Anda di halaman 1dari 10

1

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM


MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL
(Etnografi Pada Masyarakat Adat Kampung Cireundeu Kota Cimahi)

Ema Sumiati, S.Pd.*

Abstrak

Masyarakat adat Kampung Cireundeu yang mampu membangun lingkungannya dengan sadar menggali
potensi yang dimiliki, dengan masih mematuhi dan mentatati tradisi leluhur dengan mengkonsumsi beras
singkong (Rasi) dengan penanaman falsafah hidup yang memiliki nilai moral dan makna filosofi yang
mendalam. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui dan mengambarkan model pemberdayaan masyarakat
dalam mempertahankan kearifan lokal dengan etnografi pada masyarakat adat Kampung Cireundeu. Studi ini
menggunakan metode etnografi, data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam terhadap informan dan
pengamatan dengan menggunakan catatan lapangan, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisi
reduksi, display, triangulasi serta penarikan kesimpulan. Studi ini menemukan fakta bahwa pola kehidupan
masyarakat adat kampung Cireundeu dalam mempertahankan kearifan lokal, terbentuk dari suatu pola
kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil dengan proses sosialisasi dan pewarisan nilai-nilai kearifan lokal, yang
menjadikan suatu kebutuhan mendasar untuk semua masyarakat adat kampung Cireundeu dan menjadi suatu
pola kehidupan dalam mempertahankan kearifan lokal yang tidak bergantung terhadap gejolak sosial
menjadikan masyarakat harmonis, sejahtera dan mandiri. Kondisi sistem perekonomian masyarakat adat
dalam mempertahankan kearifan lokal, masyarakat mendorong aktifitas ekonomi secara signifikan dengan
mampu bersaing bebas dengan pihak luar dan memiliki motivasi untuk mencapai prestasi terbaik dan mampu
untuk aktualisasi diri. Model pemberdayaan masyarakat adat Kampung Cireundeu dalam mempertahankan
kearifan lokal dengan Logic Model membantu menciptakan suasana iklim yang menggali potensi masyarakat
yang dapat memperkuat potensi ekonomi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri serta dapat
mencegah dan melindungi masyarakat dari kesenjangan ekonomi serta menciptakan kebersamaan dan
kemitraaan.

A. PENDAHULUAN pada pencapaian target kemiskinan saja, tidak


Masalah kemiskinan, nampaknya sudah memikirkan ketimpangan yang terjadi antara sosial
menjadi gejala umum di seluruh dunia. Karena itulah, ekonomi maupun wilayah, berdasarkan Badan Pusat
pemberantasan kemiskinan dimasukkan kedalam Statistik (BPS) indikator yang menunjukan
agenda pertama dari 8 agenda Millenium ketimpangan sosial ekonomi, Indonesia pada tahun
Development Goals (MDG’S) 1990-2015. Bagi 2013 mencapai angka tertinggi di level 0,413 dan
Indonesia, upaya penanggulangan kemiskinan akan terus meningkat jika tidak segera dilakukan
dewasa ini menjadi sangat penting karena bank langkah-langkah untuk mengupayakan tingkat dan
Dunia telah menyimpulkan bahwa kemiskinan di pemerataan kesejahteraan, yang harus dipikirkan
negara kita bukan sekedar 10-20% penduduk yang adalah solusi yang tepat untuk membangun
hidup dalam kemiskinan absolut (extreme poverty), masyarakat menjadi lebih mandiri dan sejahtera tidak
tetapi pada kenyataan lain yang membuktikan bahwa bergantung dengan pihak luar supaya tidak terjadi
kurang lebih tiga per lima atau 60% penduduk ketimpangan sosial.
Indonesia saat ini hidup dibawah garis kemiskinan, Maka dengan itu, perlunya suatu model
langkah yang dilakukan pemerintah hanya berfokus pemberdayaan masyarakat yang muncul dari

*Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Jayagiri Tahun 2016, Edisi VIII


2 Ema Sumiati, S.Pd.

masyarakat dalam memilih keinginan (kebutuhan) dan tiga Rukun Tetangga (3 RT), Kampung
sendiri, kemudian merencanakan pembangunan, Cireundeu menjadikan suatu kampung yang hampir
mengelola proses sampai pada memeliharanya. tidak pernah terpengaruh oleh gejolak sosial yang
Proses pemberdayaan seperti itu akan membangun sering terjadi yaitu mahalnya harga makanan pokok
masyarakat yang mandiri, sesuai dengan teori yang terutama beras.
bersifat people centered, participatory, empowering
an sustainamble (Chambers, 1995), maka upaya B. TUJUAN PENELITIAN
pemberdayaan masyarakat semakin menjadi Tujuan penelitian, untuk memperoleh
kebutuhan dalam setiap upaya pembangunan gambaran yang jelas mengenai model pemberdayaan
masyarakat itu sendiri. masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal,
Sejalan dengan pemikiran-pemikiran tersebut, studi etnografi pada masyarakat adat Kampung
Kindervatter (1979), memberi peran secara jelas Cireundeu.
tentang peran pemberdayaan dalam rangka Berdasarkan tujuan umum tersebut, secara
empowering process, peran pemberdayaan tidak saja khusus tujuan penelitian dapat diuraikan sebagai
mengubah individu, tetapi juga kelompok, organisasi berikut:
dan masyarakat. Pemberdayaan sebagai proses 1. Untuk mengetahui dan menggambarkan pola
mengandung arti luas, yakni mencakup meningkatan kehidupan masyarakat adat Kampung
pengetahuan, sikap, keterampilan dan Cireundeu dalam mempertahankan kearifan
pengembangan kemampuan lainnya ke arah lokal ditinjau dari aspek etnografis.
kemandirian hidup. Kindervatter (1979:13) 2. Untuk mengetahui dan menggambarkan kondisi
menjelaskan bahwa; for the purposes of this study, sistem perekomomian masyarakat adat
empowering is; people gaining an understanding of Kampung Cireundeu dalam mempertahankan
control over social, economic, and/or political forces kearifan lokal ditinjau dari aspek etnografis.
in order to improve their standing in society. 3. Untuk mengetahui dan menggambarkan model
Masyarakat yang mampu membangun Pemberdayaan masyarakat dalam
lingkungannya yaitu masyarakat yang sadar akan mempertahankan kearifan lokal masyarakat adat
kebutuhannya dengan menggali potensi yang Kampung Cireundeu ditinjau dari aspek
dimiliki oleh suatu wilayah tertentu serta etnografis.
mempertahankan kearifan lokal yang ada di suatu
wilayah dengan berbagai cara dan teknik untuk C. KAJIAN PUSTAKA
menjadi suatu makanan pokok serta 1. Pemberdayaan Masyarakat
mengembangkan berbagai olahan dari kearifan lokal Berkenaan dengan pemaknaan konsep
yang dimiliki, salah satunya yang masih pemberdayaan masyarakat, Ife (1995) menyatakan
mempertahankan kearifan lokal akan tradisi makan bahwa “Empowerment is a process of helping
rasi (beras singkong) yaitu di Kampung Cireundeu disadvantaged groups and individual to compete
dengan segala keunikannya tidak saja dikenal oleh more effectively with other interests, by helping them
lingkungan masyarakat Kota Cimahi, namun sudah to learn and use in lobbying, using the media,
dikenal luas karena mempunyai ciri khas dalam engaging in political action, understanding how to
kehidupan sehari-hari. ‘work the system’, and so on” (Ife, 1995).
Kampung Cireundeu yang terletak di Definisi tersebut di atas mengartikan konsep
Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan pemberdayaan (empowerment) sebagai upaya
kota Cimahi yang memiliki 300 KK yang dibagi memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan
menjadi dua bagian masyarakat dengan hidup kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta
berdampingan yaitu “Masyarakat Kampung mendorong mereka untuk kreatif agar dapat
Cireundeu” dan “Masyarakat Adat Kampung menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin.
Cireundeu”, yang memakan rasi murni yaitu Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
masyarakat adat Kampung Cireundeu sebanyak 70 konsep pembangunan ekonomi yang merangkum
KK yang tersebar kedalam satu Rukun Warga (1 RW) nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Mempertahankan Kearifan Lokal 3

paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat kehidupan masyarakat yang tak perlu dibiasakan
“people centred, participatory, empowering, and dengan belajar, seperti tindakan naluri, refleks,
sustainable” (Chambers, 1995). beberapa tindakanakibat proses fisiologi, atau
Suatu pola pemberdayaan dapat digambarkan kelakuan apabila ia sedang membabi buta. Bahkan
dalam suatu logic model yang dikembangkan oleh tidankan manusia yang merupakan kemampuan
UW-Extension Program Development (2005) dan naluri yang terbawa oleh makhluk manusia dalam
Frechtling (2007). Berdasarkan perbedaan itu gennya bersamanya (seperti makan, minum, atau
penerapan logic model di dalam penelitian ini berjalan), juga dirombak olehnya menjadi tindakan
disesuaikan dengan situasi, kebutuhan, yang berkebudayaan.
permasalahan, dan tujuan penelitian. Dengan Koentjaraningrat juga mengemukakan bahwa
demikian logic model yang dikembangkan mengarah ada tujuh unsur kebudayaan yaitu bahasa, kesenian,
pada teori Frechtling dan UW-Extension Program sistem religi, sistem teknologi, sistem mata
Development yang menggambarkan logic model pencaharian, organisasi sosial, dan sistem ilmu
pada empat komponen ditambah dengan situasi dan pengetahuan (Koentjaraningrat, 1979: 203-204).
prioritas. Artinya komponen logic model yang Ketujuh unsur kebudayaan ini disebut
dikembangkan penulis terdiri atas enam yakni Koentjaraningrat sebagai unsur kebudayaan
situation, proritas, input, activities, outputs, dan universal karena selalu ada pada setiap masyarakat.
outcomes, tampak pada gambar sebagai berikut :

“what we invest”

Sumber
daya yang
dibelanjakan
untuk
melaksana-
kan aktivitas
Change Change Change
in in in
learning action condition

Attitude Behavior Condition

Gambar 1 Komponen Logic Model Yang Dikembangkan


Sumber: UW-Extension Program Development, 2005

2. Kebudayaan 3. Kearifan Lokal


Koentjoroningrat (1990:179) mendefinisikan Kearifan lokal Dalam bahasa asing sering
kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka wissdom), pengetahuan setempat (local knowledge)
kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri dan yang sangat dikenal istilah kecerdasan setempat
manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa (local genius). Menurut Ayatrohaedi (1986) Local
hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan genius ini merupakan istilah yang mula pertama
karena hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog

Jayagiri Tahun 2016, Edisi VIII


4 Ema Sumiati, S.Pd.

membahas secara panjang lebar pengertian local Cireundeu dengan informan 5 orang. Tempat
genius ini. Antara lain Haryati Soebadio mengatakan penelitian dilaksanakan di Kampung Cireundeu Rw
bahwa local genius adalah juga cultural identity, 10 Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi
identitas/ kepribadian budaya bangsa yang Selatan Kota Cimahi. Teknik pengumpulan data
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan dengan observasi, wawancara mendalam, catatan
mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan lapangan dan studi dokumentasi, serta teknik analisi
kemampuan sendiri (Ayatrohaedi,1986:18-19). data menggunakan reduksi, display, triangulasi serta
penarikan kesimpulan.
4. Masyarakat Adat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia E. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat Untuk pola kehidupan masyarakat adat
tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh Kampung Cireundeu dilihaat dari aspek sejarah dan
suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan nilai budaya yang masih dipertahankan dengan
kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri ditaati dan dipatuhi aturanya yang menjadi suatu
yaitu: 1) Interaksi antar warga-warganya, 2). Adat kebiasaan hidup masyarakat dalam kehidupannya,
istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas kuat maka pola kebiasaaan itu akan menjadi suatu
yang mengikat semua warga (Koentjaraningrat, kebutuhan hidup manusia.
2009: 115-118). Pernyataan diatas sesuai dengan teori yang di
Masyarakat hukum adat menurut UU kemukakan oleh Abraham H. Maslow (1970, dalam
no.32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan Sudjana, 187:2004) menjelaskan lima tingkatan yang
lingkungan hidup BAB 1 pasal 1 butir 31 adalah: harus dan dapat dipenuhi oleh manusia dalam
Masyarakat hukum adat adalah kelompok mempertahankan dan mengembangkan
masyarakat yang secara turun temurun kehidupannya yaitu kebutuhan dasar, kebutuhan
bermukim diwilayah geografis tertentu karena akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan
adanya ikatan pada asal usul leluhur, dengan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan
adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow memberi
hidup, serta adanya sustem nilai yang hipotesis bahwa setelah individu memuaskan
menentukan pranata ekonomi, politik, sosial dan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan
hukum. memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya.
Jika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar
D. METODE PENELITIAN tidak terpuaskan, maka individu dapat kembali pada
Penelitian ini menggunakan metode etnografi, tingkat kebutuhan yang sebelumnya.
dengan objek penelitian adalah semua aspek Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
kehidupan masyarakat adat yang dilihat dari nilai- digambarkan secara sederhana mengenai pola
nilai budaya yang ditanamkandan subjek dari kehidupan masyarakat adat kampung Cireundeu
penelitian adalah pada masyarakat adat Kampung yang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Mempertahankan Kearifan Lokal 5

Faktor Ekonomi
(kesulitan pangan)
Ketersedian fisik:
Singkong diolah
Penanaman menjadi rasi dan
nilai-nilai makanan olahan
budaya lainnya

Pola kebiasaan
Kebutuhan Dasar
Masyarakat Adat
Kampung Cireundeu

Gambar 2 Pola Kehidupan Masyarakat Adat Kampung Cireundeu


Sumber: hasil analisis etnografi, 2015

Pola kehidupan masyarakat adat kampung kepada anaknya dengan cara pola pembiasaan dan
Cireundeu yang awalnya mengalami kesulitan pemberian contoh yang baik, yang pada akhirnya
ekonomi dengan keinginan yang kuat akan menjadi suatu kebutuhan mendasar untuk semua
kemerdekaan yang sepenuhnya tanpa bergantung masyarakat adat kampung Cireundeu yang sudah
dengan pihak manapun, para sesepuh terpenuhi dan menjadi masyarakat yang sejahtera dan
mengaplikasikan setiap nilai filosofi yang diwariskan mandiri.
leluluhur kepada masyarakat adat, dengan Untuk kondisi sistem ekonomi masyarakat
mempertahankan dan mengembangkan kearifan adat Kampung Cireundeu yang dilihat dari kegiatan
lokal yang ada, kesemua dibuat pola penanaman nilai produksi, distribusi dan konsumsi makan dapat dlihat
yang ditanamkan dari kecil oleh pihak keluarga dan pada gambar sebagi berikut.

Gambar 3 Sistem Ekonomi Masyarakat Adat Kampung Cireundeu


Sumber: hasil analisis etnografi, 2015

Jayagiri Tahun 2016, Edisi VIII


6 Ema Sumiati, S.Pd.

Dapat dilihat pada gambar di atas bahwa Dari semua situasi yang ada pada masyarakat
keadaan ekonomi ditinjau dari sisi etnografi bahwa adat Kampung Cireundeu, yang memiliki prioritas
gambaran mengenai kondisi objektif perekonomian dalam kehidupan yang jelas dilihat dari proses
masyarakat dapat dilihat dari potensi sumber daya pemberdayaan masyarakat yang dibuat secara
yang ada seperti sumber daya alam, sumber daya traditional yang dimulai dari pelaku yang terlibat
manusia, dan sumber daya sarana prasarana. Selain didalam satu kelembagaan dapat diidentifikasi
dilihat dari potensi sumber daya, untuk peningkatan dengan jelas, dengan diikat oleh suatu
perekonomian masyarakat dilihat dari pola hidup dan kepentingan/tujuan sehingga secara otomatis harus
sarana penunjang kehidupan sehari-hari. berinteraksi, dengan aturan yang jelas berdasarkan
kenyataanya dilihat dari Potensi sumber daya yang nilai-nilai kebudayaan dengan posisi dan peran yang
dimiliki masyarakat adat kampung Cireundeu berupa dijalankan sesuai dengan aturan yang masyarakat
pertanian dan peternakan merupakan potensi sumber adat Kampung Cireundeu buat.
daya alam, dan SDM dilihat dari pendapatan Untuk lebih jelasnya peneliti membuat alur
masyarakat adat Kampung Cireundeu yang sekema proses pemberdayaan masyarakat pada
cenderung stabil dengan melakukan inovasi produk gambar sebagai berikut.
olahan lain yang berbahan dasar singkong dengan

Gambar 4 Proses Pemberdayaan Masyarakat Adat Kampung Cireundeu


Sumber: hasil studi etnografi, 2015

mengembangkan agroindustri tidak terpaku pada Berdasarkan gambar diatas bahwa masyarakat
subsistem saja, maka terhidar dari penyebab adat kampung Cireundeu dapat melakukan proses
kemiskinan. Selain itu juga untuk terhindar dari pemberdayaan didasarkan pada proses kelembagaan
kemiskinan dengan merubah pola makan yang akan yang jelas dengan adanya penggerak dan pelaku yang
mempengaruhi gaya hidup, kebiasaan hidup dan berkepentingan dan terikat dengan aturan yang elas
budayanya, masyarakat ada Kampung Cireundeu yang dibatasi oleh niali-nilai filosofi dan budaya
sudah berkecukupan dan tidak merasa kekurangan yang masih dipertahankan dengan struktur atau
dan terhindar dari kemiskinan dan cenderung stabil hirarki kepemimpinan yang jelas dan proses
tidak terpengaruh dengan kondisi saat ini, dan puncak pembentukan kelompok yang muncul dari inisiasi
dari pemberdayaan adalah ekonomi kreatif yang masyarkat itu sendiri dengan karakterisitk bentuk
telah dilakukan oleh masyarakat adat Kampung partisipasi yang muncuk dari masyarakat secara
Cireundeu. fungsional dan secara self mobilization (mandiri).
Jayagiri Tahun 2016, Edisi VIII
Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Mempertahankan Kearifan Lokal

Gambar 5 Logic Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mempetahankan kearifan lokal Ditinjau Dari Aspek Etnografis
Sumber: hasil analisis etnografi, 2015
7
8 Ema Sumiati, S.Pd.

Ditinjau dari etnografi bahwa penulis kata lain memberdayakan adalah memampukan
membuat suatu model pemberdayaan yang dilihat dan memandirikan masyarakat”.
dari suatu Gambar visual logis suatu model Berdasarkan penjelasan diatas bahwa sesuai
pemberdayaan masyarakat adat Kampung Cireundeu dengan tujuan pemberdayaan untuk mencapai
yang menunjukkan rangkaian hubungan sebab- masyarakat yang berdaya, sejahtera dan mandiri
akibat antara input, output (aktivitas dan sudah terlihat dan dibuktian oleh masyarakat adat
partisipasi), dan outcome yang diharapkan di masa Kampung Cireundeu dalam suatu proses kehidupan.
yang akan datang sebagai respon atas permasalahan
yang dihadapi pada saat ini. F. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Untuk lebih jelasnya penulis membuat sebuah 1. Simpulan
skema gambar 5 dengan logic model dari Berdasarkan hasil penelitian yang telah
pemberdayaan masyarakat dalam mempertahakan dilakukan peneliti dengan menggambarkan
kearifan lokal pada masyarakat adat kampung fenomena-fenomena yang ada terhadap
Cireundeu ditinjau dari aspek etnografis. pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan
Berdasarkan logic model tersebut terlihat kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung
situasi masyarakat adat Kampung Cireundeu yang Cireundeu, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
memiliki suatu nilai-nilai budaya yang dipertahankan 1) Pola kehidupan masyarakat adat kampung
Masyarakat yang berawal dari kesulitan ekonomi, Cireundeu dalam mempertahankan kearifan
dengan mempertahakankan tradisi para leluhur lokal, terbentuk dari suatu pola kebiasaan yang
dengan cara elkulturasi nilai budaya, menjadi ditanamkan sejak kecil dengan proses sosialisasi
kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh keluarga, dan pewarisan nilai-nilai kearifan lokal, yang
kemudian menjadikan suatu kebutuhan yang menjadikan suatu kebutuhan mendasar untuk
mendasar dalam kehidupan serta memiliki kearifan semua masyarakat adat kampung Cireundeu dan
lokal berupa SDA dipertahankan berupa singkong menjadi suatu pola kehidupan dalam
yang diolah menjadi rasi dan di buat inovasi olahan mempertahankan kearifan lokal yang tidak
lain. bergantung terhadap gejolak sosial menjadikan
Adapun prioritas dalam kehidupan yang dijaga masyarakat harmonis, sejahtera dan mandiri.
dengan menanamkan nilai-nilai falsafah hidup dan 2) Secara etnografi kondisi sistem perekonomian
mengenang sejarah atau tidak melupakan sejarah masyarakat adat Kampung Cireundeu dalam
dengan tujuan hidup yang jelas dan segala situasi dan mempertahankan kearifan lokal, bahwa
prioritas yang mereka miliki maka mereka masyarakat mendorong aktifitas ekonomi secara
membentuk suatu pola pemberdayaan yang diawali signifikan dengan mampu bersaing bebas
dari input, output yang sudah d jelaskan diatas, dengan pihak luar dan memiliki motivasi untuk
sampai pada outcome yang tercapai dari jangka mencapai prestasi terbaik dan mampu untuk
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. aktualisasi diri dengan mencapai suatu ekonomi
Jika dilihat dari outcome banyak dampak yang kreatif.
dirasakan oleh berbagai pihak teutama masyarakat 3) Secara etnografi model pemberdayaan
adat Kampung Cireundeu itu sendiri, masyarakat masyarakat adat Kampung Cireundeu dalam
yang memiliki kearifan lokal lain, masyarakat luar mempertahankan kearifan lokal dengan Logic
yang tertarik dengan pola hidup masyarakat dan Model membantu menciptakan suasana iklim
pemerintah dalam mengembangkan program yang menggali potensi masyarakat, dapat
ketahanan pangan. memperkuat potensi ekonomi atau daya yang
Menurut Kartasasmitha (1996:70) dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, serta dapat
menyatakan bahwa “Memberdayakan masyarakat mencegah dan melindungi masyarakat dari
adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan kesenjangan ekonomi serta menciptakan
martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi kebersamaan dan kemitraaan antara yang sudah
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari maju dengan yang belum berkembang. Selain itu
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan juga mengkomunikasikan suatu program baik
Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Mempertahankan Kearifan Lokal 9

kepada pimpinan, staf, pemberi dana, dan ekonomi Indonesai saaat ini, ketika Indonesia
pemangku kepentingan lainnya dalam membuat mengalami keterpurukan akibat krisis ekonomi
suatu program pemberdayaan yang ideal di suatu yang berkepanjangan dan akan mengalami
tempat yang memiliki kearifan lokal yang perlu krisis pangan diseluruh pelosok tanah air.
dipertahankan dan dikembangkan. Berdasarkan 5) Model pemberdayaan masyarakat dalam
alur logic model pada masyarakat adat Kampung mempertahankan kearifan lokal sangat
Cireundeu sudah mencapai masyarakat yang mendukung program pemerintah pada tahun
berdaya, sejahtera dan mandiri. 2007 yang dicanangkan oleh Dirjen PNFI pada
saat itu yang dikenal dengan OKOP dan OCOP
2. Rekomendasi “satu kampung satu produk atau satu kelompok
Setelah mengkaji dan menggambarkan satu produk” atau dalam bahasa lainnya “One
kenyataan yang dimunculkan dalam penelitian, Village One Product” dengan hasil adanya
berikut ini adalah rekomendasi untuk beberapa pihak produk unggulan di pedesaaan dan perkotaan
terutama yang berkaitan dengan model yang mampu memenuhi kebutuhan pasar dan
pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan mengisi kesempatan kerja pada dunia industri
kearifan lokal. atau usaha.
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
suatu model informal education yang
memperkaya teori-teori pendidikan serta dapat G. DAFTAR PUSTAKA
menjadi salah satu referensi untuk
mengembangkan program Pendidikan Luar Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa
Sekolah khususnya yang berkaitan dengan (Local Genius). Jakarta. Dunia Pustaka Jaya.
pemberdayaan masyarakat dalam
Basrowi. dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian
mempertahanakan kearifan lokal dengan
Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
menanamkan nilai-nilai budaya lokal.
2) Pada hakikatnya, masalah kemiskinan, Creswell, W, J. (2014). Research Design Pendekatan
keterlantaran dan permasalah sosial lainya Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta.
adalah masalah yang terjdi dilingkungan Pustaka pelajar.
masyarkat lokal. Untuk itu, penanganan masalah
sosial harus berbasiskan kebutuhan masyarakat Kartasasmita, Ginandjar. (1996). Pembangunan
atau sering disebut dengan istilah “bottom-up” Untuk Rakyat - Memadukan Pertumbuhan dan
bukan “top-down” karena masyarakat yang P e m e r a t a a n . P e n e r b i t P T. P u s t a k a
paling tahu kondisi permasalahanya. CIDESINDO, Jakarta.
3) Keanekaragaman sistem sosial-budaya di
Indonesia harus dipahami sebagai potensi Kartasasmita, Ginanjar.(1995). Ekonomi Rakyat:
pemanfaatannya belum optimal dalam proses Memadukan Pertumbuhan Dan Pemerataaan.
pembangunan masyarakat, padahal sistem Jakarta. CISED.
sosial-budaya lokal merupakan modal sosial
Mardikanto, Totok. (2012). Pemberdayaan
(sosial capital) yang besar yang telah tumbuh
Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan
kembang secara turun-temurun yang hingga kini
Publik. Bandung. Alfabeta.
masih kuat berakar dimasyarakat.
4) Strategi pemberdayaan masyarakat berbasis Kuncoro, Mudrajad. (2006). Ekonomika
sistem sosial-budaya lokal dengan Pembangunan. Jakarta. Erlangga.
mempertahankan kearifan lokal setiap daerah
atau kampung tertentu yang perlu Prijono, O.S. dan Pranarka, A.M.W., (1996).
diformulasikan secara tepat tanpa harus Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
membuat pola-pola seragam seperti pada masa Implementasi. Penerbit Centre for Strategic and
order baru. Lebih lagi dikaitkan dengan keadaan International Studies, Jakarta.

Jayagiri Tahun 2016, Edisi VIII


10 Ema Sumiati, S.Pd.

Rahyono F.X. (2009). Kearifan Budaya Dalam Kata. Sudjana, D. (2006). Pendidikan Nonformal:
Jakarta. Wedatama Widya Sastra. Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat,
Teori Pendukung, Asas. Bandung: Rosda.
Simanjuntak, P. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Wisconsin-Extention. (2005). Logic
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Model. Program Development Evaluation
(PD&E).
Spradley, P. (2007). Metode Etnografi. Yogyakarta:
Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai