NAMA : SHELA
WULANDARI NIM2001032031
Oleh
Nama : Shela Wulandari
Nim : 2001032031
Shela Wulandari
(2001032031)
( Suparman,S.Kep.,Ners)
NIP : 197505153007011016
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH COVID - 19
A. Pengertian
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk
dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
B. Etiologi
menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan
bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang
dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus
Efektif dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter,
etanol 75%, ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam
RI, 2020).
C. Penularan
Virus Corona hidup dan sangat menular melalui droplet yang keluar
melalui mulut dan hidung orang yang terinfeksi. Virus Corona dapat bertahan
hidup di udara bebas selama tiga jam dan dapat hidup lebih lama jika
langsung. . Virus Corona dapat bertahan hidup paling lama pada permukaan
jam; permukaan kertas atau kardus selama 24 jam; dan permukaan berbahan
(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet
merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet
terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan
konjungtiva mata. Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan
yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu,
orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau
benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi misalnya, stetoskop atau
D. Patofisiologi
kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu
virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang
menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host
(SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS). Namun pada kasus
SARS, saat itu host intermediet (masked palm civet atau luwak) justru
sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda (horseshoe bars) sebagai
Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia
ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral.
Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih tua, dengan
gejala klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti
SARS atau MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa.
Infeksi Coronavirus biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal
tersebut terkait dengan faktor iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi
jenis baru dapat terjadi pada pasien immunocompromis dan populasi normal,
bergantung paparan jumlah virus. Jika kita terpapar virus dalam jumlah besar
dalam satu waktu, dapat menimbulkan penyakit walaupun sistem imun tubuh
berfungsi normal. Orang-orang dengan sistem imun lemah seperti orang tua,
wanita hamil, dan kondisi lainnya, penyakit dapat secara progresif lebih cepat
yang lemah terhadap virus ini lagi sehingga dapat terjadi re-infeksi.
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak
Pertama penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S
dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,
sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit
usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk
dan rilis virus. Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas
hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut
terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh
virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (Burhan et al., 2020).
diikuti dengan respons sistem imun bawaan dan spesifik. Faktor virus dan
sistem imun berperan penting dalam patogenesis. Pada tahap pertama terjadi
pneumosit tipe 2. Pada rontgen toraks diawal tahap infeksi terlihat infiltrat
sehingga terjadi perubahan infiltrat atau konsolidasi luas di paru. Infeksi tidak
sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga urin dan cairan tubuh
seperti IL1B, IL6, IL12, IFNγ, IP10, dan MCP1 dikaitkan dengan inflamasi di
paru dan kerusakan luas di jaringan paru-paru pada pasien dengan SARS.
sitokin proinflamasi seperti IFNγ, TNFα, IL15, dan IL17 (Burhan et al.,
2020).
Patofisiologi dari tingginya patogenitas yang tidak biasa dari SARS-CoV
atau MERS-CoV sampai saat ini belum sepenuhnya dipahami. Evolusi group
utama dari SARS-CoV-2 mungkin juga kelelawar. Coronavirus tipe baru ini
transmisi yang sangat kuat dan sangat infeksius. Satu pasien menginfeksi
lebih dari 3 orang dianggap super-spreader, jika lebih dari 10 lebih tepat lagi
ditemukan nilai tinggi dari IL1β, IFNγ, IP10, dan MCP1, dan kemungkinan
ditemukan konsentrasi lebih tinggi dari GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan
dengan tingkat keparahan penyakit. Selain itu, pada infeksi SARS-CoV2 juga
yang berperan dalam menekan inflamasi yang berbeda dengan infeksi SARS-
adanya indikasi infeksi pertama manusia pada November 2019 diikuti dengan
yang ringan dan demam. Rerata waktu inkubasi Virus Corona adalah 5
hingga 6 hari, dengan catatan periode inkubasi bisa berbeda pada tiap
individu dengan rentang satu hingga 14 hari dari infeksi. Gejala yang paling
umum ditemukan adalah demam dan batuk tidak berdahak. Hampir 90%
kasus menunjukkan gejala demam dan 67% menunjukkan gejala batuk tidak
berdahak. Dari seluruh gejala, hanya 18.6% pasien yang melaporkan adanya
gejala kesulitan bernapas (dyspnea). Banyak dari gejala yang dilaporkan oleh
pasien COVID-19 hampir serupa dengan gejala flu. Namun, pasien COVID-
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan
kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue,
mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain.
Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis
metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi
dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan,
baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut
sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi (Burhan et al., 2020) :
Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama
tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok,
kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan
bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises
presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada
beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun
tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak
berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai
c. Pneumonia berat
curiga infeksi saluran napas. Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi
napas: > 30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien
(PaO₂) dibagi fraksi oksigen inspirasi (FIO₂) kurang dari< 300 mmHg..
toraks, CT Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat
atau kolaps paru atau nodul. Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat
penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak ada faktor risiko. Penting
dilakukan analisis gas darah untuk melihat tekanan oksigen darah dalam
e. Sepsis
suspek infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ.
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan
kesadaran dihitung dengan Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin
f. Syok septik
65 mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L. Definisi syok septik pada anak
yaitu hipotensi dengan tekanan sistolik < persentil 5 atau >2 SD dibawah
rata rata tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2-3
F. Penatalaksanaan Medis
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk
simptomatis dan suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu
yang masih diteliti melalui uji klinis (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
asupan makan dan minum kurang dapat diberikan infus, jika ada infeksi oleh
bakteri lain dapat diberikan antibiotik. Saat ini, belum ada obat yang dapat
membunuh Virus Corona dan belum ada vaksinnya. Untuk individu yang
memiliki gejala ringan, atau tanpa gejala, tinggal di daerah yang terdapat
transmisi lokal, atau memiliki kontak dengan pasien yang positif COVID-19
seimbang, minum air, dan istirahat yang cukup. Selain itu, obat untuk demam
yang dianjurkan adalah parasetamol. Obat yang dilarang adalah obat untuk
yang memiliki gejala yang lebih berat seperti mengalami keluhan sulit
bernapas atau sesak akan dirawat di ruang isolasi di rumah sakit dengan
cairan oleh tenaga kesehatan. Jika ditemukan penyakit penyerta lainnya, maka
penyakit penyerta akan ditangani juga. Penyakit penyerta misalnya asma,
diabetes, hipertensi, sakit jantung, sakit liver, sakit ginjal, stroke, dan lain-
lain. Ada dua obat yang diteliti dari sekian banyak obat, yaitu Klorokuin dan
tubuh) yang mampu menekan proses peradangan. Pemberian obat ini di awal-
aktivitas mencegah virus ini untuk masuk ke dalam sel dan mengganggu
virus berkembang biak. Penggunaan obat ini harus disertai dengan resep
kasus flu babi (H1N1) dan Ebola. Favipiravir dicoba digunakan untuk
pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain. Berdasarkan penelitian
manfaat dan kemungkinan bahaya. Pada studi lain terkait dengan influenza,
sebaiknya dihindari, jika tidak diindikasikan oleh alasan lain (Burhan et al.,
2020).
Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada COVID-
19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti
dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan
ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada infeksi COVID-
19. Tatalaksana yang belum teruji / terlisensi hanya boleh diberikan dalam
situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik atau melalui Monitored
pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk mencegah
Angiotensin II
receptor blockers
Thrombosis
Diffuse endothelial Penebalan dinding Kegagalan pernafasan
mikrovaskular
inflammation alveolar, edema
ditingkatkan
Pulmonary inflamation interstisial
SARS-CoV- Alveolus pneumocytes
Angiotensin II Hipertermi
-peningkatan platelet receptor blockers
Risiko syok
Ledakan protein serum
Suplai darah Sepsis
ke seluruh Viskositas darah
tubuh meningkat
menurun
-peningkatan akumulasi
Thrombosis Peningkatan produksi
dan aktivitas sel
mikrovaskular sel inflamasi
monocyt Membran hyaline
Penurunan ditingkatkan
suplai
oksigen
ansietas
Gagal jantung, stroke, Kegagalan pernafasan
gagal ginjal Diffuse endothelial Penebalan dinding
Sesak nafas
inflammation alveolar, edema
Pulmonary inflamation interstisial
Gangguan pertukaran Pola nafas tidak
Intoleransi aktifitas gas efektif
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA COVID-19
A. Pengkajian
Pada pasien yang dicuragi COVID-19 (memiliki 3 gejala utama demam,
batuk dan sesak) perlu dilakukan pengkajian:
pernapasan
simetris statis dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah
4. Pemeriksaan diagnostic
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien
yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah
metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti
pemeriksaan RTPCR (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Saluran napas
atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan orofaring). Saluran napas
bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal
tube dapat berupa aspirat endotrakeal). Untuk pemeriksaan RT-PCR
SARS-CoV-2, (sequencing bila tersedia). Ketika melakukan pengambilan
spesimen gunakan APD yang tepat. Ketika mengambil sampel dari saluran
napas atas gunakan swab viral (Dacron steril atau rayon bukan kapas) dan
media transport virus. Jangan sampel dari tonsil atau hidung. Pada pasien
dengan curiga infeksi COVID-19 terutama pneumonia atau sakit berat,
sampel tunggal saluran napas atas tidak cukup untuk eksklusi diagnosis
dan tambahan saluran napas atas dan bawah direkomendasikan. Klinisi
dapat hanya mengambil sampel saluran napas bawah jika langsung
tersedia seperti pasien dengan intubasi. Jangan menginduksi sputum
karena meningkatkan risiko transmisi aerosol. Kedua sampel (saluran
napas atas dan bawah) dapat diperiksakan jenis patogen lain. Bila tidak
terdapat RT-PCR dilakukan pemeriksaan serologi. Pada kasus
terkonfirmasi infeksi COVID-19, ulangi pengambilan sampel dari saluran
napas atas dan bawah untuk petunjuk klirens dari virus. Frekuensi
pemeriksaan 2- 4 hari sampai 2 kali hasil negatif dari kedua sampel serta
secara klinis perbaikan, setidaknya 24 jam. Jika sampel diperlukan untuk
keperluan pencegahan infeksi dan transmisi, specimen dapat diambil
sesering mungkin yaitu harian (Burhan et al., 2020)
B. Diagnose Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas, proses inflamasi
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilitas
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus kapiler
6. Resiko syok berhubungan dengan hipoksia, sepsis, sindrom respon
inflamasi sistemik
7. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
C. Intervensi Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama 1x24
jam maka pola nafas efektif (L.01004)
Kriteria hasil :
Pola nafas regular
Frekuensi nafas membaik
RR 18-24 x/mnt
Spo2 97-100%
Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Tidak menggunakan pernafasan cuping hidung
Suara nafas tambahan menurun
Intervensi keperawatan :
- Pemantauan respirasi (I.01014)
1. Observasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
Monitor pola nafas (seperti bradipneu,takipneu,hiperventilasi,
kussmaul, sheyne-stokes, biot, ataksik)
Monitor kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi nafas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai GDA
Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauab, jika perlu
- Manajemen jalan nafas (I.01011)
1. Observasi
Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Monitor bunyi nafas tambahan ( gurgling, mengi, wheezing,
rhonchi kering)
Monitor sputum (jumlah, warna , aroma)
2. Terapeutik
Posisikan semifowler atau fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Keluarkan sumbatan jika ada
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Ajarkan tekhnik batuk efektif
Ajarkan tekhnik relaksasi dan nafas dalam
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas, proses inflamasi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 Jam
maka bersihan jalan nafas meningkat.
Kriteria hasil:
Intervensi keperawatan :
Kriteria hasil :
1. Verbalisasi kebingungan menurun
2. Verballisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
3. Perilaku gelisah menurun
4. Perilaku tegang
menurun Intervensi
Keperawatan :
1. Observasi
Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
2. Terapeutik
a. Pahami situasi yang membuat ansietas
b. Dengarkan dengan penuh perhatian
c. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
d. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
3. Edukasi
a. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
b. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
c. Latih Teknik relaksasi
Intervensi Keperawatan:
- Pemantauan respirasi
1. Observasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
Monitor pola nafas (seperti bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
2. Terapeutik
Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
Informasikan hasil pemantauanjika perlu
- Terapi oksigen
1. Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor efektifitas terapi oksigen (seperti oksimetri, Analisa Gas
Darah)
Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
2. Terapeutik
Bersihkan secret pada mulut, hidung, dan trakea → Jika perlu
Gunakan oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas klien
3. Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
DAFTAR PUSTAKA
Burhan, E., Isbaniah, F., Susanto, A. D., & Yoga, T. (2020). Pneumonia Covid-19
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. https://doi.org/10.1331/JAPhA.2015.14093
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, & IDAI. (2020). Pedoman tatalaksana COVID-
19 Edisi 3 Desember 2020. In Pedoman Tatalaksana COVID-19.
https://www.papdi.or.id/download/983-pedoman-tatalaksana-covid-19-edisi-
3- desember-2020
Sutaryo, Yang, N., Sagoro, L., & Sabrina, D. S. (2020). Buku Praktis Penyakit
Virus Corona 19 (Covid-19). In Psikologi Perkembangan (Issue October
2013).
Gadjah Mada University Press. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
A. Identitas Klien
Nama : ny. S Suami / Istri / Orang tua
Umur : 65 tahun : Nama : tn. A
Jenis Kelamin : perempuan Pekerjaan : pensiunan pns
Agama : Islam Alamat : Mojokerto
Suku / Bangsa : jawa
Bahasa : Indonesia dan jawa Penanggung jawab :
Pendidikan : SLTA Nama : ny. U
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Brantas, Jember
Status : kawin Sumber
Alamat : Mojokerto Biaya : gaji
B. Keluhan Utama
sesak nafas
Genogram :
Laki-laki
Perempuan
Serumah
Pasien
H. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi dan metabolism
Skreening Gizi (MST)
1. Adakah penurunan berat badan 6 2. Asupan makan menurun/tidak nafsu
bulan terakhir makan
□ Tidak ada (Skor 0) □ Tidak (Skor 0) □ Ya (Skor 1)
□ Tidak yakin/tahu (Skor 1)
/baju longgar Hasil
□ Ada, berapa Penurunannya □ < 2 = tidak beresiko mal nutrisi
□ 1-5 Kg (Skor 1) □ 11-15 Kg (Skor 3) □ ≥ 2 = beresiko mal nutrisi
□ 6-10 Kg (Skor 2) □ >15 Kg (Skor 4)
BAB
Frekuensi :
- Sebelum mrs : 1 kali sehari
- Saat mrs : belum bisa bab
Jumlah :
Karakteristik :
- Sebelum mrs: kuning kecoklatan, lunak berbentuk
- Saat mrs : belum bab
4. Pola aktifitas
Aktivity Daily Living (Mandiri, dibantu sebagian, dibantu
total) Makan/minum : dibantu sebagian
Berpakain : dibantu total
Toileting : dibantu total, pasien bedrest
Mobilisasi di tempat tidur : dibantu sebagian
Berpindah : dibantu total, pasien bedrest
Ambulasi : dibantu total, pasien bedrest, sesak jika banyak
bergerak Respon tubuh terhadap aktifitas
Keinginan tubuh untuk bisa mandiri namun karena sesak ny. S tidak dapat melakukan aktifitas
secara mandiri, semua aktifitas selama dirumah sakit dibantu oleh suami
5. Pola istirahat – tidur
Durasi :
- Sebelum mrs : tidur siang 2-3 jam, tidur malam 8-9 jam
Dok Prodi Ners Kep
FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
- Saat mrs : tidur siang 1-2 jam, tidur malam 7-8 jam sering terbangun karena sesak
nafas Gangguan:
- Sebelum mrs : tidak ada gangguan tidur
- Saat mrs : susah tidur karena sesak, sering terbangun saat
tidur Lain-lain
Ny. S mengatakan tidur terganggu karena batuk dan sesak serta cemas akan keadaannya
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Tidak ditemukan gangguan fungsi kognitif pada klien. Klien merasa tenang menghadapi hidup dengan
penyakit yang diderita, klien optimis sembuh dan dapat melakukan aktifitas seperti semula
7. Pola konsep diri
Citra Tubuh : ny. S merasa lemah saat ini karena sakit
Identitas Diri : ny. S mengatakan dia sebagai istri dan nenek dari cucunya
Harga diri : ny. S merasa bahwa sakit yang dideritanya akan segera
sembuh
Ideal Diri : ny. S merasa cemas akan keadaannya saat ini dan sangat ingin sekali bisa segera sembuh
dan berkumpul bersama keluarganya
Peran Diri : ny. S tidak bisa berperan seperti sedia kala karena sedang dirawat dirumah sakit dan tidak
bisa dijenguk oleh keluarganya
8. Pola fungsi seksual – seksualitas
Ny. S sudah menopause sejak usia 58 tahun
I. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum
:
lemah
Kesadaran : compos mentis G C S : 4-5-6
BB sebelum sakit : 98 kg TB : 157 cm
BB saat ini : 98 kg BB ideal: 51,3 kg ( obesitas
) Status gizi : kurang
Tanda– tanda Vital :
TD : 153/86 mmHg Suhu : 36,6 C
N : 72 x/mnt RR : 34
x/mnt SpO2 : 95%
3. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung
- Bentuk dada simetris normal chest, - Ictus cordis tidak nampak
- tidak ada lesi pada dada, terdapat retrakasi - Ictus cordis terdengar di ics 4-5
dada, Nampak penggunaan otot- otot - Tidak ada nyeri tekan
pernafasan - Bunyi jantung s1 s2 normal
- tidak ada nyeri tekan pada dada,
- suara nafas vesikuler+/+,
- terdapat suara nafas tambahan rhonci+/+,
wheezing +/+
4. Abdomen
Bentuk flat, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hepar atau mengeras, bunyi
bising usus 10 x/menit
5. Tulang belakang
Tidak ada kelainan pada tulang belakang
6. Ekstrimitas
Tidak ada
lesi,
Belum bisa beraktifitas secara mandiri karena pasien masih bedrest dan merasakan lemas,
jika ny.S bergerak akan memperberat sesak nafasnya
Kekuatan
otot 555 555
5555 5555
7. Integumen
Tidak ada lesi, hanya sedikit kemerahan di punggung karena bedrest
9. Pemeriksaan neurologis
Tidak terjadi hemiplegi dan hemiparese
K. Terapi
Nama Obat Rute Dosis Efek Samping Nama Obat Rute Dosis Efek Samping
Furosemide 20 iv 1-0-0 Sering kencing Levofloxacin iv 1x750
mg mg
NaCl iv 7 tpm Nace iv 1x2,5 gr
Aminophilin iv 240mg/ Vit c iv 3x400m
24 jam g
Ranitidine iv 2x50mg Santagesik/m iv 1x1 gr
etamizole
Ondancentron iv 3x8 mg Favipiravir po 2x600m
g
Hid 5000 po 1x1 Amlodipine po 0-0-1
10 mg
Methilpredniso iv 3x62,5
lon mg
Jember, 26 Juli 2021
Mahasiswa,
Shela Wulandari
NIM :
2001032031
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
ANALISA DATA
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
DAFTAR DIAGNOSA
KEPERAWATAN SESUAI
PRIORITAS
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas ditandai
dengan :
Shela
- Kesadaran compos mentis
- Dyspneu
- Rr 34 x/mnt
- Spo2 95%
- Terpasang O2 NRM 15 lpm
- Pernapasan cuping hidung
- Nampak menggunakan otot bantu pernafasan
- Bunyi nafas tambahan wheezing +/+ , rhoncii +/+
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur - Agar pasien leih tenang
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika - Mengurangi kecemasan pasien
perlu
- Manajemen jalan nafas (I.01011)
1. Observasi
- Mengetahui kondisi pernafasan
Monitor pola nafas (frekuensi, pasien
kedalaman, usaha nafas)
Monitor bunyi nafas tambahan (
gurgling, mengi, wheezing, rhonchi
kering)
Monitor sputum (jumlah, warna ,
aroma)
2. Terapeutik
Posisikan semifowler atau fowler - Meningkatkan ekspansi paru dan
Berikan minum hangat memberikan ruang yang lebih lebar
untuk pertukaran oksigen
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Memenuhi kebutuhan oksigen ke
Keluarkan sumbatan jika ada seluruh tubuh secara adekuat
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Edukasi
- Memnuhi kebutuhan cairan
Anjurkan asupan cairan, jika tidak
kontraindikasi
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
1. Observasi
Identifkasi gangguan fungsi tubuh - Memantau tingkat kemampuan ADL
yang mengakibatkan kelelahan mandi, perlu sebagian bantuan,
Monitor pola dan jam tidur bantuan total
Monitor lokasi dan - Untuk mengetahuai keadaan umum
ketidaknyamanan selama dan tanda-tanda vital
melakukan aktivitas - Mengidentifikasi intervensi
selanjutnya
Monitor adl dan tanda-tanda vital
pasien
2. Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, - Memberikan kenyamanan untuk
suara, kunjungan) meningkatkan istirahat
Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif - Melatih melakukan aktifitas secara
Berikan aktivitas distraksi yang bertahap agar dapat dilakukan secara
menyenangkan mandiri
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
26/07/2021 Risiko deficit nutrisi Tujuan : Setelah dilakukan - MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
09.10
berhubungan dengan intervensi keperawatan selama 2
1. Observasi
penurunan nafsu x 24 Jam maka tidak Identifikasi status nutrisi - Mengetahui status nutrisi
pasien
Identifikasi alergi dan intoleransi
makan terjadi deficit nutrisi - Mengetahui jenis makanan
makanan yang di toleransi pasien
Identifikasi makanan yang disukai - Kebutuhan nutrisi sebagai
Identifikasi kebutuhan kalori dan dasar pemberian nutrisi
Kriteria hasil :
jenis nutrient
4. Status gizi baik Identifikasi perlunya penggunaan
5. BB tidak ada penurunan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
6. Nafsu makan membaik Monitor berat badan
7. Tidak ada nyeri telan Monitor hasil pemeriksaan
8. Menghabiskan 1 porsi makanan
laboratorium
2. Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum
- Kebersihan mulut menambah
makan, jika perlu keinginan untuk makan
Fasilitasi menentukan pedoman diet - Membuat nafsu makan
(mis. Piramida makanan) bertambah
Sajikan makanan secara menarik - Memenuhi kebutuhan serat dan
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
- Manajemen energy
1. Observasi
a. Mengidentifkasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
2. Terapeutik
a. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
3. Edukasi
a. Menganjurkan tirah baring
R / ny. S bedrest
4. Kolaborasi
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
BB 98 kg
2. Terapeutik
Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
3. Edukasi
Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
r/ pasien mengerti
4. Kolaborasi
Melakukan kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
EVALUASI HARI KE -1
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
- Manajemen energy
1. Observasi
a. Mengidentifkasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
2. Terapeutik
a. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
3. Edukasi
a. Menganjurkan tirah baring
R / ny. S bedrest
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
4. Kolaborasi
BB 98 kg
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
2. Terapeutik
a. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
3. Edukasi
a. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
r/ keluarga mengerti
4. Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
- Manajemen energy
1) Observasi
2. Terapeutik
a. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
3. Edukasi
a. Menganjurkan tirah baring
R / ny. S bedrest
4. Kolaborasi
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
BB 98 kg
2. Terapeutik
a. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
3. Edukasi
a. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
r/ keluarga mengerti
4. Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
Jember, 28 Juli,20.21
Mahasiswa,
Shela Wulandari
NIM.
2001032031
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : ny. S Suami / Istri / Orang tua :
Tanggal lahir : 08/12/1955 Nama : tn. A
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan :pensiunan pns
Agama : Islam Alamat :mojokerto
Suku / Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia dan Jawa Penanggung jawab : Pendidikan
: SLTA Nama :ny. U
Pekerjaan : ibu rumah tangga Alamat : Brantas, Jember
Status : kawin
Alamat : mojokerto
B. KELUHAN UTAMA
Sesak nafas
C. RIWAYAT PENYAKIT
Pasien mengatakan sesak nafas 2 hari sebelum mrs (23/07/2021), sesak semakin memberat,
batuk tidak berdahak 1 minggu, setelah batuk merasakan sesak bertambah. Pasien mengeluh
pusing, demam dan badan terasa lemas tetapi tidak ada nyeri persendian, tidak ada mual muntah
namun nafsu makan berkurang. Sesak semakin memberat dan pasien mengeluh badan semakin
lemas sehingga keluarga memutuskan untuk membawa kerumah sakit
Upaya yang telah dilakukan :
Keluarga sudah membawa kerumah sakit di mojokerto , namun hanya sampai di igd saja
tidak sampai mrs karena ruangan penuh
D. PENGKAJIAN
1. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
Pasien mengatakan sesak nafas
DATA OBJEKTIF
- Kesadaran compos mentis
- Dyspneu
- Rr 34 x/mnt
- Spo2 95%
- Terpasang O2 NRM 15 lpm
- Pernapasan cuping hidung
- Nampak menggunakan otot bantu pernafasan
- Bunyi nafas tambahan wheezing +/+ , rhoncii +/+
E. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
TGL DX. KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
26/07/2021 Pola nafas tidak efektif Tujuan : setelah dilakukan tindakan - Pemantauan respirasi (I.01014) - Mengetahui kondisi pernafasan
pasien
berhubungan dengan intervensi keperawatan selama 1x24 1. Observasi
hambatan upaya nafas jam maka pola nafas efektif (L.01004) Monitor frekuensi, irama,
- Menentukan tindakan selanjutnya
Kriteria hasil : kedalaman dan upaya nafas
Pola nafas regular Monitor pola nafas (seperti
RR 18-24 x/mnt bradipneu,takipneu,hiperventilasi,
Spo2 97-100% kussmaul, sheyne-stokes, biot,
- Kemampuan pasien dalam
Tidak menggunakan otot bantu ataksik)
mengeluarkan sputum, jika ada
pernafasan Monitor kemampuan batuk efektif - Sputum menjadi salah satu faktor
menghambat jalan nafas
Tidak menggunakan pernafasan Monitor adanya produksi sputum - Mengganggu proses keluar
cuping hidung Monitor adanya sumbatan jalan masuk oksigen
- Adanya deformitas atau kelainan
Suara nafas tambahan menurun nafas pernafasan
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru - Adanya kelainan atau hambatan
nafas
Auskultasi bunyi nafas - Observasi kadar oksigen didalam
Monitor saturasi oksigen tubuh
G. IMPLEMENTASI
TGL/JAM Dx. NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
26/07/2021 1 1 1. Observasi
09.00
Melakukan monitor pola nafas (frekuensi,
irama, kedalaman dan upaya nafas, bunyiShela
nafas)
R/ pola nafas dyspnea,RR 34x/mnt, spo2
95%, Rh+/+,wh+/+,pernafasan cuping hidung
(+), menggunakan otot bantu pernafasan (+)
Melakukan monitor kemampuan batuk efektif
R/ ny. S mampu melakukan batuk efektif
Melakukan monitor adanya produksi sputum,
sumbatan jalan nafas
R/ batuk kering, tidak ada sumbatan jalan
nafas
Melakukan monitor saturasi oksigen, nila GDA,
x-ray toraks
R / hasil BGA : pH 7,656 ,pCO2 20,2 mmHg,
pO2 116 mmHg,BE 2,HCO3 22,6mM,total CO2
23 mM, SaO2 99%
2. Terapeutik
Memberikan posisi semifowler
R/ posisi semifowler
Mengatur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
R/ setiap 3 jam
Memberikan minum hangat
R/ ny. S minum air hangat
Memberikan oksigens esuai kebutuhan
R / O2 NRM 15 lpm
Mendokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
R / ny. S mengerti
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
R / ny. S dan suami mengerti
Prodi Ners
Unmuh Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
H. EVALUASI
TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN
26/07/2021 Pola nafas tidak efektif S : ny. S mengatakan sesak nafas
berhubungan dengan O:
- Kesadaran compos mentis Shela
hambatan upaya nafas
- Dyspneu
- Rr 34 x/mnt
- Spo2 95%
- Terpasang O2 NRM 15 lpm
- Pernapasan cuping hidung
- Nampak menggunakan otot bantu
pernafasan
- Bunyi nafas tambahan wheezing +/+ ,
rhoncii +/+
( Suparman,S.Kep.,Ners)
NIP : 197505153007011016 ( Shela Wulandari)
Prodi Ners
Unmuh Jember