Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY. S DENGAN CORONAVIRUS INFECTION


DIRUANG RIK 2 RS PARU JEMBER

NAMA : SHELA
WULANDARI NIM2001032031

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan pada klien ny. S dengan Coronavirus infection


Telah dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2021 sampai dengan 31 Juli 2021 di Ruang RIK 2
RS Paru Jember

Oleh
Nama : Shela Wulandari
Nim : 2001032031

Jember, 31 Juli 2021


Mahasiswa,

Shela Wulandari
(2001032031)

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

(Ners Ginanjar Sasmito Adi., M.Kep.,Sp.Kep M.B)


( Suparman,S.Kep.,Ners)
NPK.19900210 1 1509368
NIP :
197505153007011016
Kepala Ruangan PJMK Departemen

(Ners Ginanjar Sasmito Adi., M.Kep.,Sp.Kep M.B)


( Bambang Ilamto, S.Kep.,Ners)
NPK.19900210 1 1509368
NIP : 19790818 200801 1 010
LEMBAR KONSULTASI
NO MATERI YANG DIKONSULATASIKAN DAN NAMA & TANDA
URAIAN PEMBIMBING TANGAN PEMBIMBING
1 Asuhan keperawatan pasien dengan covid-19 diruang RIK 2
RS Paru Jember

( Suparman,S.Kep.,Ners)
NIP : 197505153007011016
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH COVID - 19

NAMA : Shela Wulandari


NIM 2001032031

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan

tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga

Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan

serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha

coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus

(Burhan et al., 2020).

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-

CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah

diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis

coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan

gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi

COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk

dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi

terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan

pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian

(Kementerian Kesehatan RI, 2020).

B. Etiologi

Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family

coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,

berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada

Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),


glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong

ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat

menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu

alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan

deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang

dapat menginfeksi manusia yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-

OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1

(betacoronavirus), SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV

(betacoronavirus). Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk

dalam genus betacoronavirus umumnya berbentuk bundar dengan beberapa

pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik

menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan

coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu

Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of

Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-

CoV-2. Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di

atas permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus

lainnya. Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi

yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan).

Penelitian (Doremalen et al, 2020) menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat

bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang

dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus

corona lain, SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas.

Efektif dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter,
etanol 75%, ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam

peroksiasetat, dan khloroform kecuali khlorheksidin (Kementerian Kesehatan

RI, 2020).

C. Penularan

Virus Corona hidup dan sangat menular melalui droplet yang keluar

melalui mulut dan hidung orang yang terinfeksi. Virus Corona dapat bertahan

hidup di udara bebas selama tiga jam dan dapat hidup lebih lama jika

menempel pada permukaanpermukaan benda di sekitar. Hal ini yang

menyebabkan kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi baru secara tidak

langsung. . Virus Corona dapat bertahan hidup paling lama pada permukaan

plastik dengan durasi selama 72 jam; permukaan stainless steel selama 48

jam; permukaan kertas atau kardus selama 24 jam; dan permukaan berbahan

tembaga selama 4 jam (Sutaryo et al., 2020).

Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan

bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala

(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet

merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet

terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan

seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin)

sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau

konjungtiva mata. Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan

yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu,

penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan

orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau
benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi misalnya, stetoskop atau

termometer (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

D. Patofisiologi

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.

Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan

kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi,

kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu

virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang

dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit

menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host

yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar

merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute respiratory syndrome

(SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS). Namun pada kasus

SARS, saat itu host intermediet (masked palm civet atau luwak) justru

ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka sebagai host alamiah.

Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa luwak hanyalah

sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda (horseshoe bars) sebagai

host alamiahnya (Burhan et al., 2020).

Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia

ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral.

Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih tua, dengan

gejala klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti

SARS atau MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa.

Infeksi Coronavirus biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal
tersebut terkait dengan faktor iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi

yang cenderung banyak perjalanan atau perpindahan. Selain itu, terkait

dengan karakteristik Coronavirus yang lebih menyukai suhu dingin dan

kelembaban tidak terlalu tinggi (Burhan et al., 2020).

Semua orang secara umum rentan terinfeksi. Pneumonia Coronavirus

jenis baru dapat terjadi pada pasien immunocompromis dan populasi normal,

bergantung paparan jumlah virus. Jika kita terpapar virus dalam jumlah besar

dalam satu waktu, dapat menimbulkan penyakit walaupun sistem imun tubuh

berfungsi normal. Orang-orang dengan sistem imun lemah seperti orang tua,

wanita hamil, dan kondisi lainnya, penyakit dapat secara progresif lebih cepat

dan lebih parah. Infeksi Coronavirus menimbulkan sistem kekebalan tubuh

yang lemah terhadap virus ini lagi sehingga dapat terjadi re-infeksi.

Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak

bisa hidup tanpa sel host (Burhan et al., 2020).

Siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya.

Pertama penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S

yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi

spesies host-nya serta penentu tropisnya. Pada studi SARS-CoV protein S

berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2

(angiotensinconverting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral

dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,

sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit

usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk

selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya


replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan

perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan

dan rilis virus. Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas

kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus

hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut

terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh

beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi

virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (Burhan et al., 2020).

Studi pada SARS menunjukkan virus bereplikasi di saluran napas bawah

diikuti dengan respons sistem imun bawaan dan spesifik. Faktor virus dan

sistem imun berperan penting dalam patogenesis. Pada tahap pertama terjadi

kerusakan difus alveolar, makrofag, dan infiltrasi sel T dan proliferasi

pneumosit tipe 2. Pada rontgen toraks diawal tahap infeksi terlihat infiltrat

pulmonar seperti bercak-bercak. Pada tahap kedua, organisasi terjadi

sehingga terjadi perubahan infiltrat atau konsolidasi luas di paru. Infeksi tidak

sebatas di sistem pernapasan tetapi virus juga bereplikasi di enterosit

sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga urin dan cairan tubuh

lainnya (Burhan et al., 2020).

Studi terbaru menunjukkan peningkatan sitokin proinflamasi di serum

seperti IL1B, IL6, IL12, IFNγ, IP10, dan MCP1 dikaitkan dengan inflamasi di

paru dan kerusakan luas di jaringan paru-paru pada pasien dengan SARS.

Pada infeksi MERS-CoV dilaporkan menginduksi peningkatan konsentrasi

sitokin proinflamasi seperti IFNγ, TNFα, IL15, dan IL17 (Burhan et al.,

2020).
Patofisiologi dari tingginya patogenitas yang tidak biasa dari SARS-CoV

atau MERS-CoV sampai saat ini belum sepenuhnya dipahami. Evolusi group

dari SARS-CoV-2 ditemukan di kelelawar sehingga diduga host alami atau

utama dari SARS-CoV-2 mungkin juga kelelawar. Coronavirus tipe baru ini

dapat bertransmisi dari kelelawar kemudian host perantara kemudian manusia

melalui mutasi evolusi. Ada kemungkinan banyak host perantara dari

kelelawar ke manusia yang belum dapat diidentifikasi. Coronavirus baru,

memproduksi variasi antigen baru dan populasi tidak memiliki imunitas

terhadap strain mutan virus sehingga dapat menyebabkan pneumonia. Pada

kasus ini ditemukan kasus “super-spreader” yaitu dimana virus bermutasi

atau beradaptasi di dalam tubuh manusia sehingga memiliki kekuatan

transmisi yang sangat kuat dan sangat infeksius. Satu pasien menginfeksi

lebih dari 3 orang dianggap super-spreader, jika lebih dari 10 lebih tepat lagi

dikatakan super spreader (Burhan et al., 2020).

Secara patofisiologi pemahaman mengenai COVID-19 masih perlu studi

lebih lanjut. Pada SARS-CoV-2 ditemukan target sel kemungkinan berlokasi

di saluran napas bawah.2 Virus SARS-CoV-2 menggunakan ACE-2 sebagai

reseptor, sama dengan pada SARS-CoV. Sekuens dari RBD (Reseptor-

binding domain) termasuk RBM (receptorbinding motif) pada SARS-CoV-2

kontak langsung dengan enzim ACE 2 (angiotensin-converting enzyme 2).

Hasil residu pada SARS-CoV-2 RBM (Gln493) berinteraksi dengan ACE 2

pada manusia, konsisten dengan kapasitas SARS-CoV-2 untuk infeksi sel

manusia. Beberapa residu kritis lain dari SARS-CoV-2 RBM (Asn501)

kompatibel mengikat ACE2 pada manusia, menunjukkan SARS-CoV-2


mempunyai kapasitas untuk transmisi manusia ke manusia. Analisis secara

analisis filogenetik kelelawar menunjukkan SARS-CoV-2 juga berpotensi

mengenali ACE 2 dari beragam spesies hewan yang menggunakan spesies

hewan ini sebagai inang perantara (Burhan et al., 2020).

Pada penelitian 41 pasien pertama pneumonia COVID-19 di Wuhan

ditemukan nilai tinggi dari IL1β, IFNγ, IP10, dan MCP1, dan kemungkinan

mengaktifkan respon sel T-helper-1 (Th1). Selain itu, berdasarkan studi

terbaru ini, pada pasien-pasien yang memerlukan perawatan di ICU

ditemukan konsentrasi lebih tinggi dari GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan

TNFα dibandingkan pasien yang tidak memerlukan perawatan di ICU. Hal

tersebut mendasari kemungkinan adanya cytokine storm yang berkaitan

dengan tingkat keparahan penyakit. Selain itu, pada infeksi SARS-CoV2 juga

menginisiasi peningkatan sekresi sitokin T-helper-2 (seperti IL4 dan IL10)

yang berperan dalam menekan inflamasi yang berbeda dengan infeksi SARS-

CoV-2. Berdasarkan pohon filogeni 2020 menunjukkan semua sampel

berkaitan serta terdapat lima mutasi relatif terhadap induknya, membuktikan

adanya transmisi dari manusia ke manusia. Selain itu, filogeni menunjukkan

adanya indikasi infeksi pertama manusia pada November 2019 diikuti dengan

bertahan transmisi dari manusia ke manusia (Burhan et al., 2020).

E. Tanda dan Gejala

Secara umum pasien menunjukkan gejala gangguan sistem pernapasan

yang ringan dan demam. Rerata waktu inkubasi Virus Corona adalah 5

hingga 6 hari, dengan catatan periode inkubasi bisa berbeda pada tiap

individu dengan rentang satu hingga 14 hari dari infeksi. Gejala yang paling
umum ditemukan adalah demam dan batuk tidak berdahak. Hampir 90%

kasus menunjukkan gejala demam dan 67% menunjukkan gejala batuk tidak

berdahak. Kemudian disusul dengan 40% pasien mengeluhkan gejala fatigue

(tidak enak badan/pegal-pegal) dan 33% pasien melaporkan adanya batuk

berdahak. Dari seluruh gejala, hanya 18.6% pasien yang melaporkan adanya

gejala kesulitan bernapas (dyspnea). Banyak dari gejala yang dilaporkan oleh

pasien COVID-19 hampir serupa dengan gejala flu. Namun, pasien COVID-

19 jarang mengeluhkan adanya gejala hidung tersumbat atau pilek

dibandingkan dengan flu pada umumnya (Sutaryo et al., 2020).

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.

Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan

kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue,

mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain.

Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat

perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis

metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi

dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan,

bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis

baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut

sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi (Burhan et al., 2020) :

a. Tidak berkomplikasi Kondisi ini merupakan kondisi teringan

Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama

tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok,

kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan
bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises

presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada

beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif

ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi

diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.

b. Pneumonia ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun

tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak

berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai

napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.

c. Pneumonia berat

Pada pasien dewasa gejala yang muncul diantaranya demam atau

curiga infeksi saluran napas. Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi

napas: > 30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien

d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Onset baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah

diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan

kondisi hipoksemia. Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri

(PaO₂) dibagi fraksi oksigen inspirasi (FIO₂) kurang dari< 300 mmHg..

Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto

toraks, CT Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat

ditemukan opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar

atau kolaps paru atau nodul. Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat

dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan cairan, dibutuhkan


pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi untuk mengeksklusi

penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak ada faktor risiko. Penting

dilakukan analisis gas darah untuk melihat tekanan oksigen darah dalam

menentukan tingkat keparahan ARDS serta terapi.

e. Sepsis

Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap

suspek infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ.

Tanda disfungsi organ perubahan status mental, susah bernapas atau

frekuensi napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang,

frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan

darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium koagulopati,

trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau hiperbilirubinemia. Skor

Sequential (Sepsis-related) Organ Failure Assesment (SOFA) dapat

digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis dari nilai 0-24 dengan

menilai 6 sistem organ yaitu respirasi (hipoksemia melalui tekanan

oksigen atau fraksi oksigen), koagulasi (trombositopenia), liver (bilirubin

meningkat), kardivaskular (hipotensi), system saraf pusat (tingkat

kesadaran dihitung dengan Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin

berkurang atau tinggi kreatinin). Sepsis didefinisikan peningkatan skor

Sequential (Sepsis-related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin.

f. Syok septik

Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum

adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥

65 mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L. Definisi syok septik pada anak
yaitu hipotensi dengan tekanan sistolik < persentil 5 atau >2 SD dibawah

rata rata tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2-3

disertai dengan kondisi berupa perubahan status mental, bradikardia atau

takikardia(PDPI et al., 2020)

F. Penatalaksanaan Medis

Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk

mencegah atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi

simptomatis dan suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu

yang masih diteliti melalui uji klinis (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Pengobatan untuk COVID-19 ini masih bersifat suportif artinya hanya

bersifat dukungan keadaan umum misalnya demam diberi parasetamol, jika

asupan makan dan minum kurang dapat diberikan infus, jika ada infeksi oleh

bakteri lain dapat diberikan antibiotik. Saat ini, belum ada obat yang dapat

membunuh Virus Corona dan belum ada vaksinnya. Untuk individu yang

memiliki gejala ringan, atau tanpa gejala, tinggal di daerah yang terdapat

transmisi lokal, atau memiliki kontak dengan pasien yang positif COVID-19

harus melakukan isolasi mandiri di rumah, konsumsi makanan bergizi

seimbang, minum air, dan istirahat yang cukup. Selain itu, obat untuk demam

yang dianjurkan adalah parasetamol. Obat yang dilarang adalah obat untuk

demam ibuprofen karena dapat memperburuk keadaan penyakitnya. Individu

yang memiliki gejala yang lebih berat seperti mengalami keluhan sulit

bernapas atau sesak akan dirawat di ruang isolasi di rumah sakit dengan

perawatan suportif seperti bantuan oksigen dan pengawasan keseimbangan

cairan oleh tenaga kesehatan. Jika ditemukan penyakit penyerta lainnya, maka
penyakit penyerta akan ditangani juga. Penyakit penyerta misalnya asma,

diabetes, hipertensi, sakit jantung, sakit liver, sakit ginjal, stroke, dan lain-

lain. Ada dua obat yang diteliti dari sekian banyak obat, yaitu Klorokuin dan

Favipiravir (Avigan®). Klorokuin dan Hidroksiklorokuin baik klorokuin dan

hidroksiklorokuin memiliki efek imunomodulator (penguat sistem kekebalan

tubuh) yang mampu menekan proses peradangan. Pemberian obat ini di awal-

awal penyakit diperkirakan dapat mencegah perburukan penyakit sehingga

penyakit menjadi lebih ringan. Sebagai antivirus keduanya mempunyai

aktivitas mencegah virus ini untuk masuk ke dalam sel dan mengganggu

virus berkembang biak. Penggunaan obat ini harus disertai dengan resep

dokter. Favipiravir (Avigan®) obat ini sebelumnya telah digunakan pada

kasus flu babi (H1N1) dan Ebola. Favipiravir dicoba digunakan untuk

pengobatan COVID-19 pada 15 Februari 2020 di Tiongkok. Obat ini

menghambat perkembangbiakkan virus dalam sel. Pemakaian obat ini harus

disertai dengan resep dokter (Sutaryo et al., 2020).

Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana

pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain. Berdasarkan penelitian

kortikosteroid yang diberikan pada pasien SARS dilaporkan tidak ada

manfaat dan kemungkinan bahaya. Pada studi lain terkait dengan influenza,

pemberian kortikosteroid justru meningkatkan risiko kematian dan infeksi

sekunder. Namun, tingkat kekuatan penelitian tersebut dinilai lemah karena

banyaknya faktor perancu. Studi terbaru, pada kasus MERS ditemukan

pemberian kortikosteroid sistemik tidak memiliki efek dalam tingkat

kematian tetapi memperlama masa klirens virus MERS-CoV dari saluran


napas bawah. Oleh karena itu, disimpulkan kurangnya efikasi dan

kemungkinan berbahaya sehingga pemberian kortikosteroid sistemik

sebaiknya dihindari, jika tidak diindikasikan oleh alasan lain (Burhan et al.,

2020).

Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada COVID-

19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti

efektif. Pada studi terhadap SARSCoV kombinasi lopinavir dan ritonavir

dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan

ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada infeksi COVID-

19. Tatalaksana yang belum teruji / terlisensi hanya boleh diberikan dalam

situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik atau melalui Monitored

Emergency Use of Unregistered Interventions Framework (MEURI) dengan

pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk mencegah

pneumonia COVID-19 ini (Burhan et al., 2020).

G. Patophysiological Pathway (WOC)


- SARS-CoV- Alveolus pneumocytes

Penurunan produksi surfaktan


akibat kerusakan pneumocytes
alveoulus type 1
Sel endotel Merusak pneumocytes

Merusak sel Penurunan ACE2 Penurunan aktifitas


endotel reseptors ACE2 Kerusakan alveoulus

Angiotensin II
receptor blockers

Ledakan protein serum

-peningkatan platelet -peningkatan akumulasi


Peningkatan produksi
dan aktivitas sel
sel inflamasi Membran hyaline
monocyt

Thrombosis
Diffuse endothelial Penebalan dinding Kegagalan pernafasan
mikrovaskular
inflammation alveolar, edema
ditingkatkan
Pulmonary inflamation interstisial
SARS-CoV- Alveolus pneumocytes

Penurunan produksi surfaktan


akibat kerusakan pneumocytes
alveoulus type 1
Sel endotel Merusak pneumocytes

Merusak sel Penurunan ACE2 Penurunan aktifitas


endotel reseptors ACE2 Kerusakan alveoulus

Angiotensin II Hipertermi
-peningkatan platelet receptor blockers
Risiko syok
Ledakan protein serum
Suplai darah Sepsis
ke seluruh Viskositas darah
tubuh meningkat
menurun
-peningkatan akumulasi
Thrombosis Peningkatan produksi
dan aktivitas sel
mikrovaskular sel inflamasi
monocyt Membran hyaline
Penurunan ditingkatkan
suplai
oksigen

ansietas
Gagal jantung, stroke, Kegagalan pernafasan
gagal ginjal Diffuse endothelial Penebalan dinding
Sesak nafas
inflammation alveolar, edema
Pulmonary inflamation interstisial
Gangguan pertukaran Pola nafas tidak
Intoleransi aktifitas gas efektif
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA COVID-19

A. Pengkajian
Pada pasien yang dicuragi COVID-19 (memiliki 3 gejala utama demam,
batuk dan sesak) perlu dilakukan pengkajian:

1. Riwayat perjalanan : Petugas kesehatan wajib mendapat secara rinci riwayat


perjalanan pasien saat ditemukan pasien demam dan penyakit pernapasan
akut
2. Riwayat kontak dengan pasien Covid-19 : adakah kontak dengan pasien covid
-19 baik dari keluarga maupun lingkungan
3. Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau beratnya

manifestasi klinis (Burhan et al., 2020).

a. Status kesehatan umum


b. Kesadaran: kompo mentis atau penurunan kesadaran
c. Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat,

tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat. Saturasi

oksigen dapat normal atau turun. Dapat disertai retraksi otot

pernapasan

d. Kepala leher : sesak nafas, batuk, anemia, sianosis,batuk


1) Thorax (dada) : Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak

simetris statis dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah

konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan ronki kasar

e. Abdomen : nyeri ulu hati, terdapat bising usus meningkat,


gangguan pencernaan
f. Tulang belakang : nyeri pada tulang belakang, intoleransi aktifitas
akibat nyeri
g. Ekstremitas : adanya nyeri serta intoleransi aktifitas karena
suatu kelemahan
h. Integument : adanya kemerahan akibat demam yang tinggi
i. Genitalia dan anus : kebersihan, gangguan pencernaan misal diare
j. Pemeriksaan neurologis : adanya kelemahan pada neurologi

4. Pemeriksaan diagnostic
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien
yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah
metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti
pemeriksaan RTPCR (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Saluran napas
atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan orofaring). Saluran napas
bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal
tube dapat berupa aspirat endotrakeal). Untuk pemeriksaan RT-PCR
SARS-CoV-2, (sequencing bila tersedia). Ketika melakukan pengambilan
spesimen gunakan APD yang tepat. Ketika mengambil sampel dari saluran
napas atas gunakan swab viral (Dacron steril atau rayon bukan kapas) dan
media transport virus. Jangan sampel dari tonsil atau hidung. Pada pasien
dengan curiga infeksi COVID-19 terutama pneumonia atau sakit berat,
sampel tunggal saluran napas atas tidak cukup untuk eksklusi diagnosis
dan tambahan saluran napas atas dan bawah direkomendasikan. Klinisi
dapat hanya mengambil sampel saluran napas bawah jika langsung
tersedia seperti pasien dengan intubasi. Jangan menginduksi sputum
karena meningkatkan risiko transmisi aerosol. Kedua sampel (saluran
napas atas dan bawah) dapat diperiksakan jenis patogen lain. Bila tidak
terdapat RT-PCR dilakukan pemeriksaan serologi. Pada kasus
terkonfirmasi infeksi COVID-19, ulangi pengambilan sampel dari saluran
napas atas dan bawah untuk petunjuk klirens dari virus. Frekuensi
pemeriksaan 2- 4 hari sampai 2 kali hasil negatif dari kedua sampel serta
secara klinis perbaikan, setidaknya 24 jam. Jika sampel diperlukan untuk
keperluan pencegahan infeksi dan transmisi, specimen dapat diambil
sesering mungkin yaitu harian (Burhan et al., 2020)
B. Diagnose Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas, proses inflamasi
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilitas
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus kapiler
6. Resiko syok berhubungan dengan hipoksia, sepsis, sindrom respon
inflamasi sistemik
7. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
C. Intervensi Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama 1x24
jam maka pola nafas efektif (L.01004)
Kriteria hasil :
 Pola nafas regular
 Frekuensi nafas membaik
 RR 18-24 x/mnt
 Spo2 97-100%
 Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
 Tidak menggunakan pernafasan cuping hidung
 Suara nafas tambahan menurun

Intervensi keperawatan :
- Pemantauan respirasi (I.01014)
1. Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
 Monitor pola nafas (seperti bradipneu,takipneu,hiperventilasi,
kussmaul, sheyne-stokes, biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai GDA
 Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauab, jika perlu
- Manajemen jalan nafas (I.01011)
1. Observasi
 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
 Monitor bunyi nafas tambahan ( gurgling, mengi, wheezing,
rhonchi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna , aroma)
2. Terapeutik
 Posisikan semifowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Keluarkan sumbatan jika ada
 Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan tekhnik batuk efektif
 Ajarkan tekhnik relaksasi dan nafas dalam
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas, proses inflamasi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 Jam
maka bersihan jalan nafas meningkat.

Kriteria hasil:

1. Batuk efektif meningkat


2. Produk sputum menurun
3. Mengi; Whezing; Ronkhi menurun
4. RR 18-24x/mnt
5. Spo2 97-100%

Intervensi keperawatan :

- Latihan batuk efektif


1. Observasi :
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
2. Terapeutik :
a. Atur posisi semifowler atau fowler
b. Buang secret pada tempat sputum
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b. Anjurkan Tarik nafas dalam melaluihidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
c. keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu selama 8 detik →
ulangi sebanyak 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik nafas dalam
yang ke 3
4. Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian terapi mukolitik atau ekspektoran → Jika
perlu

- Manajemen Jalan Nafas


1. Observasi
a. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
b. Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi)
c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
a. Posisikan semifowler atau fowler
b. Berikan minum hangat
c. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
3. Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari → Jika tidak ada kontraindikasi
4. Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian terapi mukolitik atau ekspektoran atau
bronkodilator → Jika perlu
- Manajemen Isolasi
1. Observasi
Identifikasi klien yang membuthkan isolasi
2. Terapeutik
3. Tempatkan satu pasien satu kamar
4. Sediakan seluruh kebutuhan harian dan pemeriksaan sederhana di
kamar klien
5. Dekontaminasi alat-alat kesehatan sesegera mungkin setelah
digunakan
6. Lakukan kebersihan tangan pada 5 momen
7. Pasang alat proteksi diri sesuai SPO
8. Lepaskan alat proteksi diri segera setelah kontak dengan klien
9. Minimalkan kontak dengan klien → sesuai kebutuhan
10. Batasi/ tidak boleh ada pengunjung
11. Pastikan kamar klien selalu dalam kondisi bertekanan negatif
3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
1 x 24 Jam maka tingkat ansietas menurun

Kriteria hasil :
1. Verbalisasi kebingungan menurun
2. Verballisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
3. Perilaku gelisah menurun
4. Perilaku tegang

menurun Intervensi

Keperawatan :

1. Observasi
Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
2. Terapeutik
a. Pahami situasi yang membuat ansietas
b. Dengarkan dengan penuh perhatian
c. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
d. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
3. Edukasi
a. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
b. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
c. Latih Teknik relaksasi

4) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane


alveolus kapiler
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 4 Jam maka
pertukaran gas meningkat
Kriteria hasil :
1. Tingkat kesadaran (GCS E4V5M6 / Kompos Mentis)
2. Dispnea menurun
3. Pola nafas membaik {dalam batas normal (RR: 16 – 22 x/menit)}
4. Bunyi nafas tambahan menurun
5. SpO2 95-100%

Intervensi Keperawatan:

- Pemantauan respirasi
1. Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
 Monitor pola nafas (seperti bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
2. Terapeutik
Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
Informasikan hasil pemantauanjika perlu
- Terapi oksigen
1. Observasi
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor efektifitas terapi oksigen (seperti oksimetri, Analisa Gas
Darah)
 Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
2. Terapeutik
 Bersihkan secret pada mulut, hidung, dan trakea → Jika perlu
 Gunakan oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas klien
3. Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
DAFTAR PUSTAKA

Burhan, E., Isbaniah, F., Susanto, A. D., & Yoga, T. (2020). Pneumonia Covid-19
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. https://doi.org/10.1331/JAPhA.2015.14093

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Coronavirus Disease (Covid-19) (5th ed.). Kementerian Kesehatan RI.
https://doi.org/10.33654/math.v4i0.299

PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, & IDAI. (2020). Pedoman tatalaksana COVID-
19 Edisi 3 Desember 2020. In Pedoman Tatalaksana COVID-19.
https://www.papdi.or.id/download/983-pedoman-tatalaksana-covid-19-edisi-
3- desember-2020

PPNI. (2019). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.Dewan Pengurus Pusat


Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2019). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta.Dewan Pengurus Pusat


Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.Dewan Pengurus Pusat


Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Sutaryo, Yang, N., Sagoro, L., & Sabrina, D. S. (2020). Buku Praktis Penyakit
Virus Corona 19 (Covid-19). In Psikologi Perkembangan (Issue October
2013).
Gadjah Mada University Press. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tgl / jam MRS : 23/07/2021 Ruang : RIK 2


Tgl. Pengkajian : 26/07/2021 No. Register 21003818
Diagnosa Medis : Coronavirus infection + Dyspneu+Hipertensi+gangguan fungsi liver

A. Identitas Klien
Nama : ny. S Suami / Istri / Orang tua
Umur : 65 tahun : Nama : tn. A
Jenis Kelamin : perempuan Pekerjaan : pensiunan pns
Agama : Islam Alamat : Mojokerto
Suku / Bangsa : jawa
Bahasa : Indonesia dan jawa Penanggung jawab :
Pendidikan : SLTA Nama : ny. U
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Brantas, Jember
Status : kawin Sumber
Alamat : Mojokerto Biaya : gaji

B. Keluhan Utama
sesak nafas

Apakah Pasien Nyeri □ Tidak

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan sesak nafas 2 hari sebelum mrs (23/07/2021), sesak semakin memberat,
batuk tidak berdahak 1 minggu, setelah batuk merasakan sesak bertambah. Pasien mengeluh
pusing, demam dan badan terasa lemas tetapi tidak ada nyeri persendian, tidak ada mual muntah
namun nafsu makan berkurang. Sesak semakin memberat dan pasien mengeluh badan semakin
lemas sehingga keluarga memutuskan untuk membawa kerumah sakit
Upaya yang telah dilakukan :
Keluarga sudah membawa kerumah sakit di mojokerto , namun hanya sampai di igd saja tidak
sampai mrs karena ruangan penuh
Terapi yang telah diberikan : hanya diberikan obat penurun demam paracetamol tablet
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat Alergi : pasien tidak mempunyai alergi
Riwayat Sakit : pasien menderita hipertensi dan terkontrol , rutin memeriksakan hipertensinya
Riwayat Pemakaian Obat : mengkonsumsi obat penurun tekanan darah yaitu amlodipin 10 mg
Lain-lain -
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ny. S tidak ada yg terpapar covid-19, ny. S tinggal berdua dengan suaminya, ada yang
menderita hipertensi yaitu ibunya

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

Genogram :

Laki-laki
Perempuan
Serumah
Pasien

F. Perilaku dan Lingkungan Yang Mempengaruhi Kesehatan


Lingkungan sekitar rumah ny. S jarang tetangga yang menggunakan masker jika keluar rumah
walaupun hanya untuk berbelanja. Masih ada acara arisan baik dari ibu-ibu maupun bapak-bapak.

G. Riwayat Psikososial dan Spiritual


1. Adakah orang yang terdekat dengan pasien : suami
2. Interaksi dalam keluarga?
 Pola Komunikasi :saling mengungkapkan apa yang dirasakan oleh ny. S
dan suami
 Pembuatan keputusan :diputuskan bersama setelah melalui diskusi dan
pertimbangan dari anak-anaknya jika dirasa ny.S dan suami mengalami sedikit
kendala
 Kegiatan kemasyarakatan : arisan dasawisma dan arisan untuk bapak-bapak
3. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : keluarga mengalami kesedihan dan kekhawatiran
akan kondisi ny. S saat ini
4. Masalah yang mempengaruhi pasien? : tidak ada masalah yang mempengaruhi
pasien, hanya pasien sedikit khawatir tentang tekanan darahnya yang agak tinggi
5. Mekanisme koping terhadap stress?
(√) Pemecahan masalah () Minum Obat
() Makan () Cari pertolongan
() Tidur () lain-lain :
6. Persepsi pasien terhadap keluarga
 Hal yang sangat dipikirkan saat ini : memikirkan tentang kondisinya dan suaminya
yang menjaganya
 Harapan setelah menjalani perawatan : dapat kembali sembuh dan beraktifitas
serta berkumpul bersama kembali di tengah-tengah keluarga
 Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : merasakan bahwa sakit membuat
ny.S tidak bisa berkumpul bersama keluarga , suami , anak dan cucu
7. Sistem nilai Kepercayaan?
 Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada nilai-nilai yang
dirasa bertentangan dengan kesehatan
 Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : shalat meskipun ny. S tidak bisa
beraktifitas terlalu banyak, wudhu hanya dengan tayammum

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

H. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi dan metabolism
Skreening Gizi (MST)
1. Adakah penurunan berat badan 6 2. Asupan makan menurun/tidak nafsu
bulan terakhir makan
□ Tidak ada (Skor 0) □ Tidak (Skor 0) □ Ya (Skor 1)
□ Tidak yakin/tahu (Skor 1)
/baju longgar Hasil
□ Ada, berapa Penurunannya □ < 2 = tidak beresiko mal nutrisi
□ 1-5 Kg (Skor 1) □ 11-15 Kg (Skor 3) □ ≥ 2 = beresiko mal nutrisi
□ 6-10 Kg (Skor 2) □ >15 Kg (Skor 4)

Hal Yang Dikaji Sebelum Sakit Di RS/Saat ini


 Frekuensi makan : …x/hari 3-4 x/hari 2 x/hari
 Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi habis ¼ porsi saja
Tidak ada makanan yang Tidak nafsu melihat
 Makanan yang tidak disukai
tidak disukai makanan

 Makanan yang membuat alergi Tidak ada Tidak ada
 Makanan pantangan Makanan yang asin Makanan yang asin dan
berlemak
 Makanan diet Menghindari makanan Diet rendah garam dan
yang asin rendah lemak

Tidak ada Tidak ada


 Penggunaan obat sebelum makanan Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan alat bantu (NGT, dll)
3. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : 8 kali
Jumlah : 1600 cc
Karakteristik : kuning jernih
Alat Bantu : menggunakan dhower chateter

BAB
Frekuensi :
- Sebelum mrs : 1 kali sehari
- Saat mrs : belum bisa bab
Jumlah :
Karakteristik :
- Sebelum mrs: kuning kecoklatan, lunak berbentuk
- Saat mrs : belum bab
4. Pola aktifitas
Aktivity Daily Living (Mandiri, dibantu sebagian, dibantu
total) Makan/minum : dibantu sebagian
Berpakain : dibantu total
Toileting : dibantu total, pasien bedrest
Mobilisasi di tempat tidur : dibantu sebagian
Berpindah : dibantu total, pasien bedrest
Ambulasi : dibantu total, pasien bedrest, sesak jika banyak
bergerak Respon tubuh terhadap aktifitas
Keinginan tubuh untuk bisa mandiri namun karena sesak ny. S tidak dapat melakukan aktifitas
secara mandiri, semua aktifitas selama dirumah sakit dibantu oleh suami
5. Pola istirahat – tidur
Durasi :
- Sebelum mrs : tidur siang 2-3 jam, tidur malam 8-9 jam
Dok Prodi Ners Kep
FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

- Saat mrs : tidur siang 1-2 jam, tidur malam 7-8 jam sering terbangun karena sesak
nafas Gangguan:
- Sebelum mrs : tidak ada gangguan tidur
- Saat mrs : susah tidur karena sesak, sering terbangun saat
tidur Lain-lain
Ny. S mengatakan tidur terganggu karena batuk dan sesak serta cemas akan keadaannya
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Tidak ditemukan gangguan fungsi kognitif pada klien. Klien merasa tenang menghadapi hidup dengan
penyakit yang diderita, klien optimis sembuh dan dapat melakukan aktifitas seperti semula
7. Pola konsep diri
Citra Tubuh : ny. S merasa lemah saat ini karena sakit
Identitas Diri : ny. S mengatakan dia sebagai istri dan nenek dari cucunya
Harga diri : ny. S merasa bahwa sakit yang dideritanya akan segera
sembuh
Ideal Diri : ny. S merasa cemas akan keadaannya saat ini dan sangat ingin sekali bisa segera sembuh
dan berkumpul bersama keluarganya
Peran Diri : ny. S tidak bisa berperan seperti sedia kala karena sedang dirawat dirumah sakit dan tidak
bisa dijenguk oleh keluarganya
8. Pola fungsi seksual – seksualitas
Ny. S sudah menopause sejak usia 58 tahun

I. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum
:
lemah
Kesadaran : compos mentis G C S : 4-5-6
BB sebelum sakit : 98 kg TB : 157 cm
BB saat ini : 98 kg BB ideal: 51,3 kg ( obesitas
) Status gizi : kurang
Tanda– tanda Vital :
TD : 153/86 mmHg Suhu : 36,6 C
N : 72 x/mnt RR : 34
x/mnt SpO2 : 95%

Intake Cairan : 1300 cc Balance Cairan – 300


cc Output Cairan 1600 cc

2. Kepala & Leher


- Kepala tidak ada bejolan, tidak ada lesi, ukuran simetris,tidak ada tanda tanda trauma, kulit
kepala bersih, rambut sedikit beruban, rambut nampak agak berantakan
- Mata : Alis dan bulu mata tidak rontok, konjungtiva agak anemis, skelera tidak icterus,
pergerakan bola mata, penglihatan buram terkadang membutuhkan alat bantu kaca mata, mata
cowong, lingkaran hitam disekitar mata, wajah Nampak gelisah ( mengerutkan alisnya jika saat
bertanya )
- Telinga : Daun telinga agak kotor, fungsi pendengaran baik
- Hidung : Tidak ada tanda defomitas dan deviasi septum nasi, membra mukosa kering, tidak ada
polip, tertutup oleh pemberian oksigen menggunakan nrm 15 lpm,nampak pernafasan cuping
hidung
- Mulut : mukosa bibir kering, bibir tidak ada lesi, tidak ada inflamasi pada gusi serta kondisi
platum, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada pembesaran pada tosil (amandel), tertutup oleh
pemberian oksigen menggunakan nrm 15 lpm
- Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak
ada pembesaran pada kelenjar getah bening, nyeri saat menelan

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

3. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung
- Bentuk dada simetris normal chest, - Ictus cordis tidak nampak
- tidak ada lesi pada dada, terdapat retrakasi - Ictus cordis terdengar di ics 4-5
dada, Nampak penggunaan otot- otot - Tidak ada nyeri tekan
pernafasan - Bunyi jantung s1 s2 normal
- tidak ada nyeri tekan pada dada,
- suara nafas vesikuler+/+,
- terdapat suara nafas tambahan rhonci+/+,
wheezing +/+

4. Abdomen
Bentuk flat, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hepar atau mengeras, bunyi
bising usus 10 x/menit

5. Tulang belakang
Tidak ada kelainan pada tulang belakang

6. Ekstrimitas
Tidak ada
lesi,
Belum bisa beraktifitas secara mandiri karena pasien masih bedrest dan merasakan lemas,
jika ny.S bergerak akan memperberat sesak nafasnya
Kekuatan
otot 555 555
5555 5555

7. Integumen
Tidak ada lesi, hanya sedikit kemerahan di punggung karena bedrest

8. Genetalia dan anus


Terpasang dower catheter, kebersihan kurang

9. Pemeriksaan neurologis
Tidak terjadi hemiplegi dan hemiparese

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH Jember
J. Pemeriksaan Diagnostik
Tgl Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
1 Thorax foto Typical viral pneumonia + cor prominent
(23/07/2021)
2 Thorax foto Typical viral pneumonia jika dibandingkan dengan
(27/07/2021) tgl 23/07/2021 kesan membaik, saat ini cor tak
tampak kelainan
3 PCR SARS POSITIF
COV-2
(23/07/2021)
4 Cek lab LED 100mm/jam, LED 1-20
hematologi Hb 13,7 g/dl, Hb 11,7 – 15,5
(23/07/2021) leukosit 13,41 10³/uL, Leukosit 3,6 – 11,0
neutrophil 77,4%, Neutrophil 50-70
gula darah sewaktu 96 mg/dl Gula darah sewaktu 70-115
5 LFT Bill direct 0,2 mg/dl Bill direct <0,2
(23/07/2021) bill total 0,4 mg/dl, bill total <1,2
SGOT 44 U/L, SGOT <31
SGPT 43 U/L, SGPT <31
alkali phospat 46U/L alkali phospat <105
6 RFT BUN 42,2 mg/dl, BUN 7,94-20,1
(23/07/2021) kreatinin 1,0 mg/dl, kreatinin <0,9
asam urat 9,9 mg/dl asam urat 2,6-6,0
7 BGA pH 7,656 , pH 7,35-7,45
(23/07/2021) pCO2 20,2 mmHg, pCO2 35-45
pO2 116 mmHg, pO2 80-100
BE 2, BE (-2)- (+2)
HCO3 22,6mM, HCO3 22-26
total CO2 23 mM, Total CO2 23-27
SaO2 99% SaO2 95-100
8 D dimer 2079 ng/mL < 500
(23/07/2021)
9 Elektrolit Natrium 143 mmol/L, Natrium 135-145
(23/07/2021) Kalium 4,0 mmol/L, Kalium 3,5 – 5,0
Klorida 102 mmol/L Klorida 90-110
10 Cek lab darah LED 48 mm/jam, LED 1-20
lengkap Hb 12,8 g/dl, Hb 11,7 – 15,5
(27/07/2021) leukosit 11,19 10³/uL, Leukosit 3,6 – 11,0
neutrophil 75,7 %, Neutrophil 50-70
gula darah sewaktu 115 mg/dl Gula darah sewaktu 70-115

K. Terapi
Nama Obat Rute Dosis Efek Samping Nama Obat Rute Dosis Efek Samping
Furosemide 20 iv 1-0-0 Sering kencing Levofloxacin iv 1x750
mg mg
NaCl iv 7 tpm Nace iv 1x2,5 gr
Aminophilin iv 240mg/ Vit c iv 3x400m
24 jam g
Ranitidine iv 2x50mg Santagesik/m iv 1x1 gr
etamizole
Ondancentron iv 3x8 mg Favipiravir po 2x600m
g
Hid 5000 po 1x1 Amlodipine po 0-0-1
10 mg
Methilpredniso iv 3x62,5
lon mg
Jember, 26 Juli 2021
Mahasiswa,

Shela Wulandari
NIM :
2001032031
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Pasien mengatakan sesak nafas Hambatan upaya nafas Pola nafas tidak efektif
DO : (D0005)
- Dyspneu
- Rr 34 x/mnt
- Spo2 95%
- Pernapasan cuping hidung
- Nampak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Bunyi nafas tambahan wheezing
+/+ , rhoncii +/+

2. DS : pasien mengatakan nafsu makan Penurunan nafsu Risiko deficit nutrisi


menurun, nyeri saat menelan (D.0032)
makan
DO :
- Screening gizi (MST) :adanya
penurunan nafsu makan/asupan
makan menurun
- Frekuensi makan menurun
menjadi 2 x/hari
- ¼ porsi makan yang dihabiskan
- Tidak nafsu makan melihat
makanan
- BB 98 kg
- TB 157 cm
- Status gizi kurang

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

DAFTAR DIAGNOSA
KEPERAWATAN SESUAI
PRIORITAS

NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas ditandai
dengan :
Shela
- Kesadaran compos mentis
- Dyspneu
- Rr 34 x/mnt
- Spo2 95%
- Terpasang O2 NRM 15 lpm
- Pernapasan cuping hidung
- Nampak menggunakan otot bantu pernafasan
- Bunyi nafas tambahan wheezing +/+ , rhoncii +/+

2. Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan ditandai


dengan :

- Screening gizi (MST) :adanya penurunan nafsu makan/asupan makan


menurun
- Frekuensi makan menurun menjadi 2 x/hari
- ¼ porsi makan yang dihabiskan
- Tidak nafsu makan melihat makanan
- BB 98 kg
- TB 157 cm
- Status gizi kurang

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
INTERVENSI KEPERAWATAN

TGL DX. KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


26/07/2021 Pola nafas tidak efektif Tujuan : setelah dilakukan tindakan - Pemantauan respirasi (I.01014)
09.00
berhubungan dengan intervensi keperawatan selama 1x24 1. Observasi
hambatan upaya nafas jam maka pola nafas efektif (L.01004) - Mengetahui kondisi pernafasan
 Monitor frekuensi, irama,
pasien
Kriteria hasil : kedalaman dan upaya nafas
 Pola nafas regular  Monitor pola nafas (seperti - Menentukan tindakan selanjutnya
 RR 18-24 x/mnt bradipneu,takipneu,hiperventilasi,
 Spo2 97-100% kussmaul, sheyne-stokes, biot,
 Tidak menggunakan otot bantu ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif - Kemampuan pasien dalam
pernafasan mengeluarkan sputum, jika ada
 Tidak menggunakan pernafasan  Monitor adanya produksi sputum - Sputum menjadi salah satu faktor
menghambat jalan nafas
cuping hidung  Monitor adanya sumbatan jalan - Mengganggu proses keluar masuk
nafas oksigen
 Suara nafas tambahan menurun
- Adanya deformitas atau kelainan
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru pernafasan
- Adanya kelainan atau hambatan
 Auskultasi bunyi nafas nafas
- Observasi kadar oksigen didalam
 Monitor saturasi oksigen
tubuh
 Monitor nilai GDA
 Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan - Memantau secara berkala kondisi
pasien
respirasi sesuai kondisi pasien - Sebagai catatan keperawtan
perkembangan pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur - Agar pasien leih tenang
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika - Mengurangi kecemasan pasien
perlu
- Manajemen jalan nafas (I.01011)
1. Observasi
- Mengetahui kondisi pernafasan
 Monitor pola nafas (frekuensi, pasien
kedalaman, usaha nafas)
 Monitor bunyi nafas tambahan (
gurgling, mengi, wheezing, rhonchi
kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna ,
aroma)
2. Terapeutik
 Posisikan semifowler atau fowler - Meningkatkan ekspansi paru dan
 Berikan minum hangat memberikan ruang yang lebih lebar
untuk pertukaran oksigen
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Memenuhi kebutuhan oksigen ke
 Keluarkan sumbatan jika ada seluruh tubuh secara adekuat
 Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Edukasi
- Memnuhi kebutuhan cairan
 Anjurkan asupan cairan, jika tidak
kontraindikasi
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

 Ajarkan tekhnik batuk efektif - Mengeluarkan dahak dan


manajemen supaya setelah batuk
 Ajarkan tekhnik relaksasi dan nafas tidak merasakan sesak memberat
dalam - Memaksimalkan oksigen yang
masuk dan mengurangi kecemasan
4. Kolaborasi - Melebarkan saluran nafas agar lebih
adekuat dalam pemenuhan
Kolaborasi pemberian bronkodilator, kebutuhan oksigen
ekspektoran, mukolitik

- MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)

1. Observasi
 Identifkasi gangguan fungsi tubuh - Memantau tingkat kemampuan ADL
yang mengakibatkan kelelahan mandi, perlu sebagian bantuan,
 Monitor pola dan jam tidur bantuan total
 Monitor lokasi dan - Untuk mengetahuai keadaan umum
ketidaknyamanan selama dan tanda-tanda vital
melakukan aktivitas - Mengidentifikasi intervensi
selanjutnya
 Monitor adl dan tanda-tanda vital
pasien
2. Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, - Memberikan kenyamanan untuk
suara, kunjungan) meningkatkan istirahat
 Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif - Melatih melakukan aktifitas secara
 Berikan aktivitas distraksi yang bertahap agar dapat dilakukan secara
menyenangkan mandiri
 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

Anjurkan melakukan aktivitas - Memaksimalkan istirahat untuk


secara bertahap mengembalikan energy
 Anjurkan menghubungi perawat - Melatih aktivitas secara bertahap
jika tanda dan gejala kelelahan - Mengetahuai intervensi yang akan
tidak berkurang dilakukan segera
- Memberikan motivasi diri
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi

Medis : pemberian oksigen nrm 15 - Oksigen dapat mensuplai O2


keseluruh tubuh secara adekuat,
lpm, aminophilin 240 mg/24 jam aminophilin bekerja dengan cara
melebarkan saluran pernafasan

26/07/2021 Risiko deficit nutrisi Tujuan : Setelah dilakukan - MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
09.10
berhubungan dengan intervensi keperawatan selama 2
1. Observasi
penurunan nafsu x 24 Jam maka tidak  Identifikasi status nutrisi - Mengetahui status nutrisi
pasien
 Identifikasi alergi dan intoleransi
makan terjadi deficit nutrisi - Mengetahui jenis makanan
makanan yang di toleransi pasien
 Identifikasi makanan yang disukai - Kebutuhan nutrisi sebagai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan dasar pemberian nutrisi
Kriteria hasil :
jenis nutrient
4. Status gizi baik  Identifikasi perlunya penggunaan
5. BB tidak ada penurunan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
6. Nafsu makan membaik  Monitor berat badan
7. Tidak ada nyeri telan  Monitor hasil pemeriksaan
8. Menghabiskan 1 porsi makanan
laboratorium
2. Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
- Kebersihan mulut menambah
makan, jika perlu keinginan untuk makan
 Fasilitasi menentukan pedoman diet - Membuat nafsu makan
(mis. Piramida makanan) bertambah
 Sajikan makanan secara menarik - Memenuhi kebutuhan serat dan
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

dan suhu yang sesuai protein


 Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika
perlu
 Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
3. Edukasi - Memberikan posisi makan
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu yang nyaman
 Ajarkan diet yang diprogramkan - Bertujuan memenuhi
4. Kolaborasi kebutuhan nutrisi
 Kolaborasi pemberian medikasi - Mengurangi mual muntah dan
sebelum makan (mis. Pereda nyeri, merangsang nafsu makan
- Memenuhi kebutuhan nutrisi
antiemetik), jika perlu
pasien
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

IMPLEMENTASI (hari ke-1)

TGL/JAM Dx. NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


26/07/2021 1 1 1. Observasi
09.10
 Melakukan monitor pola nafas (frekuensi,
irama, kedalaman dan upaya nafas, bunyiShela
nafas)
R/ pola nafas dyspnea,RR 34x/mnt, spo2
95%, Rh+/+,wh+/+,pernafasan cuping hidung
(+), menggunakan otot bantu pernafasan (+)
 Melakukan monitor kemampuan batuk efektif
R/ ny. S mampu melakukan batuk efektif
 Melakukan monitor adanya produksi sputum,
sumbatan jalan nafas
R/ batuk kering, tidak ada sumbatan jalan
nafas
 Melakukan monitor saturasi oksigen, nila GDA,
x-ray toraks
R / hasil BGA : pH 7,656 ,pCO2 20,2 mmHg,
pO2 116 mmHg,BE 2,HCO3 22,6mM,total CO2
23 mM, SaO2 99%
2. Terapeutik
 Memberikan posisi semifowler
R/ posisi semifowler
 Mengatur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
R/ setiap 3 jam
 Memberikan minum hangat
R/ ny. S minum air hangat
 Memberikan oksigens esuai kebutuhan
R / O2 NRM 15 lpm
 Mendokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
R / ny. S mengerti
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
R / ny. S dan suami mengerti
 Mengajarkan tekhnik batuk efektif dan
relaksasi dan nafas dalam

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

R / ny. S masih kesulitan melakukan


4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
R / diberikan drip aminophilin

- Manajemen energy

1. Observasi
a. Mengidentifkasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan

R / pernafasan ny. S meningkat, RR 34


x/mnt, spo2 95%

b. Memonitor pola dan jam tidur

R / pola tidur ny. S berubah karena sulit tidur


karena sesak nafas

c. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan


selama melakukan aktivitas

R / jika bergerak sedikit ny. S sesak nafas

d. Memonitor ADL dan tanda-tanda vital

R / adl dibantu , TD : 153/86 mmHg


N : 72 x/mnt
RR : 34 x/mnt
SpO2 : 95%

2. Terapeutik
a. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)

R / ny. S suka dengan ruangan yang agak


gelap

b. Melakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif

R / ny. S masih belum mampu

c. Memberikan aktivitas distraksi yang


menyenangkan

R / mendengarkan suaminya bercerita

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

d. Memberikan fasilitas duduk di sisi tempat


tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

R / ny. S masih belum mampu

3. Edukasi
a. Menganjurkan tirah baring

R / ny. S bedrest

b. Menganjurkan melakukan aktivitas secara


bertahap

R / ny. S masih belum bisa melakukan

c. Menganjurkan menghubungi perawat jika


tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

R / ny. S dan suami mengerti

d. Mengajarkan strategi koping untuk


mengurangi kelelahan

r/ ny. S belum bisa mempraktekkan tekhnik


relaksasi nafas dalam

4. Kolaborasi

Melakukan kolaborasi dengan tim medis


dalam pemberian oksigen nrm 15 lpm dan
drip aminophilin 240 mg/24 jam

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

26/07/2021 2 2 - Manajemen nutrisi (I. 03119)


09.20
1. Observasi Shela
 Mengidentifikasi status nutrisi r/

status nutrisi kurang

 Mengidentifikasi alergi dan intoleransi


makanan

r/ tidak ada alergi, hanya menghindari makan


asin dan berlemak

 Mengidentifikasi makanan yang disukai r/

sedang tidak nafsu makan

 Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis


nutrient

r/ nutrisi rendah garam dan rendah lemak

 Mengidentifikasi perlunya penggunaan


selang nasogastrik

r/ tidak diperlukan, karena pasien masih bisa


makan dan mampu menelan walaupun nyeri
telan

 Memonitor asupan makanan r/

hanya habis ¼ porsi

 Memonitor berat badan r/

BB 98 kg

 Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

r/ Bill direct 0,2 mg/dl


bill total 0,4 mg/dl,
SGOT 44 U/L,
SGPT 43 U/L,
alkali phospat 46U/L

2. Terapeutik
 Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu

R / masih kesulitan karena menggunakan


oksigen nrm 15 lpm

 Memfasilitasi menentukan pedoman diet


(mis. Piramida makanan)

R / usul diet ke nutrisionis

 Menyajikan makanan secara menarik dan

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

suhu yang sesuai

R / menyajikan langsung saat makanan dating


dan membantu mendulang makanan

 Memberikan makan tinggi serat untuk


mencegah konstipasi

R / membantu pasien untuk makan buah

 Memberikan makanan tinggi kalori dan


tinggi protein

R / hanya habis ¼ porsi

 Memberikan suplemen makanan, jika perlu

R / terapi sesuai advis dokter

3. Edukasi
 Menganjurkan posisi duduk, jika mampu

r/ pasien belum mampu

 Mengajarkan diet yang diprogramkan

r/ pasien mengerti

4. Kolaborasi
 Melakukan kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu

R / injeksi ranitidine 50 mg iv dan injeksi


ondancentron 8 mg iv

Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
R / nutrisionis memahami

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

EVALUASI HARI KE -1

TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


KEPERAWATAN
26/07/2021 Pola nafas tidak efektif S : ny. S mengatakan sesak nafas
12.00
berhubungan dengan O:
- Kesadaran compos mentis Shela
hambatan upaya nafas
- Dyspneu
- Rr 34 x/mnt
- Spo2 95%
- Terpasang O2 NRM 15 lpm
- Pernapasan cuping hidung
- Nampak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Bunyi nafas tambahan wheezing +/+ ,
rhoncii +/+
- Aktivitas ADL dibantu

A : Pola nafas tidak efektif belum teratasi


P : lanjutkan intervensi keperawatan

26/07/2021 Risiko deficit nutrisi S : Pasien mengatakan masih nyeri saat


12.00
berhubungan dengan menelan dan kurang nafsu makan
Shela
penurunan nafsu makan O:
- Screening gizi (MST) :adanya
penurunan nafsu makan/asupan makan
menurun
- Frekuensi makan menurun menjadi 2
x/hari
- ¼ porsi makan yang dihabiskan
- Tidak nafsu makan melihat makanan
- BB 98 kg
- TB 157 cm
- Status gizi kurang
A : risiko defisit nutrisi belum teratasi
P: lanjutkan intervensi keperawatan

IMPLEMENTASI HARI KE-2

TGL/JAM Dx. NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


27/07/2021 1 1 1. Observasi
16.00
a. Melakukan monitor pola nafas (frekuensi,
irama, kedalaman dan upaya nafas, bunyi Shela
nafas)
R/ pola nafas dyspnea,RR 33x/mnt, spo2
96%, Rh+/+,wh+/+, pernafasan cuping hidung
(+), menggunakan otot bantu pernafasan (+)

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

b. Melakukan monitor kemampuan batuk efektif


R/ ny. S mampu melakukan batuk efektif
c. Melakukan monitor adanya produksi sputum,
sumbatan jalan nafas
R/ batuk kering, tidak ada sumbatan jalan
nafas
2. Terapeutik
a. Memberikan posisi semifowler dan
menganjurkan miring kanan kiri jika sesak
dirasa memberat
R/ posisi semifowler
b. Mengatur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
R/ setiap 3 jam
c. Memberikan minum hangat
R/ ny. S minum air hangat
d. Memberikan oksigens esuai kebutuhan
R / O2 NRM 15 lpm
e. Mendokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
R / ny. S mengerti
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
R / ny. S dan suami mengerti
c. Mengajarkan tekhnik batuk efektif dan
relaksasi dan nafas dalam
R / ny. S sudah mampu melakukan
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
R / diberikan drip aminophilin

- Manajemen energy

1. Observasi
a. Mengidentifkasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan

R / pernafasan ny. S meningkat, RR 33


x/mnt, spo2 96%

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

b. Memonitor pola dan jam tidur

R / pola tidur ny. S berubah karena sulit tidur


karena sesak nafas

c. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan


selama melakukan aktivitas

R / jika bergerak sedikit ny. S sesak nafas

d. Memonitor ADL dan tanda-tanda vital

- R / adl dibantu , TD : 141/72 mmHg


- Suhu : 36,3 C
- N : 69 x/mnt
- RR : 33 x/mnt
- SpO2 : 96%

2. Terapeutik
a. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)

R / ny. S suka dengan ruangan yang agak


gelap

b. Melakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif

R / ny. S masih belum mampu

c. Memberikan aktivitas distraksi yang


menyenangkan

R / mendengarkan suaminya bercerita

d. Memberikan fasilitas duduk di sisi tempat


tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

R / ny. S masih belum mampu

3. Edukasi
a. Menganjurkan tirah baring

R / ny. S bedrest

b. Menganjurkan melakukan aktivitas secara


bertahap

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

R / ny. S masih belum bisa melakukan

c. Menganjurkan menghubungi perawat jika


tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

R / ny. S dan suami mengerti

d. Mengajarkan strategi koping untuk


mengurangi kelelahan

r/ ny. S belum bisa mempraktekkan tekhnik


relaksasi nafas dalam

4. Kolaborasi

Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam


pemberian oksigen nrm 15 lpm dan drip
aminophilin 240 mg/24 jam

27/07/2021 2 2 - Manajemen nutrisi (I. 03119)


16.30
1. Observasi Shela

 Mengidentifikasi status nutrisi r/

status nutrisi kurang

 Mengidentifikasi alergi dan intoleransi


makanan

r/ tidak ada alergi, hanya menghindari makan


asin dan berlemak

 Mengidentifikasi makanan yang disukai

r/ masih belum ada nafsu makan

 Memonitor asupan makanan r/

hanya habis ¼ porsi

 Memonitor berat badan r/

BB 98 kg

 Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

r/ Bill direct 0,2 mg/dl


bill total 0,4 mg/dl,
SGOT 44 U/L,
SGPT 43 U/L,
alkali phospat 46U/L

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

2. Terapeutik
a. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu

R / masih kesulitan karena menggunakan


oksigen nrm 15 lpm

b. Mefasilitasi menentukan pedoman diet (mis.


Piramida makanan)

R / usul diet ke nutrisionis

c. Menyajikan makanan secara menarik dan


suhu yang sesuai

R / menyajikan langsung saat makanan


datang dan membantu mendulang makanan

d. Memberikan makan tinggi serat untuk


mencegah konstipasi

R / membantu pasien untuk makan buah


pisang yang disediakan dari gizi

e. Memberikan makanan tinggi kalori dan


tinggi protein

R / makan hanya habis ¼ porsi

3. Edukasi
a. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu

r/ pasien sedikit mampu dengan bantuan

b. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit


tapi sering

r/ keluarga mengerti

4. Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu

R / injeksi ranitidine 50 mg iv dan injeksi


ondancentron 8 mg iv

b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
R / pemberian makanan rendah garam dan
rendah lemak

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

EVALUASI HARI KE-2


TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN
27/07/2021 Pola nafas tidak efektif S : ny. S mengatakan masih sesak nafas
19.00
berhubungan dengan O:
- Kesadaran compos mentis Shela
hambatan upaya nafas
- Dyspneu
- Rr 33 x/mnt
- Spo2 96%
- Terpasang O2 NRM 15 lpm
- Pernapasan cuping hidung
- Nampak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Bunyi nafas tambahan wheezing +/+ ,
rhoncii +/+
- Aktivitas ADL dibantu

A : Pola nafas tidak efektif teratasi sebagian


P : lanjutkan intervensi keperawatan

27/07/2021 Risiko deficit nutrisi S : Pasien mengatakan masih nyeri saat


19.00
berhubungan dengan menelan dan kurang nafsu makan
Shela
penurunan nafsu makan O:
- Screening gizi (MST) :adanya
penurunan nafsu makan/asupan makan
menurun
- Frekuensi makan hanya 2 x/hari
- ¼ porsi makan yang dihabiskan
- Tidak nafsu makan melihat makanan
- BB 98 kg
- TB 157 cm
- Status gizi kurang
A : risiko deficit nutrisi teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi keperawatan

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

IMPLEMENTASI HARI KE-3


TGL/JAM Dx. NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
28/07/2021 1 1 1. Observasi
16.15
a. Melakukan monitor pola nafas (frekuensi,
irama, kedalaman dan upaya nafas, bunyi nafas) Shela
R/ pola nafas dyspnea,RR 30x/mnt, spo2
96%, Rh-/-,wh+/+, pernafasan cuping hidung
(+), menggunakan otot bantu pernafasan (+)
b. Melakukan monitor kemampuan batuk efektif
R/ ny. S mampu melakukan batuk efektif
c. Melakukan monitor adanya produksi sputum,
sumbatan jalan nafas
R/ batuk kering, tidak ada sumbatan jalan
nafas
2. Terapeutik
a. Memberikan posisi semifowler dan
menganjurkan miring kanan kiri jika sesak
dirasa memberat.
R/ posisi semifowler, kadang miring kanan
b. Mengatur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
R/ setiap 3 jam
c. Memberikan minum hangat
R/ ny. S minum air hangat
d. Memberikan oksigens esuai kebutuhan
R / O2 NRM 12 lpm
e. Mendokumentasikan hasil pemantauan
2. Edukasi
a. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
R / ny. S mengerti
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
R / ny. S dan suami mengerti
c. Mengajarkan tekhnik batuk efektif dan
relaksasi dan nafas dalam
R / ny. S sudah mampu melakukan
3. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
R / diberikan drip aminophilin

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

- Manajemen energy
1) Observasi

a. Mengidentifkasi gangguan fungsi tubuh yang


mengakibatkan kelelahan

R / pernafasan ny. S meningkat, RR 33


x/mnt, spo2 96%

b. Memonitor pola dan jam tidur

R / pola tidur ny. S berubah karena sulit tidur


karena sesak nafas

c. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan


selama melakukan aktivitas

R / jika bergerak sedikit ny. S sesak nafas

d. Memonitor ADL dan tanda-tanda vital

R / adl dibantu , TD : 155/98 mmHg


Suhu : 36,4 C
N : 73 x/mnt
RR : 30 x/mnt
SpO2 : 96%

2. Terapeutik
a. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)

R / ny. S suka dengan ruangan yang agak


gelap

b. Melakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif

R / ny. S masih belum mampu

c. Memberikan aktivitas distraksi yang


menyenangkan

R / mendengarkan suaminya bercerita

d. Memberikan fasilitas duduk di sisi tempat


tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

R / ny. S masih belum mampu

3. Edukasi
a. Menganjurkan tirah baring

R / ny. S bedrest

b. Menganjurkan melakukan aktivitas secara


bertahap

R / ny. S masih belum bisa melakukan

c. Menganjurkan menghubungi perawat jika


tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

R / ny. S dan suami mengerti

d. Mengajarkan strategi koping untuk


mengurangi kelelahan

r/ ny. S belum bisa mempraktekkan tekhnik


relaksasi nafas dalam

4. Kolaborasi

Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam


pemberian oksigen nrm 15 lpm dan drip aminophilin
240 mg/24 jam

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

28/07/2021 2 2 - Manajemen nutrisi (I. 03119)


17.00
1. Observasi Shela

 Mengidentifikasi status nutrisi r/

status nutrisi kurang

 Mengidentifikasi makanan yang disukai

r/ masih belum ada nafsu makan, hanya


makan buah

 Memonitor asupan makanan r/

hanya habis ¼ porsi

 Memonitor berat badan r/

BB 98 kg

 Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

r/ Bill direct 0,2 mg/dl


bill total 0,4 mg/dl,
SGOT 44 U/L,
SGPT 43 U/L,
alkali phospat 46U/L

2. Terapeutik
a. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu

R / bisa melakukan hanya berkumur saja dan


tidak terlalu lama melepas oksigen yang
terpasang

b. Menyajikan makanan secara menarik dan


suhu yang sesuai

R / menyajikan langsung saat makanan


datang dan membantu mendulang makanan
sedikit demi sedikit

c. Memberikan makan tinggi serat untuk


mencegah konstipasi

R / membantu pasien untuk makan buah


pisang yang disediakan dari gizi

d. Memberikan makanan tinggi kalori dan


tinggi protein

R / makan hanya habis ¼ porsi

3. Edukasi
a. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

r/ pasien mampu dengan bantuan

b. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit


tapi sering dan dalam keadaan hangat

r/ keluarga mengerti

4. Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu

R / injeksi ranitidine 50 mg iv dan injeksi


ondancentron 8 mg iv

b. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
R / pemberian makanan rendah garam dan
rendah lemak

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

EVALUASI HARI KE-3


TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN
28/07/2021 Pola nafas tidak efektif S : ny. S mengatakan masih sesak nafas
19.15
berhubungan dengan O:
- Kesadaran compos mentis Shela
hambatan upaya nafas
- Dyspneu
- Rr 30 x/mnt
- Spo2 96%
- Terpasang O2 NRM 12 lpm
- Pernapasan cuping hidung
- Nampak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Bunyi nafas tambahan wheezing +/+ ,
rhoncii -/-

A : Pola nafas tidak efektif teratasi sebagian


P : lanjutkan intervensi keperawatan

28/07/2021 Risiko deficit nutrisi S : Pasien mengatakan masih nyeri saat


19.15
berhubungan dengan menelan dan kurang nafsu makan
Shela
penurunan nafsu makan O:
- Screening gizi (MST) :adanya
penurunan nafsu makan/asupan makan
menurun
- Frekuensi makan hanya 2 x/hari
- ¼ porsi makan yang dihabiskan
- Menghabiskan buah yang disajikan
- Tidak nafsu makan melihat makanan
- BB 98 kg
- TB 157 cm
- Status gizi kurang
A : risiko deficit nutrisi teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi keperawatan

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

Jember, 28 Juli,20.21
Mahasiswa,

Shela Wulandari
NIM.
2001032031

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

FORMAT PENGKAJIAN RESUME KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tgl / jam MRS : 23/07/2021 Ruang : RIK 2


Tgl. Pengkajian : 26/07/2021 No. Register 21003818
Diagnosa Medis : Coronavirus infection + Dyspneu+Hipertensi+gangguan fungsi liver

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : ny. S Suami / Istri / Orang tua :
Tanggal lahir : 08/12/1955 Nama : tn. A
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan :pensiunan pns
Agama : Islam Alamat :mojokerto
Suku / Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia dan Jawa Penanggung jawab : Pendidikan
: SLTA Nama :ny. U
Pekerjaan : ibu rumah tangga Alamat : Brantas, Jember
Status : kawin
Alamat : mojokerto

B. KELUHAN UTAMA
Sesak nafas
C. RIWAYAT PENYAKIT
Pasien mengatakan sesak nafas 2 hari sebelum mrs (23/07/2021), sesak semakin memberat,
batuk tidak berdahak 1 minggu, setelah batuk merasakan sesak bertambah. Pasien mengeluh
pusing, demam dan badan terasa lemas tetapi tidak ada nyeri persendian, tidak ada mual muntah
namun nafsu makan berkurang. Sesak semakin memberat dan pasien mengeluh badan semakin
lemas sehingga keluarga memutuskan untuk membawa kerumah sakit
Upaya yang telah dilakukan :
Keluarga sudah membawa kerumah sakit di mojokerto , namun hanya sampai di igd saja
tidak sampai mrs karena ruangan penuh

D. PENGKAJIAN
1. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
Pasien mengatakan sesak nafas
DATA OBJEKTIF
- Kesadaran compos mentis
- Dyspneu
- Rr 34 x/mnt
- Spo2 95%
- Terpasang O2 NRM 15 lpm
- Pernapasan cuping hidung
- Nampak menggunakan otot bantu pernafasan
- Bunyi nafas tambahan wheezing +/+ , rhoncii +/+

E. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
TGL DX. KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
26/07/2021 Pola nafas tidak efektif Tujuan : setelah dilakukan tindakan - Pemantauan respirasi (I.01014) - Mengetahui kondisi pernafasan
pasien
berhubungan dengan intervensi keperawatan selama 1x24 1. Observasi
hambatan upaya nafas jam maka pola nafas efektif (L.01004)  Monitor frekuensi, irama,
- Menentukan tindakan selanjutnya
Kriteria hasil : kedalaman dan upaya nafas
 Pola nafas regular  Monitor pola nafas (seperti
 RR 18-24 x/mnt bradipneu,takipneu,hiperventilasi,
 Spo2 97-100% kussmaul, sheyne-stokes, biot,
- Kemampuan pasien dalam
 Tidak menggunakan otot bantu ataksik)
mengeluarkan sputum, jika ada
pernafasan  Monitor kemampuan batuk efektif - Sputum menjadi salah satu faktor
menghambat jalan nafas
 Tidak menggunakan pernafasan  Monitor adanya produksi sputum - Mengganggu proses keluar
cuping hidung  Monitor adanya sumbatan jalan masuk oksigen
- Adanya deformitas atau kelainan
 Suara nafas tambahan menurun nafas pernafasan
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru - Adanya kelainan atau hambatan
nafas
 Auskultasi bunyi nafas - Observasi kadar oksigen didalam
 Monitor saturasi oksigen tubuh

 Monitor nilai GDA


 Monitor hasil x-ray toraks
5. Terapeutik
- Memantau secara berkala kondisi
 Atur interval waktu pemantauan
pasien
respirasi sesuai kondisi pasien - Sebagai catatan keperawtan
perkembangan pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
FOKEP MEDIKAL BEDAH
RM
6. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
- Agar pasien leih tenang
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
- Mengurangi kecemasan pasien
perlu
- Manajemen jalan nafas (I.01011)
7. Observasi
 Monitor pola nafas (frekuensi,
- Mengetahui kondisi pernafasan
kedalaman, usaha nafas) pasien
 Monitor bunyi nafas tambahan (
gurgling, mengi, wheezing, rhonchi
kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna ,
aroma)
8. Terapeutik
 Posisikan semifowler atau fowler
- Meningkatkan ekspansi paru dan
 Berikan minum hangat memberikan ruang yang lebih
lebar untuk pertukaran oksigen
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Keluarkan sumbatan jika ada - Memenuhi kebutuhan oksigen ke
seluruh tubuh secara adekuat
 Berikan oksigen sesuai kebutuhan
9. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 - Memenuhi kebutuhan cairan
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
FOKEP MEDIKAL BEDAH
RM
 Ajarkan tekhnik batuk efektif
- Mengeluarkan dahak dan
 Ajarkan tekhnik relaksasi dan nafas
manajemen supaya setelah batuk
dalam tidak merasakan sesak memberat
- Memaksimalkan oksigen yang
10. Kolaborasi
masuk dan mengurangi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, kecemasan
- Melebarkan saluran nafas agar
ekspektoran, mukolitik
lebih adekuat dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

G. IMPLEMENTASI
TGL/JAM Dx. NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
26/07/2021 1 1 1. Observasi
09.00
 Melakukan monitor pola nafas (frekuensi,
irama, kedalaman dan upaya nafas, bunyiShela
nafas)
R/ pola nafas dyspnea,RR 34x/mnt, spo2
95%, Rh+/+,wh+/+,pernafasan cuping hidung
(+), menggunakan otot bantu pernafasan (+)
 Melakukan monitor kemampuan batuk efektif
R/ ny. S mampu melakukan batuk efektif
 Melakukan monitor adanya produksi sputum,
sumbatan jalan nafas
R/ batuk kering, tidak ada sumbatan jalan
nafas
 Melakukan monitor saturasi oksigen, nila GDA,
x-ray toraks
R / hasil BGA : pH 7,656 ,pCO2 20,2 mmHg,
pO2 116 mmHg,BE 2,HCO3 22,6mM,total CO2
23 mM, SaO2 99%
2. Terapeutik
 Memberikan posisi semifowler
R/ posisi semifowler
 Mengatur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
R/ setiap 3 jam
 Memberikan minum hangat
R/ ny. S minum air hangat
 Memberikan oksigens esuai kebutuhan
R / O2 NRM 15 lpm
 Mendokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
R / ny. S mengerti
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
R / ny. S dan suami mengerti

Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

 Mengajarkan tekhnik batuk efektif dan


relaksasi dan nafas dalam
R / ny. S masih kesulitan melakukan
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
R / diberikan drip aminophilin

H. EVALUASI
TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN
26/07/2021 Pola nafas tidak efektif S : ny. S mengatakan sesak nafas
berhubungan dengan O:
- Kesadaran compos mentis Shela
hambatan upaya nafas
- Dyspneu
- Rr 34 x/mnt
- Spo2 95%
- Terpasang O2 NRM 15 lpm
- Pernapasan cuping hidung
- Nampak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Bunyi nafas tambahan wheezing +/+ ,
rhoncii +/+

A : Pola nafas tidak efektif belum teratasi


P : lanjutkan intervensi keperawatan

Jember, 28 Juli 2021


Mengetahui
Pembimbing Klinik Mahasiswa

( Suparman,S.Kep.,Ners)
NIP : 197505153007011016 ( Shela Wulandari)

Prodi Ners
Unmuh Jember

Anda mungkin juga menyukai