIK ATI PADANG
2020

RDI – 20
Rev.2
MODUL I
PENGUKURAN KEBISINGAN

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang kondisi lingkungan kerja
(kebisingan) dapat mempengaruhi hasil suatu pekerjaan.
2. Mahasiswa mengetahui tingkat intensitas bunyi (kebisingan) yang
diizinkan untuk suatu pekerjaan tertentu.
3. Mahasiswa dapat mengukur tingkat kebisingan linkungan kerja.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Kebisingan
Bunyi adalah fenomena fisis berbentuk gelombang longitudinal yang
merambat melalui media udara sehingga dapat sampai ke telinga mengikuti garis
lurus kecuali mendapat peredaman ataupun dialihkan arahnya karena adanya
penghalang.
Ada dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan
intensitas bunyi. Frekuensi didefinisikan sebagai jumlah dari gelombang-
gelombang yang sampai telinga dalam satu detik dan mempunyai satuan Hertz
atau jumlah gelombang per detik. Maka suatu sumber bunyi yang menghasilkan
2.000 gelombang perdetik dikatakan mempunyai frekuensi 2.000 Hz. Sedangkan
intensitas bunyi adalah daya melalui suatu unit luasan dalam ruang dan sebanding
dengan kuadrat tekanan suara, biasanya dinyatakan dalam satuan decibel (dB).
Bunyi yang tidak memberikan kenikmatan, disebut kebisingan. Kebisingan
dianggap sebagai salah satu polutan dalam industri, karena dapat mempengaruhi
kinerja.
Sumber kebisingan dapat berupa apa saja, mulai dari mesin-mesin di pabrik
(suara bernada tinggi dari mesin bubut, suara hempasan dari mesin tekan), suara
“klik” dari keyboard, pesawat yang melintas di angkasa, lalu di jalan raya
(kendaraan bermotor).

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Kebisingan yang menyebabkan ketulian (Noise Induced Deafness) berada
pada rentang frekuensi 2000-6000 Hz. Yang bekerja pada rentang tersebut harus
doperiksa secara berkala kemampuan dengarnya.
2.2 Ambang Batas Kebisingan
Ambang batas kebisingan untuk daerah kerja sedikit berbeda antara satu
negara dengan negara yang lain tetapi umumnya antara 85 atau 90 dB selam
periode 8 jam. Bila lebih dari angka-angka tersebut maka pekerja tidak boleh
melebihi pertiode 8 jam tersebut.
Tabel 1.2.1 Tingkat Paparan Kebisingan yang Diijinkan

Lama paparan per hari (jam) Tingkat Kebisingan (dB)


8 90
6 92
4 95
3 97
2 100
1 110
0,5 115

Beberapa dampak kebisingan terhadap kinerja :


1. Aktfitas terganggu
2. Timbul perasaan bingung tanpa di sadari adanya kebisingan.
3. Gangguan Komunikasi
4. Hilang konsentrasi

Tabel 1.2.2 Jenis Ruangan dan Ambang Batas Kebisingan


Tipe Ruangan Ambang batas kebisingan (dB)
Ruang konverensi 35
Kantor 40
Laboratorium, ruang inspeksi 50
Kantin 50
Ruang produksi 75
Ruang mesin 90

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


2.3 Pengukuran Kebisingan
Tujuan dilakukan pengukuran kebisingan adalah untuk
memperoleh data kebisingan, sehingga dapat ditentukan tingkat
kebisingan dan perbaikan.
Secara praktis frekuensi bunyi dapat diukur secara langsung
dengan suatu alat ukur yang disebut Sound Level Meter.
4. METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 2 SKS
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
1. Sound Level Meter
2. Stopwatch
3. Lembar catatan hasil pengukuran
4. Alat tulis
3.3. Prosedur Praktikum
Bagian 1 (1 SKS)
1. Hudupkan alat ukur, pastikan alatnya dalam kondisi baik dan mempunyai
sumber daya (baterai) yang cukup.
2. Sesuaikan skala pembobotan waktu respon alat dengan karakteristik sumber
bunyi yang diukur. Skala S untuk sumber bunyi yang relatif konstan, skala F
untuk sumber bunyi kejut. Untuk pengukuran yang pertama, gunakan skala S.
3. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di
tempat kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang
sumber bunyi.
4. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan karakteristik
mikropon (mikropon tegak lurus dengan sumber bunyi, 70o – 80o dari sumber
bunyi).
5. Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung setara
(Leq), sesuaikan dengan tujuan pengukuran.
6. Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar data sampling.

Bagian 2 (1 SKS)
7. Lakukan pengukuran dengan skala F, dan catat hasil pengukuran.
8. Lakukan analisis terhadap data yang diperoleh.
MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
4. REFERENSI
ISO 1996:2003, Acoustics, ” Description and measurement of environmental noise
part-1 Basic Quantity and procedures ” Geneva, Vol-1 halaman 114-120.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika Di Tempat Kerja.

Standar Nasional Indonesia SNI-05-2962-1992 tentang Alat ukur bunyi, Badan


Standardisasi Nasional, 1992.

Standar Nasional Indonesia SNI-16-7063-2004 tentang nilai ambang batas iklim kerja
(panas), kebisingan, getaran lengan-tangan dan radiasi sinar ultra ungu di
tempat kerja, BSN, 2004.

Standar Nasional Indonesia SNI 7321:2009 tentang pengukuran intensitas kebisingan


di tempat kerja, BSN, 2009.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


LAPORAN PENGUKURAN KEBISINGAN

Kelompok :
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

No Lokasi Waktu Intensitas bising Leq

Tanggal Pengukuran :

Tipe Alat ukur : ………………………………….

Petugas penanggung jawab

(……………………………….)

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


MODUL II
PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang kondisi lingkungan kerja
(pencahayaan) dapat mempengaruhi hasil suatu pekerjaan.
2. Mahasiswa mengetahui besarnya intensitas cahaya dengan output yang tepat
untuk suatu jenis pekerjaan.
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap hasil pengukuran.
2. LANDASAN TEORI
Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk memberikan
keadaan atau kondisi penglihatan yang cukup baik dan dapat memberikan
kepuasan dan produktivitas dalam kerja.
Ciri-ciri penerangan yang baik tersebut adalah mempunyai :
1. Sinar cahaya yang cukup.
Penerangan yang cukup merupakan suatu syarat agar dapat melihat objek
dengan baik.
2. Sinar cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan.
Obyek yang dilihat harus terbebas dari cahaya yang menyilaukan. Cahaya yang
menyilaukan dapat langsung datang dari sumber cahaya (direct-glare zone)
ataupun dari pemantulan atau pengembalian cahaya (indirect-glare zone).
Cahaya yang barasal dari benda-benda yang sifat atau pembawaan dari
benda-benda yang terkena benda itu sendiri, yaitu mengkilap, licin, halus, dan
berkilau. Hal inilah yang mengganggu pekerja, karena ia melihat langsung dari
benda itu untuk menyelesaikan pekerjaannya. Keadaan ini dapat ditanggulangi
dengan menempatkan kembali pekerjaan-pekerjaan dan sumber-sumber
penerangan untuk mengurangi cahaya pantulan yang menuju pada apa yang
sedang dikerjakan. Standart Australia AS 1680 memberikan tingkat-tingkat
maximum luminansi untuk berbagai sudut yang berbeda dari garis vertical
yang sangat rapat di bawah the luminare. Biasanya tingkat luminance
harusdibatasi dalam daerah 45° - 90°. Permukaan kerja yang mengkilap dan
lantai yang mengkilap juga perlu menghindari adanya glare (silau).

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Gambar 1.2.1 Direct-Glare Zone dan Indirect-Glare Zone
3. Tidak terdapat kontras yang tajam.
Dalam melihat obyek harus diusahakan adanya kekontrasan obyek satu
dengan lainnya. Kontras yang kurang baik dapat diperbaiki dengan menambah
tingkat terangnya cahaya yang diperlukan. Peningkatan kontras adalah salah
satu cara yang efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan daya lihat.
Latar belakang daerah kerja dapat dibuat sesederhana mungkin. Background
yang kacau harus dihindari dengan menggunakan sekat-sekat seperti di bawah
ini.

Gambar 1.2.2 Peningkatan Kontras Menggunakan Background


4. Terangnya cahaya (Brightness)
Untuk efisien dan mudahnya melihat mata penerangan hendaknya
mempunyai cahaya yang relative seragam.
5. Distribusi cahaya, bayangan dan pemancaran penebaran cahaya.
Penerangan yang berbintik-bintik atau buram, dengan adanya bagian-bagian
yang gelap dan bagian-bagian yang terang adalah kurang baik karena mata
kita harus selalu melakukan penyesuaian setiap kali kita melihat perbedaan
bagian-bagian tersebut.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


6. Warna
Pemilihan warna yang baik akan menimbulkan keadaan penglihatan yang
cukup baik.

Pengukuran intensitas penerangan dapat dilakukan menggunakan alat


luxmeter yang hasilnya dapat langsung dibaca. Standar Tingkat Pencahayaan
Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 adalah sesuai tabel berikut.
Tingkat Pencahayaan
Jenis Pekerjaan Minimal Keterangan
(Lux)
Pekerjaan kasar Ruang penyimpanan dan ruang
dan tidak terus 100 peralatan yang memerlukan
menerus pekerjaan kontinyu.
Pekerjaan dan Pekerjaan dengan mesin dan
200
terus menerus perakitan kasar.
Ruang administrasi, ruang
Pekerjaan rutin 300 kontrol pekerjaan mesin dan
perakitan.
Pembuatan gambar, bekerja
Pekerjaan agak dengan mesin, kantor, pekerj a
500
halus pemeriksaan, pekerjaan dengan
mesin
Pemilihan warna, pemrosesan
Pekerjaan halus 1000 tekstil, pekerjaan mesin halus,
perakitan yang sangat halus.
Mengukir dengan tangan,
Pekerjaan sangat 1500
periksaan pekerjaan mesin dan
halus Tidak menimbulkan bayangan
perakitan yang sangat halus.
3000 Pemeriksaan pekerjaan,
Pekerjaan terinci
Tidak menmbulkan bayangan perakitan yang sangat halus.

3. METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 2 SKS
3.2. Alat dan Bahan
1. Luxmeter
2. Alat ukur (meteran)
3. Lembar catatan hasil pengukuran
4. Alat tulis
5. Alat hitung
3.3. Prosedur Praktikum
Penentuan titik pengukuran (1 SKS)
a) Penerangan setempat, obyek kerja berupa meja kerja maupun peralatan.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang
ada. Denah pengukuran intensitas penerangan setempat seperti pada
Lampiran A.
b) Penerangan umum, titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada
setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai.
Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:
1) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan
kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 1.
1m
1m

1m

Gambar 1. Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan


luas kurang dari 10 m2.

2) Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap
3 (tiga) meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan
antara 10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar 2.
3m

3m

3m

3m

3m 3m 3m 3m
Gambar 2 Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan
luas antara 10 m2 – 100 m2.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


3) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang
dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan
dengan luas lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 3.
6m
6m

6m

6m

6m 6m 6m 6m
Gambar 3 Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan
luas lebih dari 100 m2.
Lembar denah pengukuran intensitas penerangan umum seperti pada Lampiran B.

Pengukuran Intensitas Penerangan (1 SKS)


a. Persyaratan Pengukuran
a. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan
dilakukan.
b. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.

b. Tata Cara Pengukuran


1. Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.
2. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran
untuk intensitas penerangan setempat atau umum.
3. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehingga didapat nilai angka yang stabil.
4. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas
penerangan setempat seperti pada Lampiran C, dan untuk intensitas
penerangan umum seperti pada Lampiran D.
5. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.
6. Lakukan analisis terhadap data yang diperoleh.
MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
4. REFERENSI
Christian Darmawan dan Lestari Puspakesuma, Teknik Pencahayaan dan Tata Letak
Lampu jilid 1, PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1991.

John E.Kaufman, IES Lighting Handbook, The Standard Lighting Guide, lluminating
Engineering Society, New York, 1968.

Norbert Lechner, Heating, Cooling, Lighting, Design Methods for Architects, John
Willey & Sons,Inc., New York,1991.

Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 Syarat-Syarat Kesehatan,


Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja.

Standar pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja, Pusat Hiperkes dan


Keselamatan Kerja, Badan Perencanaan dan Pengembangan, Departemen
Tenaga Kerja, 1996

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Lampiran A

DENAH PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN PADA PENERANGAN SETEMPAT

1. Kelompok :

2. Nama ruangan :

3. Jenis penerangan :
(Alami/Pijar/Gas halogen/Germicidal/Fluorescent/Natrium/Infrared/Lainnya *)

4. Tanggal pengukuran :

Denah penerangan setempat

Meja Kerja 1 Meja Kerja 2


.

Meja Kerja 3 Meja Kerja 4

Meja Kerja 5 Meja Kerja 6

*) coret yang tidak perlu

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Lampiran B

DENAH PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN PADA PENERANGAN UMUM

1. Kelompok :

2. Nama ruangan :

3. Jenis penerangan :
(Alami/Pijar/Gas halogen/Germicidal/Fluorescent/Natrium/Infrared/Lainnya *)

4. Tanggal pengukuran :

Denah penerangan umum


(meter)

*) coret yang tidak perlu

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Lampiran C

HASIL PENCATATAN PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN SETEMPAT

1. Kelompok :

2. Nama ruangan :

3. Jenis penerangan :
(Alami/Pijar/Gas halogen/Germicidal/Fluorescent/Natrium/Infrared/Lainnya *)

4. Tanggal pengukuran :

Hasil (Lux)
Ruang Rata-rata
Pengukuran I Pengukuran II Pengukuran III

Petugas penanggung jawab

(……………………………….)

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Lampiran D

HASIL PENCATATAN PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN UMUM

1. Kelompok :

2. Nama ruangan :

3. Jenis penerangan :
(Alami/Pijar/Gas halogen/Germicidal/Fluorescent/Natrium/Infrared/Lainnya *)

4. Tanggal pengukuran :

Hasil (lux)
Ruang Rata-rata
Pengukuran I Pengukuran II Pengukuran III

Petugas penanggung jawab

(……………………………….)

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


MODUL III
PENGUKURAN GETARAN

1. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui cara penggunaan alat ukur getaran Vibration Meter.
2. Mahasiswa dapat mengukur getaran mekanis yang ditimbulkan oleh mesin.
3. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuran getaran mekanis.
2. LANDASAN TEORI
Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang
terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah
getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia (Kep.MENLH
No: KEP-49/MENLH/11/1996). Jenis getaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Getaran Umum (Whole body vibration)
Getaran ini berpengaruh terhadap seluruh tubuh, dihantarkan melalui
bagian tubuh tenaga kerja yang menopang seluruh tubuh. Misalnya : kaki
saat berdiri, pantat pada saat duduk, punggung saat bersandar, lengan saat
bersandar. Getaran ini mempunyai frekwensi 5 – 20 Hz.
2. Getaran Setempat (Hand arm vibration)
Getaran yang merambat melalui tangan atau lengan dari operator atal yang
bergetar. Getaran ini mempunyai frekwensi 20 – 500 Hz.

Berdasarkan Nilai Ambang Batas HAV, batas aman getaran mekanis menurut
Permenakertrans RI No.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja tabel standar getaran mekanis grup K adalah
sebagai berikut.

Tabel 1. Ambang Batas Hand Arm Vibrations (HAV)


Kecepatan Getaran
Kategori Getaran
(mm/det)
s/d 0,71 Baik (Good)
0,72 – 1,80 Dapat diterapkan (Acceptable)
1,81 – 4,50 Masih diperkenankan (Still permissible)
>4,50 Membahayakan (Dangerous)

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Nilai Ambang Batas getaran untuk pemaparan tangan-lengan dengan
parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah 4 m/det2 atau 0,40 Grav.
Pengendalian getaran tangan-lengan dilakukan dengan mengatur waktu kerja
sehubungan dengan tingkat paparan getaran tangan-lengan, seperti pada Tabel 1.

Tabel 2. Pengendalian Getaran Tangan – Lengan

Nilai Percepatan Pada Sumbu Yang Dominan


Jumlah Waktu Pemaparan
Grav
Per Hari Kerja meter per detik kuadrat (m/det2)
(m/det2)

2 jam dan kurang dari 4 jam 1 6 0,61

jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81

kurang dari 1 jam 12 1,22

CATATAN 1 grav = 9,81 m/det2

Getaran dapat berpengaruh pada kesehatan tenaga kerja. Gangguan kesehatan


yang ditimbulkan, yaitu (Anies, 2005) :
1. Gangguan aliran darah
2. Gangguan syaraf pusat menyebabkan kelemahan degeneratif syaraf.
3. Gangguan metabolisme/ pencernaan / pertukaran oxygen dalam paru-paru
4. Gangguan pada otot atau persendian

Gejala yang timbul yaitu pusing, ngantuk, sakit perut, mual, pegal-pegal, kaki
kesemutan. Mesin-mesin yang menghasilkan biasanya berkisar antara 1 – 20 Hz Efek
terhadap gangguan kesehatan berlangsung jangka panjang.
1. Pada Stadium I
a) Terjadi gangguan perut : kembung, mual, kolik usus
b) gangguan penglihatan : mata berkunang – kunang
c) gangguan syaraf : insomnia, gangguan keseimbangan
2. Pada Stadium II terjadi gangguan : pada otot / sendi

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang
mengenai tubuh:
1. 3-9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.
2. 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan
beresonansi.
3. 13-15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
4. < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot
menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.

Pengukuran getaran dapat dilakukan dengan menggunakan Vibration Meter.


Pada umumnya alat ini digunakan untuk memonitor "trend getaran" dari suatu mesin.
Jika trend getaran suatu mesin menunjukkan kenaikan melebihi level getaran yang
diperbolehkan, maka akan dilakukan analisa lebih lanjut dengan menggunakan alat
yang lebih lengkap.
3. METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 1 SKS
3.2. Alat dan Bahan
1. Pocketable Vibrator Meter merk Riovibro Vm.63.a.
2. Mesin/objek yang bergetar.
3. Stopwatch.
4. Lembar catatan hasil pengukuran.
5. Alat tulis.
3.3. Prosedur Praktikum
a. Cara kerja alat
1. Cek baterai dengan menekan tombol MEAS, bila muncul titik double pada
display berarti baterai tersebut harus diganti.
2. Tekan MEAS agak lama atau power ON kurang lebih 10 detik, pilih skala
pengukuran dan alat siap digunakan untuk pengukuran.
3. Selama pengukuran berlangsung, tombol MEAS ditekan dan ditahan. Pada
ujung alat ditempelkan pada objek yang diukur dengan posisi tegak lurus, nilai
getaran mekanis ditunjukkan pada display.
4. Setelah itu alat dapat dilepas dari sumber pengukuran dan catat angka yang
muncul pada display.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


5. Tekan tombol MEAS kembali untuk pengukuran selanjutnya, satu menit
setelah tombol MEAS dilepas maka alat itu akan mati secara otomatis.
b. Prosedur pengukuran
1. Periksa dan siapkan alat ukur.
2. Tentukan titik pengukuran.
3. Ukur getaran dengan menempelkan sensor ke sumber getaran.
4. Catat spesifikasi sumber getar dan hasil pengukuran.
5. Lakukan perulangan dalam pembacaan hasil pengukuran (1 menit dengan 3
pembacaan masing-masing setelah 20 detik).
6. Lakukan analisis terhadap data yang diperoleh.

4. REFERENSI
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja.

Aditama,Tj.Y. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : UI-Press.

Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Harrington & F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi 3. Jakarta : Penerbit EGC
Cetakan I.

Sucofindo. 2001. Buku Saku K3. Jakarta : PT (Persero) Sucofindo.

Sumamur, PK. 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV. Haji
Masagung.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


LAPORAN PENGUKURAN GETARAN

Kelompok :
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sumber Kecepatan Kategori


Keterangan
Getaran Getaran Getaran

Tanggal Pengukuran :

Petugas penanggung jawab

(……………………………….)

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


MODUL IV
PENGUKURAN KEBUGARAN

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui tingkat kebugaran jasmani.
2. Mahasiswa mengetahui tentang indeks kebugaran jasmani.
3. Mahasiswa dapat mengukur tingkat kebugaran dan indeks kebugaran jasmani.

2. LANDASAN TEORI
Kebugaran fisik atau jasmani sangat berpengaruh pada produktifitas kerja.
Kesegaran jasmani adalah suatu keadaan yang dimiliki atau dicapai seseorang
dalamkaitannya dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik. Kesegaran
jasmani berkaitandengan kesehatan ketika aktivitas fisik dapat dilakukan tanpa
kelelahan berlebihan,terpelihara seumur hidup dan sebagai konsekuensinya
memiliki risiko lebih rendah untuk terjadinya penyakit kronik lebih awal. Seseorang
yang secara fisik bugar dapat melakukanaktivitas fisik sehari-harinya dengan giat,
memiliki risiko rendah dalam masalah kesehatandan dapat menikmati olahraga
serta berbagai aktivitas lainnya.
Tingkat kebugaran dapat diukur dari konsumsi oksigen pada volume dan
kapasitas maksimum. Kelelahan yang dirasakan akan menyebabkan turunnya
konsentrasi, sehingga tanpa konsentrasi pekerjaan akan terganggu.
Kebugaran dapat diukur dengan Harvard Step Test. Tes ini adalah
pengukuran yang paling tua untuk mengetahui kemampuan aerobik yang dibuat
oleh Brouha pada tahun 1943. Ada beberapa istilah seperti kemampuan jantung-
paru, daya tahan jantung-paru, aerobic power, cardiovascular endurance,
cardiorespiration endurance, dan kebugaran aerobik yang mempunyai arti yang kira-
kira sama. Penelitian ini dilakukan di Universitas Harvard, USA, jadi nama tes ini
dimulai dengan nama Harvard. Inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik
turun bangku selama 5 (lima) menit.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Cara pelaksanaan Harvard Step Test adalah sebagai berikut.
1. Tinggi bangku 20 feet (50 cm)
2. Irama langkah pada waktu naik turun bangku (NTB) adalah 30 langkah per menit, jadi ada
1 (satu) langkah setiap 2 (dua) detik
3. 1 (satu) langkah terdiri dari 4 (empat) gerakan/hitungan:
 Hitungan 1 : Salah satu kaki diangkat (boleh kanan atau kiri terlebih dahulu tetapi
konsisten), kemudian menginjak bangku (Asumsi kaki kanan).
 Hitungan 2 : Kaki kiri diangkat lalu berdiri tegak di atas bangku.
 Hitungan 3 : Kaki yang pertama menginjak bangku pada hitungan 1 (asumsi kaki
kanan) diturunkan kembali ke lantai.
 Hitungan 4 : Kaki kiri diturunkan kembali ke lantai untuk berdiri tegak seperti sikap
semula
4. Ganti langkah diperbolehkan tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) kali.
5. Supaya irama langkah stabil, maka digunakan alat metronome.
6. NTB dilakukan selama 5 (lima) menit. Saat aba-aba stop, tubuh harus dalam keadaan
tegak. Kemudian duduk dibangku tersebut dengan santai selama 1 (satu) menit.
7. Hitung denyut nadi (DN) orang coba (testi) selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 1.
8. 30 detik kemudian hitung kembali DN testi selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 2.
9. 30 detik kemudian hitung kembali DN testi selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 3.
10. Setelah mendapatkan DN 1, DN 2, DN 3, maka data tersebut dimasukan kedalam rumus
Indeks Kebugaran yang selanjutnya dikonversikan sesuai rumus yang dipilih.
11. Apabila tidak kuat melakukan NTB selama 5 (lima) menit, maka waktu lama NTB tersebut
dicatat, lalu DN-nya diukur/dihitung sesuai dengan petunjuk pengambilan DN tersebut.
Metode lain untuk tes kebugaran adalah Treadmill Stress Test. Tes ini dilakukan untuk
mengevaluasi seberapa baik jantung menangani kegiatan atau pemakaian tenaga yang
lebih dari yang biasa digunakan. Jenis tes ini sangat efektif dalam mendeteksi penyakit
kardiovaskular dan mengevaluasi risiko atau kemungkinan seseorang terjerumus ke
penyakit jantung kronis.
Yang membedakan Harvard Step Test dengan Treadmill Stress Test adalah beban kerja yang
dilakukan. Pada tes ini, beban kerja yang dilakukan adalah berjalan di atas treadmill dalam rentang
waktu yang telah ditetapkan. Kemudian setelah itu dilakukan perhitungan denyut nadi seperti pada
Harvard Step Test.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Indeks Kebugaran
Untuk mengetahui Indeks Kebugaran, maka dari hasil tes yang sudah dijalani
dilakukan perhitungan dengan rumus berikut.
Rumus Panjang :

Durasi NTB (detik) x (DN 1+DN 2+DN 3)

Indeks Kebugaran Kategori Kebugaran


< 55 Jelek
55-64 Kurang dari rata-rata
65-79 Rata-rata
80-89 Baik
≥90 Baik sekali

Rumus Pendek:

Durasi NTB (detik) x

Indeks Kebugaran Kategori Kebugaran


< 50 Jelek
50-80 Rata-rata
>80 Baik

Keuntungan dan Kekurangan Rumus


1. SFF (cara pendek)
Keuntungan : Waktu lebih singkat, karena perhitungan denyut nadi hanya satu kali.
Kerugian : Hasil atau pengkategorian hasil test hanya sedikit sehingga kurang tepat

2. LFF (cara panjang)


Keuntungan : Hasil test lebih akurat dan gampang dalam pengkategorian karena lebih
banyak kategorinya.
Kerugian : Waktu yang dibutuhkan untuk pengkuran lebih lama.
MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
3. METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 2 SKS
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
1. Satu buah meja/bangku tinggi 50 cm
2. Satu buah metronome
3. Satu set alat treadmill
4. Satu buah stopwatch
5. Handuk atau tisu
6. Lembar catatan hasil pengukuran
7. Alat tulis
3.3. Prosedur Praktikum
Harvard Step Test (1 SKS)
1. Pilih mahasiswa uji yang akan ditentukan indeks kebugaran badannya.
2. Pastikan mahasiswa uji dalam keadaan sehat (tidak aktif) dan tidak mempunyai
riwayat penyakit terkait kontra indikasi pemeriksaan.
3. Tanyakan makan/minum manis terakhir.
4. Catatlah tekanan atmosfer, suhu ruangan, dan kelembpan udara.
5. Tentukan frekuensi denyut nadi istirahat.
6. Mahasiswa uji berdiri menghadap bangku :
a. Tinggi bangku untuk laki-laki : 19 inch ( 48,24 cm ).
b. Tinggi bangku untuk perempuan : 17 inch (43,15).
7. Pasang metronome dengan frekuensi 120 kali ketukan permenit.
8. Instruksikan mahasiswa untuk uji naik turun bangku dengan mengikuti irama
metronome. Setiap langkah kaki harus sama dengan irama detak metronome dan
selalu dimulai dengan kaki yang sama.
Catatan : lakukan tindakan tersebut 2-3 kali sebelum percobaan sesungguhnya
dimulai. Pada saat percobaan dimulai, pemeriksa memberikan aba-aba “ya”, dan saat
itu tombol stopwatch (menjalankan stopwatch) sebagai tanda waktu dimulainya tes.
9. Bila mahasiswa uji sudah tidak sanggup melaksanakan tes naik turun bangku sesuai
prosedur atau durasi naik turun bangku sudah mencapai 5 menit, pemeriksa
memberikan aba-aba “stop”, dan segera menekan tombol stopwatch ( menghentikan
stopwatch) mahasiswa coba berhenti naik turun bangku. Segera baca durasi (lama)
naik turun bangku dari mahasiswa coba tersebut.
MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
10. Kemudian dengan segera tekan tombol stopwatch ( mengembalikan jarum stopwatch
ke posisi nol) bersamaan dengan menyuruh mahasiswa uji untuk segera duduk.
11. Kemudian tekan tombol stopwatch sekali lagi dengan segera(menjalankan
stopwatch) sebagai titik awal waktu untuk menghitung frekuensi denyut nadi setelah
naik turun bangku (pada saat pemulihan).
12. Hitunglah frekuensi denyut nadi selama masa pemulihan pada :
a. Menit ke 1 s/d menit 1,5 setelah naik turun bangku (30” pertama).
b. Menit ke 2 s/d menit ke 2,5 setelah naik turun bangku (30” kedua).
c. Menit ke 3 s/d menit ke 3,5 setelah naik turun bangku (30” ketiga).
13. Hitunglah indeks kebugaran badan dengan rumus.
14. Lakukan analisis terhadap data yang diperoleh.

Treadmill Stress Test (1 SKS)


1. Lakukan langkah 1 sampai langkah 5 pada Harvard Step Test.
2. Mahasiswa uji berjalan di atas treadmill yang kecepatannya bertambah secara
teratur.
3. Lakukan uji selama maksimal 3 menit. Atau jika mahasiswa uji sudah tidak sanggup
melaksanakan uji sebelum mencapai waktu 3 menit, hentikan segera.
4. Lakukan perhitungan denyut nadi seperti pada langkah 10 sampai langkah 14 uji
Harvard Step Test.
Contoh perhitungan :
Probandus 1
Nama : Erik
Tinggi Badan : 168 cm
Berat Badan : 60 kg
Denyut nadi awal : 72
Lama naik turun bangku : 2 menit 45 detik (105 detik)

DN - 1 DN - 2 DN - 3
78 70 60

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Menggunakan rumus panjang.
Rumus = 105 x 100___
2 x (78+70+60)
= 10500
2 (208)
= 10500
416
= 25, 24

Setelah dilakukan perhitungan maka dapat diketahui bahwa kebugaran jasmani saudara
Erik adalah jelek, karena < 55.

4. REFERENSI
Y.S.Santosa Giriwijoyo dan Dikdik Zafar Sidik. 2011. Konsep Dan Cara Penilaian
Kebugaran Jasmani Menurut Sudut Pandang Ilmu Faal Olahraga.

Kaim, Faizati, 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


LAPORAN PENGUKURAN KEBUGARAN

Kelompok :

Mahasiswa Uji 1 Mahasiswa Uji 2


Nama
Umur (th)
L/P
Pekerjaan
BB (kg)
TB (cm)
Makan / minum manis
terakhir
Habitation Category

HR istirahat (x/menit)

Lama test (detik)

1' - 1,5'
2' - 2,5'
3' - 3,5'
Nilai dan kategori
IKB cara cepat
Nilai dan kategori
IKB cara lambat
P atm
Suhu ruangan
Kelembaban

Tanggal Pengukuran :

Petugas penanggung jawab

(……………………………….)

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


MODUL V
IKLIM KERJA

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui intensitas suhu di suatu tempat kerja.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran suhuditempatkerja.
3. Mahasiswa mampu menganalisis hasil pengukuran suhu di tempatkerja.
4. Membuat program pengendalian suhu sesuai dengan tingkat kebutuhan
di tempat kerja.
2. LANDASAN TEORI
Iklim kerja menurut Keputusan Mentri Tenaga Kerja No. PER
13/MEN/X/2011 tentang Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.
Kombinasi keempat faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas
disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas
seseorang.
Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja
adalah Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: No. PER 13/MEN/X/2011, Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 17 berbunyi : “Indeks
suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang selanjutnya
disebut ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan
hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola”.
Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan pengukuran
besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB atau Indeks Suhu
Basah dan Bola (Tim Hiperkes, 2004), macamnya adalah:
1. Untuk pekerjaan diluar gedung

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


2. Untuk pekerjaan didalam gedung

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi

Alat yang dapat digunakan adalah heat stress area monitor untuk
mengukur suhu basah, temometer kata untuk menguku kecepatan udara dan
termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja
dapat mengunakan questemt digital. Pengukuran dilakukan pada tempat tenaga
kerja melakukan pekerjaan kira-kira satu meter dari pekerja.

Tabel 1StandarIklimKerja di Indonesia

Beban kerja setiap jam ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola)
Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja terus-menerus - 30,0 26,7 25
(8 jam/hari)
75% kerja 25% istirahat 30,6 28 25,9
50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
Sumber : Bunga Rampai Hiperkes dan KK.

Catatan :

a. Beban kerja ringan membutuhkan kaloiri 100 – 200 kilo kalori /jam.

b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 – 350 kilo kalori/ jam.

c. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 kilo kalori /jam.

Efek panas terhadap kesehatan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,


obesitas, keseimbangan air dan elektrolit, serta kebugaran. Ada dua cara tubuh
untuk menghasilkan panas. Yang pertama yaitu panas metabolisme, dimana tubuh
menghasilkan panas pada saat mencerna makanan, bekerja dan latihan. Kemudian
yang kedua adalah panas lingkungan dimana tubuh menyerap panas dari
lingkungan sekeliling berupa panas matahari atau panas ruangan.
Apabila tubuh terpapar cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan
berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil
akan timbul efek yang membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalam
menyesuaikan dengan lingkungan panas maka timbul keluhan-keluhan seperti
kelelahan, ruam panas, heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


3. METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 1 SKS
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
1. Heat Stress Monitor
2. Stopwatch
3. Lembar catatan hasil pengukuran
4. Alat tulis
3.3. Prosedur Praktikum
1. Letakkan alat ukur pada titik pengukuran dengan lambung thermometer
setinggi 1 m-1,25 m dari lantai.
2. Tekan tombol POWER untuk mengaktifkan Heat Stress Monitor dan tunggu
sampai normal.
3. Tekan select dan pilih derajat celcius sebagai satuan nilai pengukuran.
4. Tunggu satu menit dan lihat nilai dengan menekan tombol view.
5. Catatlah hasil pengukuran.
6. Lakukan analisis terhadap data yang diperoleh.

4. REFERENSI
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja.

Budiono, 2008. Bunga Rampai Higiene Perusahaan Ergonomi (HIPERKES) dan


Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


MODUL VI
IDENTIFIKASI BAHAYA

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui bahaya-bahaya yang ada di lingkungan.
2. Mahasiswa dapat menilai risiko yang timbul dari bahaya-bahaya di lingkungan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara mitigasi atau kontrol terhadap potensi
bahaya-bahaya tersebut.

2. LANDASAN TEORI
Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko merupakan salah satu
syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1.
Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukarencana penerapan K3 di lingkungan
perusahaan.
Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak lingkungan
operasional perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di wilayah perusahaan
menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber
daya alam lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan perusahaan.
Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional perusahaan
di tempat kerja meliputi :
1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang
disediakan perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan.
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun
bahan/material yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan
dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional,
struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.

Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya sebagai


berikut :
1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).
2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif, oksidator,
penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,
ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta
ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen,
lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
6. Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi, sumber daya
alam, flora dan fauna).

Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai berikut :


1. Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).
2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih
aman).
3. Perancangan (modifikasi/instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area
supaya menjadi aman).
4. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di
tempat kerja).
5. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan paparan
bahaya/resiko tinggi).
Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
didokumentasikan dan diperbarui sebagai acuan rencana penerapan K3 di lingkungan.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Kategori Tingkat Risiko
 N (Negligible) : Tidak memerlukan tindakan khusus.
 L (Low Risk) : Pemantauan untuk memastikan tindakan pengendalian berjalan baik.
 M (Moderate) : Perlukan perhatian dan tambahan prosedur/Work Instruction.
 H (High Rsik) : Perlu mendapat perhatian pihak manajemen dan tindakan perbaikan.
 E (Extreme) : Perlu segera dilakukan tindakan perbaikan.
3. METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 1 SKS
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
1. Kertas dan alat tulis
3.3. Prosedur Praktikum
1. Lakukan pengamatan di lingkungan.
2. Perhatikan kondisi dan aktivitas di lingkungan tersebut, termasuk lalu
lalang manusia dan material.
3. Lakukan pendataan terhadap bahaya-bahaya yang ada di tempat
tersebut, dan berikan klasifikasi tingkat bahaya. Sertakan foto-foto bila
perlu.
4. Setelah mendata bahaya-bahaya, cari tau tindakan apa saja yang telah
dilakukan untuk mengatasi bahaya-bahaya tersebut (misalnya SOP cara
kerja, penggunaan peralatan, penggunaan APD, dll).
5. Lakukan analisis, tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi
bahaya-bahaya tersebut atau meminimalkan risiko yang mungkin timbul.
4. REFERENSI

Flewett, T. (2010). Clinical Risk Management : An Introductory Text for Mental Health
Clinicians. New South Wales : Elsevier.
Hanafi, M. (2009). Manajemen Risiko. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Kuswana, W. (2016). Ergonomi dan K3 : Kesehatan Keselamatan Kerja. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Ridley, J. (2008). Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Youngberg, B. (2011). Principles of Risk Management and Patient Safety. London :
Jones & Bartlett Learning.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
MODUL VII
ALAT PELINDUNG DIRI

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengetahui Alat Pelindung Diri (APD) untuk berbagai kondisi
kerja.
2. Mahasiswa mengetahui fungsi dari alat pelindung diri tersebut.
3. Mahasiswa dapat mengukur tingkat kebisingan linkungan kerja.

2. LANDASAN TEORI
Alat Peindung Diri dalam dunia industri dikenal dengan Personal Protective
Equipment (PPE) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di
tempat kerja. APD ini terdiri dari kelengkapan wajib yang digunakan oleh pekerja sesuai
dengan bahaya dan risiko kerja yang digunakan untuk menjaga keselamatan pekerja
sekaligus orang di sekelilingnya. Kewajiban ini tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Dan pengusaha
wajib untuk menyediakan APD sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi
pekerjanya.
Alat Pelindung Diri (APD) dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Alat Pelindung Kepala antara lain : Helmet (Topi Pengaman), Safety Glass (Kacamata
Pengaman), Masker, Respirator, Ear Plugs (Penutup Telinga).
2. Alat Pelindung Badan antara lain : Apron, Jas Laboratorium
3. Alat Pelindung Anggota Badan diantaranya adalah : Sepatu Pelindung (Safety
Shoes/Boot), Sarung Tangan (Hand Gloves).
Pemilihan APD haruslah dapat memberikan pelindungan terhadap bahaya, dimana
APD tersebut memenuhi standar yang berlaku pada saat ini, yaitu standar NIOSH, OSHA,
ANSI, JIS dan lain sebagainya.
Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga
terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Tempat tersebut
hendaknya kering dan mudah dalam pengambilannya.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri
No. Nama/Jenis APD Fungsi Cara Pembersihan Cara Penyimpanan
1 Full Body Hardness Pengaman badan dari Untuk pemakaian rutin, cuci minimal Disimpan pada tempat yang
bahaya terjatuh pada saat seminggu sekali. Pencucian berventilasi, dan hindari sinar
berada pada ketinggian. menggunakan air, jangan disikat dan matahari langsung atau panas
terkena sabun asam / basa. diatas 40° C.
2 Hard Hat (Helm) Untuk melindungi kepala Untuk pemakaian rutin, lakukan Disimpan di tempat
dari benturan. pencucian minimal seminggu penyimpanan tertutup dalam
sekali.Pencucian bisa keadaan tertelungkup.
menggunakan air sabun.
3 Safety Back Support Untuk melindungi Pencucian secara manual (tidak Disimpan di tempat
Belt pinggang dan perut menggunakan mesin), tidak penyimpanan tertutup dalam
bagian bawah dari menggunakan panas langsung, dan keadaan tertelungkup.
kemungkinan terkena tidak menggunakan pemutih.
penyakit hernia.
4 Respirator Untuk melindungi saluran Tidak boleh menggunakan solvent Disimpan pada lokasi yang
pernapasan dari udara dan minyak, boleh menggunakan kering, bersih, dan tidak
tercemar. sabun, suhu air tidak boleh lebih terkontaminasi, hindarkan dari
dari49° C. Boleh menggunakan debu dan sinar matahari
sodium hipocloride. langsung. Sediakan plastik klip.
5 Masker Disposible Melindungi saluran Bersihkan permukaan masker dari Disimpan pada daerah yang
pernapasan dari cemaran debu dengan menyeka menggunakan kering, bersih, dan tidak
udara berupa partikel tissue atau kain. Atau semprot terkontaminasi, hindarkan dari
debu. dengan angin yang lemah pada debu dan sinar matahari
permukaannya, tapi jangan langsung. Pisahkan respirator
disemprotkan langsung. Jangan dicuci dari filternya.
dengan air.
6 Safety Spectacle Melindungi mata dari Diseka dengan kain lembut/ tissue, Hindarkan dari benturan dan
(Kaca Mata) partikel debu Bila permukaan buram dapat dibasuh gesekan dengan benda yang
dengan air dan bila perlu tambahkan keras.
sabun lunak.
7 Earplug Melindungi telinga Cuci earplug menggunakan sabun Masukkan earplug kedalam
Dan Earmuff dari tingkat lunak, lebih baik bila ada air hangat. wadah. Simpan ditempat sejuk
kebisingan di luar Hindarkan penggunaan alkohol dan dan kering.
Ambang Batas pembersih lain dari solvent, Hindarkan tempat yang lembab
Kebisingan. kemudian keringkan pada udara dan terkena sinar matahari
kamar. langsung.
8 Sepatu Safety Melindungi kaki dari Lakukan pembersihan menggunakan Simpan di tempat sejuk, kering,
benturan dan benda tajam. sikat sepatu atau lap kain basah / dengan sirkulasi udara yang
kering. Penggunaan detergent bisa cukup. Hindarkan tempat lembab
merusak kulit sepatu. dan terkena sinar matahari.
9 Sarung Tangan Melindungi telapak Sarung tangan kain dapat dicuci Simpan di tempat kering dan
(Gloves) dan jari tangan dari dengan air dan detergent. bersih.
benda keras dan Pengeringan dapat dilakukan pada
tajam serta zat kimia. suhu kamar maupun sinar matahari.
10 Pelindung Wajah Melindungi muka Pencucian dapat dilakukan dengan Simpan di tempat kering dan
(Face Shield) dan mata dari percikan menyeka menggunakan kain lap bersih, hindarkan dari benda
benda keras. basah maupun air. keras & tajam.
11 Sepatu Karet Melindungi kaki dari benda Lakukan pembersihan menggunakan Simpan di tempat sejuk, kering,
(Boots) keras, bahan kimia sikat sepatu atau lap kain basah / dengan sirkulasi udara yang
berbahaya, cairan yang kering. cukup. Hindarkan tempat lembab
terlalu dingin atau panas. dan terkena sinar matahari.
12 Jas Hujan (Raincoat) Melindungi tubuh dari Lakukan pembersihan menggunakan Simpan di tempat sejuk dan
percikan air, baik ketika sikat sepatu atau lap kain basah / kering dengan sirkulasi udara
harus bekerja di bawah air kering. yang cukup. Hindarkan tempat
hujan maupun ketika lembab dan
mencuci peralatan dengan terkena sinar matahari.
air dalam jumlah besar.
13 Pelampung Alat keselamatan bagi Lakukan pembersihan menggunakan Simpan di tempat sejuk, kering,
pekerja di air agar tidak sikat sepatu atau lap kain basah / dengan sirkulasi udara yang
tenggelam. kering. cukup. Hindarkan tempat lembab
dan terkena sinar matahari.
14 Rompi Safety Supaya pekerja dapat Lakukan pembersihan menggunakan Simpan di tempat sejuk, kering,
terlihat dengan jelas, sikat sepatu atau lap kain basah / dengan sirkulasi udara yang
terutama pada waktu malam kering. cukup. Hindarkan tempat lembab
hari atau ketika penerangan dan terkena sinar matahari.
tak terlalu memadai.
15 Wearpack atau Untuk melindungi pekerja Lakukan pembersihan menggunakan Simpan di tempat sejuk, kering,
Coverall dari dari percikan minyak, sikat sepatu atau lap kain basah / dengan sirkulasi udara yang
bensin, panas, api dll. kering. cukup. Hindarkan tempat lembab
dan terkena sinar matahari.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


3. METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 1 SKS
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
1. Kertas dan alat tulis
2. Kamera
3.3. Prosedur Praktikum
1. Lakukan pengamatan di tiga area kerja yang berbeda, misalnya petugas
laboratorium, petugas konstruksi bangunan, pabrik.
2. Perhatikan atau tanyakan APD apa saja yang dipakai dan apa fungsinya.
3. Lakukan analisis dari hasil pengamatan.

4. REFERENSI
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


MODUL VIII
RESPON KEADAAN DARURAT

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa mengidentifikasi keadaan darurat yang mungkin terjadi di
lingkungan kerja.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi peralatan tanggap darurat yang ada di
lingkungan kerja.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi komunikasi yang dapat dilakukan
dalam keadaan darurat.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi rambu-rambu darurat yang ada di
lingkungan kerja.
2. LANDASAN TEORI
Respons keadaan darurat atau emergency merupakan suatu kegiatan tindakan untuk
menyelamatkan aset serta menjaga kegiatan agar tetap berjalan karena adanya kejadian
yang tidak terduga. Apabila tidak dilakukan tindakan, dimungkinkan akan mengakibatkan
kerugian yang besar.
Emergency management merupakan pendekatan yang terencana untuk mencegah
bencana, menyiapkan dan merenspon keadaan darurat serta pemulihan setelah bencana.
Tipe-tipe Bencana menurut Gerald Hoetmer
a. Bencana alam : gempa bumi, angin ribut, angin topan, tanah longsor dan banjir
b. Bencana teknologi : kejadian yang disebabkan oleh kesalahan manusia (human
error) seperti kesalahan konstruksi, kurangnya pemeliharaan/kontrol peralatan,
tidak adanya peremajaan peralatan.
c. Sipil (civil disaster) : kegiatan masyarakat yang sifatnya destruktif atau merusak
yang dapat mengakibatkan kerugian, kecelakaan, dan bahkan kematian seperti
pencurian, spionase, vandalisme (mengubah, menghapus, menambah, mencoret,
merusak, mengaburkan, memberi tanda khusus, menulisi/memberi catatan, dll.),
teroris, kerusuhan dan perang.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


Tahapan Dalam Manajemen Keadaan Darurat, beberapa pendapat:
a. Tahap Pencegahan (Prevention), Tahap Persiapan (Preparation), Tahap Tindakan
(Response), Tahap Pemulihan (Recovery).
b. Persiapan dan pemulihan.
c. Pencegahan dan pemulihan.

Pencegahan: merupakan rancangan manajemen keadaan darurat dalam rangka


mengambil langkah-langkah mencegah dampak dari bencana dengan menggunakan
manajemen resiko (risk management). Pencegahan akan meliputi kegiatan atau
pengukuran yang mengurangi kemungkinan kerugian yang akan dialami. Kegitan ini
meliputi identifikasi lokasi yang beresiko, tipe resiko, pemasangan sistem, pemusnahan
faktor perusak.

Persiapan : kegiatan yang mengarah pada tindakan jika akan terjadi bencana dan
merupakan tahapan respon atau tanggap dalam keadaan darurat yang meliputi kegiatan
pengembangan dan updating rencana manajemen keadaan darurat, test system
emergency, pelatihan pegawai dan penyediaan peralatan.

Tindakan : kegiatan dalam mengahadapi suatu keadaan darurat, yang melibatkan


manusia, dana, sarana dalam melindungi dan menyelamatkan organisasi dari kerugian.

Pemulihan : kegiatan mengumpulkan, memperbaiki semua sumber dan kegiatan setelah


terjadi bencana, termasuk pemulihan sistem dan proses organisasi agar normal kembali.

Keuntungan dari Rancangan Manajemen Keadaan Darurat (Emergency Management


Plan)
a. Organisasi dapat memulai kegiatan dengan cepat (quick resumption operation).
b. Organisasi akan memperbaiki tingkat keselamatan (improve safety).
c. Organisasi akan melindungi aset vitalnya.
d. Organisasi akan terkurangi biaya asuransi.
e. Organisasi akan memperbaiki tingkat keamanan (improve security).
f. Organisasi akan mematuhi peraturan.
g. Organisasi akan mengurangi kesalahan karena panik.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


3. METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 1 SKS
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
1. Kertas dan alat tulis
2. Kamera
3.3. Prosedur Praktikum
1. Lakukan pengamatan di lingkungan tentang keadaan darurat apa saja
yang mungkin bisa terjadi.
2. Amati apakah ada peralatan untuk mengatasi keadaan darurat di
lingkungan tersebut.
3. Pelajari bagaimana komunikasi yang dapat dilakukan dalam keadaan
darurat pada lingkungan yang diamati.
4. Amati apakah ada tanda-tanda atau petunjuk tindakan dalam keadaan
darurat.
5. Lakukan analisis dari pengamatan yang dilakukan, dan sertakan foto-foto
dalam pelaporannya.

4. REFERENSI
Krihanta. 2013. Manajemen Keadaan Darurat (Emergency Management) dan
Pengelolaan Arsip Vital. Jakarta : Universitas Terbuka.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


MODUL IX
PENANGGULANGAN KEBAKARAN

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa memahami Bagaimana pengaplikasian teori pemadam
kebakaran.
2. Mahasiswa mengetahui Bagaimana prosedur pemakaian APAR (Alat
Pemadam Api Ringan) dan dapat memadamkan kebakaran dengan alat
tersebut.
2. LANDASAN TEORI
Api adalah proses oksidasi tanpa bantuan (self-sustaining) yang cepat disertai dengan
evolusi panas dan cahaya dalam bermacam-macam intensitasnya. Dan juga dapat
didefinisikan sebagai hasil percampuran secara kimia dari panas, bahan bakar dan oksigen
dalam proporsi yang tepat.
Dari kedua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa api hanya dapat terjadi
dimana terdapat bahan yang dapat terbakar (bahan bakar), sumber penyalaan (panas atau
energi panas) dan oksigen (bahan oksidator) dari udara atau dari sumber lain. Bilamana
ketiga unsur tersebut berada dalam konsentrasi yang memenuhi syarat, maka timbulah
reaksi oksidasi yang dikenal sebagai proses pembakaran.
Sebagian panas akan diserap oleh bahan yang kemudian melepaskan uap dan gas
yang dapat menyala berganti-ganti bercampur dengan oksigen di udara. Nyala ini akan terus
berlangsung selama ketiga unsur itu ada dalam suatu konsentrasi yang seimbang.
Kategori Kebakaran Berdasarkan Permenakertrans Nomor Per.04/MEN/1980 :
1. Kelas A- Kebakaran bahan padat kecuali logam.
2. Kelas B- Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar.
3. Kelas C- Kebakaran instalasi listrik bertegangan.
4. Kelas D- Kebakaran Logam.
Dalam SNI 03-3987-1995, bahaya kebakaran diklasifikasikan dalam 3 golongan yaitu :
1. Bahaya Kebakaran Ringan
Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat hanya sedikit barang-barang jenis A
yang dapat terbakar, termasuk perlengkapan, dekorasi dan semua isinya. Tempat yang
mengandung bahaya ini meliputi bangunan perumahan (hunian), pendidikan (ruang
MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
kelas), kebudayaan, kesehatan dan keagamaan. Kebakaran berdasarkan perhitungan
bahwa barang-barang dalam ruangan bersifat tidak mudah terbakar, atau api tidak
mudah menjalar. Di sini juga termasuk barang- barang jenis B yang ditempatkan pada
ruang tertutup dan tersimpan aman.
2. Bahaya Kebakaran Menegah
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terletak barangbarangjenis A yang mudah
terbakar dan jenis B yang dapat terbakar dalam jumlah lebih banyak dari pada yang
terdapat di tempat yang mengandung bahaya kebakaran ringan. Tempat ini meliputi
bangunan perkantoran, rekreasi, umum, pendidikan (ruang praktikum).
3. Bahaya Kebakaran Tinggi
Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat barangbarang jenis A yang mudah
terbakar dan jenis B yang dapat terbakar, yang jumlahnya lebih banyak dari yang
diperkirakan dari jumlah yang terdapat pada bahaya kebakaran menengah. Tempat ini
meliputi bangunan transportasi (terminal), perniagaan (tempat pameran hasilproduksi,
show room), pertokoan, pasar raya, gudang.
Teknik-teknik pemadaman antara lain :
a. Cooling/Pendinginan
b. Smothering/Penyelimutan
c. Starvation/ Memisahkan bahan yang terbakar
d. Memutus Rantai Reaksi

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh
satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
Jenis Alat Pemadam Api Ringan :
1. Air
Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik mengambil panas (cooling)
dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat (kelas A).
2. Busa
Busa digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Busa memadamkan
api melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu menutupi, melemahkan dan
mendinginkan.
3. Serbuk kimia kering
 Ammonium hydro phosphat dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan A, B dan C
MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020
 Natrium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran golongan
B dan C
 Kalsium bikarbonat dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran golongan
B dan C
4. Karbon dioksida (CO2)
Media pemadam api CO2 berupa fase cair bertekanan tinggi. Prinsip kerja CO2 ialah
reaksi dengan O2 sehingga konsentrasinya berkurang dari 21% menjadi sama atau lebih
kecil dari 14%. Hal ini disebut pemadaman dengan cara menutup. Media pemadam api
CO2 tidak beracun tetapi dapat membuat orang pingsan atau meninggal karena
kekurangan oksigen. Kelemahan CO2 ialah tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran
kembali setelah api padam (reignitasi) karena CO2 tidak dapat mengikat O2 secara
terus-menerus tetapi dapat mengikat O2 sebanding dengan jumlah CO2 yang tersedia
sedang suplai oksigen di sekitar tempat kebakaran terus berlangsung.
5. Halon
Gas halon bila terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485 oC akan mengalami
proses penguraian. Zat-zat yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut akan
mengikat unsur hidrogen dan oksigen (O2) dari udara. Karena sifat zat baru tersebut
beracun maka cukup membahayakan terhadap manusia. Pada saat tejadi kebakaran,
apabila digunakan halon untuk memadamkan api maka seluruh penghuni harus
meninggalkan ruangan kecuali bagi yang sudah mengetahui betul cara
penggunaannya. Jenis gas halon yang dapat digunakan sebagai alat pemadam adalah
halon 1301 (BTM) dan halon 1211 (BCF). Halon 1301 (BTM – CBrF3) dengan
konsentrasi 4% digunakan untuk pencegahan kebakaran terhadap alat-alat elektronik.
3. METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Praktikum : 1 SKS
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
1. Bahan bakar.
2. Media yang akan dibakar.
3. Korek api.
4. Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
5. Kertas dan alat tulis.
6. Kamera.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020


3.3. Prosedur Praktikum
1. Mahasiswa mengamati demonstrasi proses pemadaman api yang
dilakukan oleh instruktur.
2. Mahasiswa mencoba melakukan proses pemadaman api sesuai dengan
arahan instruktur.
3. Mahasiswa melakukan pencatatan dan pendokumentasian terhadap
proses dan prosedur pemadaman api.
4. Mahasiswa membuat laporan praktikum yang dilaksanakan.

4. REFERENSI
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-04/MEN/1980 Tahun
1980.

SNI 09-7053-2004 Kendaraan dan Peralatan Pemadam Kebakaran - Pompa.

SNI 03-3987-1995 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung.

MODUL PRAKTIKUM K3 – POLITEKNIK ATI PADANG 2020

Anda mungkin juga menyukai