Anda di halaman 1dari 132

1

SKRIPSI

LITERATURE REVIEW : EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOUR


THERAPY FOR INSOMNIA (CBT-I) TERHADAP
KUALITAS TIDUR

DISUSUN OLEH :
AFIFAH MEIZAYANI
NIM. P05120317003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2021
ii

SKRIPSI

LITERATURE REVIEW : EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOUR


THERAPY FOR INSOMNIA (CBT-I) TERHADAP
KUALITAS TIDUR

Skripsi ini Diajukan Sebagai Sebagai Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Keperawatan (S. Tr. Kep)

Disusun Oleh:

AFIFAH MEIZAYANI
NIM. P05120317003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2021

ii
iii

HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI

LITERATURE REVIEW : EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOUR


THERAPY FOR INSOMNIA (CBT-I) TERHADAP
KUALITAS TIDUR

Dipersiapkan dan dipresentasikan oleh :

AFIFAH MEIZAYANI
NIM. P05120317003

Program Studi Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal 17 Mei 2021

Dosen Pembimbing Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

Pauzan Efendi, SST.M.Kes Ns.Idramsyah, S.Kep.M.Kep,Sp.KMB


NIP. 196809131988031003 NIP. 198103012000121001

iii
iv

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

Literature Review : Efektivitas Cognitive Behaviour Therapy


for Insomnia (CBT-I) Terhadap Kualitas Tidur

Dipersiapkan dan dipresentasikan oleh :

AFIFAH MEIZAYANI
NIM. P05120317003

Program Studi Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal 17 Mei 2021, dan dinyatakan

LULUS

Ketua Penguji Penguji I

Ns. Hermansyah, S.Kep, M.Kep Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep M.Kep
NIP. 197507161997031002 NIP. 198804272019021001

Penguji II Penguji III

Pauzan Efendi, SST.M.Kes Ns.Idramsyah, S.Kep.M.Kep,Sp.KMB


NIP. 196809131988031003 NIP. 198103012000121001

Skripsi Ini Telah Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Untuk Mencapai Derajat Sarjana Terapan Keperawatan
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Ns. Hermasyah, S.Kep., M.Kep


NIP. 197507161997031002

iv
v

MOTTO

֍ Human Kindness is mightiness. Spread it, blessings life! ֍

۩ Jadilah berguna bagi halayak banyak (Inspired by Al-Isra Ayat 7)۩


۞Sukses dunia wal akhirat۞
҈ Kalo kamu ingin sesuatu : KEJAR ! berusaha sekuat yang kamu bisa, konsisten dan

disiplin, Sehingga kalau sudah semaksimal mungkin, kamu tidak akan kecewa, kecewa
hanya muncul ketika kamu tidak berusaha semaksimal mungkin ҈

Afifah Meizayani - 2021

v
vi

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini kupersembahkan untuk :

 Kedua Orang tuaku, Tantawi S.E (ayah) dan Betty Viozita S.E (ibu) yang
selalu memberikan doa, kasih sayang yang membesarkan serta mendidik
dengan sabar dan ikhlas, yang tiada hentinya selalu memberikan bantuan
baik materi maupun dukungan untukku, selalu ada untukku saat aku
butuhkan dan mengeluh.
 Saudaraku tersayang Rahmawita Apriyanti S.Mat, terimakasih sudah
memberi dukungan, do‘a, motivasi dan semangat, serta selalu ada untukku
saat aku butuhkan dan mengeluh selama penyusunan skripsi.
 Terima kasih untuk dosen pembimbingku bapak Pauzan Efendi,
SST.M.Kes dan bapak Ns.Idramsyah, S.Kep.M.Kep,Sp.KMB yang selama
ini telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan ilmu dan
bimbingan sampai selesainya skripsi ini.
 Terima kasih untuk dosen pengujiku pak Ns. Hermansyah, S.Kep, M.Kep
dan pak Ns. Andra Saferi Wijaya, M.Kep yang telah memberikan kritik
dan saran yang berguna sampai selesainya skripsi ini.
 Terima kasih kepada seluruh tenaga pendidik dan kependidikan jurusan
keperawatan, yang telah sabar mendidik dan membimbingku selama 4
tahun ini.
 Seluruh dosen di Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang telah mendidik dan
membimbing aku selama berada di bangku kuliah, jasa kalian takkan
pernah ku lupakan.
 Terima kasih playlist song from Blackpink and Bruno Mars yang telah
menemani ku dalam membuat skripsi.
 Sahabat ku tersayang (Nadya Rosiyanti soon to be S.Si dan Adit
Febriansyah soon to be S.T) terimakasih sudah saling mendukung,
menghibur dan memberikan semangat satu sama lain.

vi
vii

 Terima kasih Ricki Ardiansyah, Ade Rosita dan Sarwendi Al-Ghazali


yang selalu menyemangati untuk membuat skripsi dan berjuang bersama
dalam penyusunan literature review.
 Terimakasih untuk seluruh teman-teman Sarjana Terapan Keperawatan
2017 selama 4 tahun saling memberikan motivasi dan saling mendukung
selama ini.
 Terimakasih untuk seluruh kakak asuh ku (kak desi, kak sella, kak zula)
dan adek- adek asuh Sarjana Terapan Keperawatan (Evandu, Yudha,
Retno, Vika, Ina) yang selalu memberikan semangat dan doa.
 Terimakasih kepada teman-temanku yang tidak dapat dituliskan satu
persatu yang selalu memberikan doa dan support selama ini.
 Almamaterku tercinta.

vii
viii

HALAMAN BIODATA

Nama : Afifah Meizayani


Tempat, Tanggal Lahir : Bengkulu, 27 Mei 2000
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 2 (Dua)
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 99 Kota Bengkulu (2012)
2. SMPN 01 Kota Bengkulu (2014)
3. SMAN 05 Kota Bengkulu (2017)
Alamat : Jl. Hibrida 14 No.31C RT.11 RW.03 Kelurahan
Sido Mulyo, Kecamatan Gading Cempaka, Kota
Bengkulu, Provinsi Bengkulu
Email : afifahmeizayani.am@gmail.com
Jumlah Saudara : 1 (Saudara)
Nama Saudara : Rahmawita Apriyanti, S.Mat
Nama Orang Tua : 1. Ayah : Tantawi, S.E
2. Ibu : Betty Viozitta, S.E

viii
ix

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Afifah Meizayani

Tempat, Tanggal Lahir : Bengkulu, 27 Mei 2000

NIM : P05120317003

Judul Skripsi : Literature Review : Efektivitas Cognitive Behaviour


Therapy for Insomnia (CBT-I) Terhadap Kualitas
Tidur

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah betul-betul


hasil karya saya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dan apabila kelak dikemudian hari terbukti dalam
skripsi ini ada unsur penjiplakan, maka saya akan bersedia dalam
mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bengkulu , 17 Mei 2021


Yang menyatakan,

Afifah Meizayani

ix
x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul ―Literature Review : Efektivitas Cognitive Behaviour
Therapy for Insomnia (CBT-I) Terhadap Kualitas Tidur”. Penyusunan skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Terapan
Keperawatan (S.Tr. Kep), Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dari dosen pembimbing dan dorongan
dari berbagai pihak. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kepentingan lainya.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Mam Eliana, S.KM., M.PH selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
2. Mam Ns. Septiyanti., S.Kep., M.Pd selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
3. Bapak Ns. Hermansyah, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
4. Bapak Pauzan Efendi, SST. M.Kes selaku pembimbing 1 yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak Ns.Idramsyah, S.Kep.M.Kep,Sp.KMB selaku pembimbing 2 yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dan pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan jurusan keperawatan, yang telah
sabar mendidik dan membimbing selama 4 tahun ini.
7. Kedua orang tua, keluarga, sahabat dan semua pihak yang telah banyak
membantu baik dari materi, semangat dan yang telah banyak memberikan
bantuan dalam penyelesaian skripsi penelitian ini.

x
xi

8. Terima kasih untuk seluruh teman-teman Sarjana Terapan Keperawatan


angkatan 2017
9. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian
skripsi ini. Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang telah
diberikan akan menjadi berguna untuk kedepannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini


masih banyak terdapat kekhilafan, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih
baik dan optimal lagi dimasa yang akan datang. Semoga bimbingan dan
bantuan serta nasihat yang telah diberikan akan menjadi amal baik oleh Allah
SWT.
Penulis berharap semoga skripsi yang telah penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif
sertutama bagi penulis sendiri dan peneliti selanjutnya.

Bengkulu, 17 Mei 2021

Afifah Meizayani

xi
xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i


HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi
HALAMAN BIODATA ........................................................................ viii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi
DAFTAR BAGAN ................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xviii
ABSTRAK ............................................................................................. xvix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Gangguan Insomnia ...................................................... 7
1. Pengertian Insomnia ............................................................. 7
2. Epidemiologi Insomnia ........................................................ 8
3. Gambaran Klinis Insomnia dan Perubahan Kriteria
Diagnostik ............................................................................ 8
4. Patofisiologi Insomnia .......................................................... 9
5. Faktor Risiko Insomnia ........................................................ 11
6. Insomnia berdasarkan Perspektif Neurobiologis ................. 14

xii
xiii

7. Terapi Psikologis Insomnia .................................................. 21


B. Konsep Tidur .............................................................................. 24
1. Pengertian Tidur .................................................................. 24
2. Kualitas Tidur ....................................................................... 25
3. Fisiologi Tidur ...................................................................... 25
4. Kebutuhan Tidur................................................................... 26
5. Faktor yang Memengaruhi Kualitas dan Kuantitas tidur ..... 27
C. Konsep CBT-I ............................................................................ 28
1. Pengertian CBT-I ................................................................. 28
2. Cara Melakukan CBT-I ........................................................ 29
3. Pengaruh Pemberian CBT-I Terhadap Kualitas Tidur ........ 31
D. Kerangka Teori .......................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ................................ 33
B. Strategi Pencarian Literature ...................................................... 33
1. Protokol dan Registrasi ........................................................ 33
2. Data Base Pencarian ............................................................. 33
3. Kata Kunci ............................................................................ 34
C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................... 34
D. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas ........................................... 36
1. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi ........................................ 36
2. Penilaian Kualitas ................................................................. 37
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
A. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi ............................................... 39
B. Karakteristik Studi ...................................................................... 41
C. Karakteristik Responden Studi.................................................... 45
D. Gambaran Hasil Efektivitas Cognitive Behavior Therapy For Insomnia
(CBT-I) Terhadap Kualitas Tidur Pada Kelompok Intervensi .... 48

xiii
xiv

BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Studi.................................................... 51
B. Gambaran Hasil Efektivitas Cognitive Behavior Therapy For Insomnia
(CBT-I) Terhadap Kualitas Tidur Pada Kelompok Intervensi .... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 61
B. Saran ............................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 63
LAMPIRAN .......................................................................................... 68

xiv
xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Kata Kunci Literatur Review ......................................................... 34
3.2 Format PICOS Dalam Literatur Review ........................................ 35
4.1 Critical Appraisal Literature Review ............................................. 40
4.2 Karakteristik Studi ......................................................................... 42

xv
xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kepentingan relatif dari tiga jenis faktor dalam
perjalanan insomnia ....................................................................... 10
2.2 Indikator hyperarousal pada insomnia ............................................ 15
2.3 Gambaran umum tentang model sakelar flip-flop .......................... 17
2.4 Jalur sistem saraf pusat yang berpotensi terlibat dalam
psikopatologi insomnia .................................................................. 19
2.5 Neurotransmiter utama yang terlibat dalam aktivasi retikuler
menaik sistem ................................................................................ 20

xvi
xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman
2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 32
3.1 Diagram Flow literature Review Berdasarkan PRISMA ............... 36

xvii
xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Enam Jurnal Literature Review .................................................... 68
2. Enam Critical Appraisal ................................................................ 74
3. Format Prisma Checklist ............................................................... 80
4. Lembar Konsul Pembimbing 1 ...................................................... 92
5. Lembar Konsul Pembimbing 2 ...................................................... 94
6. Daftar Penelitian Tereksklusi ........................................................ 96
7. Daftar Penelitian Terinklusi........................................................... 112

xviii
xix

LITERATURE REVIEW : EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOUR


THERAPY FOR INSOMNIA (CBT-I) TERHADAP
KUALITAS TIDUR
*Afifah Meizayani ** Pauzan Efendi ** Idramsyah

*Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu


**Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Email : Afifahmeizayani.2000@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Gangguan Insomnia adalah suatu kondisi yang melibatkan keluhan
ketidakpuasan terhadap kualitas atau durasi tidur dan disertai dengan kesulitan memulai
tidur pada waktu tidur, sering terbangun atau berkepanjangan, atau bangun pagi dengan
ketidakmampuan untuk kembali tidur. Prevalensi insomnia di dunia sangat besar, ada 30-
35% orang mengalami insomnia. Dampak jangka panjang insomnia akan memperburuk
kondisi seseorang yang pernah mengalami stres, dan akhirnya mengalami depresi akut,
meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes bahkan kematian. Insomnia harus
segera diobati. CBT-I merupakan salah satu metode untuk meningkatkan kualitas tidur
pasien insomnia. Tujuannya adalah untuk meninjau dan menganalisis literatur tentang
Efektivitas CBT-I pada Kualitas Tidur.
Metode : Literature Review ini berfokus pada pemilihan artikel dari basis data online
sebagai data untuk penelitian ini. Penulis menggunakan artikel yang relevan dengan kata
kunci MeSH dan PICOS Framework yang akan dijelaskan dalam Diagram Alur
PRISMA, artikel yang memenuhi syarat akan dinilai menggunakan penilaian kritis untuk
menentukan kualitas artikel.
Hasil : Responden insomnia sebagian besar berada pada rentang usia pertengahan atau
berusia 36-55 tahun, sebagian besar responden insomnia adalah perempuan lebih banyak
daripada laki-laki dan bekerja sebagai pegawai atau mahasiswa. Indeks kualitas tidur
yang digunakan dalam seluruh literatur dianalisis menggunakan Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) sebagai indeks pengukuran yang terbukti reliabel dan valid. Cognitive
Behavior Therapy for Insomnia (CBT-I) terbukti sebagai terapi yang sangat efektif dalam
mengubah kualitas tidur yang baik.

Kata Kunci: CBT-I, Insomnia, Kualitas Tidur

xix
xx

LITERATURE REVIEW : EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOUR


THERAPY FOR INSOMNIA (CBT-I) TERHADAP
KUALITAS TIDUR
*Afifah Meizayani ** Pauzan Efendi ** Idramsyah

*Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu


**Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Email : Afifahmeizayani.2000@gmail.com

ABSTRACT

Background : Insomnia is a condition that involves complaints of dissatisfaction with the


quality or duration of sleep and is accompanied by difficulty initiating sleep at bedtime,
frequent or prolonged awakenings, or waking up early with an inability to return to sleep.
The prevalence of insomnia in the word is very large, there are 30-35% of people
experiencing insomnia. The long-term impact of insomnia will worsen the condition of
someone who has experienced stress, and eventually experiences acute depression,
increasing the risk of heart disease and diabetes and even death. Insomnia must be treated
immediately. CBT-I is one method to improve sleep quality of insomnia patients. The aim
was to review and analyze the literature on the Effectiveness of CBT-I on Sleep Quality.
Methods : This literature review focuses on selecting articles from online databases as
data for this study. The author uses articles that are relevant to the MeSH and PICOS
Framework keywords which will be described in the PRISMA Flowchart, eligible articles
will be assessed using a critical rating to determine the quality of the article.
Result : Respondents with insomnia are mostly in the middle age range or aged 36-55
years, the most of insomnia respondents are female more than men and worked as
employer or student college. The sleep quality index was used in the entire literature
analyzed using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) as a measurement index that
proved to be reliable and valid. Cognitive Behavior Therapy for Insomnia (CBT-I) is
proved as a therapy that is significantly effective in changing the good sleep quality.

Keywords: CBT-I, Insomnia, Sleep Quality

xx
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidur merupakan proses yang sangat rumit dan lebih dari sekedar
menutup kelopak mata. Tidur dapat didefenisikan sebagai keadaan
ketidaksadaran aktif yang diproduksi oleh tubuh dimana otak berada dalam
keadaan relatif istirahat dan reaktif, terutama terhadap rangsangan internal
(Brinkman, 2020). Menurut Bothelius (2015), tidur merupakan kebutuhan
dasar manusia yang sangat vital dan harus di perhatikan. Namun, faktanya
tidur seringkali terabaikan, padahal hal tersebut sangatlah penting dalam
menjaga kualitas imunitas dan kesehatan tubuh.
Kualitas tidur adalah hal yang sering diabaikan oleh individu. Menurut
Kline (2013), kualitas tidur dapat didefinisikan sebagai kepuasan seseorang
atas pengalaman tidurnya, yang mengintegrasikan beberapa aspek yaitu
inisiasi tidur, pemeliharaan tidur, kuantitas tidur, dan kesegaran setelah
bangun. Sayangnya, jika banyak orang yang mengabaikan kualitas tidurnya,
maka banyak pula orang yang tidak menyadari bahwa mereka sedang berada
didalam fase gangguan tidur (Bothelius, 2015).
Kualitas tidur juga cenderung terngganggu pada saat menghadapi
peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan. Pada hakikatnya manusia
harus memelihara kualitas tidur yang sehat pada saat adanya tekanan, agar
dapat beradaptasi dengan ketidakpastian terhadap masa yang akan datang,
serta beradaptasi dalam menghadapi krisis (Morin dan Carrier, 2020).
Manusia akan tertekan jika dihadapkan dengan musibah ataupun bencana
seperti kebakaran hutan, gempa bumi, banjir, tsunami atau sedang
menghadapi masa perang. Saat keadaan tertekan akan muncul respon stres
yang ditimbulkan dari suatu kejadian, dan akan individu dapat mengalami
gangguan tidur (Lin et al., 2020).
Gangguan tidur yang paling umum dialami oleh individu adalah
insomnia. Insomnia dapat dimaknai sebagai gangguan dalam tidur dimana
individu tersebut mengalami kesulitan untuk tidur, memelihara pola tidur,

1
2

atau mengalami kualitas tidur yang buruk walaupun kesempatan untuk tidur
suatu individu sudah tercukupi (Walia & Mehra, 2016).
Prevalensi gejala insomnia di seluruh dunia adalah sekitar 30-35%, dan
studi epidemiologi dari negara yang berbeda menghasilkan perkiraan
prevalensi yang serupa. Sebaliknya, bergantung pada kriteria diagnostik yang
digunakan, tingkat prevalensi gangguan insomnia berkisar dari 3,9% sampai
22,1%, dengan rata-rata kurang lebih 10% untuk studi multinasional yang
menggunakan Diagnostik dan Statistik Manual kriteria Gangguan Mental IV
(DSM IV, 2011). Menurut Data Populasi Dunia, DSM-5 (2013), sepertiga
dari individu usia dewasa menunjukkan gejala insomnia, mengalami
hambatan terkait dengan aktivitas sehari-hari (10,0%-15,0%), dan mengalami
gejala-gejala lain yang memenuhi kriteria gangguan insomnia (6,0%-10,0%).
Insiden insomnia selama 1 tahun bervariasi antara 7% dan 15%.
Meskipun insomnia bisa bersifat situasional atau berulang, perjalanannya
seringkali kronis dengan durasi median dari 3 tahun dan tingkat persistensi
mulai dari 56% hingga 74% pada 1 tahun dan 46% pada 3 tahun penilaian
tindak lanjut. Satu studi longitudinal menemukan tingkat remisi sebesar
hanya 56% dalam 10 tahun untuk individu yang melaporkan parah gejala
insomnia (Morin, 2015).
Dalam teori etiologi dari Spielman menjelaskan terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan insomnia yaitu 3-P Model of Insomnia. Teori tersebut
menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang menyebabkan individu
mengalami insomnia, yaitu predisposing conditions (kondisi bawaan dari dulu
yang melekat pada diri individu, seperti jenis kelamin, usia, genetik, gaya
hidup, kondisi kesehatan fisik dan mental), precipitating circumstances (Suatu
hal atau kejadian yang menjadi sumber pencetus insomnia, serta biasanya
bersifat traumatis), dan perpetuating factors (adanya pergeseran pola perilaku
dan kognitif yang memperburuk kondisi insomnia) (Williams, et al, 2013).
Untuk melihat perkembangan insomnia biasanya akan terfokus pada tiga
jenis perpetuating factors, yaitu aktivitas diluar tidur yang dilakukan di dalam
tempat tidur, terlalu sering untuk tetap berada di atas tempat tidur saat
3

bangun, dan terlalu sering meluangkan waktu secara berlebihan di atas tempat
tidur. Ditambah lagi jika aktivitas tersebut disertai perihal yang condong
negatif dari factor predisposing dan precipitating, sehingga memperburuk
kondisi insomnia (Kryger et al., 2017).
Berbagai penyakit baru dapat muncul akibat dari gangguan tidur
insomnia, seperti bertambahnya risiko kecelakaan saat pengemudi mengantuk
dalam berkendara, menambah risiko terkena penyakit kronis, obesitas, serta
mengakibatkan depresi (Walia & Mehra, 2016). Driver et al., (2012), dalam
penelitiannya menyatakan bahwa dampak jangka pendek dari insomnia
berupa meningkatnya kadar stress pada individu yang sebelumnya juga
sedang dalam keadaan stres, menjadi sulit untuk berkonsentrasi, serta
sepanjang hari selalu merasa lelah sehingga berdampak pula pada kinerja otak
individu. Sementara jika dilihat dari dampak jangka panjangnya, akan
memperburuk keadaan seseorang yang telah mengalami stres, dan akhirnya
mengalami depresi akut, memperbesar risiko penyakit jantung dan diabetes.
Insomnia harus segera ditangani, jika terus diabaikan maka akan
menimbulkan berbagai dampak yang negatif, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam menangani gangguan insomnia, maka
penagangan akan berfokus terhadap diagnosis utama, serta dengan
mengasumsikan bahwa sembuhnya diagnosis utama juga akan memengaruhi
kesembuhan dari gangguan insomnia sebagai diagnosis sekunder. Namun,
ketika insomnia terjadi bersamaan dengan kondisi lain, maka kata sekunder
kemudian berubah menjadi komorbid, karena proses identifikasi kondisi
pasien akan menjadi lebih sulit dalam menentukan penyebab antara satu dan
lainnya (Williams, et al, 2013).
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan
gangguan tidur serta untuk menghindari dampak dari insomnia, yaitu dengan
terapi farmakologi maupun non-farmakologi (Cunnington, 2013). Metode
non-farmakologi yang efektif dalam mengatasi dan mengurangi gejala
gangguan tidur salah satunya adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT) yang
tahapan-tahapannya khusus disusun untuk kasus insomnia (Taylor, 2014).
4

CBT adalah metode terapi melatih kebiasaan kognitif yang bertujuan


untuk mengubah penyimpangan kognitif agar menghasilkan suatu perilaku
baru yang lebih adaptif, metode ini dikembangkan oleh Aaron Beck
(McMain, et al, 2015).
Didalam intervensinya CBT terdapat penggabungan antara terapi secara
kognitif dan terapi secara perilaku. Diperjalanan untuk mengatasi insomnia
kronis, intervensi secara langsung sangat dibutuhkan agar dapat memperbaiki
pola pikir yang salah, perilaku, dan hubungan antarkeduanya yang
memperparah kondisi penderita (Cunnington, Junge, & Fernando, 2013).
CBT tidak hanya terfokus pada insomnia saja. Menurut Hedman (2014)
pada penelitiannya yaitu efektivitas cognitive behavior therapy berbasis
internet untuk depresi dalam perawatan psikiatri rutin menunjukkan bahwa
pasien yang diberikan CBT membuat perbaikan besar. Internet CBT untuk
depresi bisa sangat efektif bila diberikan dalam konteks perawatan psikiatri
rutin. Studi ini menunjukkan bahwa ukuran efek dengan penilaian pre-
treatment ke post-treatment setidaknya setinggi saat pengobatan diberikan
dalam perawatan psikiatri rutin oleh staf yang berkualifikasi seperti dalam
hasil nilai kelompok kontrol.
Selanjutnya, adanya komponen CBT untuk insomnia (CBT-I) juga
dirancang sesuai dengan teori etiologi the Behavioral Models of Insomnia
yang dinyatakan oleh Spielman sehingga implementasinya memfokuskan
pada adanya perubahan kognitif dan perilaku pada individu untuk menjadi
lebih adaptif (Jungquist et al., 2010).
Oleh karena itu, berdasarkan uraian topik dan permasalahan di atas
perlu untuk dilakukan Literature Review yang bertujuan untuk meninjau
Efektivitas Cognitive Behavior Therapy for Insomnia (CBT-I) Terhadap
Kualitas Tidur.
5

B. Rumusan Masalah
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat vital dan harus
di perhatikan. Hal yang sering diabaikan oleh individu dalam tidur adalah
kualitas tidur yang mereka miliki. Banyak individu yang tidak menyadari
bahwa mereka sedang berada di dalam fase gangguan tidur yang seharusnya
harus segera diatasi.
Insomnia dapat dimaknai sebagai gangguan tidur. Insomnia harus segera
ditangani, jika terus diabaikan maka akan menimbulkan berbagai dampak
yang negatif seperti meningkatnya kadar stress, sulit untuk berkonsentrasi,
selalu lelah, kinerja otak terganggu. Jika sudah stres, akan mengalami depresi
akut, serta memperbesar risiko penyakit jantung dan diabetes.
Cognitive Behavior Therapy (CBT) adalah salah satu metode non-
farmakologi yang dapat digunakan dengan tahapan-tahapan khusus yang
disusun khusus untuk kasus insomnia.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dari itu perlu dilakukan
rangkuman literature review untuk mengidentifikasi ―Bagaimana Hasil
Literature Review Efektivitas Cognitive Behavior Therapy for Insomnia
(CBT-I) Terhadap Kualitas Tidur?‖.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil literature review
efektivitas cognitive behavior therapy for insomnia (CBT-I) terhadap
kualitas tidur.

2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan agar peneliti :
a. Diketahui gambaran karakteristik responden studi yang terdiri dari
usia, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Diketahui gambaran hasil efektivitas cognitive behavior therapy for
insomnia (CBT-I) terhadap kualitas tidur pada kelompok intervensi.
6

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman belajar
dibidang keperawatan tentang efektivitas cognitive behavior therapy
for insomnia (CBT-I) terhadap kualitas tidur.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pertimbangan bahan ajar yang lebih dalam mengenai
efektivitas cognitive behavior therapy for insomnia (CBT-I) terhadap
kualitas tidur

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang
efektivitas cognitive behavior therapy for insomnia (CBT-I) terhadap
kualitas tidur.
b. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkaan dapat memberikan manfaat bagi peneliti
selanjutnya sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian yang
lebih mendalam tentang ilmu kebuthan dasar manusia khususnya
terkait efektivitas cognitive behavior therapy for insomnia (CBT-I)
terhadap kualitas tidur.
7

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Gangguan Insomnia


1. Pengertian Insomnia
Gangguan insomnia adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan
dengan kedua gejala yaitu gejala nokturnal dan gejala diurnal. Hal tersebut
menyangkut pada keluhan utama gangguan insomnia, yaitu tentang
ketidakpuasan dengan kualitas tidur atau durasi, dan disertai dengan
kesulitan dalam memulai tidur pada saat jam tidur yang normal, sering
terbangun atau terbangun dari tidur yang berlangsung lama, atau terbangun
terlalu pagi dengan ketidakmampuan untuk tidur kembali (Morin, 2015).
Insomnia juga dapat dimaknai sebagai gangguan dalam tidur dimana
individu tersebut mengalami kesulitan untuk tidur, memelihara pola tidur,
atau mengalami kualitas tidur yang buruk walaupun kesempatan untuk
tidur suatu individu sudah tercukupi (Walia & Mehra, 2016).
Kesulitan ini tetap akan terjadi meskipun orang tersebut memiliki
kesempatan yang cukup untuk tidur dan kesulitan untuk tidur dapat
berhubungan dengan distres (anxiety yang berlebihan, kesedihan,
kesakitan) yang signifikan secara klinis, atau gangguan fungsi di siang hari
seperti fatigue (kelelahan), penurunan energi, gangguan mood dan
berkurangnya fungsi kognitif, seperti gangguan perhatian, konsentrasi, dan
memori. Diagnosis insomnia bisa di tegakkan saat kesulitan tidur muncul
selama ≥ 3 malam perminggunya yang berlangsung selama > 3 bulan
(Morin, 2015).
Ada perbedaan penting antara gangguan tidur akut, yang terjadi di
mana-mana dan bersifat sementara fenomena yang ditandai dengan gejala
insomnia itu biasanya berlangsung beberapa hari atau minggu, dan
gangguan insomnia, yang cenderung persisten dan sering berlangsung
berbulan-bulan atau tahun. Memiliki gangguan insomnia dan gejala
insomnia jalur dan lintasan yang berbeda, dan durasi gejala yang paling

7
8

dapat diandalkan untuk menentukan insomnia adalah 3 bulan (Morin,


2015).

2. Epidemiologi Insomnia
Prevalensi gejala insomnia di seluruh dunia adalah sekitar 30-35%,
dan studi epidemiologi dari negara yang berbeda menghasilkan perkiraan
prevalensi yang serupa. Sebaliknya, bergantung pada kriteria diagnostik
yang digunakan, tingkat prevalensi gangguan insomnia berkisar dari 3,9%
sampai 22,1%, dengan rata-rata kurang lebih 10% untuk studi
multinasional yang menggunakan Diagnostik dan Statistik Manual kriteria
Gangguan Mental IV (DSM IV). Insiden insomnia selama 1 tahun
bervariasi antara 7% dan 15%. Meskipun insomnia bisa bersifat situasional
atau berulang, perjalanannya seringkali kronis dengan durasi median dari 3
tahun dan tingkat persistensi mulai dari 56% hingga 74% pada 1 tahun dan
46% pada 3 tahun penilaian tindak lanjut. Satu studi longitudinal
menemukan tingkat remisi sebesar hanya 56% dalam 10 tahun untuk
individu yang melaporkan parah gejala insomnia (Morin, 2015).

3. Gambaran Klinis Insomnia dan Perubahan Kriteria Diagnostik


Menurut Morin, 2015, diagnosis insomnia membutuhkan
ketidakpuasan pasien dengan kualitas atau durasi tidur bersama dengan
gejala waktu malam dan siang hari lainnya yang muncul selama ≥3 malam
perminggu dan berlangsung selama> 3 bulan.
1. Gejala insomnia malam hari
a. Kesulitan tidur pada waktu tidur (insomnia mulai-tidur)
b. Bangun sering atau berkepanjangan (insomnia pemeliharaan-tidur)
c. Bangun pagi hari (insomnia lanjut)
2. Gejala insomnia siang hari
a. Kelelahan dan berkurangnya energi
b. Gangguan perhatian, konsentrasi atau memori
c. Gangguan mood
d. Kesulitan berfungsi dalam lingkungan akademik atau pekerjaan
9

3. Sistem klasifikasi insomnia


Kriteria diagnostik saat ini mencerminkan perubahan penting yang
telah dibuat terbaru versi Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan
Mental (edisi kelima) 1 dan International Classification of Sleep
Disorders (edisi ketiga) 2. Mereka termasuk:
a. Penghapusan perbedaan antara 'insomnia primer' dan 'insomnia
sekunder' (yaitu, insomnia yang terkait dengan gangguan medis
atau kejiwaan lain). Ini mengurangi kebutuhan untuk membuat
atribusi kausal antara insomnia dan gangguan yang ada, seperti ada
pemahaman yang terbatas tentang jalur mekanistik pada insomnia
kronis dan karenanya tentang sifat dan arah asosiasi tersebut.
Perubahan ini juga mengakui efek dua arah atau interaktif antara
gangguan tidur dan medis yang ada bersamaan atau gangguan
kejiwaan, dan masih membutuhkan spesifikasi yang relevan secara
klinis kondisi penyerta
b. Penghapusan 'tidur non-restoratif' dari definisi insomnia, karena
sebenarnya tidak khusus untuk insomnia dan sering dilaporkan
dengan beberapa gangguan tidur lainnya
c. Perubahan definisi insomnia kronis untuk memasukkan frekuensi
minimum 3 malam per minggu dengan insomnia dan peningkatan
ambang durasi minimum dari 1 bulan sampai 3 bulan
d. Penambahan konstruksi 'ketidakpuasan tidur' dengan definisi
insomnia
e. Spesifikasi 'kebangkitan dini hari' sebagai gejala insomnia
nokturnal

4. Patofisiologi Insomnia
Menurut Morin, 2015, meskipun prevalensi insomnia yang tinggi dan
beban global yang substansial, mekanisme yang mendasari pasti gangguan
tersebut belum teridentifikasi. Neurobiologis dan perspektif psikologis
telah dielaborasi yang juga menunjukkan perubahan fungsi otak faktor
10

genetik, perilaku, kognitif dan emosional terlibat dalam pengembangan


dan pemeliharaan insomnia. Ini secara konseptual diklasifikasikan menjadi
faktor predisposisi, pencetus dan pelestarian (Gambar 2.1). Faktor
predisposisi, seperti hyperarousal, make individu yang rentan terhadap
perkembangan insomnia, faktor pencetus, seperti peristiwa kehidupan
yang membuat stres pemicu sebenarnya dari episode akut gangguan
tersebut dan faktor-faktor yang melanggengkan, termasuk kekhawatiran
berlebihan tentang kurang tidur dan konsekuensinya, turut berperan
pertahankan gangguan tidur bahkan setelah pemicu awal telah dihapus.
Berbeda dengan beberapa gangguan tidur lainnya, seperti tidur apnea
dan narkolepsi, keadaan penelitian tentang insomnia masih dalam tahap
awal dan etiologi serta patofisiologinya masih belum jelas. Kemajuan di
bidang ini telah terhambat oleh heterogenitas gangguan yang mungkin
terjadi mencerminkan mekanisme sebab-akibat yang mendasari yang
berbeda. Selain itu, banyak penelitian di bidang ini bersifat korelasional
sehingga tidak mungkin untuk menarik kesimpulan yang valid tentang
hubungan sebab akibat dan ukuran sampel kecil dan kurangnya replikasi
independen untuk berbagai temuan menghalangi kesimpulan yang pasti.

Gambar 2.1
Kepentingan relatif dari tiga jenis faktor dalam perjalanan insomnia. Berbagai
tahapan insomnia dipengaruhi, pada derajat yang berbeda, oleh faktor predisposisi,
pencetus dan pelestarian. (Morin, 2015)
11

5. Faktor Risiko Insomnia


Menurut Morin, 2015, berbagai korelasi sosiodemografi dari
insomnia telah diidentifikasi, dan termasuk usia lanjut, jenis kelamin
perempuan, status sosial ekonomi rendah, pengangguran, pencapaian
pendidikan rendah, tekanan psikologis (stress) dan menilai diri sendiri
memiliki kesehatan yang buruk. Setidaknya hanya sedikit dari mereka
yang bertemu salah satu kriteria faktor risiko yang benar. Contohnya, jenis
kelamin perempuan, riwayat keluarga insomnia yang positif dan paparan
stres dalam bentuk yang parah dan kronis peristiwa kehidupan mewakili
faktor risiko yang dapat diandalkan untuk permulaan insomnia.
Faktor risiko insomnia terkait dengan usia banyak dikemukakan oleh
para ahlinya, dan terdapat perbedaan dalam menjelaskan factor risikonya.
Menurut American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (Fifth Edition) usia penderita
insomnia yaitu berusia 18 to 65 tahun yang dapat diartikan bahwa dalam
usia young adulthood (18-35 tahun), middle age (36 to 55 tahun) dan
older adulthood (56 tahun ke atas) dengan pemicu dan penyebabnya
masing-masing.
Roth (2007) juga mengemukakan bahwa prevalensi dari insomnia
menunjukkan bahwa usia merupakan faktor risiko demografis yang paling
jelas diidentifikasi, dengan peningkatan prevalensi terhadap usia 56 tahun
ke atas (older adult), hal ini disebabkan oleh penurunan sebagian fungsi
sistem kontrol tidur yang dapat menyebabkan insomnia pada populasi
lansia. Kemudian ditemukan juga hal yang terpenting bahwa kondisi
medis penyakit penyerta (komorbiditas) juga merupakan kontributor yang
paling signifikan terhadap peningkatan prevalensi insomnia pada lansia.
Hasil lain yang dilakukan oleh American Psychologycal Association
(APA) (2017) pada warga Amerika menunjukkan bahwa sebanyak 59,0
persen dari kelompok usia 18-38 tahun mengalami stress dan gangguan
psikologis. Munculnya gangguan psikologis ini dapat meningkatkan risiko
individu mengalami gangguan tidur atau sebaliknya gangguan tidur dapat
12

pula meningkatkan risiko individu mengalami gangguan psikologis dan


emosi. Kedua gangguan ini saling berkaitan dan dapat menyebabkan
gangguan utama atau gangguan penyerta (Williams, et al, 2013). Data
populasi dunia berdasarkan DSM-5 (2013) juga menunjukkan sepertiga
dari individu usia dewasa menunjukkan gejala insomnia.
Nurdin, et al. (2018), juga menyatakan bahwa insomnia banyak
dialami oleh individu pada masa produktif (18-30 tahun) karena pada
kelompok usia ini kemampuan individu untuk pemecahan masalah
semakin kompleks dan cukup beresiko terhadap peningkatan stress.
Penurunan kualitas hidup dan insomnia pada usia produktif (young adult
dan midde age) juga dapat dikaitkan dengan perasaan cemas, rasa sedih,
tekanan, dan emosi negatif lainnya yang disebabkan oleh peristiwa di masa
lalu, beratnya beban hidup, dan pola perilaku coping yang kurang tepat
(Liu, et al., 2017).
Jika kita lihat pada faktor risiko insomnia lainnya terkait dengan jenis
kelamin, terdapat beragam alasan ahli dalam menjelaskan factor risikonya
Menurut Madrid-Valero et all (2017) berdasarkan data prevalensi
insomnia, disebutkan bahwa proporsi wanita lebih tinggi untuk mengalami
insomnia (44,6%) daripada proporsi pria (30,1%), lalu menurut Roth
(2007) jenis kelamin adalah faktor risiko demografis yang paling jelas
diidentifikasi, dengan peningkatan prevalensi pada wanita yang
berhubungan dengan menstruasi dan menopause, gangguan medis pada
penyakit penyerta (komorbiditas), dan gangguan psikologis yang
menunjukan resiko signifikan terhadap insomnia. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan faktor biologis, sosiodemografis, dan juga gaya
hidup (Fatima, et al., 2016).
Wanita memiliki siklus perubahan hormon yang lebih sering daripada
pria. Misalnya perubahan hormon estrogen karena siklus menstruasi yang
menyebabkan wanita rentan mengalami perubahan suasana hati dan
mudah merasa stress, ataupun ketidakstabilan hormn pasca menopause.
Hormon lain seperti peningkatan adrenalin secara tiba-tiba juga dapat
13

membuat otak terbangun dan menyebabkan wanita berkeringat karena


temperatur tubuh yang ikut meningkat. Kenaikan temperatur tubuh ini
menyebabkan wanita mengalami tidur yang kurang nyaman sepanjang
malam dibandingkan pria. Pada pria, faktor gaya hidup yang tidak sehat
lebih berpengaruh pada kualitas tidur dibandingkan faktor hormon
(Fatima, et al., 2016). Teori tersebut juga sejalan dengan pernyataan Tang
et al., (2017) dan Tsou (2018) bahwa adanya perbedaan signifikan pada
kualitas tidur. Wanita memiliki kualitas tidur yang lebih buruk daripada
pria.
Sedangkan ada pulafFaktor risiko insomnia terkait dengan pekerjaan
yang dapat mengganggu kesehatan mental banyak di kemukakan oleh para
ahlinya, dan terdapat perbedaan dalam menjelaskan factor risikonya.
Gunanthi & Diniari (2016), menyatakan bahwa sebanyak 45,7 % dari
mahasiswa yang berkuliah di universitas mengalami insomnia. Masa studi
dan beban studi berpengaruh pada risiko mahasiswa mengalami insomnia
karena kadar stres yang lebih tinggi dan juga beban tanggung jawab yang
lebih berat (Giri et al,. 2013).
Pernyataan serupa juga di kemukakan oleh Taylor et al., (2011),
bahwa seseorang yang menjalankan perannya sebagai mahasiswa memiliki
risiko besar mengalami penurunan kesehatan mental akibat stres yang
dialami karena adanya tekanan akademik dan permasalahan pribadi
lainnya. Pola hidup ini akan berpengaruh pada kinerja organ tubuh
sehingga meningkatkan risiko insomnia.
Hasil studi lain juga menyatakan bahwa insomnia banyak dialami
oleh individu pada masa produktif (masa beraktivitas mahasiswa dan
pekerja) karena pada masa produktif ini kemampuan individu untuk
pemecahan masalah semakin kompleks dan cukup beresiko terhadap
peningkatan stress (Nurdin et al, 2018). Menurut Liu, et al., (2017),
Penurunan kualitas hidup dan insomnia pada masa produktif juga dapat
dikaitkan dengan perasaan cemas, rasa sedih, tekanan, dan emosi negatif
14

lainnya yang disebabkan oleh peristiwa di masa lalu, beratnya beban


hidup, dan pola perilaku coping yang kurang tepat.
Menurut Deng X et al. (2020), Stress kerja dapat mempengaruhi
kualitas tidur seseorang, semakin tinggi skor stres kerja, maka semakin
buruk kualitas tidurnya. Penelitian lain menunjukkan bahwa hubungan
antara stres menuju tidur, semua stresor kerja serta stres yang dirasakan
dapat memberikan efek terhadap tidurnya, mulai dari kesulitan memulai
tidur dan kesulitan mempertahankan tidur (Garefelt et al., 2020). Menurut
Litwiller et al. (2016), Analisis mengungkapkan bahwa semakin banyak
beban kerja maka akan berpengaruh pada penurunan kualitas tidur.

6. Insomnia berdasarkan Perspektif Neurobiologis


Menurut Morin, 2015, insomnia cenderung meningkat dalam
keluarga, dan setidaknya 30% individu yang terkena dampak memiliki
riwayat keluarga yang positif gangguan. Penelitian kembar yang
membandingkan kembar monozigot dan dizygotik memperkirakan
heritabilitas insomnia menjadi antara 30% dan 60%. Meskipun temuan ini
menunjukkan bahwa insomnia sebagian disebabkan terhadap faktor
genetik, gen yang terlibat tetap ada ditentukan. Hasil dari studi gen
kandidat mendukung hubungan antara gangguan tidur dan perubahan gen
jam sirkadian, seperti jam sirkadian periode 3 (PER3), serta antara
insomnia diagnosis dan gen yang terkait dengan fungsi neurotransmitter
yang terlibat dalam regulasi tidur-bangun, seperti serotonin transporter
pengangkut zat terlarut keluarga 6 anggota 4 (SLC6A4) dan reseptor γ-
aminobutyric acid A β3 (GABRB3) 64. Selain itu, dua asosiasi genom
lebar studi tentang insomnia telah dilaporkan. Namun,asosiasi potensial
yang telah diidentifikasi menggunakan baik pendekatan gen kandidat atau
genom-lebar analisis asosiasi menunggu replikasi secara independen
sampel. Jadi, meskipun beberapa penelitian telah menetapkan heritabilitas
genetik moderat untuk insomnia, gen yang mendasari yang bertanggung
jawab untuk insomnia tetap ada sebagian besar tidak diketahui. Lebih jauh,
15

itu telah diperdebatkan bahwa mekanisme epigenetik mungkin memediasi


efek peristiwa kehidupan yang penuh tekanan pada sistem pengaturan stres
di tingkat molekuler.
Banyak bukti mendukung gagasan itu penderita insomnia ditandai
dengan peningkatan tingkat gairah fisiologis selama tidur dan terjaga,
fenomena yang disebut hyperarousal. Bukti ini mencakup peningkatan
aktivitas sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal seperti yang ditunjukkan
oleh peningkatan kadar kortisol, peningkatan aktivitas sistem saraf otonom
yang ditunjukkan dengan peningkatan detak jantung istirahat dan
variabilitas detak jantung yang berubah parameter, peningkatan laju
metabolisme dan peningkatan suhu tubuh pada orang dengan insomnia
dibandingkan dengan populasi umum (Gambar 2.2).

Gambar 2.2
Indikator hyperarousal pada insomnia. (Morin, 2015)

Hyperarousal bisa melibatkan multiple sistem dan fungsi tubuh,


termasuk faktor elektrofisiologi, otonom variabel dari sistem saraf dan
endokrin. EEG, elektroensefalografi; REM, cepat gerakan mata. Selain itu,
data elektroensefalografi tidur (EEG) dan polisomnografi yang
terkuantifikasi mengungkapkan durasi tidur yang berkurang dan efisiensi
tidur, peningkatan jumlah terbangun, penurunan tidur gelombang lambat,
peningkatan jumlah gairah selama tidur rapid eye movement (REM) dan
16

peningkatan frekuensi cepat di malam hari EEG pada penderita insomnia.


Peningkatan frekuensi cepat dalam EEG ini diasumsikan terkait dengan
peningkatan aktivitas sensorimotor dan kognitif dan memiliki telah
dikemukakan sebagai alasan untuk menjelaskan fakta bahwa banyak
pasien dengan insomnia melebih-lebihkan latensi tidur dan meremehkan
durasi tidur. Namun, tidak jelas persis bagaimana aktivitas otak yang
mendasari meningkat frekuensi cepat mengganggu otak yang mendorong
tidur daerah untuk menghasilkan persepsi tentang tidur yang buruk.
Insomnia dengan durasi tidur yang singkat (<6 jam) merupakan faktor
resiko untuk beberapa hasil kesehatan yang merugikan dan, dengan
demikian, telah terjadi diusulkan untuk menjadi fenotipe yang berbeda dari
gangguan tersebut. Selain itu, penderita insomnia memiliki ciri khas
peningkatan latensi onset tidur selama investigasi siang hari tentang
kantuk dengan Multiple Sleep Latency Tes. Temuan ini telah disarankan
sebagai potensi penanda obyektif hyperarousal dan telah dihubungkan
terhadap durasi tidur nokturnal, kinerja kognitif dan hipertensi.
Sebuah studi pencitraan otak fungsional awal menggunakan
pencitraan PET F-fluorodeoxyglucose dilaporkan meningkat metabolisme
otak pada pasien dengan insomnia di jaringan otak yang meluas, termasuk
bagian-bagian yang terangsang sistem, sistem pengatur emosi dan sistem
kognitif. Temuan ini ditafsirkan sebagai bukti langsung untuk peningkatan
gairah sistem saraf pusat pasien dengan insomnia. Yang paling penting,
file hanya model hewan insomnia yang diinduksi stres – yang melibatkan
paparan tikus jantan terhadap penciuman dan visual isyarat dari pesaing
dengan menempatkan mereka di kandang yang kotor sebelumnya
ditempati oleh tikus jantan lain – menghasilkan kktivasi simultan dari
jaringan saraf yang mempromosikan bangun dan tidur, menunjukkan
peningkatan tingkat gairah dan peningkatan tekanan tidur homeostatis84.
Aktivasi unik ini mempromosikan bangun dan sirkuit otak yang
meningkatkan kualitas tidur dapat menyebabkannya ketidakstabilan yang
disebut saklar flip-flop tidur-bangun regulasi. Dalam model sakelar flip-
17

flop (Gambar 2.3), cepat dan transisi lengkap antara terjaga dan tidur
diinduksi oleh sirkuit saraf yang saling menghambat.

Gambar 2.3
Gambaran umum tentang model sakelar flip-flop. (Morin, 2015)

Sakelar flip-flop mencegah keberadaan kondisi perantara antara tidur


dan gairah, dan sebaliknya menghasilkan sakelar tajam dan tidak stabil
antar negara. Ini dicapai melalui timbal balik langsung penghambatan
antara neuron di nukleus preoptik ventrolateral (VLPO) dan kelompok sel
monoaminergik (inti). Beberapa stabilitas ditambahkan ke sistem melalui
aksi neuron orexin (ORX). Kesadaran dipromosikan melalui aktivitas
kelompok sel monoaminergik seperti raphe nuclei, locus coeruleus (LC)
dan inti tuberomammillary (TMN).
Wilayah ini memiliki dua fungsi utama. Pertama, mereka
menghambat neuron pemacu tidur di VLPO, yang pada gilirannya
mengurangi penghambatan sel monoaminergik dan neuron ORX. Kedua,
inti monoaminergik ini juga secara langsung merangsang kesadaran.
Selain itu, neuron ORX bertindak untuk meningkatkan aktivitas inti
monoaminergik. Karena neuron VLPO tidak memiliki reseptor ORX,
maka ORX fungsi neuron terutama untuk memperkuat tonus
monoaminergik, bukan secara langsung menghambat VLPO (bagian a).
Tidur dipertahankan oleh aktivitas neuron VLPO. Ini berfungsi untuk
menghambat inti monoaminergik dan dengan demikian menghilangkan
penghambatannya sendiri. Bantuan ini, pada gilirannya, memungkinkan
neuron VLPO untuk menghambat neuron ORX, yang selanjutnya
18

mencegah aktivasi inti monoaminergik apa pun yang mungkin


mengganggu tidur (bagian b). eVLPO, VLPO diperpanjang.
Ketidakstabilan sistem ini dengan peningkatan jumlah transisi dan
transisi yang kurang lengkap di antaranya terjaga dan tidur mungkin
meningkatkan kesulitan mengamati dan menghafal durasi dengan benar
dari kondisi kesadaran ini. Meskipun spekulatif, hal ini pada gilirannya
dapat mengakibatkan perkiraan bangun yang terlalu tinggi waktu dan
meremehkan durasi tidur, yang mana karakteristik pasien dengan
insomnia. Kesulitan dalam persepsi dan ingatan terkait dengan
ketidakstabilan sakelar flip-flop mungkin benar untuk tidur REM tidak
stabil, yang telah disarankan peran penting dalam perbedaan antara
subjektif dan tidur obyektif pada insomnia.
MRI fungsional telah digunakan untuk mempelajari korelasi
neurobiologis dari kinerja siang hari pada pasien dengan insomnia. Studi-
studi ini telah menunjukkan hal itu penderita insomnia yang ditandai
dengan berkurangnya kemampuan untuk melibatkan area otak yang
berhubungan dengan tugas, secara khusus di jaringan frontosubcortical,
yang mungkin terkait untuk gangguan perhatian dan regulasi gairah.
Catatan, pengobatan yang berhasil tidak mengarah pada pemulihan yang
diubah aktivitas inti kaudat selama tugas eksekutif88, menunjukkan bahwa
hipoaktivasi terkait tugas mungkin penanda kerentanan untuk insomnia.
Fungsional lebih lanjut Studi MRI melaporkan peningkatan reaktivitas
amigdala menjadi rangsangan yang berhubungan dengan tidur pada orang
dengan insomnia. Meskipun jelas bahwa pengalaman kurang tidur terkait
dengan rangsangan emosional negatif, ini, bersama dengan temuan
aktivitas amigdala yang umumnya meningkat di individu dengan
insomnia, mungkin juga sugestif lingkaran setan antara peningkatan
reaktivitas amigdala dan kurang tidur.
Fungsi otak yang berubah mungkin juga terkait dengan mengubah
morfometri otak pada pasien dengan insomnia. Studi percontohan
menunjukkan ada pengurangan materi abu-abu di lobus frontal90 dan
19

hipokampus dan peningkatan volume materi abu-abu di anterior cingulate


cortex pada pasien dengan insomnia. Namun, ada beberapa kekhawatiran
tentang reproduktifitas temuan ini. Selain itu, gangguan fungsional pada
jaringan frontosubkortikal pada pasien dengan insomnia mungkin terjadi
terkait dengan temuan penurunan integritas materi putih saluran di kapsul
internal anterior, yang berisi serat yang menghubungkan korteks prefrontal
dengan subkortikal inti (Gambar 2.4) memberikan gambaran umum
tentang jalur sistem saraf pusat yang berpotensi terlibat dalam etiologi dan
patofisiologi insomnia.

Gambar 2.4
Jalur sistem saraf pusat yang berpotensi terlibat dalam psikopatologi insomnia.
(Morin, 2015)

Menurut model ini, aktivasi berlebihan dari gairah sistem, sistem


pengatur emosi dan bagian-bagian dari sistem kognitif disertakan dengan
mengurangi aktivasi korteks prefrontal (PFC) dan kepala kaudatus.
Prefrontal hipoaktivasi diasumsikan terkait dengan kelelahan siang hari
dan berkurangnya perekrutan caudate head diasumsikan terkait dengan
regulasi gairah. Solid dan panah putus-putus mewakili jalur yang
diasumsikan diperkuat atau dilemahkan, masing-masing, di insomnia.
ACC, korteks cingulate anterior; ARAS, retikuler menaik mengaktifkan
sistem.
Hormon, neurotransmiter dan neuropeptide juga telah terlibat dalam
insomnia. Neurotransmitter yang penting dalam pengaturan tidur-bangun
20

juga ditargetkan oleh terapi farmakologis insomnia. Asam γ-aminobutyric


(GABA) adalah yang paling banyak neurotransmitter penghambat penting
di pusat sistem saraf dan meningkatkan tidur dengan menghambat semua
dari sistem gairah utama. Misalnya, diucapkan efek mempromosikan tidur
dapat diamati saat GABA aktivitas difasilitasi secara lokal di daerah
preoptik median dari hipotalamus. Area ini menghambat sistem
pengaktifan retikuler naik (Gambar 5), yang merupakan salah satu
mekanisme kunci pengantar tidur otak mamalia.

Gambar 2.5
Neurotransmiter utama yang terlibat dalam aktivasi retikuler menaik sistem.
(Morin, 2015)

Satu jalur gairah menaik (biru) termasuk neuron noradrenergik (NA)


di lokus coeruleus (LC), neuron serotonergik (5 - HT) di inti raphe, neuron
histaminergik (His) di nukleus tuberomammillary (TMN) dan
dopaminergic (DA) neuron di ventral periaqueductal grey matter (vPAG).
Jalur ini menerima kontribusi dari neuron di hipotalamus lateral (LH),
21

yang mengandung orexin (ORX) dan hormon pemekat melanin (MCH),


serta dari otak depan basal (BF) neuron yang mengandung asetilkolin
(ACh) dan asam γ - aminobutyric (GABA). Sebentar jalur gairah naik
(merah) terdiri dari neuron kolinergik di pedunculopontine nucleus (PPT)
dan laterodorsal tegmental nuclei (LDT) itu mengaktifkan neuron relai
thalamic yang menghasilkan aktivasi kortikal.
Studi menggunakan magnet proton spektroskopi resonansi telah
menunjukkan penurunan tingkat GABA pada pasien dengan insomnia.
Penurunan ini kemungkinan besar akan mengakibatkan kesulitan untuk
memulai dan memelihara tidur. Transmisi histamin neurotransmitter
secara langsung terlibat dalam sistem aktivasi retikuler menaik. Neuron
histaminergik terletak di inti tuberomammillary dari hipotalamus posterior
dan menginervasi otak depan basal dan otak korteks secara eksitatoris.
Akibatnya, agen antihistaminergik meningkatkan tidur. Selain itu, hormon
melatonin disekresikan oleh kelenjar pineal di kegelapan di malam hari
dan terlibat dalam pengaturan waktu ritme biologis serta dalam mendorong
tidur.
Mekanisme melatonin yang merangsang tidur dianggap untuk
melibatkan redaman sinyal peringatan inti suprachiasmatic dari
hipotalamus, kelompok sel yang dipelajari secara ekstensif yang
mengontrol ritme sirkadian di seluruh tubuh. Akhirnya, hipotalamus lateral
mengandung neuron yang menghasilkan neuropeptide orexin A dan orexin
B (juga dikenal sebagai hypocretin 1 dan hypocretin 2, masing-masing).
Neuron ini memperkuat jalur gairah di batang otak dan juga memiliki efek
rangsang pada otak depan basal dan otak korteks, sehingga meningkatkan
kewaspadaan. Apalagi itu diasumsikan bahwa neuron orexinergic
menekan tidur REM.

7. Terapi Psikologis Insomnia


Menurut Morin, 2015, intervensi psikologis untuk insomnia
melibatkan beberapa terapi kognitif dan perilaku yang berbeda, karenanya
22

diberi label terapi perilaku-kognitif. Ini intervensi ditujukan untuk


mengubah penjadwalan tidur perilaku dan keyakinan yang tidak
membantu dan kekhawatiran itu dianggap mengabadikan insomnia.
Mereka bisa menjadi digunakan dalam isolasi, tetapi dalam praktik klinis
biasanya digabungkan untuk mengatasi berbagai kontribusi faktor secara
bersamaan.
Metode perawatan perilaku termasuk tidur pembatasan, kontrol
stimulus dan terapi relaksasi (CBT-I). Pembatasan tidur dirancang untuk
dikompres jendela tidur sedekat mungkin dengan yang sebenarnya waktu
tidur untuk memperkuat drive tidur homeostatis. Jendela ini kemudian
diubah secara bertahap, biasanya aktif setiap minggu, bergantung pada
efisiensi tidur (rasio waktu yang dihabiskan untuk tidur dengan waktu
yang dihabiskan di tempat tidur), sampai waktu tidur yang optimal
tercapai. Metode ini sering dikombinasikan dengan terapi pengendalian
rangsangan, yang melibatkan serangkaian instruksi perilaku yang
dirancang untuk memperkuat asosiasi antara waktu tidur atau lingkungan
kamar tidur dan awal tidur yang cepat dan juga untuk membuat jadwal
tidur-bangun yang konsisten. Ini prosedur perilaku didasarkan pada
pengamatan yang cenderung dilakukan oleh individu dengan insomnia
banyak waktu di tempat tidur, mungkin sebagai mekanisme untuk
mengatasinya gangguan, dan sering datang untuk mengasosiasikan
lingkungan kamar tidur mereka dengan kecemasan kinerja dan frustrasi
karena tidak bisa tidur.
Ada beberapa intervensi berbasis relaksasi itu dapat digunakan dalam
isolasi atau dikombinasikan dengan tidur pembatasan dan prosedur
pengendalian stimulus. Beberapa metode ini, seperti relaksasi otot
progresif, berusaha mengurangi ketegangan fisik, sedangkan yang lain
focus mengurangi pikiran yang mengganggu dan ketegangan mental,
seperti pelatihan pencitraan. Pemilihan relaksasi tertentu metode harus
disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dari individu, tetapi latihan harian
selama beberapa minggu seringkali diperlukan untuk mencapai manfaat
23

dan, dalam banyak kasus, bimbingan profesional pada awalnya diperlukan


untuk mendapatkan hasil yang optimal manfaat terapeutik.
Terapi kognitif berupaya mengubah kesalahpahaman tentang tidur,
keyakinan yang tidak membantu, dan pemikiran negative pola seperti
mengkhawatirkan. Ini biasanya tercapai melalui intervensi verbal dan
eksperimen perilaku di mana pasien dibimbing untuk menguji hipotesis
baru untuk menantang beberapa keyakinan yang tidak membantu dan
mengakar. dan untuk mengurangi kekhawatiran berlebihan tentang tidur
dan dampak yang dirasakan dari sulit tidur. Terapi ini sangat membantu
dalam meringankan tekanan emosional dan menghentikan siklus insomnia
yang sering berkembang.
CBT-I adalah pendekatan psikoterapi singkat yang berfokus pada
tidur dan direktif yang dirancang untuk memandu pasien memodifikasi
perilaku dan pola pikir yang ada dianggap mengabadikan atau
memperburuk insomnia. CBT-I biasanya dilakukan selama empat hingga
enam sesi terapi individu atau kelompok di mana terapis, yang merupakan
psikolog atau terlatih kesehatan mental lainnya dokter, memberikan
panduan untuk mengubah kebiasaan tidur, jadwal tidur dan pola berpikir.
Membuat buku harian tidur harian juga merupakan elemen penting dari
CBT-I. Selain melibatkan pasien dalam proses terapeutik, memungkinkan
dokter mengevaluasi gejala insomnia, jadwal tidur dan faktor yang
memperburuk, dan untuk memantau kemajuan selama terapi. CBT-I bisa
juga dilengkapi dengan bahan-bahan didaktik yang tersedia dalam bentuk
cetak atau di Internet. Studi terbaru telah menghasilkan hasil yang
menjanjikan dengan berbasis DVD dan berbasis Internet CBT-I, meskipun
metode pengiriman pengobatan tersebut harus dianggap sebagai pelengkap
daripada pengganti CBT-I langsung dan tatap muka.
CBT-I sering menjadi pengobatan pilihan untuk penyakit kronis
insomnia. Khasiat CBT-I untuk merawat usia muda dan orang dewasa
yang lebih tua mulai dari usia awal 20-an hingga akhir 70-an, terlepas dari
apakah mereka minum obat, telah didokumentasikan secara ekstensif.
24

Selanjutnya, semakin banyak bukti yang mendukung penggunaannya


dalam pengelolaan insomnia yang merupakan penyakit penyerta dengan
medis masalah, termasuk nyeri dan kanker, dan psikiatri gangguan, seperti
depresi (A.Van Straten, J. Lancee, A. Kleiboer, P. Cuijpers dan C.M.M.,
pengamatan tidak dipublikasikan). Efek CBT-I termasuk peningkatan
kontinuitas tidur dan efisiensi tidur, yang dicapai melalui pengurangan
latensi tidur dan waktu yang dihabiskan untuk terjaga setelah onset tidur
(efek rata-rata ukuran 0,6-0,8). Meskipun ada datanya yang luas
mendukung manfaat CBT-I untuk onset tidur dan pemeliharaan insomnia,
lebih sedikit bukti yang tersedia untuk penderita insomnia yang ditandai
dengan bangun pagi. Berdasarkan hasil yang dilaporkan pasien seperti
Insomnia Severity Index, 70-80% dari pasien diperkirakan mencapai
respons terhadap CBT-I dan sekitar 40% mencapai remisi setelah terapi.
Perbaikan tidur yang dicapai dengan CBT-I terjaga dengan baik dari waktu
ke waktu, dengan bukti manfaat yang berkelanjutan didokumentasikan
hingga 2 tahun setelah pengobatan selesai.
Ada beberapa kontraindikasi terhadap komponen tertentu CBT-I.
Karena pembatasan tidur mungkin terjadi sisa kantuk di siang hari,
sebaiknya tidak digunakan di pasien dengan gejala kantuk di siang hari
yang berlebihan, atau dengan orang yang mengemudi jarak jauh atau
sedang terlibat dalam pekerjaan berbahaya. Batasan tidur juga harus
dihindari atau digunakan dengan hati-hati pasien dengan gangguan bipolar
atau gangguan kejang karena potensi risiko kurang tidur memicu fase
manik atau hipomanik atau kejang. Beberapa instruksi pengendalian
stimulus, seperti bangun dari tempat tidur jika tidak bisa tidur, harus
digunakan dengan hati-hati dengan lansia yang mungkin berisiko jatuh.

B. Konsep Tidur
1. Pengertian Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau menghilang, dan dapat
25

dibangunkan kembalidengan indera atau rangsangan yang cukup (Potter &


Perry, 2006).
Tidur juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang sangat
penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses
ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula,
dengan begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi
segar kembali. Proses pemulihan yang terhambat dapat menyebabkan
organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal, akibatnya orang yang
kurang tidur akan cepat lelah dan mengalami penurunan konsentrasi (Dewi
& Ardani, 2013).

2. Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang
individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat bangun. Kualitas
tidur mencangkup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi
tidur, serta aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur seseorang dikatakan
baik apabila tidak menunjukkan tanda – tanda kekurangan tidur seperti
tidak merasa segar saat bangun di pagi hari, mengantuk berlebihan di siang
hari, area gelap di sekitar mata, kepala terasa berat, rasa letih yang
berlebihan dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya (Potter & Perry,
2006).
Seorang dikatakan memiliki kualitas tidur yang baik apabila tidur
sesuai kebutuhan yaitu 6 jam/hari, selain itu waktu yang diperlukan untuk
bisa tertidur maksimal 30 menit, frekuensi terbangun pada malam hari
tidak terlalu sering, dan juga dapat diukur melalui aspek subjektif seperti
kedalaman dan kepulasan tidur lansia tersebut serta perasaan segar setelah
bangun dari tidur (Bansil et al., 2011)

3. Fisiologi Tidur
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons. Saat keadaan sadar, neuron dalam
Reticular Activating System (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti
26

norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan visual,


pendengaran, nyeri, dan perabaan, juga dapat menerima stimulasi dari
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir (Dewi, 2014).
Saat tidur terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang
berada di pons dan batang otak bagian tengah, yaitu Bulbar Synchronizing
Regional (BSR). Sedangkan pada saat bangun tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik,
dengan demikian sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Dewi, S.R. 2014).

4. Kebutuhan Tidur
Setiap individu berdasarkan kelompok usia memiliki durasi tidur yang
berbeda-beda. Pola tidur dewasa relatif lebih stabil sepanjang masa dewasa
muda hingga dewasa menengah. Siklus tidur dewasa muda dan menengah
terdiri dari tahap 3 mencapai 38%, tahap 4 mencapai 10-15% serta tahap 2
yang mendominasi sekitar 45-55% dari total tidur. Secara keseluruhan
tahapan tidur dewasa muda dan menengah terdiri dari 75-80% tidur
NREM dan 20-25% tidur REM (Pitaloka, 2016).
National Sleep Foundation mengajurkan pada usia dewasa muda
untuk tidur dengan waktu 7-9 jam setiap malam dan mencapai tahapan
tidur yang optimal sehingga merasakan segar saat bangun di pagi hari dan
tubuh melakukan aktivitas sesuai fungsinya. Kebutuhan tidur yang cukup
tidak ditentukan dari jumlah jam tidur (kuantitas tidur) tetapi juga
kedalaman tidur (kualitas tidur). Seseorang dapat tidur dengan waktu
singkat dengan kedalaman tidur yang cukup sehingga pada saat bangun
tidur terasa segar kembali dan pola tidur demikian tidak akan menganggu
kesehatan akan tetapi jika kurang tidur sering terjadi dan berlangsung terus
menerus dapat menganggu kesehatan fisik maupun psikis. Kualitas tidur
seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya (Pitaloka
RD, 2016).
27

5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas dan Kuantitas tidur


Sejumlah faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur.
Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur.
Faktor fisiologis, psikologis,dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan
kuantitas tidur. Faktor yang mempengaruhi tidur lansia adalah sebagai
berikut (Hawari, D, 2013) :
a. Penyakit Fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri atau distres fisik,
ketidaknyamanan fisik, seperti nyeri sendi dapat menyebabkan
masalah tidur. Selain itu, orang dengan nokturia atau berkemih pada
malam hari juga sering mengalami gangguan pada siklus tidurnya
karena menyebabkan kesulitan untuk tidur kembali.
b. Obat – Obatan
Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek samping dari medikasi
umum. Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol
atau mengatasi penyakit kroniknya, dan efek kombinasi dari beberapa
obat tersebut dapat mengganggu tidur secara serius.
c. Gaya Hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Kesulitan
mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan
penurunan penampilan yang berbahaya. Perubahan lain dalam
rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi kerja berat, terlihat
dalam aktivitas sosial pada malam hari, dan perubahan waktu makan
malam.
d. Stress Emosional
Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah
melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
seringnya terjaga saat tidur. Seringkali lansia mengalami kehilangan
28

yang mengarah pada stres emosional. Pensiun, gangguan fisik,


kematian orang yang dicintai, dan kehilangan keamanan ekonomi
merupakan contoh situasi yang mempredisposisi lansia untuk cemas
dan depresi. Lansia dan individu lain yang mengalami depresi, sering
juga mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur, munculnya tidur
REM secara dini, sering terjaga, peningkatan total waktu tidur,
perasaan tidur yang kurang, dan terbangun cepat.
e. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada
kemampuan untuk tidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah
esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, keadaan, dan posisi tempat
tidur juga mempengaruhi kualitas tidur. Suara juga mempengaruhi
tidur, tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang
tergantung pada tahap tidur. Beberapa orang membutuhkan
ketenangan untuk tidur. Sementara yang lain lebih menyukai suara
sebagai latar belakang seperti musik lembut atau televisi. Tingkat
pencahayaan dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Beberapa
klien menyukai ruangan yang gelap, sementara yang lain anak – anak
atau lansia menyukai cahaya remang yang tetap menyala selama tidur.
Klien juga dapat bermasalah tidurnya karena suhu ruangan yang
terlalu panas atau dingin sehingga membuat gelisah.

C. Konsep CBT-I
1. Pengertian CBT-I
Menurut Morin, 2015, CBT-I adalah pendekatan psikoterapi singkat,
fokus pada tidur, dan direktif yang dirancang untuk memandu pasien
mengubah pola perilaku dan berpikir yang dianggap mengabadikan atau
memperburuk insomnia. CBT-I biasanya dilakukan selama empat hingga
enam sesi terapi individu atau kelompok di mana terapis, yang merupakan
psikolog atau dokter terlatih kesehatan mental lainnya, memberikan
panduan untuk mengubah kebiasaan tidur, jadwal tidur, dan pola berpikir.
29

Membuat buku harian tidur harian juga merupakan elemen penting


dari CBT-I. Selain melibatkan pasien dalam proses terapeutik, ini
memungkinkan dokter mengevaluasi gejala insomnia, jadwal tidur dan
faktor yang memperburuk, dan untuk memantau kemajuan selama terapi.
CBT-I juga dapat dilengkapi dengan materi didaktik yang tersedia di
media cetak atau di Internet. Penelitian terbaru telah memberikan hasil
yang menjanjikan dengan berbasis DVD dan CBT-I berbasis Internet,
meskipun metode pemberian pengobatan tersebut harus dianggap sebagai
pelengkap daripada pengganti untuk CBT-I langsung dan tatap muka.

2. Cara Melakukan CBT-I


Menurut Morin, 2015, berikut Cognitive–behavioural therapies untuk
insomnia :
a. Batasan tidur (level 1a *)
Sebuah metode yang dirancang untuk membatasi waktu yang
dihabiskan di tempat tidur (jendela tidur) sedekat mungkin ke waktu
tidur sebenarnya, sehingga memperkuat dorongan tidur homeostatis.
Tidur ini jendela kemudian secara bertahap ditingkatkan selama
beberapa hari atau minggu sampai optimal durasi tidur tercapai.

b. Kontrol stimulus (level 1a)


Satu set instruksi yang dirancang untuk memperkuat hubungan
antara ranjang dan kamar tidur dengan tidur dan untuk membangun
kembali jadwal tidur-bangun yang konsisten:
1) Tidurlah hanya saat mengantuk
2) Bangunlah dari tempat tidur jika tidak bisa tidur
3) Gunakan tempat tidur atau kamar tidur hanya untuk tidur
(tidak membaca atau menonton televisi, dan sebagainya)
4) Bangunlah pada waktu yang sama setiap pagi
5) Tidak ada tidur siang

c. Pelatihan relaksasi (level 1b)


30

Prosedur klinis, misalnya relaksasi otot progresif, bertujuan untuk


mengurangi gairah otonom, ketegangan otot dan pikiran mengganggu
yang mengganggu tidur. Kebanyakan prosedur relaksasi
membutuhkan bimbingan profesional pada awalnya dan setiap hari
berlatih selama beberapa minggu.

d. Terapi kognitif (level 2b bila digunakan sendiri)


Pendekatan psikologis menggunakan pertanyaan Socrates dan
eksperimen perilaku untuk mengurangi kekhawatiran berlebihan
tentang tidur dan mengubah keyakinan yang tidak berguna tentang
insomnia dan konsekuensi siang hari. Biasanya terapi ini
membutuhkan tenaga yang terlatih dan terampil dokter. Strategi
kognitif tambahan mungkin melibatkan niat paradox teknik untuk
mengurangi kecemasan kinerja yang terkait dengan upaya tersebut
tertidur.

e. Intervensi berbasis kesadaran (level 3b)


Prinsip inti dari intervensi berbasis kesadaran adalah kesadaran
yang tidak menghakimi di saat ini. Ini berasal dari meditasi, dan
variannya yang paling umum adalah pengurangan stres berbasis
kesadaran.

f. Pendidikan higiene tidur (bukti tidak cukup)


Pedoman umum tentang praktik kesehatan, termasuk diet,
olahraga dan penggunaan zat, dan faktor lingkungan, seperti cahaya,
kebisingan, dan suhu berlebih yang mungkin terjadi mempromosikan
atau mengganggu tidur. Ini mungkin juga termasuk beberapa
informasi dasar tentang tidur normal dan perubahan pola tidur seiring
bertambahnya usia.

g. Terapi kognitif-perilaku (level 1b )


Intervensi multimodal yang menggabungkan beberapa kognitif
dan perilaku di atas prosedur, seperti kontrol stimulus, pembatasan
31

tidur dan pelatihan relaksasi. Terapi perilaku multikomponen akan


mencakup lebih dari satu perilaku prosedur tetapi tanpa komponen
kognitif.
Menunjukkan tingkat bukti (University of Oxford Center for
Evidence-Based Medicine).Untuk terapi perilaku-kognitif dengan atau
tanpa relaksasi; level 1a untuk multikomponen terapi perilaku tanpa
terapi kognitif.

3. Pengaruh Pemberian CBT-I Terhadap Kualitas Tidur


Menurut Morin, 2015, CBT-I sering kali menjadi pengobatan pilihan
untuk insomnia kronis. Kemanjuran CBT-I untuk merawat orang dewasa
yang lebih muda dan lebih tua mulai dari usia awal 20-an hingga akhir 70-
an, terlepas dari apakah mereka minum obat, telah didokumentasikan
secara ekstensif. Selain itu, semakin banyak bukti yang mendukung
penggunaannya dalam pengelolaan insomnia yang merupakan penyakit
penyerta dengan masalah medis, termasuk nyeri dan kanker, dan gangguan
kejiwaan, seperti depresi.
Efek CBT-I mencakup perbaikan dalam kontinuitas tidur dan efisiensi
tidur, yang dicapai melalui pengurangan latensi tidur dan waktu yang
dihabiskan untuk terjaga setelah permulaan tidur (ukuran efek rata-rata
0,6-0,8). Meskipun ada data ekstensif yang mendukung manfaat CBT-I
untuk onset tidur dan mempertahankan insomnia, lebih sedikit bukti yang
tersedia untuk pasien dengan insomnia yang ditandai dengan bangun pagi.
Berdasarkan hasil yang dilaporkan pasien seperti Insomnia Severity Index,
70-80% pasien diperkirakan mencapai respons terhadap CBT-I dan sekitar
40% mencapai remisi setelah terapi. Perbaikan tidur yang dicapai dengan
CBT-I terjaga dengan baik dari waktu ke waktu, dengan bukti manfaat
berkelanjutan yang didokumentasikan hingga 2 tahun setelah pengobatan
selesai.
Ada beberapa kontraindikasi terhadap komponen tertentu CBT-I.
Karena pembatasan tidur dapat menghasilkan sisa kantuk di siang hari,
32

pembatasan ini tidak boleh digunakan pada pasien dengan gejala kantuk di
siang hari yang berlebihan, atau dengan individu yang mengemudi jarak
jauh atau terlibat dalam pekerjaan berbahaya. Pembatasan tidur juga harus
dihindari atau digunakan dengan hati-hati di antara pasien dengan
gangguan bipolar atau gangguan kejang karena potensi risiko kurang tidur
dapat memicu fase manik atau hipomanik atau kejang. Beberapa instruksi
pengendalian rangsangan, seperti bangun dari tempat tidur jika tidak dapat
tidur, harus digunakan dengan hati-hati dengan manula yang mungkin
berisiko jatuh.

D. Kerangka Teori
Gangguan Faktor yang
Kebutuhan Tidur:
Mempengaruhi:
National
E. Sleep Foundation mengajurkan Kualitas
pada usia dewasa muda untuk tidur Tidur 1.Penyakit Fisik
F.
dengan waktu 7-9 jam setiap malam dan 2.Obat-obatan
Insomnia
G.
mencapai tahapan tidur yang optimal 3.Gaya Hidup

H. merasakan segar saat bangun di 4.Stress Emosional


sehingga
5.Lingkungan
I. hari dan tubuh melakukan aktivitas
pagi
sesuai Penatalaksanaan
J. fungsinya.
Non farmakologis CBT-I Cognitive–
behavioural therapies untuk insomnia :

1. Batasan tidur (level 1a *)


2. Kontrol stimulus (level 1a)
3. Pelatihan relaksasi (level 1b)
4. Terapi kognitif (level 2b bila digunakan sendiri)
5. Intervensi berbasis kesadaran (level 3b)
6. Pendidikan higiene tidur (bukti tidak cukup)
7. Terapi kognitif-perilaku (level 1b )

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Morin (2015), Pitaloka (2016), Hawari (2013).
33

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang
merupakan bagian dari qualitative research. Penelitian kepustakaan atau
kajian literatur (literatur review) merupakan penelitian yang mengkaji atau
meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan atau temuan yang terdapat di
dalam literatur serta merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya
untuk topik tertentu.
Penelitian ini berupaya mengkaji hasil literature review: efektifitas
cognitive beviour therapy for insomnia (CBT-I) terhadap kualitas tidur.
Pengumpulan data pustaka atau yang objek penelitian ini digali melalui
beragam informasi kepustakaan berupa artikel yang dipublikasi pada jurnal
nasional dan internasional.

B. Strategi Pencarian Literature


1. Protokol dan Registrasi
Penelitian ini merupakan rangkuman menyeluruh dalam bentuk
literature review mengenai Efektivitas Cognitive Behaviour Therapy for
Insomnia (CBT-I) terhadap kualitas tidur. Protokol dan evaluasi dari
literature review ini akan menggunakan PRISMA checklist untuk
menentukan penyeleksian studi yang telah ditemukan dan disesuaikan
dengan tujuan dari literature review.

2. Database Pencarian
Pencarian literatur dilakukan pada bulan April 2021. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi diperoleh dari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Sumber
data sekunder yang didapat berupa artikel pada jurnal nasional maupun
internasional yang bereputasi baik dengan tema CBT-I terhadap kualitas

33
34

tidur. Pencarian literatur dalam literature review ini akan menggunakan


empat database dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang, yaitu Pubmed,
Science Direct, Sage serta Research gate.

3. Kata Kunci
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan boolen
operator (AND, OR, NOT or AND NOT) yang digunakan untuk
memperluas atau menspesifikasikan pencarian, sehingga mempermudah
dalam penentuan artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci dalam
literature review ini disesuaikan dengan Medical Subject Heading
(MeSH) dan terdiri dari sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kata Kunci Literature Review


Insomnia Sleep Quality Therapy for Effectiveness of Cognitive
Increase Sleep Behaviour Therapy for
Quality Insomnia (CBT-I)
OR OR OR OR

Sleep The Quality Therapy for Cognitive Behaviour


Disorder of Sleep Increase the Therapy for Insomnia
Quality of Sleep (CBT-I)
OR OR OR OR
Insomnia Quality Sleep Therapy that have Cognitive Behavioural
Disorder an effect on Sleep Therapy for Insomnia
Quality (CBT-I)
OR OR OR OR
Insomnia Kualitas Terapi untuk Efektivitas Cognitive
Tidur meningkatkan Behaviour Therapy untuk
kualitas tidur Insomnia (CBT-I)

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS
framework, yang terdiri dari:
1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis
sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.
2. Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanaan terhadap kasus
perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan
studi sesuai dengan yang sudah ditentukan dalam literature review.
35

3. Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang digunakan


sebagai pembanding jika tidak ada bisa menggunakan kelompok kontrol
dalam studi yang terpilih
4. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperoleh pada studi terdahulu yang
sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.
5. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang
akan di review.

Tabel 3.2 PICOS Frameworks Studi Literature Review :


Efektifitas Cognitive Beviour Therapy for Insomnia (CBT-I)
terhadap Kualitas Tidur.

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population Studi Cognitive Behaviour Studi Cognitive Behaviour
(Populasi) Therapy for Insomnia (CBT-I) Therapy for Insomnia (CBT-I)
yang hasilnya efektif terhadap yang hasilnya efektif namun
kualitas tidur tidak terhadap kualitas tidur
Intervention Studi intervensi Cognitive Studi tidak sesuai dengan
(Intervensi) Behaviour Therapy for intervensi Cognitive
Insomnia (CBT-I) pada Behaviour Therapy for
kelompok intervensi Insomnia (CBT-I)
Comparations No Comparator
(Perbandingan)
Outcomes Efektif mampu menangani Efektif mampu menangani
(Hasil) kualitas tidur penderita insomnia pada penderita
insomnia dengan intervensi insomnia dengan intervensi
Cognitive Behaviour Therapy Cognitive Behaviour Therapy
for Insomnia (CBT-I) for Insomnia (CBT-I) namun
tidak membahas efektifitas
pada kualitas tidur
Study design Quasi eksperiment, No exclusion
and publication randomized control and trial,
type (Desain
studi dan tipe
publikasi)
Publication Artikel yang diterbitkan Artikel yang diterbitkan
years (Tahun setelah (Post) 2016 hingga sebelum (Pre) 2016.
Publikasi) 2021
Languange Artikel yang diterbitkan Artikel yang diterbitkan tidak
(Bahasa) menggunakan bahasa menggunakan bahasa
Indonesia dan Inggris Indonesia dan Inggris
36

D. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas


1. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi
Berdasarkan hasil pencarian pada mesin pencari di Pubmed,
Science Direct, Sage serta Research gate. menggunakan kata kunci yang
sudah disesuaikan dengan MeSH pada table 3.1. Dari hasil pencarian
peneliti mendapatkan jumlah artikel yang sesuai dengan kata kunci
tersebut. Hasil pencarian yang sudah didapatkan lalu diperiksa duplikasi,
sehingga akan ditemukan jumlah artikel yang sama dan sisah jurnal yang
tidak sama akan dikeluarkan. Peneliti kemudian akan melakukan skrining
berdasarkan judul, abstrak, dan full text yang disesuaikan dengan tema
literature review. Assessment yang dilakukan berdasarkan kelayakan
terhadap kriteria inklusi dan eksklusi akan didapatkan jumlah artikel yang
bisa dipergunakan dalam literature review. Hasil seleksi artikel studi
digambarkan Diagram Flow PRISMA checklist sebagai berikut:

Pencarian menggunakan keyword melalui Ekslusi (n= 116)


database Pubmed, Science Direct, Sage Populasi
serta Research gate (n=122) - Studi CBT-I yang hasilnya efektif namun
tidak terhadap kualitas tidur. (n= 99)
Intervensi
Seleksi 5 tahun terakhir (n=88) - Studi tidak sesuai dengan intervensi CBT-I
(n= 0)
Seleksi duplicat (n= 88) Outcome
- Efektif mampu menangani insomnia pada
penderita insomnia dengan intervensi CBT-I
Identifikasi Judul (n= 23)
namun tidak membahas efektifitas pada
kualitas tidur(n=17 )

Identifikasi Abstrak (n= 6) Eksklusi (n=0)


Populasi
- Studi CBT-I yang hasilnya efektif namun
tidak terhadap kualitas tidur. (n= 0)
Intervensi
Jurnal dianalisa sesuai dengan data - Studi tidak sesuai dengan intervensi CBT-I
inklusi, rumusan masalah dan tujuan (n= 0)
( n= 6) Outcome
- Efektif mampu menangani insomnia pada
penderita insomnia dengan intervensi CBT-I
Jurnal diambil dan dinilai kualitasnya namun tidak membahas efektifitas pada
(n= 6) kualitas tidur (n= 0)

Bagan 3.1 Diagram Flow Hasil Literature Review Efektivitas Cognitive Behaviour
Therapy for Insomnia (CBT-I) Berdasarkan PRISMA 2009 (Polit and Beck, 2013)
37

2. Penilaian Kualitas
Jurnal yang telah terkumpul akan diteliti satu demi satu. Pada
tahapan pertama harus dipastikan apakah sesuai dengan kriteria inklusi
yang telah ditetapkan. Apabila hasil penulusaran awal sangat banyak,
maka penyaringan dapat dilakukan dengan cara menilai abstrak masing-
masing artikel. Setelah artikel sesuai dengan kriteria, selanjutnya laporan
studi dinilai kualitasnya oleh peneliti. Penilaian akan diukur
menggunakan Critical appraisal yang telah dilampirkan di halaman
lampiran untuk menilai studi yang memenuhi syarat dilakukan oleh para
peneliti.
Peneliti akan menganalisis kualitas metodologi dalam setiap studi
yang telah memenuhi kelayakan kriteria inklusi dan eksklusi dengan
Checklist daftar penilaian dengan beberapa pertanyaan untuk menilai
kualitas dari studi. Penilaian kriteria diberi nilai 'ya', 'tidak', 'tidak jelas'
atau 'tidak berlaku', dan setiap kriteria dengan skor 'ya' diberi satu poin
dan nilai lainnya adalah nol, setiap skor studi kemudian dihitung dan
dijumlahkan. Critical appraisal juga akan digunakan untuk menilai studi
yang memenuhi syarat dilakukan oleh para peneliti.
Jika skor penelitian setidaknya 50% memenuhi kriteria critical
appraisal dengan nilai titik cut-off yang telah disepakati oleh peneliti,
maka studi dimasukkan ke dalam kriteria inklusi. Peneliti mengecualikan
studi yang berkualitas rendah untuk menghindari bias dalam validitas
hasil dan rekomendasi ulasan. Dalam skrining terakhir, peneliti akan
mendapatkan jumlah studi yang mencapai skor lebih tinggi dari 50%,
studi diberi peringkat dari nilai satu sampai enam, dengan satu menjadi
nilai kualitas tertinggi. penelitian dengan skor yang sama dibedakan
peringkatnya berdasarkan jumlah subjek. Studi dengan jumlah subjek
yang lebih besar menerima peringkat yang lebih tinggi dan siap untuk
dilakukan sintesis data, akan tetapi akan ada juga penilaian terhadap
risiko bias, jika terdapat risiko bias akan ada sejumlah studi yang akan
38

dikeluarkan, sehingga akan didapatkan jumlah artikel yang dapat


digunakan dalam literature review.
Risiko bias dalam literature review ini menggunakan asesmen pada
metode penelitian masing-masing studi, yang terdiri dari (Nursalam,
2020):
a. Teori : Teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan
kredibilitas yang kurang.
b. Desain : Desain kurang sesuai dengan tujuan penelitian.
c. Sample : Ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu Populasi,
sampel, sampling, dan besar sampel yang tidak
sesuai dengan kaidah pengambilan sampel.
d. Variabel : Variabel yang ditetapkan kurang sesuai
dari segi jumlah, pengontrolan variabel perancu,
dan variabel lainya.
e. Instrumen : Instrument yang digunakan tidak memeliki
sesitivitas, spesifikasi dan validatas-reliablitas
f. Analisis Data : Analisis data tidak sesuai dengan kaidah analisis
yang sesuai dengan standar.
39

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

A. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi


Hasil literature review ini telah dilakukan pencarian artikel pada 4 data
base yaitu Pubmed, Science Direct, Sage serta Research gate. Kata kunci
yang digunakan disesuaikan dengan MeSH pada Tabel 3.1. Dari hasil
pencarian peneliti mendapatkan 122 artikel yang sesuai dengan kata kunci
tersebut. Hasil Pencarian yang sudah didapatkan kemudian diseleksi terhadap
publikasi 5 tahun terakhir, ditemukan terdapat 88 artikel dengan publikasi 5
tahun terakhir. Peneliti kemudian melakukan pemeriksaan duplikasi terhadap
88 artikel tersebut, tidak ditemukan artikel yang sama di antara database,
sehingga didapatkan 88 artikel yang tidak terduplikasi (n= 88).
Peneliti kemudian melanjutkan penyeleksian dengan mengidentifikasi
berdasarkan ketepatan judul yang menggunakan intervensi CBT untuk pasien
dengan insomnia dan telah tersaring menjadi 23 artikel (n=23), lalu
mengidentifikasi abstrak dari setiap artikel berdasarkan kualitasnya dan
disaring berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sesuai dengan PICOS
Frameworks di Tabel 3.2 dengan 7 kriteria yaitu (1) Population; (2)
Intervention; (3) Comparations; (4) Outcomes; (5) Study design and
publication type; (6) Publication years; (7) Languange (Bahasa) sehingga
tersaring menjadi 6 artikel (n=6).
Tahap selanjutnya yaitu peniliti melakukan tahap penilaian kualitas.
Penilaian telah diukur menggunakan Critical appraisal dengan menganalisis
kualitas metodologi dalam setiap studi yang telah memenuhi kelayakan
kriteria inklusi dan eksklusi. Terdapat 2 jenis Critical appraisal yang
digunakan dalam literature review ini, yaitu Critical Apprasial Checklist
Studi Randomized Controlled Trials untuk menilai 3 dari 6 artikel dan
Critical Apprasial Checklist Studi Quasi-Experimental (Non-Randomized
Experimental Studi) untuk menilai 3 artikel lainnya. Penilaian kriteria telah
dilakukan penilaian 'ya', 'tidak', 'tidak jelas' atau 'tidak berlaku', dan setiap

39
40

kriteria dengan skor 'ya' diberi satu poin dan nilai lainnya adalah nol, setiap
skor studi kemudian dihitung dan dijumlahkan serta diharapkan memenuli
kriteria skor penelitian setidaknya 50%.
Telah didapatkan hasil skor bahwa 6 artikel penelitian telah memenuhi
kriteria critical appraisal dengan nilai titik cut-off yang telah disepakati oleh
peneliti, dengan 4 artikel dengan skor 100%, dan 2 artikel lainnya dengan
skor 88,8%, selanjutnya artikel tersebut diberi peringkat dari nilai satu sampai
enam, penelitian dengan skor yang sama dibedakan peringkatnya berdasarkan
banyaknya jumlah subjek atau responden yang diikut sertakan, serta penilaian
terhadap risiko bias berupa kualitas tertinggi melihat dari observasi kualitas
dan ketelitian metode dari setiap artikel. Studi dengan jumlah subjek yang
lebih besar menjadi peringkat yang lebih tinggi dan dan ke 6 artikel yang ada
tidak memiliki risiko bias dan telah siap untuk dilakukan sintesis data yang
bisa dipergunakan dalam literature review. Hasil penilaian critical apraisal
artikel/jurnal studi dapat digambarkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Penilaian Critical Appraisal Literature Review : Efektifitas Cognitive
Behavior Therapy For Insomnia (CBT-I) Terhadap Kualitas Tidur
No PENULIS JUDUL SKOR

1 Rajabi et al., ―Efficacy of a Theory-Based Cognitive Behavioral


Technique App-Based Intervention for Patients With 100%
(2020)
Insomnia: Randomized Controlled Trial‖
2 Hwang et ―The Effect of Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia
In Schizophrenia Patients With Sleep Disturbance: A Non- 100%
al., (2019)
Randomized, Assessor-Blind Trial‖
3 Feuerstein et ―Computerized Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia
in a Community Health Setting‖ 100%
al., (2017)
4 Sato et al., ―Effectiveness of Internet-Delivered Computerized Cognitive
Behavioral Therapy for Patients With Insomnia Who
(2019) 100%
Remain Symptomatic Following Pharmacotherapy:
Randomized Controlled Exploratory Trial‖

5 Leonard dan ―The Effects of App-Delivered Cognitive Behavioral


Therapy for Insomnia (CBT-I) on Sleep Quality,
duncan 88,8%,
Dysfunctional Beliefs, and Sleep Hygiene‖
(2020)
6 Hapsari dan dengan judul ―Efektivitas Cognitive Behavior Therapy
(CBT) Untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Penderita Gejala
Kurniawan 88,8%,
Insomnia Usia Dewasa Awal‖
(2019)
41

B. Karakteristik Studi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
tidak diperoleh dari pengamatan langsung melainkan dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti-peneliti berkenaan dengan Efektivitas Cognitive
Behaviour Therapy for Insomnia (CBT-I) Terhadap Kualitas Tidur. Pemilihan
sumber didasarkan pada empat aspek yakni : (1) Provenance (bukti), yakni
aspek kredensial penulis dan dan didukung bukti; (2) Objectivity
(objektivitas) yakni apakah ide perspekti dari penulis memiliki banyak
kegunaan atau justru merugikan; (3) Persuasiveness (derajat keyakinan)
yakni apakah pernyataan atau kesimpulan penulis meyakinkan; (4) Value
(nilai kontribusi) yakni apakah argumen penulis meyakinkan, serta memiliki
kontribusi terhadap penelitian lain yang signifikan.
Sumber utama penelitian ini dengan kualitas tertinggi merupakan artikel
penelitian dari Rajabi et al., (2020) dengan judul ―Efficacy of a Theory-Based
Cognitive Behavioral Technique App-Based Intervention for Patients With
Insomnia: Randomized Controlled Trial‖. Jurnal tersebut di terbitkan oleh
Journal of Medical Internet Research Vol 22, No 4 pada tahun 2020.
Sumber lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) Hwang et
al., (2019) ―The Effect of Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia In
Schizophrenia Patients With Sleep Disturbance: A Non-Randomized,
Assessor-Blind Trial‖ ; (2) Feuerstein et al., (2017) ―Computerized Cognitive
Behavioral Therapy for Insomnia in a Community Health Setting‖ ; (3) Sato
et al., (2019) ―Effectiveness of Internet-Delivered Computerized Cognitive
Behavioral Therapy for Patients With Insomnia Who Remain Symptomatic
Following Pharmacotherapy: Randomized Controlled Exploratory Trial‖ ;
(4) Leonard dan Duncan., (2020), ―The Effects of App-Delivered Cognitive
Behavioral Therapy for Insomnia (CBT-I) on Sleep Quality, Dysfunctional
Beliefs, and Sleep Hygiene‖; (5) Hapsari dan Kurniawan (2019) ―Efektivitas
Cognitive Behavior Therapy (CBT) Untuk Meningkatkan Kualitas Tidur
Penderita Gejala Insomnia Usia Dewasa Awal‖.
Berikut table karakteristik studi enam artikel hasil pencarian literature :
42

Tabel 4.6 Karakteristik Studi Literature Review: Efektifitas Cognitive Behavior Therapy For Insomnia (CBT-I)
Terhadap Kualitas Tidur

No. Jurnal
Penulis/Judul Tujuan Sampel Desain Studi Temuan Penting
Volume
1 Rajabi et al., Journal of Studi ini 156 pasien Randomized Sleep hygiene (seperti kualitas tidur dan tingkat
(2020), dengan Medical bertujuan untuk dengan Controlled beratnya insomnia) meningkat pada kelompok
judul ―Efficacy of a Internet meneliti tentang insomnia trial CBT-I dibandingkan dengan kelompok Patients
Theory-Based Research efektivitas jangka mendapatkan Education (PE) (P = .02 pada 1 bulan, P = .04
Cognitive Vol 22, panjang dari terapi CBT-I pada 3 bulan, dan P = 0,02 pada 6 bulan
Behavioral No 4 aplikasi berbasis intervensi). Intervensi CBT-I berbasis teori ini
Technique App- teori atau theory- menunjukkan efek yang menjanjikan dalam
Based Intervention based app mengobati masalah tidur bagi pasien insomnia.
for Patients With (termasuk terapi Setelah menerima CBT-I yang layak dan singkat
Insomnia: CBT [cognitive (yaitu, 6 minggu), pasien insomnia menunjukkan
Randomized behavioral perilaku sleep hygiene yang lebih baik, kualitas
Controlled Trial‖ therapy] pada tidur yang lebih baik, dan keparahan insomnia
sleep hygiene yang lebih sedikit.
diantara pasien
insomnia.
2 Hwang et al., Jurnal Studi ini 31 pasien A non- Studi menunjukkan bahwa CBT-I efektif untuk
(2019) dengan judul Elsevier bertujuan untuk schizophreni randomized mengurangi gejala insomnia pada pasien
―The Effect of Psychiatr mengevaluasi a dengan experimental skizofrenia dan efeknya bertahan selama 4
Cognitive y efek dari terapi insomnia studi / Quasi minggu setelah intervensi. Ditunjukkan dengan
Behavioral Therapy Research CBT-I yang mendapatkan Experimental perkembangan kedua kelompok yang signifikan
for Insomnia In Volume disampaikan terapi CBT-I pada skor ISI (Insomnia Severity Index) dan
Schizophrenia 274, April dalam format PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index).
Patients With Sleep 2019, kelompok pada Pengujian post-hoc menunjukkan bahwa,
Disturbance: A Pages gejala insomnia. kelompok CBT-I menunjukkan penurunan yang
Non-Randomized, 182-188 signifikan pada ISI (ISI; F = 56.184, p <0.001)
Assessor-Blind dengan ukuran efek sedang (d = 0,5) dan PSQI
Trial‖ (PSQI total score; F = 28.869, p < 0.001)pada
minggu ke-4 dan ke-8
43

3 Feuerstein et al., Journal of Studi saat ini 18 pasien Randomized Studi menunjukkan bahwa cb-CBT-I
(2017) dengan judul Clinical bertujuan untuk dengan Controlled meningkatkan kualitas tidur pada individu
―Computerized Sleep mengeksplorasi insomnia trial dengan insomnia dan penyakit mental yang
Cognitive Medicine, Apakah mendapatkan terjadi bersamaan. Peningkatan signifikan pada
Behavioral Therapy Vol. 13, penggunaan terapi cb- PSQI menunjukkan bahwa menerapkan
for Insomnia in a No. 2 Computer-based CBT-I pengobatan cb-CBT-I di pusat kesehatan mental
Community Health delivery of CBT-I komunitas akan menjadi pengobatan yang
Setting‖ (cb-CBT-I) yang sederhana dan efektif untuk meningkatkan
dapat diakses di kualitas tidur dalam waktu singkat.
pusat kesehatan Tes post hoc menunjukkan perbedaan antara
mental komunitas kelompok pada minggu ke 6 (p = 0,02), dengan
akan efektif dan penurunan skor PSQI yang signifikan secara
layak atau tidak. statistik pada kelompok cb-CBT-I (p = 0,0006).
4 Sato et al., (2019) Journal of Penelitian ini 11 pasien Randomized Hasil ini menunjukkan bahwa program ICBT
dengan judul Medical bertujuan untuk dengan Controlled dalam 6 minggu ini adalah pengobatan
―Effectiveness of Internet menguji insomnia trial tambahan yang efektif untuk Usual Care (UC)
Internet-Delivered Research keefektifan mendapatkan untuk memperbaiki insomnia dan gejala terkait
Computerized Vol 21, program internet- terapi ICBT bahkan setelah terapi dengan farmakoterapi
Cognitive No 4 delivered gagal. Terjadi penurunan rata-rata (-6.11) di
Behavioral Therapy computerized PSQI pada minggu ke-6 dari baseline pada
for Patients With cognitive kelompok ICBT plus UC secara signifikan
Insomnia Who behavioral (P <0,001) lebih besar dari pengurangan rata-
Remain therapy (ICBT) rata yang disesuaikan (0,40) pada kelompok UC
Symptomatic sebagai tambahan saja. Perbedaan yang signifikan juga ditemukan
Following untuk UC (usual dalam terapi ini yaitu, latensi onset tidur,
Pharmacotherapy: care). efisiensi tidur, jumlah terbangun, dan depresi di
Randomized semua poin penilaian. Refreshment, soundness of
Controlled sleep, anxiety, and quality of life meningkat pada
Exploratory Trial‖ minggu ke 6 di ICBT ditambah UC dibanding
dengan UC saja.
44

5 Leonard dan PSI CHI Tujuan utama dari 22 Partisipan Quasi Hipotesis pertama menyatakan bahwa intervensi
Duncan (2020) Journal of studi ini adalah dengan Experimental akan menghasilkan peningkatan kualitas tidur
dengan judul ―The Psycholog untuk insomnia dengan dari pretreatment ke posttreatment yang diukur
Effects of App- ical menginvestigasi desain dengan PSQI. Perubahan rata-rata dari
Delivered Cognitive Research efektivitas CBT_I eksperimen pretreatment ke post treatment dibandingkan
Behavioral Therapy dalam Coach untuk one group dengan menggunakan uji t sampel berpasangan.
for Insomnia (CBT- Special meningkatkan pre-test post- Saat pengukuran kualitas tidur sebelum dan
I) on Sleep Quality, Issue kualitas tidur. test sesudah tes menggunakan PSQI (pretest: M =
Dysfunctional 2020 7,82, SD = 3,25; posttest: M = 5.55, SD = 2.4)
Beliefs, and Sleep Volume dibandingkan, peningkatan yang signifikan
Hygiene‖ 25.3 ditemukan, PSQI t (21) = 4.38, p <.001, d =
0.93. Dari tujuh skor komponen, perubahan rata-
rata yang signifikan paling terlihat pada kualitas
tidur subjektif, latensi tidur, dan daytime
dysfunction.
6 Hapsari dan Jurnal Tujuan dari 16 responden Quasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Kurniawan . (2019) Ilmu penelitian ini dengan Experimental Cognitive Behavior Therapy (CBT) efektif
dengan judul Keluarga adalah menguji Insomnia dengan untuk meningkatkan kualitas tidur pada
―Efektivitas & efektivitias desain penderita insomnia usia dewasa awal. Hal ini
Cognitive Behavior Konsume Cognitive eksperimen dibuktikan dengan penurunan tingkat
Therapy (CBT) n Behavior Therapy one group keparahan subjek dari skor pre-test ke posttest
Untuk Volume (CBT) untuk pre-test post- dengan alat ukur ISI ( pretest: M = 19.6, SD =
Meningkatkan 12, No.3 meningkatkan test 2.1; posttest : M = 16.6, SD = 1.5) dan PSQI (M
Kualitas Tidur kualitas tidur pada = 13.5, SD = 2.5; post test : M = 8, SD = 0,8)
Penderita Gejala penderita gejala
Insomnia Usia insomnia usia
Dewasa Awal‖ dewasa awal
45

C. Karakteristik Responden Studi


1. Usia
Usia penderita insomnia berdasakan hasil penelusuran pada 6 artikel
ilmiah ini akan diuraikan sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Rajabi dan tim pada tahun 2020 di
Irak terhadap 156 responden yang menderita insomnia. Karakteristik usia
penderita insomnia yang dilaporkan yaitu rerata usia 36.21 tahun (Rajabi
et al., 2020).
Adapun penelitian Hwang pada tahun 2019 dilakukan di Korea
Selatan terhadap 31 responden schizophrenia yang menderita insomnia.
Karateristik rerata usia penyadnang insomnia yang dilaporkan yaitu 45.7
tahun (Hwang et al., 2019).
Pada penelitan Feuerestein dan tim di tahun 2017 yang dilakukan di
Amerika terhadap 18 responden yang menderita insomnia. Karakteristik
usia penderita insomnia yang dilaporkan yaitu rerata usia 48 tahun
(Feuerestein et al., 2017).
Hasil dari penelitian Sato pada tahun 2020 di Jepang terhadap 11
responden yang menderita insomnia. Karakteristik usia penderita insomnia
yang dilaporkan yaitu rerata usia 49.4 tahun (Sato et al., 2020).
Penelitan Leonard pada tahun 2020 di United Stated terhadap 22
responden yang menderita insomnia. Karakteristik usia penderita insomnia
yang dilaporkan yaitu rerata usia 22 tahun (Leonard, 2020).
Pada penelitian yang dilakukan Hapsari 2019 di Indonesia terhadap
16 responden yang menderita insomnia. Karakteristik usia penderita
insomnia yang dilaporkan yaitu rerata usia 22.5 tahun (Hapsari, 2019).
Hasil analisa terhadap 6 literatur diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berusia 36 to 55 tahun (middle age) dengan
jumlah responden yaitu 216 orang (85%), serta penelitian lainnya
menunjukan responden yang berusia 18-35 tahun (young adulthood)
dengan jumlah responden 38 orang (15%). Pada 6 literature tidak di
temukan responden yang berusia 56 tahun ke atas (older adulthood).
46

2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin penderita insomnia berdasakan hasil penelusuran pada
6 artikel ilmiah ini akan diuraikan sebagai berikut:
Pada penelitian Rajabi (2020), ditemukan bahwa responden wanita
lebih banyak dari pada pria. Sebanyak 72 responden (46%) berjenis
kelamin laki-laki dan 84 responden (54%) berjenis kelamin perempuan.
Pada penelitian Hwang (2019), ditemukan bahwa responden pria
lebih banyak dari pada wanita. Sebanyak 16 responden (52%) berjenis
kelamin laki-laki dan 15 responden (48%) berjenis kelamin perempuan.
Adapun pada penelitian Feuerestein (2017), di temukan bahwa
responden wanita lebih banyak dari pada pria. Sebanyak 8 responden
(44%) berjenis kelamin laki-laki dan 10 responden (56%) berjenis kelamin
perempuan.
Penelitian Sato (2020), mengungkapkan bahwa responden wanita
jauh lebih banyak dari pada pria. Sebanyak 2 responden (18%) berjenis
kelamin laki-laki dan 9 responden (82%) berjenis kelamin perempuan.
Leonard (2020) mengemukakan bahwa responden wanita jauh lebih
banyak dari pada pria. Sebanyak 5 responden (23%) berjenis kelamin laki-
laki dan 17 responden (77%) berjenis kelamin perempuan.
Penemuan yang dikemukakan oleh Hapsari (2019) bahwa responden
terbanyak ada pada wanita, dengan seluruh respondennya yang berjenis
kelamin perempuan dengan berjumlah 16 orang (100%) dan sama sekali
tidak memiliki responden laki-laki (0%).
Berdasarkan hasil analisisi terhadap 6 sampe penelitian tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa jumlah responden berjenis kelamin
perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah responden laki-
laki. Jumlah total responden yang mengalami insomnia yaitu 254
responden (100%) yang terdiri dari laki-laki sebanyak 103 responden
(41%) dan perempuan sebanyak 151 responden (59%).
47

3. Pekerjaan
Karaktersitik pekerjaan penderita insomnia pada 6 sampel penelitian
yang dilakukan review, dapat dirauiakn sebagai berikut:
Pada penelitian Rajabi (2020) ditemukan bahwa keseluruhan (100%)
responden yang mengalami insomnia memiliki pekerjaan rutin sebagai
mahasiswa, yaitu sebanyak 156 responden. Adapun penelitian yang
dilakukan oleh Leonard (2020) melaporkan bahwa seluruh respondennya
(100%) yang berjumlah 22 orang bekerja sebagai mahasiswa, sedangkan
pada penelitian Hapsari (2019) menyebutkan mayoritas responden dengan
insomnia memiliki pekerjaan. 12 dari 16 orang adalah pekerja (75%),
dengan 8 orang bekerja sebagai mahasiswa dan 4 orang bekerja sebagai
karyawan, serta 4 dari 16 responden lainnya (25%) tidak bekerja.
Di dalam penelitian Hwang (2019), ditemukan bahwa mayoritas
responden sebanyak 26 dari 31 orang (84%) berkerja sebagai karyawan
dan 5 dari 31 responden lainnya (16%) tidak bekerja. Hal tersebut juga
ditemukan pada penelitian Sato (2020) bahwa mayoritas responden
sebanyak 9 dari 11 responden (82%) memiliki pekerjaan sebagai
karyawan, serta 2 dari 11 responden lainnya (18%) tidak bekerja. Berbeda
dari lima penelitian lainnya, pada penelitian Feuerestein (2017) ditemukan
mayoritas responden sebanyak 14 dari 18 responden (16%) tidak bekerja
dan 4 dari 18 responden (22%) bekerja sebagai karyawan.
Berdasarkan dari hasil analisa 6 literatur telah didapatkan bahwa
jumlah responden yang memiliki pekerjaan lebih banyak jika
dibandingkan dengan jumlah responden yang tidak memiliki pekerjaan.
Jumlah total responden yang memiliki pekerjaan yaitu 229 responden
(90%), dengan jumlah responden yang bekerja sebagai mahasiswa
sebanyak 186 responden (73%), sebagai karyawan sebanyak 43 responden
(17%), serta jumlah total responden yang tidak memiliki pekerjaan yaitu
24 responden (10%).
48

D. Gambaran Hasil Efektivitas Cognitive Behavior Therapy for Insomnia


(CBT-I) Terhadap Kualitas Tidur Pada Kelompok Intervensi.
Hasil analisa literatur menunjukkan bahwa enam dari enam literatur
(100%) memilih untuk menggunakan Indeks kualitas tidur PSQI atau
Pittsburgh Sleep Quality Index (Chronbach’s Alpha=0,83) yang
dikembangkan oleh Buysse (1989). Pittsburgh Sleep Quality Index ini terdiri
dari 19 pertanyaan dengan rentang nilai 0-3 untuk masing-masing jawaban
(tidak ada dalam satu bulan terakhir, kurang dari satu minggu sekali, satu atau
dua kali dalam seminggu, dan tiga kali atau lebih dalam seminggu).
Alat ukur ini dapat memberikan gambaran kualitas tidur individu
selama satu bulan terakhir. Alat ukur ini dibagi menjadi 7 komponen, yaitu
kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur,
gangguan saat tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi pada siang hari.
Hasil pada penelitian Rajabi et al., (2020), dengan judul ―Efficacy of a
Theory-Based Cognitive Behavioral Technique App-Based Intervention for
Patients With Insomnia: Randomized Controlled Trial‖ terbukti bahwa,
penggunaan CBT-I menghasilkan perkembangan yang signifikan terhadap
kualitas tidur (P = 0.02 pada 1 bulan, P = 0.04 pada 3 bulan, dan P = 0,02
pada 6 bulan intervensi). Intervensi CBT-I berbasis teori ini menunjukkan
efek yang menjanjikan dalam mengobati masalah tidur bagi pasien insomnia.
Setelah menerima CBT-I yang layak dan singkat yaitu 6 bulan, pasien
insomnia menunjukkan kualitas tidur yang lebih baik dan CBT-I
menunjukkan perbaikan yang berlangsung selama 6 bulan setelah intervensi
berakhir.
Penelitian Hwang et al., (2019) dengan judul ―The Effect of Cognitive
Behavioral Therapy for Insomnia In Schizophrenia Patients With Sleep
Disturbance: A Non-Randomized, Assessor-Blind Trial‖. Hasil studi
menunjukkan bahwa CBT-I efektif pada pasien skizofrenia dan efeknya
bertahan selama 4 minggu setelah intervensi. Ditunjukkan dengan
perkembangan kelompok intervensi yang signifikan pada skor PSQI
(Pittsburgh Sleep Quality Index). Pengujian post-hoc menunjukkan bahwa,
49

kelompok CBT-I menunjukkan penurunan yang signifikan pada PSQI (PSQI


total score; F = 28.869, p < 0.001, subjective sleep quality; F = 19.075, p <
0.001, sleep duration; F = 24.476, p < 0.001, sleep efficiency; F = 13.419, p <
0.001, dan daytime dysfunction; F = 6.237, p = 0.003) pada minggu ke-4 dan
ke-8 dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Feuerstein et al., (2017) dengan judul ―Computerized Cognitive
Behavioral Therapy for Insomnia in a Community Health Setting‖. Hasil
analisis Tes post hoc menunjukkan perbedaan pada minggu ke 6 (p = 0,02),
dengan penurunan skor PSQI yang signifikan secara statistik pada kelompok
cb-CBT-I (p = 0,0006) tetapi tidak pada grup sleep diary (p = 0,35). Hasil
studi menyimpulkan bahwa cb-CBT-I terbukti mampu meningkatkan kualitas
tidur pada individu dengan insomnia dan penyakit mental yang terjadi
bersamaan. Peningkatan signifikan pada PSQI menunjukkan bahwa
penerapan pengobatan cb-CBT-I di pusat kesehatan mental komunitas akan
menjadi pengobatan yang sederhana dan efektif untuk meningkatkan kualitas
tidur dalam waktu singkat.
Penelitian Sato et al., (2019) dengan judul ―Effectiveness of Internet-
Delivered Computerized Cognitive Behavioral Therapy for Patients With
Insomnia Who Remain Symptomatic Following Pharmacotherapy:
Randomized Controlled Exploratory Trial‖. Terjadi penurunan rata-rata (-
6.11) di PSQI pada minggu ke-6 dari baseline pada kelompok intervensi
ICBT plus UC secara signifikan (P <0,001) kesegaran, gangguan suara dalam
tidur, kegelisahan, and kualitas hidup meningkat pada minggu ke 6 di ICBT
ditambah UC dibandingkan dengan UC saja. Tidak ada laporan efek samping
pada kedua kelompok selama penelitian. Hasil studi menyimpulkan bahwa
program ICBT adalah pengobatan tambahan yang efektif untuk Usual Care
(UC) dalam memperbaiki kualitas tidur penderita insomnia dan gejala terkait
bahkan setelah gagal dalam terapi farmakoterapi.
Pada penelitian Leonard et al., (2020) dengan judul ―The Effects of App-
Delivered Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia (CBT-I) on Sleep
Quality, Dysfunctional Beliefs, and Sleep Hygiene‖. Perubahan rata-rata dari
50

pre treatment ke post treatment telah dibandingkan dengan menggunakan uji


t sampel berpasangan. Pengukuran kualitas tidur sebelum dan sesudah
menggunakan tes PSQI (pretest: M = 7,82, SD = 3,25; posttest: M = 5.55, SD
= 2.4). Saat dibandingkan ditemukan peningkatan yang signifikan pada PSQI
t (21) = 4.38, p <.001, d = 0.93. Dari tujuh skor komponen, ditemukan bahwa
perubahan rata-rata yang signifikan paling terlihat pada kualitas tidur
subjektif, latensi tidur, dan daytime dysfunction. Sehingga Hasil dari
penggunaan CBT-I menghasilkan perkembangan yang signifikan terhadap
kualitas tidur.
Pada penelitian Hapsari (2019) dengan judul ―Efektivitas Cognitive
Behavior Therapy (CBT) Untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Penderita
Gejala Insomnia Usia Dewasa Awal‖. Studi memperlihatkan bukti penurunan
tingkat keparahan subjek dari skor pre-test ke posttest insomnia dan kualitas
tidur dengan alat ukur ISI ( pretest: M = 19.6, SD = 2.1; posttest : M = 16.6,
SD = 1.5) dan PSQI (M = 13.5, SD = 2.5; post test : M = 8, SD = 0,8) . Hasil
menunjukkan adanya perbedaan signifikan terhadap kualitas tidur keempat
subjek sebelum dan sesudah dilakukan intervensi CBT. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Cognitive Behavior Therapy (CBT) efektif untuk
meningkatkan kualitas tidur pada penderita insomnia usia dewasa awal.
Hasil analisa literatur didapatkan bahwa enam dari enam artikel
menunjukkan gambaran hasil bahwa Cognitive Behavior Therapy for
Insomnia (CBT-I) terbukti efektivitas terhadap perbaikan kualitas tidur pada
kelompok intervensi.
51

BAB V
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden Studi


1. Usia
Usia merupkan salah satu faktor yang mempengaruhi individu
untuk dapat menderita insomnia (Morin, 2015). American Psychiatric
Association (2013), menjelaskan bahwa insomnia umumnya terjadi pada
usia beranjak dewasa atau berada pada rentang usia 18-65 tahun.
Kelompok usia young adulthood (18-35 tahun), middle age (36-55 tahun)
dan older adulthood (56 tahun ke atas) dapat mengalami insomnia
dengan pemicu dan penyebabnya yang bervariasi. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Rajabi et al.,(2020), Hwang et al., (2019), Feuerestein et
al., (2017), Sato et al., (2020), Leonard (2020) dan Hapsari (2019) yang
menyatakan bahwa seluruh rerata usia responden penelitian mereka
berada pada rentang usia 18-65 tahun.
Rerata usia responden penelitian Rajabi (2020) yaitu 36.21 tahun,
Hwang (2019) dengan rerata usia responden yaitu 45.7 tahun, lalu pada
penelitian Feuerestein (2017) dengan rerata usia responden yaitu 48
tahun, Sato (2020) dengan rerata usia responden yaitu 49.4 tahun, serta
Leonard (2020) dan Hapsari (2019) dengan rerata usia responden yaitu
22-22.5 tahun.
Roth (2007) mengemukakan bahwa usia merupakan faktor risiko
demografis yang paling jelas diidentifikasi. Peningkatan prevalensi
insomnia terjadi pada usia 56 tahun ke atas (older adult). Kondisi ini
disebabkan oleh penurunan sebagian fungsi sistem kontrol tidur pada
lansia yang dapat menyebabkan insomnia. Kemudian ditemukan juga hal
yang terpenting bahwa kondisi medis penyakit penyerta (komorbiditas)
juga merupakan kontributor yang paling signifikan terhadap peningkatan
prevalensi insomnia pada lansia. Hal tersebut tidak sejalan dengan enam

51
52

penelitian yang ada. Dari seluruh penelitian yang menjadi sumber, tidak
ada responden dari populasi lansia.
Hasil lain yang dilakukan oleh American Psychologycal
Association (APA) (2017) pada warga Amerika menunjukkan bahwa
sebanyak 59,0 persen dari kelompok usia 18-38 tahun mengalami stress
dan gangguan psikologis. Munculnya gangguan psikologis ini dapat
meningkatkan risiko individu mengalami gangguan tidur atau sebaliknya
gangguan tidur dapat pula meningkatkan risiko individu mengalami
gangguan psikologis dan emosi. Gangguan-gangguan tersebut saling
berkaitan dan dapat menyebabkan gangguan utama atau gangguan
penyerta (Williams, et al, 2013).
Data populasi dunia berdasarkan DSM-5 (2013) juga menunjukkan
sepertiga dari individu usia dewasa menunjukkan gejala insomnia. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Leonard (2020) dan Hapsari (2019),
bahwa didapatkan rerata responden yang ada berada pada usia 22-22.5
tahun, lalu hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rajabi (2020) yang menyebutkan bahwa rerata responden didalam
penelitiannya yaitu 36.21 tahun. Hal tersebut tidak sejalan dengan
penelitian Hwang dengan rerata usia responden yaitu 45.7 tahun, lalu
pada penelitian Feuerestein dengan rerata usia responden yaitu 48 tahun,
Sato dengan rerata usia responden yaitu 49.4 tahun,
Nurdin, et al. (2018), juga menyatakan bahwa insomnia banyak
dialami oleh individu pada masa produktif (18-30 tahun) karena pada
kelompok usia ini kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah
semakin kompleks dan cukup beresiko terhadap peningkatan stress.
Penurunan kualitas hidup dan insomnia pada usia produktif (young adult
dan midde age) juga dapat dikaitkan dengan perasaan cemas, rasa sedih,
tekanan, dan emosi negatif lainnya yang disebabkan oleh peristiwa di
masa lalu, beratnya beban hidup, dan pola perilaku coping yang kurang
tepat (Liu, et al., 2017).
53

Pernyataan Nurdin (2018) tersebut sejalan dengan penelitian


Leonard (2020) dan Hapsari (2019), didapatkan bahwa responden yang
ada berada pada masa produktif yang mengalami insomnia dengan rerata
usia 22-22.5 tahun. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Rajabi
(2020) yang menyebutkan bahwa rerata responden didalam penelitiannya
yaitu 36.21 tahun, lalu penelitian Hwang dengan rerata usia responden
yaitu 45.7 tahun, lalu pada penelitian Feuerestein dengan rerata usia
responden yaitu 48 tahun, Sato dengan rerata usia responden yaitu 49.4
tahun,
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa insomnia dapat terjadi pada usia dewasa dari usia 18
hingga 65 tahun dengan penyebabnya yang bervariasi, dan berarti
sejalan dengan enam artikel sumber yang ada dengan prevalensi, middle
age (36-55 tahun) sebanyak 85% dan penelitian lainnya menunjukan
responden yang berusia young adulthood (18-35 tahun) dengan jumlah
15% yang mengalami insomnia, namun dalam penelitian 5 tahun terakhir
dari hasil seleksi peneliti tidak ditemukan penelitian dengan responden
lansia atau older adult hood, tren 5 tahun terakhir yang berkembang
menunjukkan penerapan CBT-I terhadap kelompok usia produktif pada
responden mahasiswa, pekerja, dan pada penderita gangguan psikologis.

2. Jenis Kelamin
Insomnia dapat dimaknai sebagai gangguan dalam tidur dimana
individu tersebut mengalami kesulitan untuk tidur dan memelihara pola
tidur (Walia & Mehra, 2016). Insomnia dapat terjadi pada seluruh jenis
kelamin. Jenis kelamin merupkan salah satu faktor yang mempengaruhi
individu untuk dapat menderita insomnia (Morin, 2015), namun menurut
Madrid-Valero et all (2017) berdasarkan data prevalensi insomnia,
disebutkan bahwa proporsi wanita lebih tinggi untuk mengalami
insomnia (44,6%) daripada proporsi pria (30,1%).
54

Menurut Roth (2007) jenis kelamin adalah faktor risiko


demografis yang paling jelas diidentifikasi. Peningkatan prevalensi pada
wanita berhubungan dengan menstruasi dan menopause, gangguan medis
pada penyakit penyerta (komorbiditas), dan gangguan psikologis yang
menunjukan resiko signifikan terhadap insomnia. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan faktor biologis, sosiodemografis, dan juga gaya
hidup (Fatima, et al., 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian yang di
lakukan oleh Rajabi et al.,(2020), Feuerestein et al., (2017), Sato et al.,
(2020), Leonard (2020) dan Hapsari (2020) bahwa proporsi responden
perempuan yang mengalami insomnia lebih tinggi dibandingkan dengan
proporsi laki-laki, namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian
yang di lakukan Hwang et al., (2019), yang menyebutkan proporsi
responden laki-laki yang mengalami insomnia lebih tinggi daripada
proporsi perempuan.
Wanita memiliki siklus perubahan hormon yang lebih sering
daripada pria. Misalnya perubahan hormon estrogen karena siklus
menstruasi yang menyebabkan wanita rentan mengalami perubahan
suasana hati dan mudah merasa stress, ataupun ketidakstabilan hormn
pasca menopause. Hormon lain seperti peningkatan adrenalin secara tiba-
tiba juga dapat membuat otak terbangun dan menyebabkan wanita
berkeringat karena temperatur tubuh yang ikut meningkat. Kenaikan
temperatur tubuh ini menyebabkan wanita mengalami tidur yang kurang
nyaman sepanjang malam dibandingkan pria.
Pada pria, faktor gaya hidup yang tidak sehat lebih berpengaruh
pada kualitas tidur dibandingkan faktor hormon (Fatima, et al., 2016).
Teori tersebut juga sejalan dengan pernyataan Tang et al., (2017) dan
Tsou (2018) bahwa adanya perbedaan signifikan pada kualitas tidur
dimana wanita memiliki kualitas tidur yang lebih buruk daripada pria.
Maka hal tersebut sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rajabi
et al.,(2020), Feuerestein et al., (2017), Sato et al., (2020), Leonard
(2020) dan Hapsari (2020) bahwa proporsi responden perempuan yang
55

mengalami insomnia lebih tinggi daripada proporsi laki-laki. Namun


tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan Hwang et al., (2019),
yang menyebutkan proporsi responden laki-laki yang mengalami
insomnia lebih tinggi daripada proporsi perempuan.
Sejalannya teori yang ada dengan hasil literatur dari enam artikel
sumber, dapat di simpulkan bahwa proporsi jenis kelamin perempuan
lebih tinggi untuk mengalami insomnia dibandingkan dengan laki-laki.

3. Pekerjaan
Gunanthi & Diniari (2016), menyatakan bahwa sebanyak 45,7 %
dari mahasiswa yang berkuliah di Universitas mengalami insomnia. Masa
studi dan beban studi berpengaruh pada risiko mahasiswa mengalami
insomnia karena kadar stres yang lebih tinggi dan juga beban tanggung
jawab yang lebih berat (Giri et al,. 2013). Pernyataan serupa juga di
kemukakan oleh Taylor et al., (2011), bahwa seseorang yang
menjalankan perannya sebagai mahasiswa memiliki risiko besar
mengalami penurunan kesehatan mental akibat stres yang dialami karena
adanya tekanan akademik dan permasalahan pribadi lainnya.
Pola hidup ini akan berpengaruh pada kinerja organ tubuh sehingga
meningkatkan risiko insomnia. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Rajabi et al., (2020), Leonard (2020) dan Hapsari (2019) yang
menyatakan sebagian besar responden dalam penelitian mereka
merupakan mahasiswa yang menderita insomnia. Hal tersebut tidak
sejalan dengan penelitian Hwang et al., (2019), dan Sato et al., (2020),
yang menyebutkan bahwa sebagian besar responden mereka bekerja
sebagai karyawan dan Feuerestein et al., (2017) sebagian besar
respondennya tidak bekerja.
Hasil studi lain juga menyatakan bahwa insomnia banyak dialami
oleh individu pada masa produktif (masa beraktivitas sebagai mahasiswa
dan pekerja) karena pada masa produktif ini kemampuan individu untuk
pemecahan masalah semakin kompleks dan cukup beresiko terhadap
56

peningkatan stress (Nurdin et al, 2018). Menurut Liu, et al., (2017),


Penurunan kualitas hidup dan insomnia pada masa produktif juga dapat
dikaitkan dengan perasaan cemas, rasa sedih, tekanan, dan emosi negatif
lainnya yang disebabkan oleh peristiwa di masa lalu, beratnya beban
hidup, dan pola perilaku coping yang kurang tepat. Maka hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rajabi et al., (2020),
Hwang et al., (2019), Sato et al., (2020), Leonard (2020) dan Hapsari
(2019) bahwa responden yang memiliki pekerjaan seperti karyawan dan
mahasiswa lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak memiliki
pekerjaan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Feuerestein et al., (2017) yang menyebutkan responden yang tidak
memiliki pekerjaan lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki
pekerjaan.
Menurut Deng et al. (2020), stress kerja dapat mempengaruhi
kualitas tidur seseorang, semakin tinggi skor stres kerja, maka semakin
buruk kualitas tidurnya. Penelitian lain menunjukkan bahwa hubungan
antara stres menuju tidur dapat memberikan efek terhadap tidurnya,
mulai dari kesulitan memulai tidur dan kesulitan mempertahankan tidur
(Garefelt et al., 2020).
Menurut Litwiller et al. (2016), Analisis mengungkapkan bahwa
semakin banyak beban kerja maka akan berpengaruh pada penurunan
kualitas tidur. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Hwang (2019) dan
Sato (2020) yang menyatakan sebagian besar responden dengan insomnia
merupakan seorang pekerja, namun tidak sejalan dengan penelitian
Feuerestein (2017), yang sebagian besar responden penelitiannya tidak
bekerja.
Berdasarkan teori yang ada dapat disimpukan bahwa insomnia
dapat terjadi karena dipengaruhi oleh pekerjaan yang berat dan padat,
sehingga dapat meningkatkan stress dan berakibat memperburuk kualitas
tidur suatu individu. Hal tersebut sejalan dengan hasil literature review
yang ditemukan bahwa sebagian besar responden yang mengalami
57

insomnia adalah pasien yang memiliki pekerjaan seperti karyawan dan


mahasiswa yang berpotensi untuk mengalami stress serta penurunan
kualitas tidur karena beban kegiatan pekerjaan yang berat.

B. Gambaran Hasil Efektivitas Cognitive Behavior Therapy for Insomnia


(CBT-I) Terhadap Kualitas Tidur Pada Kelompok Intervensi.
Cognitive Behavior Therapy for Insomnia (CBT-I) merupakan terapi
yang kembangkan oleh Aaron Beck yang bertujuan untuk melatih kebiasaan
kognitif dan mengubah penyimpangan kognitif pada pasien dengan
insomnia agar menghasilkan suatu perilaku baru yang lebih adaptif,
(McMain et al., 2015). CBT-I dianggap sebagai salah satu metode non-
farmakologi yang efektif dalam mengatasi dan mengurangi gejala gangguan
tidur atau insomnia (Taylor, 2014).
Tujuan dan manfaat CBT-I yang diuraikan pada teori tersebut senada
dengan hasil literature review terhadap 6 artikel ilmiah dalam penelitian ini.
Tujuan CBT-I untuk melatih kebiasaan kognitif sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rajabi (2020) terhadap 156 responden insomnia yang
bekerja sebagai mahasiswa. Terbukti bahwa penggunaan CBT-I
menghasilkan perkembangan yang signifikan terhadap kualitas tidur
menunjukkan perbaikan yang berlangsung selama 6 bulan setelah intervensi
berakhir.
Penelitian lain yang juga dilakukan pada insomnia dengan responden
mahasiswa untuk melatih kebiasaan kognitif sejalan juga dengan penelitian
dilakukan oleh Leonard (2020) dan Hapsari (2019). Pada penelitian Leonard
et al., (2020) yang dilakukan pada 22 responden insomnia yang bekerja
sebagai mahasiswa, juga menyimpulkan bahwa penggunaan CBT-I terbukti
efektif dan menghasilkan perkembangan yang signifikan terhadap kualitas
tidur. Adapun pada penelitian Hapsari (2019) yang dilakukan pada 16
responden insomnia yang bekerja sebagai karyawan dan mahasiswa.
Menunjukkan penelitian Cognitive Behavior Therapy (CBT) terbukti ini
58

sangat efektif untuk meningkatkan kualitas tidur pada penderita insomnia


usia dewasa awal.
Berbeda dengan dengan penelitian Hwang et al., (2019) yang
dilakukan pada 31 responden. Penelitian ini berfokus dalam pencapaian
tujuan untuk mengubah penyimpangan kognitif pada pasien dengan
insomnia agar menghasilkan suatu perilaku baru yang lebih adaptif. Pasien
yang dijadikan responden dalam penelitian Hwang adalah pasien
schizopherenia dengan insomnia yang mayoritas bekerja sebagai karyawan.
Hasil penelitian Hwang terbukti sejalan dengan teori yang ada bahwa
terbukti CBT-I efektif jika diberikan pada pasien skizofrenia dan efeknya
bertahan selama 4 minggu setelah intervensi.
Tujuan untuk mengubah penyimpangan kognitif juga terlihat pada
hasil penelitian yang dilakukan oleh Feuerstein et al., (2017), pada 18
responden insomnia yang memiliki penyakit mental dan mayoritas tidak
bekerja. Hasil menunjukkan bahwa cb-CBT-I terbukti mampu
meningkatkan kualitas tidur pada individu dengan insomnia dan penyakit
mental yang terjadi bersamaan.
CBT untuk insomnia telah terbukti efektif untuk menangani gejala
pada pasien insomnia meskipun disertai dengan pemberian obat atau terapi
farmakologi (Williams, et al, 2013; Walia & Mehra, 2016; Kryger et al.,
2017). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sato et al., (2019) yang
dilakukan pada 11 responden depresi dengan insomnia yang mayoritas
bekerja sebagai karyawan. Juga menyimpulkan bawah bahwa terbukti
program ICBT adalah pengobatan tambahan yang efektif jika
dikombinasikan dengan pengobatan menggunakan obat-obatan atau Usual
Care (UC) dalam memperbaiki kualitas tidur penderita insomnia bahkan
setelah gagal dalam terapi farmakoterapi.
Hasil analisa literature dapat disimpulkan bahwa enam dari enam
artikel menunjukkan gambaran hasil bahwa Cognitive Behavior Therapy for
Insomnia (CBT-I) terbukti efektivitas terhadap perbaikan kualitas tidur pada
kelompok intervensi. Enam dari enam literatur yang dianalisis menunjukkan
59

hasil efektifitas CBT-I yang signifikan terhadap perubahan kualitas tidur


menjadi lebih baik dan sejalan dengan teori yang ada bahwa CBT telah
terbukti efektif untuk menangani gejala pada pasien insomnia meskipun
tidak disertai dengan pemberian obat atau terapi farmakologi.
Dalam hal ini juga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penelitian
literature review ―Efektivitas Cognitive Behavior Therapy for Insomnia
(CBT-I) Terhadap Kualitas Tidur‖ yang dilakukan oleh peneliti juga telah
menjawab pernyataan dari penelitian Traurer (2015) mengenai perlu adanya
penelitian lebih lanjut pada pemberian metode terapi CBT sebagai metode
terapi utama tanpa adanya pemberian obat antipsikotik atau obat sedative
pada pasien insomnia. CBT-I dapat dijadikan terapi utama ada ataupun
tanpa adanya pemberian obat antipsikotik atau obat sedative pada pasien
insomnia.
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah kuesioner penilaian diri
yang menilai kualitas dan gangguan tidur selama interval waktu 1 bulan.
Sembilan belas item individu menghasilkan tujuh skor "komponen": kualitas
tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan
tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari. PSQI merupakan
pengukuran yang dapat di terima, dengan test-retest reliability yang
konsisten dan valid. Skor PSQI secara global lebih baik dari lima hasil
sebuah 89,6% sensitivitas diagnostik, dan 86,5% spesifikasi (kappa = 0.75,
p less than 0.001) dalam membedakan responden yang memliki tidur yang
baik dan buruk. Clinimetric dan clinical properties dari PSQI menyarankan
kegunaan atau kefaedahan PSQI untuk digunakan dalam praktek klinis
psikiatrik dan kegiatan penelitian (Buysse, 1989).
Berdasarkan hasil evaluasi psikometrik dari Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) yang dikemukakan oleh Backhaus (2002), didapatkan
kesimpulan bahwa PSQI mendapatkan sebuah test-retest reliability yang
tinggi dan sebuah validitas yang baik, dengan koefisien korelasi skor global
PSQI keseluruhan untuk test-retest reliability adalah 0,87. Analisis validitas
menunjukkan korelasi yang tinggi antara PSQI, skor global PSQI > 5
60

menghasilkan sensitivitas 98,7 dan spesifisitas 84,4 sebagai penanda


gangguan tidur pada pasien insomnia.
PSQI menunjukkan penggunaannya sebagai alat skrining kualitas tidur
pada populasi target yang berbeda, terlihat pada penelitian Popević (2018),
bahwa PSQI memiliki konsistensi internal yang baik, reproduktifitas test-
retest reliability yang baik, dan validitas konstruksi dan kriteria yang
memadai, yang mendukung eksplorasi lebih lanjut dari penggunaannya
sebagai alat skrining kualitas tidur pada populasi target yang berbeda. Lalu
pada penelitian Chi (2020), bahwa ditemukan indeks orginal PSQI
menunjukkan penerapan yang dapat diterima pada Chinese community-
dwelling centenarians atau orang yang memiliki usia lebih dari 100 tahun
atau lebih yang tinggal di komunitas Cina, dan karakteristik psikometriknya
cukup membaik bahkan setelah obat tidur dan daytime dysfunction hari
dihilangkan.
Semua hal terori dan reabilitas yang ada telah sejalan dengan enam
sampel literature. Enam sampel telah menggunakan PSQI sebagai indeks
pengukuran kualitas tidur dikarenakan PSQI merupakan indeks yang
reliable dan valid.
61

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis literature review peneliti terhadap
―Efektivitas Cognitive Behavior Therapy for Insomnia (CBT-I) Terhadap
Kualitas Tidur‖, maka dapat peneliti simpulkan bahwa :
1. Responden dengan insomnia sebagian besar berada dalam rentang usia
middle age atau berusia 36-55 tahun, dengan jumlah responden berjenis
kelamin perempuan ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan laki-
laki, serta jumlah responden yang memiliki pekerjaan seperti karyawan
dan mahasiswa ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak
bekerja.
2. Cognitive Behavior Therapy for Insomnia (CBT-I) terbukti secara
signifikan bahwa efektif dalam perubahan kualitas tidur menjadi lebih
baik. Indeks kualitas tidur yang digunakan dalam seluruh literatur yang di
analisa menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sebagai
indeks pengukuran yang terbukti reliable dan valid.

B. Saran
Berdasarkan temuan penelitian yang telah disimpulkan di atas maka
beberapa hal yang perlu disarankan sebagai berikut :
1. Bagi Pelayanan Kesehatan/Rumah Sakit di Indonesia
a. Diharapkan pihak rumah sakit dapat menjadikan sebagai intervensi
Cognitive Behavior Therapy for Insomnia (CBT-I) untuk peningkatan
kualitas tidur pasien yang mengalami insomnia.
b. Diharapkan dapat digunakan untuk melatih perawat RS untuk
memberikan intervensi Cognitive Behavior Therapy for Insomnia
(CBT-I) pada pasien yang mengalami insomnia.

61
62

2. Bagi Institusi Pendidikan


a. Diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai literature
dan bahan dalam pembelajaran kegiatan belajar mengajar.
b. Diharapkan institusi pendidikan dapat membuat standar operasional
serta mengajarkannya dalam praktek maupun tutorial.
c. Diharapkan institusi pendidikan dapat mempergunakan penelitian ini
sebagai inspirasi dalam pengembangan kegiatan pengabdian
masyarakat bagi dosen maupun mahasiswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


a. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian
karakteristik responden lebih banyak seperti pendidikan, pendapatan
dan lainnnya.
b. Diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan online database
pencarian sebanyak mungkin.
c. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti efektifitas CBT-I lebih
dari sekedar kualitas tidur dan khusus pada kelompok umur yang
spesifik
63

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders (Fifth Edition). Washington, DC: American Psychiatric
Association.

Backhaus, J et al (2002),. Test-retest reliability and validity of the Pittsburgh


Sleep Quality Index in primary insomnia. Journal of Psychosomatic
Research. 53(3):737-740.

Bansil et al., (2011). Association Between Sleep Disorders, Sleep Duration,


Quality of Sleep, and Hypertension : Results From The National Health and
Nutrition Examination Survey, 2005 To 2008. The American Society of
Hypertension 13(10):739-743.

Bothelius et al., (2015). Cognitive Behavioural Therapy for Insomnia : How, for
Whom and What about Acceptance?. Swedeen : Department of Psychology,
Uppsala University.

Brinkman JE, et al., (2020). Physiology, sleep. USA : StatPearls.

Buysse, D.J et al., (1989). The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI): a new
instrument for psychiatric research and practice. Psychiatry Research,
28(2):193-213.

Cunnington, D et al., (2013). Insomnia: Prevalence, Consequences and Effective


Treatment. The Medical Journal of Australia 199(S8):S36-S40

Deng, X et al., (2020). Evaluation of the correlation between job stress and sleep
quality in community nurses. Medicine, 99(4), e18822.

Dewi,P.A. dan Ardani, I.G. (2013) Angka Kejadian Serta Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia Di Panti Sosial
Tresna Werda Wana Seraya Denpasar Bali Tahun 2013. E-Jurnal Medika
Udayana Bali 3(8):1-10.

63
64

Dewi, S.R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Depublish.

Driver, H., et al., (2012). Insomnia in Adults and Children. Ontario, Canada: Joli
Joco Publications Inc.

Fatima, et al., (2016). Exploring gender difference in sleep quality of young


adults: findings from a large population study. Clinical Medicine &
Research 14(3-4):138-144.

Feuerstein, S et al., (2017). Computerized Cognitive Behavioral Therapy for


Insomnia in a Community Health Setting. Journal of Clinical Sleep
Medicine 13(2):267-274.

Garefelt, J et al., (2020). Reciprocal relations between work stress and insomnia
symptoms: A prospective study. Journal of sleep research, 29(2), e12949.

Giri, et al., (2013). Study of sleep habits and sleep problems among medical
students of Pravara Institute of Medical Sciences Loni, Western
Maharashtra, India. Annals of Medical and Health Sciences Research, 3(1):
193-197.

Gunanthi, N.M.W.M. & Diniari, N.K.S. (2016). Prevalensi dan gambaran


gangguan tidur berdasarkan karakteristik mahasiswa Semester I Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Tahun
2015. E-Journal Medika, 5(4).

Hapsari A dan Kurniawan A. (2019). Efektivitas Cognitive Behavior Therapy


(CBT) Untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Penderita Gejala Insomnia Usia
Dewasa Awal. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen 12(3):223-235.

Hawari, D. (2013). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penebit
FK UI.
65

Hwang D et al., (2019). The Effect of Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia
In Schizophrenia Patients With Sleep Disturbance: A Non-Randomized,
Assessor-Blind Trial. Psychiatry Research 274:182-188.

Jungquist, C.R et al., (2010). The Efficacy of Cognitive-Behavioral Therapy for


Insomnia In Patients With Chronic Pain. Sleep Medecine 11(3):302-309.

Kline C. (2013). Sleep quality. New York : Encyclopedia of behavioral medicine,


Springer.

Kryger, M et al., (2017). Principles and Practice of Sleep Medicine: Sixth Edition.
Philadephia: Elsevier.

Leonard, AJ dan Duncan BA. (2020). The Effects of App-Delivered Cognitive


Behavioral Therapy for Insomnia (CBT-I) on Sleep Quality, Dysfunctional
Beliefs, and Sleep Hygiene. Psi Chi Journal Of Psychological Research
25(3):224-233.

Lin, et al., (2020). The Immediate Impact of The 2019 Novel Coronavirus
(COVID-19) Outbreak on Subjective Sleep Status. Sleep Medecine 7:348-
354.

Liu, J et al., (2017). The mental health of youth adults during the transition to
adulthood in Egypt. Demographic Research 36(56):1721-1758.

Litwiller, et al,. (2017). The relationship between sleep and work: A meta-
analysis. Journal of Applied Psychology, 102(4), 682–699.

Madrid-Valero, J.J et al., (2017). Age and gender effects on the prevalence of poor
sleep quality in the adult population. Gaceta Sanitaria 31(1) : 18-22.

McMain, S et al., (2015). Cognitive Bavioral Therapy: Current Status and Future
Research Directions. Psychotherapy Research 25(3):321-329.

Morin CM, dan Carrier J. (2020). The Acute Effects of The COVID-19 Pandemic
on Insomnia and Psychological Symptoms. Sleep Medicine 77:346-347.
66

Morin CM, et al. (2015). Insomnia Disorder. Québec City Canada : Université
Laval, École de psychologie.

Nurdin, M.A et al., (2018). Kualitas hidup penderita insomnia pada mahasiswa.
Jurnal MKMI 14 (2):128-138.

Pitaloka RD, et al,. (2015). Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah
dan Kemampuan Konsentrasi Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau. Riau : UNRI

Popević MB et al., (2018). Reliability and Validity of the Pittsburgh Sleep Quality
Index-Serbian Translation. Evaluation & The Health Professions 41(1):67-
81.

Potter, P.A. dan Perry,A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :


Konsep, Proses, dan Praktik. Volume 2. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Rajabi MN et al., (2020). Efficacy of a Theory-Based Cognitive Behavioral


Technique App-Based Intervention for Patients With Insomnia: Randomized
Controlled Trial. Journal of Medical Internet Research 22(4):e15841.

Roth T. (2007). Insomnia: definition, prevalence, etiology, and consequences.


Journal of clinical sleep medicine : JCSM : official publication of the
American Academy of Sleep Medicine 3(5 Suppl):S7–S10.

Sato, D et al., (2019). Effectiveness of Internet-Delivered Computerized Cognitive


Behavioral Therapy for Patients With Insomnia Who Remain Symptomatic
Following Pharmacotherapy: Randomized Controlled Exploratory Trial.
Journal of Medical Internet Research 22(4):e12686.

Tang, J et al., (2017). Gender and regional differences in sleep quality and
insomnia: a general population-based study in Hunan Province of China.
Scientific Reports 7:43690.
67

Taylor, et al., (2014). Cognitive Behavioural Therapy for Insomnia (CBT-I) in


Psychiatric Populations: a Systematic Review. : Internasional Review of
Psychiatry 26(2): 205-213.

Taylor, D.J et al., (2011). Insomnia and mental health in college students.
Behavioral and Sleep Medicine. 9:107-116.

Trauer, J.M et al., (2015). Cognitive behavioral therapy for chronic insomnia: a
systematic review and meta-analysis. Annals of Internal Medicine 163(3):
191-204.

Tsou, M.T. (2018). Gender-specific correlations of insomnia and attitudes toward


treatment among communitydwelling elderly in northern Taiwan.
Internasional Journal of Gerontology 12(3):200-204

Walia, H.K., dan Mehra, R. (2016). Overview of common sleep disorders and
intersection with dermatologic conditions. Internasional Journal of
Molecular Sciences 17(5):654-664.

Williams, et al,. (2013). Cognitive behavioral treatment of insomnia. CHEST,


American College of Chest Physicians 143(2):554-565

Zhang C et al., (2020). Reliability, Validity, and Factor Structure of Pittsburgh


Sleep Quality Index in Community-Based Centenarians. Frontiers in
Psychiatry 11:886-896.
68

LAMPIRAN 1

ENAM JURNAL LITERATURE REVIEW

Jurnal 1 : Rajabi (2020)


69

Jurnal 2 : Hwang (2019)


70

Jurnal 3 : Feuerestein (2017)


71

Jurnal 4 : Sato (2019)


72

Jurnal 5 : Leonard (2020)


73

Jurnal 6 : Hapsari dan kurniawan (2019)


74

LAMPIRAN 2

ENAM CRITICAL APPRAISAL

CRITICAL APPRASIAL CHECKLIST STUDI RANDOMIZED


CONTROLLED TRIALS

Reviewer : Tanggal : Kode : 1


Afifah Meizayani 26 April 2021

Author : Tahun :
Rajabi et al. 2020

Tid Tid
Tid ak ak
No Pertanyaan Ya
ak Jela Berl
s aku
1 Apakah randomisasi yang digunakan pada partisipan sudah
sesuai untuk kelompok perlakuan? √
2 Apakah alokasi untuk kelompok perlakuan dirahasiakan?

3 Apakah kelompok perlakuan sama pada saat baseline?

4 Apakah participant tidak mengetahui jika diberikan
perlakuan? √
5 Apakah orang yang memberikan perlakuan tidak mengetahui
tentang participant yang diberikan perlakuan dan tidak diberi √
perlakuan?
6 Apakah orang yang mengukur outcome tidak mengetahui
tentang perlakuan? √
7 Apakah kelompok perlakuan diberikan perlakuan yang sama
? √
8 Apakah follow up dilakukan secara lengkap atau tidak? Dan
apakah perbedaan antara kelompok yang dilakukan follow
up dideskripsikan dan dianalisis? √
9 Apakah partisipan dianalisis dalam kelompok yang sudah
dirandomisasi? √
10 Apakah outcome diukur dengan cara yang sama untuk
kelompok perlakuan? √
11 Apakah outcome diukur secara reliabel? √
12 Apakah analısis statistic yang digunakan sesuai?

13 Apakah desain uji coba sesuai? Dan apakah penyimpangan
atau deviasi desain standar RCT(randomisasi individu,
kelompok parallel) diperhitungkan dalam melakukan dan √
menganalisis uji coba?

Penilaian keseluruhan : 100 %


75

CRITICAL APPRASIAL CHECKLIST STUDI QUASI-EXPERIMENTAL


(NON-RANDOMIZED EXPERIMENTAL STUDI)

Reviewer : Tanggal : Kode : 2


Afifah Meizayani 26 April 2021
Author : Tahun :
Hwang et al. 2020

Tidak Tidak
No Pertanyaan Ya Tidak
Jelas Berlaku
1 Apakah sudah jelas ‗penyebab‘ dan
‗efek‘ dari dalam studi ini (tidak √
ada kebingungan tentang variabel
mana yang lebih dahulu)?
2 Apakah partisipan dalam studi ini √
sebanding atau serupa?
3 Apakah partisipan menerima terapi
yang mirip pada kelompok kontrol √
atau intervensi?
4 Apakah ada kelompok kontrol? √
5 Apakah ada beberapa pengukuran
dari outcome sebelum dan setelah √
intervensi (pre dan post intervensi)?
6 Apakah follow up lengkap dan jika
tidak apakah perbedaan antara
kelompok dalam follow up yang √
dideskripsikan dengan adekuat dan
dianalisis?
7 Apakah outcome dari partisipan
diukur dengan cara yang sama? √
8 Apakah outcome diukur secara
reliabel? √
9 Apakah analisis statistik yang
digunakan sesuai? √

Penilaian keseluruhan : 100 %


76

CRITICAL APPRASIAL CHECKLIST STUDI RANDOMIZED


CONTROLLED TRIALS

Reviewer : Tanggal : Kode : 3


Afifah Meizayani 26 April 2021
Author : Tahun :
Feuerstein et al. 2020

Tid
Tid
ak
Tid ak
No Pertanyaan Ya Ber
ak Jel
lak
as
u
1 Apakah randomisasi yang digunakan pada partisipan
sudah sesuai untuk kelompok perlakuan? √
2 Apakah alokasi untuk kelompok perlakuan
dirahasiakan? √
3 Apakah kelompok perlakuan sama pada saat baseline?

4 Apakah participant tidak mengetahui jika diberikan
perlakuan? √
5 Apakah orang yang memberikan perlakuan tidak
mengetahui tentang participant yang diberikan √
perlakuan dan tidak diberi perlakuan?
6 Apakah orang yang mengukur outcome tidak
mengetahui tentang perlakuan? √
7 Apakah kelompok perlakuan diberikan perlakuan yang
sama ? √
8 Apakah follow up dilakukan secara lengkap atau tidak?
Dan apakah perbedaan antara kelompok yang
dilakukan follow up dideskripsikan dan dianalisis? √
9 Apakah partisipan dianalisis dalam kelompok yang
sudah dirandomisasi? √
10 Apakah outcome diukur dengan cara yang sama untuk
kelompok perlakuan? √
11 Apakah outcome diukur secara reliabel? √
12 Apakah analısis statistic yang digunakan sesuai?

13 Apakah desain uji coba sesuai? Dan apakah
penyimpangan atau deviasi desain standar
RCT(randomisasi individu, kelompok parallel) √
diperhitungkan dalam melakukan dan menganalisis uji
coba?

Penilaian keseluruhan : 100 %


77

CRITICAL APPRASIAL CHECKLIST STUDI RANDOMIZED


CONTROLLED TRIALS

Reviewer : Tanggal : Kode : 4


Afifah Meizayani 26 April 2021

Author : Tahun :
Sato et al. 2019

Tid Tid
Tid ak ak
No Pertanyaan Ya
ak Jela Berl
s aku
1 Apakah randomisasi yang digunakan pada partisipan sudah
sesuai untuk kelompok perlakuan? √
2 Apakah alokasi untuk kelompok perlakuan dirahasiakan?

3 Apakah kelompok perlakuan sama pada saat baseline?

4 Apakah participant tidak mengetahui jika diberikan
perlakuan? √
5 Apakah orang yang memberikan perlakuan tidak mengetahui
tentang participant yang diberikan perlakuan dan tidak diberi √
perlakuan?
6 Apakah orang yang mengukur outcome tidak mengetahui
tentang perlakuan? √
7 Apakah kelompok perlakuan diberikan perlakuan yang sama
? √
8 Apakah follow up dilakukan secara lengkap atau tidak? Dan
apakah perbedaan antara kelompok yang dilakukan follow
up dideskripsikan dan dianalisis? √
9 Apakah partisipan dianalisis dalam kelompok yang sudah
dirandomisasi? √
10 Apakah outcome diukur dengan cara yang sama untuk
kelompok perlakuan? √
11 Apakah outcome diukur secara reliabel? √
12 Apakah analısis statistic yang digunakan sesuai?

13 Apakah desain uji coba sesuai? Dan apakah penyimpangan
atau deviasi desain standar RCT(randomisasi individu,
kelompok parallel) diperhitungkan dalam melakukan dan √
menganalisis uji coba?

Penilaian keseluruhan : 100 %


78

CRITICAL APPRASIAL CHECKLIST STUDI QUASI-EXPERIMENTAL


(NON-RANDOMIZED EXPERIMENTAL STUDI)

Reviewer : Tanggal : Kode : 5


Afifah Meizayani 26 April 2021
Author : Tahun : 2020
Leonard, et al.

Tidak Tidak
No Pertanyaan Ya Tidak
Jelas Berlaku
1 Apakah sudah jelas ‗penyebab‘ dan
‗efek‘ dari dalam studi ini (tidak √
ada kebingungan tentang variabel
mana yang lebih dahulu)?
2 Apakah partisipan dalam studi ini √
sebanding atau serupa?
3 Apakah partisipan menerima terapi
yang mirip pada kelompok kontrol √
atau intervensi?
4 Apakah ada kelompok kontrol? √
5 Apakah ada beberapa pengukuran
dari outcome sebelum dan setelah √
intervensi (pre dan post intervensi)?
6 Apakah follow up lengkap dan jika
tidak apakah perbedaan antara
kelompok dalam follow up yang √
dideskripsikan dengan adekuat dan
dianalisis?
7 Apakah outcome dari partisipan
diukur dengan cara yang sama? √
8 Apakah outcome diukur secara
reliabel? √
9 Apakah analisis statistik yang
digunakan sesuai? √

Penilaian keseluruhan : 88,8 %


79

CRITICAL APPRASIAL CHECKLIST STUDI QUASI-EXPERIMENTAL


(NON-RANDOMIZED EXPERIMENTAL STUDI)

Reviewer : Tanggal : Kode : 6


Afifah Meizayani 26 April 2021
Author : Tahun : 2019
Hapsari dan Kurniawan.

Tidak Tidak
No Pertanyaan Ya Tidak
Jelas Berlaku
1 Apakah sudah jelas ‗penyebab‘ dan
‗efek‘ dari dalam studi ini (tidak √
ada kebingungan tentang variabel
mana yang lebih dahulu)?
2 Apakah partisipan dalam studi ini √
sebanding atau serupa?
3 Apakah partisipan menerima terapi
yang mirip pada kelompok kontrol √
atau intervensi?
4 Apakah ada kelompok kontrol? √
5 Apakah ada beberapa pengukuran
dari outcome sebelum dan setelah √
intervensi (pre dan post intervensi)?
6 Apakah follow up lengkap dan jika
tidak apakah perbedaan antara
kelompok dalam follow up yang √
dideskripsikan dengan adekuat dan
dianalisis?
7 Apakah outcome dari partisipan
diukur dengan cara yang sama? √
8 Apakah outcome diukur secara
reliabel? √
9 Apakah analisis statistik yang
digunakan sesuai? √

Penilaian keseluruhan : 88,8 %


80

LAMPIRAN 3
FORMAT PRISMA CHECKLIST

Penulis Jurnal/ Tahun : Rajabi / 2020

JUDUL

Judul 1 Identifikasi laporan tersebut apakah berbentuk systematic review, meta-analysis, or


keduanya.

ABSTRACT

Struktur 2 Menyajikan sebuah struktur ringkasan yang berisikan sebagaimana aturan umumnya : later
Ringkasan belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi, peserta, dan intervensi; study √
appraisal dan metode sintesis; hasil; batasan; kesimpulan and kesimpulan dan implikasi
dari temuan kunci; nomor registrasi systematic review.

KATA PENGANTAR

Alasan 3 Menjelaskan alasan untuk mereview dalam konteks apa yang sudah diketahui. √
Tujuan 4 Menyajikan pernyataan eksplisit tentang pertanyaan yang sedang dibahas dengan √
mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan, hasil, dan desain studi (PICOS).

METODE

Protokol dan 5 Menunjukkan bila protokol tinjauan ada, jika dan dimana itu dapat di akses (cth., Alamat
registrasi Web), dan jika tersedia, menunjukkan informasi pendaftaran termasuk nomor pendaftaran. √
Kriteria 6 Menentukan karakteristik studi (misalnya, picos, panjang dari follow - up) dan
kelayakan karakteristik laporan (misalnya, tahun dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) √
digunakan sebagai kriteria untuk kelayakan, memberi alasan.
Sumber 7 Menjelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan tanggal cakupan,
informasi kontak dengan authors studi untuk mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian √
dan tanggal pencarian terakhir.
Pencarian 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk setidaknya satu database,
termasuk batasan apa pun yang digunakan, sedemikian rupa sehingga bisa diulangi. √
Seleksi Studi 9 Menyebutkan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, kelayakan, termasuk
dalam in systematic review, dan, jika berlaku, dimasukkan dalam meta - analysis). √
Proses 10 Menjelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, formulir uji coba, secara
pengumpulan
data
independen, dalam duplikat) dan proses apa pun untuk memperoleh dan √
mengonfirmasi data dari penyidik.
Item data 11 Membuat daftar dan menentukan semua variabel yang datanya dicari (misalnya,
PICOS, sumber pendanaan) dan apapun asumsi serta penyederhanaan yang dibuat. √
Risiko bias di 12 Menjelaskan metode yang digunakan untuk penilaian risiko bias dari studi individu
studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan pada tingkat studi atau hasil), dan √
bagaimana informasi ini akan digunakan dalam sintesis data apapun.
Pengukuran 13 Menyebutkan ukuran ringkasan prinsip (misalnya, rasio risiko, perbedaan cara).
ringkasan √
Hasil sintesis 14 Menjelaskan metode penanganan data dan penggabungkan hasil dari studi, jika
dilakukan, termasuk pengukuran konsistensi (misalnya, I2 untuk setiap meta- √
analysis.)
Risiko bias di 15 Menentukan setiap penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi bukti kumulatif
seluruh studi (misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif dalam studi). √
Analisis 16 Menjelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas atau subkelompok
tambahan analisis, meta-regresi), jika dilakukan, menunjukkan yang mana yang telah ditentukan √
sebelumnya.
81

HASIL

Seleksi studi 17 Memberikan jumlah studi yang disaring, penilai an kelayakannya, dan termasuk dalam
review, dengan alasan pengecualian di setiap tahap, idealnya dengan diagram alir. √
Karakteristik 18 Untuk setiap studi, menunjukkan karakteristik untuk setiap data yang diekstraksi
studi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak lanjut) dan sertakan sumber kutipannya.

Risiko bias
dalam studi
19 Menyajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika tersedia, penilaian tingkatan
hasil apa pun (lihat item 12).

Hasil studi
individu
20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau kerugian), untuk setiap studi
menyajikan: (a) data ringkasan sederhana untuk setiap kelompok intervensi, (b) estimasi

efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot.
Hasil Sintesis 21 Menyajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, termasuk interval kepercayaan
dan pengukuran konsistensi.

Risiko bias di 22 Mempresentasikan hasil dari setiap penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Item 15).
seluruh studi √
Analisis 23 Memberikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, analisis sensitivitas atau
tambahan subkelompok, meta-regresi [lihat Item 16]). √
DISKUSI

Ringkasan 24
Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk setiap hasil
bukti
utama; pertimbangkan relevansinya dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan √
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Batasan 25
Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil (misalnya, risiko bias), dan
pada tingkat tinjauan (misalnya, pengambilan penelitian yang teridentifikasi tidak √
lengkap, pelaporan bias).
Kesimpulan 26
Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks bukti lain, dan implikasinya
untuk penelitian selanjutnya.

PENDANAAN

Pendanaan 27
Jelaskan sumber pendanaan untuk systematic review dan dukungan lainnya (misalnya,
pasokan data); peran penyandang dana untuk systematic review.

82

FORMAT PRISMA CHECKLIST

Penulis Jurnal/ Tahun : Hwang / 2019

JUDUL

Judul 1 Identifikasi laporan tersebut apakah berbentuk systematic review, meta-analysis, or


keduanya.

ABSTRACT

Struktur 2 Menyajikan sebuah struktur ringkasan yang berisikan sebagaimana aturan umumnya : later
Ringkasan belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi, peserta, dan intervensi; study √
appraisal dan metode sintesis; hasil; batasan; kesimpulan and kesimpulan dan implikasi
dari temuan kunci; nomor registrasi systematic review.

KATA PENGANTAR

Alasan 3 Menjelaskan alasan untuk mereview dalam konteks apa yang sudah diketahui. √
Tujuan 4 Menyajikan pernyataan eksplisit tentang pertanyaan yang sedang dibahas dengan √
mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan, hasil, dan desain studi (PICOS).

METODE

Protokol dan 5 Menunjukkan bila protokol tinjauan ada, jika dan dimana itu dapat di akses (cth., Alamat
registrasi Web), dan jika tersedia, menunjukkan informasi pendaftaran termasuk nomor pendaftaran. √
Kriteria 6 Menentukan karakteristik studi (misalnya, picos, panjang dari follow - up) dan
kelayakan karakteristik laporan (misalnya, tahun dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) √
digunakan sebagai kriteria untuk kelayakan, memberi alasan.
Sumber 7 Menjelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan tanggal cakupan,
informasi kontak dengan authors studi untuk mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian √
dan tanggal pencarian terakhir.
Pencarian 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk setidaknya satu database,
termasuk batasan apa pun yang digunakan, sedemikian rupa sehingga bisa diulangi. √
Seleksi Studi 9 Menyebutkan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, kelayakan, termasuk
dalam in systematic review, dan, jika berlaku, dimasukkan dalam meta - analysis). √
Proses 10 Menjelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, formulir uji coba, secara
pengumpulan
data
independen, dalam duplikat) dan proses apa pun untuk memperoleh dan √
mengonfirmasi data dari penyidik.
Item data 11 Membuat daftar dan menentukan semua variabel yang datanya dicari (misalnya,
PICOS, sumber pendanaan) dan apapun asumsi serta penyederhanaan yang dibuat. √
Risiko bias di 12 Menjelaskan metode yang digunakan untuk penilaian risiko bias dari studi individu
studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan pada tingkat studi atau hasil), dan √
bagaimana informasi ini akan digunakan dalam sintesis data apapun.
Pengukuran 13 Menyebutkan ukuran ringkasan prinsip (misalnya, rasio risiko, perbedaan cara).
ringkasan √
Hasil sintesis 14 Menjelaskan metode penanganan data dan penggabungkan hasil dari studi, jika
dilakukan, termasuk pengukuran konsistensi (misalnya, I2 untuk setiap meta- √
analysis.)
Risiko bias di 15 Menentukan setiap penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi bukti kumulatif
seluruh studi (misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif dalam studi). √
Analisis 16 Menjelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas atau subkelompok
tambahan analisis, meta-regresi), jika dilakukan, menunjukkan yang mana yang telah ditentukan √
sebelumnya.
HASIL
83

Seleksi studi 17 Memberikan jumlah studi yang disaring, penilai an kelayakannya, dan termasuk dalam
review, dengan alasan pengecualian di setiap tahap, idealnya dengan diagram alir. √
Karakteristik 18 Untuk setiap studi, menunjukkan karakteristik untuk setiap data yang diekstraksi
studi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak lanjut) dan sertakan sumber kutipannya.

Risiko bias
dalam studi
19 Menyajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika tersedia, penilaian tingkatan
hasil apa pun (lihat item 12).

Hasil studi
individu
20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau kerugian), untuk setiap studi
menyajikan: (a) data ringkasan sederhana untuk setiap kelompok intervensi, (b) estimasi

efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot.
Hasil Sintesis 21 Menyajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, termasuk interval kepercayaan
dan pengukuran konsistensi.

Risiko bias di 22 Mempresentasikan hasil dari setiap penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Item 15).
seluruh studi √
Analisis 23 Memberikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, analisis sensitivitas atau
tambahan subkelompok, meta-regresi [lihat Item 16]). √
DISKUSI

Ringkasan 24
Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk setiap hasil
bukti
utama; pertimbangkan relevansinya dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan √
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Batasan 25
Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil (misalnya, risiko bias), dan
pada tingkat tinjauan (misalnya, pengambilan penelitian yang teridentifikasi tidak √
lengkap, pelaporan bias).
Kesimpulan 26
Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks bukti lain, dan implikasinya
untuk penelitian selanjutnya.

PENDANAAN

Pendanaan 27
Jelaskan sumber pendanaan untuk systematic review dan dukungan lainnya (misalnya,
pasokan data); peran penyandang dana untuk systematic review.

84

FORMAT PRISMA CHECKLIST

Penulis Jurnal/ Tahun : Feuerestein / 2017

JUDUL

Judul 1 Identifikasi laporan tersebut apakah berbentuk systematic review, meta-analysis, or


keduanya.

ABSTRACT

Struktur 2 Menyajikan sebuah struktur ringkasan yang berisikan sebagaimana aturan umumnya : later
Ringkasan belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi, peserta, dan intervensi; study √
appraisal dan metode sintesis; hasil; batasan; kesimpulan and kesimpulan dan implikasi
dari temuan kunci; nomor registrasi systematic review.

KATA PENGANTAR

Alasan 3 Menjelaskan alasan untuk mereview dalam konteks apa yang sudah diketahui. √
Tujuan 4 Menyajikan pernyataan eksplisit tentang pertanyaan yang sedang dibahas dengan √
mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan, hasil, dan desain studi (PICOS).

METODE

Protokol dan 5 Menunjukkan bila protokol tinjauan ada, jika dan dimana itu dapat di akses (cth., Alamat
registrasi Web), dan jika tersedia, menunjukkan informasi pendaftaran termasuk nomor pendaftaran. √
Kriteria 6 Menentukan karakteristik studi (misalnya, picos, panjang dari follow - up) dan
kelayakan karakteristik laporan (misalnya, tahun dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) √
digunakan sebagai kriteria untuk kelayakan, memberi alasan.
Sumber 7 Menjelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan tanggal cakupan,
informasi kontak dengan authors studi untuk mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian √
dan tanggal pencarian terakhir.
Pencarian 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk setidaknya satu database,
termasuk batasan apa pun yang digunakan, sedemikian rupa sehingga bisa diulangi. √
Seleksi Studi 9 Menyebutkan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, kelayakan, termasuk
dalam in systematic review, dan, jika berlaku, dimasukkan dalam meta - analysis). √
Proses 10 Menjelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, formulir uji coba, secara
pengumpulan
data
independen, dalam duplikat) dan proses apa pun untuk memperoleh dan √
mengonfirmasi data dari penyidik.
Item data 11 Membuat daftar dan menentukan semua variabel yang datanya dicari (misalnya,
PICOS, sumber pendanaan) dan apapun asumsi serta penyederhanaan yang dibuat. √
Risiko bias di 12 Menjelaskan metode yang digunakan untuk penilaian risiko bias dari studi individu
studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan pada tingkat studi atau hasil), dan √
bagaimana informasi ini akan digunakan dalam sintesis data apapun.
Pengukuran 13 Menyebutkan ukuran ringkasan prinsip (misalnya, rasio risiko, perbedaan cara).
ringkasan √
Hasil sintesis 14 Menjelaskan metode penanganan data dan penggabungkan hasil dari studi, jika
dilakukan, termasuk pengukuran konsistensi (misalnya, I2 untuk setiap meta- √
analysis.)
Risiko bias di 15 Menentukan setiap penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi bukti kumulatif
seluruh studi (misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif dalam studi). √
Analisis 16 Menjelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas atau subkelompok
tambahan analisis, meta-regresi), jika dilakukan, menunjukkan yang mana yang telah ditentukan √
sebelumnya.
HASIL
85

Seleksi studi 17 Memberikan jumlah studi yang disaring, penilai an kelayakannya, dan termasuk dalam
review, dengan alasan pengecualian di setiap tahap, idealnya dengan diagram alir. √
Karakteristik 18 Untuk setiap studi, menunjukkan karakteristik untuk setiap data yang diekstraksi
studi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak lanjut) dan sertakan sumber kutipannya.

Risiko bias
dalam studi
19 Menyajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika tersedia, penilaian tingkatan
hasil apa pun (lihat item 12).

Hasil studi
individu
20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau kerugian), untuk setiap studi
menyajikan: (a) data ringkasan sederhana untuk setiap kelompok intervensi, (b) estimasi

efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot.
Hasil Sintesis 21 Menyajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, termasuk interval kepercayaan
dan pengukuran konsistensi.

Risiko bias di 22 Mempresentasikan hasil dari setiap penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Item 15).
seluruh studi √
Analisis 23 Memberikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, analisis sensitivitas atau
tambahan subkelompok, meta-regresi [lihat Item 16]). √
DISKUSI

Ringkasan 24
Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk setiap hasil
bukti
utama; pertimbangkan relevansinya dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan √
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Batasan 25
Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil (misalnya, risiko bias), dan
pada tingkat tinjauan (misalnya, pengambilan penelitian yang teridentifikasi tidak √
lengkap, pelaporan bias).
Kesimpulan 26
Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks bukti lain, dan implikasinya
untuk penelitian selanjutnya.

PENDANAAN

Pendanaan 27
Jelaskan sumber pendanaan untuk systematic review dan dukungan lainnya (misalnya,
pasokan data); peran penyandang dana untuk systematic review.

86

FORMAT PRISMA CHECKLIST

Penulis Jurnal/ Tahun : Sato / 2019

JUDUL

Judul 1 Identifikasi laporan tersebut apakah berbentuk systematic review, meta-analysis, or


keduanya.

ABSTRACT

Struktur 2 Menyajikan sebuah struktur ringkasan yang berisikan sebagaimana aturan umumnya : later
Ringkasan belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi, peserta, dan intervensi; study √
appraisal dan metode sintesis; hasil; batasan; kesimpulan and kesimpulan dan implikasi
dari temuan kunci; nomor registrasi systematic review.

KATA PENGANTAR

Alasan 3 Menjelaskan alasan untuk mereview dalam konteks apa yang sudah diketahui. √
Tujuan 4 Menyajikan pernyataan eksplisit tentang pertanyaan yang sedang dibahas dengan √
mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan, hasil, dan desain studi (PICOS).

METODE

Protokol dan 5 Menunjukkan bila protokol tinjauan ada, jika dan dimana itu dapat di akses (cth., Alamat
registrasi Web), dan jika tersedia, menunjukkan informasi pendaftaran termasuk nomor pendaftaran. √
Kriteria 6 Menentukan karakteristik studi (misalnya, picos, panjang dari follow - up) dan
kelayakan karakteristik laporan (misalnya, tahun dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) √
digunakan sebagai kriteria untuk kelayakan, memberi alasan.
Sumber 7 Menjelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan tanggal cakupan,
informasi kontak dengan authors studi untuk mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian √
dan tanggal pencarian terakhir.
Pencarian 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk setidaknya satu database,
termasuk batasan apa pun yang digunakan, sedemikian rupa sehingga bisa diulangi. √
Seleksi Studi 9 Menyebutkan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, kelayakan, termasuk
dalam in systematic review, dan, jika berlaku, dimasukkan dalam meta - analysis). √
Proses 10 Menjelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, formulir uji coba, secara
pengumpulan
data
independen, dalam duplikat) dan proses apa pun untuk memperoleh dan √
mengonfirmasi data dari penyidik.
Item data 11 Membuat daftar dan menentukan semua variabel yang datanya dicari (misalnya,
PICOS, sumber pendanaan) dan apapun asumsi serta penyederhanaan yang dibuat. √
Risiko bias di 12 Menjelaskan metode yang digunakan untuk penilaian risiko bias dari studi individu
studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan pada tingkat studi atau hasil), dan √
bagaimana informasi ini akan digunakan dalam sintesis data apapun.
Pengukuran 13 Menyebutkan ukuran ringkasan prinsip (misalnya, rasio risiko, perbedaan cara).
ringkasan √
Hasil sintesis 14 Menjelaskan metode penanganan data dan penggabungkan hasil dari studi, jika
dilakukan, termasuk pengukuran konsistensi (misalnya, I2 untuk setiap meta- √
analysis.)
Risiko bias di 15 Menentukan setiap penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi bukti kumulatif
seluruh studi (misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif dalam studi). √
Analisis 16 Menjelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas atau subkelompok
tambahan analisis, meta-regresi), jika dilakukan, menunjukkan yang mana yang telah ditentukan √
sebelumnya.
HASIL
87

Seleksi studi 17 Memberikan jumlah studi yang disaring, penilai an kelayakannya, dan termasuk dalam
review, dengan alasan pengecualian di setiap tahap, idealnya dengan diagram alir. √
Karakteristik 18 Untuk setiap studi, menunjukkan karakteristik untuk setiap data yang diekstraksi
studi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak lanjut) dan sertakan sumber kutipannya.

Risiko bias
dalam studi
19 Menyajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika tersedia, penilaian tingkatan
hasil apa pun (lihat item 12).

Hasil studi
individu
20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau kerugian), untuk setiap studi
menyajikan: (a) data ringkasan sederhana untuk setiap kelompok intervensi, (b) estimasi

efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot.
Hasil Sintesis 21 Menyajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, termasuk interval kepercayaan
dan pengukuran konsistensi.

Risiko bias di 22 Mempresentasikan hasil dari setiap penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Item 15).
seluruh studi √
Analisis 23 Memberikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, analisis sensitivitas atau
tambahan subkelompok, meta-regresi [lihat Item 16]). √
DISKUSI

Ringkasan 24
Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk setiap hasil
bukti
utama; pertimbangkan relevansinya dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan √
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Batasan 25
Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil (misalnya, risiko bias), dan
pada tingkat tinjauan (misalnya, pengambilan penelitian yang teridentifikasi tidak √
lengkap, pelaporan bias).
Kesimpulan 26
Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks bukti lain, dan implikasinya
untuk penelitian selanjutnya.

PENDANAAN

Pendanaan 27
Jelaskan sumber pendanaan untuk systematic review dan dukungan lainnya (misalnya,
pasokan data); peran penyandang dana untuk systematic review.

88

FORMAT PRISMA CHECKLIST

Penulis Jurnal/ Tahun : Leonard / 2020

JUDUL

Judul 1 Identifikasi laporan tersebut apakah berbentuk systematic review, meta-analysis, or


keduanya.

ABSTRACT

Struktur 2 Menyajikan sebuah struktur ringkasan yang berisikan sebagaimana aturan umumnya : later
Ringkasan belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi, peserta, dan intervensi; study √
appraisal dan metode sintesis; hasil; batasan; kesimpulan and kesimpulan dan implikasi
dari temuan kunci; nomor registrasi systematic review.

KATA PENGANTAR

Alasan 3 Menjelaskan alasan untuk mereview dalam konteks apa yang sudah diketahui. √
Tujuan 4 Menyajikan pernyataan eksplisit tentang pertanyaan yang sedang dibahas dengan √
mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan, hasil, dan desain studi (PICOS).

METODE

Protokol dan 5 Menunjukkan bila protokol tinjauan ada, jika dan dimana itu dapat di akses (cth., Alamat
registrasi Web), dan jika tersedia, menunjukkan informasi pendaftaran termasuk nomor pendaftaran. √
Kriteria 6 Menentukan karakteristik studi (misalnya, picos, panjang dari follow - up) dan
kelayakan karakteristik laporan (misalnya, tahun dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) √
digunakan sebagai kriteria untuk kelayakan, memberi alasan.
Sumber 7 Menjelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan tanggal cakupan,
informasi kontak dengan authors studi untuk mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian √
dan tanggal pencarian terakhir.
Pencarian 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk setidaknya satu database,
termasuk batasan apa pun yang digunakan, sedemikian rupa sehingga bisa diulangi. √
Seleksi Studi 9 Menyebutkan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, kelayakan, termasuk
dalam in systematic review, dan, jika berlaku, dimasukkan dalam meta - analysis). √
Proses 10 Menjelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, formulir uji coba, secara
pengumpulan
data
independen, dalam duplikat) dan proses apa pun untuk memperoleh dan √
mengonfirmasi data dari penyidik.
Item data 11 Membuat daftar dan menentukan semua variabel yang datanya dicari (misalnya,
PICOS, sumber pendanaan) dan apapun asumsi serta penyederhanaan yang dibuat. √
Risiko bias di 12 Menjelaskan metode yang digunakan untuk penilaian risiko bias dari studi individu
studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan pada tingkat studi atau hasil), dan √
bagaimana informasi ini akan digunakan dalam sintesis data apapun.
Pengukuran 13 Menyebutkan ukuran ringkasan prinsip (misalnya, rasio risiko, perbedaan cara).
ringkasan √
Hasil sintesis 14 Menjelaskan metode penanganan data dan penggabungkan hasil dari studi, jika
dilakukan, termasuk pengukuran konsistensi (misalnya, I2 untuk setiap meta- √
analysis.)
Risiko bias di 15 Menentukan setiap penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi bukti kumulatif
seluruh studi (misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif dalam studi). √
Analisis 16 Menjelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas atau subkelompok
tambahan analisis, meta-regresi), jika dilakukan, menunjukkan yang mana yang telah ditentukan √
sebelumnya.
HASIL
89

Seleksi studi 17 Memberikan jumlah studi yang disaring, penilai an kelayakannya, dan termasuk dalam
review, dengan alasan pengecualian di setiap tahap, idealnya dengan diagram alir. √
Karakteristik 18 Untuk setiap studi, menunjukkan karakteristik untuk setiap data yang diekstraksi
studi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak lanjut) dan sertakan sumber kutipannya.

Risiko bias
dalam studi
19 Menyajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika tersedia, penilaian tingkatan
hasil apa pun (lihat item 12).

Hasil studi
individu
20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau kerugian), untuk setiap studi
menyajikan: (a) data ringkasan sederhana untuk setiap kelompok intervensi, (b) estimasi

efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot.
Hasil Sintesis 21 Menyajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, termasuk interval kepercayaan
dan pengukuran konsistensi.

Risiko bias di 22 Mempresentasikan hasil dari setiap penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Item 15).
seluruh studi √
Analisis 23 Memberikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, analisis sensitivitas atau
tambahan subkelompok, meta-regresi [lihat Item 16]). √
DISKUSI

Ringkasan 24
Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk setiap hasil
bukti
utama; pertimbangkan relevansinya dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan √
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Batasan 25
Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil (misalnya, risiko bias), dan
pada tingkat tinjauan (misalnya, pengambilan penelitian yang teridentifikasi tidak √
lengkap, pelaporan bias).
Kesimpulan 26
Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks bukti lain, dan implikasinya
untuk penelitian selanjutnya.

PENDANAAN

Pendanaan 27
Jelaskan sumber pendanaan untuk systematic review dan dukungan lainnya (misalnya,
pasokan data); peran penyandang dana untuk systematic review.

90

FORMAT PRISMA CHECKLIST

Penulis Jurnal/ Tahun : Hapsari dan Kurniawan / 2019

JUDUL

Judul 1 Identifikasi laporan tersebut apakah berbentuk systematic review, meta-analysis, or


keduanya.

ABSTRACT

Struktur 2 Menyajikan sebuah struktur ringkasan yang berisikan sebagaimana aturan umumnya : later
Ringkasan belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi, peserta, dan intervensi; study √
appraisal dan metode sintesis; hasil; batasan; kesimpulan and kesimpulan dan implikasi
dari temuan kunci; nomor registrasi systematic review.

KATA PENGANTAR

Alasan 3 Menjelaskan alasan untuk mereview dalam konteks apa yang sudah diketahui. √
Tujuan 4 Menyajikan pernyataan eksplisit tentang pertanyaan yang sedang dibahas dengan √
mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan, hasil, dan desain studi (PICOS).

METODE

Protokol dan 5 Menunjukkan bila protokol tinjauan ada, jika dan dimana itu dapat di akses (cth., Alamat
registrasi Web), dan jika tersedia, menunjukkan informasi pendaftaran termasuk nomor pendaftaran. √
Kriteria 6 Menentukan karakteristik studi (misalnya, picos, panjang dari follow - up) dan
kelayakan karakteristik laporan (misalnya, tahun dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) √
digunakan sebagai kriteria untuk kelayakan, memberi alasan.
Sumber 7 Menjelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan tanggal cakupan,
informasi kontak dengan authors studi untuk mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian √
dan tanggal pencarian terakhir.
Pencarian 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk setidaknya satu database,
termasuk batasan apa pun yang digunakan, sedemikian rupa sehingga bisa diulangi. √
Seleksi Studi 9 Menyebutkan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, kelayakan, termasuk
dalam in systematic review, dan, jika berlaku, dimasukkan dalam meta - analysis). √
Proses 10 Menjelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, formulir uji coba, secara
pengumpulan
data
independen, dalam duplikat) dan proses apa pun untuk memperoleh dan √
mengonfirmasi data dari penyidik.
Item data 11 Membuat daftar dan menentukan semua variabel yang datanya dicari (misalnya,
PICOS, sumber pendanaan) dan apapun asumsi serta penyederhanaan yang dibuat. √
Risiko bias di 12 Menjelaskan metode yang digunakan untuk penilaian risiko bias dari studi individu
studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan pada tingkat studi atau hasil), dan √
bagaimana informasi ini akan digunakan dalam sintesis data apapun.
Pengukuran 13 Menyebutkan ukuran ringkasan prinsip (misalnya, rasio risiko, perbedaan cara).
ringkasan √
Hasil sintesis 14 Menjelaskan metode penanganan data dan penggabungkan hasil dari studi, jika
dilakukan, termasuk pengukuran konsistensi (misalnya, I2 untuk setiap meta- √
analysis.)
Risiko bias di 15 Menentukan setiap penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi bukti kumulatif
seluruh studi (misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif dalam studi). √
Analisis 16 Menjelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas atau subkelompok
tambahan analisis, meta-regresi), jika dilakukan, menunjukkan yang mana yang telah ditentukan √
sebelumnya.
HASIL
91

Seleksi studi 17 Memberikan jumlah studi yang disaring, penilai an kelayakannya, dan termasuk dalam
review, dengan alasan pengecualian di setiap tahap, idealnya dengan diagram alir. √
Karakteristik 18 Untuk setiap studi, menunjukkan karakteristik untuk setiap data yang diekstraksi
studi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak lanjut) dan sertakan sumber kutipannya.

Risiko bias
dalam studi
19 Menyajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika tersedia, penilaian tingkatan
hasil apa pun (lihat item 12).

Hasil studi
individu
20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau kerugian), untuk setiap studi
menyajikan: (a) data ringkasan sederhana untuk setiap kelompok intervensi, (b) estimasi

efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot.
Hasil Sintesis 21 Menyajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, termasuk interval kepercayaan
dan pengukuran konsistensi.

Risiko bias di 22 Mempresentasikan hasil dari setiap penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Item 15).
seluruh studi √
Analisis 23 Memberikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, analisis sensitivitas atau
tambahan subkelompok, meta-regresi [lihat Item 16]). √
DISKUSI

Ringkasan 24
Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk setiap hasil
bukti
utama; pertimbangkan relevansinya dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan √
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Batasan 25
Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil (misalnya, risiko bias), dan
pada tingkat tinjauan (misalnya, pengambilan penelitian yang teridentifikasi tidak √
lengkap, pelaporan bias).
Kesimpulan 26
Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks bukti lain, dan implikasinya
untuk penelitian selanjutnya.

PENDANAAN

Pendanaan 27
Jelaskan sumber pendanaan untuk systematic review dan dukungan lainnya (misalnya,
pasokan data); peran penyandang dana untuk systematic review.

92

LEMBAR KONSUL SKRIPSI


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TA. 2020/2021

NAMA : Afifah Meizayani


NIM : P05120317003
JUDUL SKRIPS : Literature Review : Efektivitas Cognitive Behavior
Therapy for Insomnia (CBT-I) Terhadap Kualitas
Tidur.
PEMBIMBING 1 : Pauzan Effendi SST., M.Kes.

MATERI
NO TANGGAL MASUKAN PEMBIMBING PARAF
KONSULTASI
1. Pertimbangkan metode
Membahas apa
penelitian
saja yang
2. Perkirakan kelogisan
1 diperlukan
26/ 04/2021 responden.
terkait
3. Database harus bekualitas
pembuatan
4. Pelajari lagi dengan baik
skripsi
seleksi dan penilaiannya

Konsul 1. Ikuti panduan terbaru


27/ 04/2021 panduan 2. Sesuaikan tiap pointnya
2 terbaru 3. Jika sudah nanti di periksa
sama-sama

1. Bab 1 dan 2 sudah sesuai


Konsul revisi
2. Bab 3 sudah sesuai, dan di
panduan
perhatikan lagi kriteria
3 28/04/2021 terbaru bab
inklusi dan data base yang
1,2,3
akan digunakan

Hb1.
1. Langsung cari sesuai kata
kunci yang ada, kumpulkan
29/04/2021 Konsul seleksi jurnal sesuai panduan yang
4 jurnal data ada
base 2. Pakai data base yang
kredibilitasnya bagus atau
internasional
93

5 1. Kualitas di nilai dengan


critical apraisal
2. Jangan lupa di
Konsul persentasikan untuk melihat
30/04/2021 penilaian peringkatnya
kualitas 3. Kalo ada yang sama liat
jumlah respondenya yg
paling banyak peringkatnya
makin tinggi.
1. Ikuti saran dari pembimbing
2
2. Pastikan literature
6 3/05/2021 Konsul bab 4-6 terjemahannya benar
3. Rapikan ketikan tabelnya
4. Tambahkan bagian saran
untuk peneliti selanjutnya
1. Silahkan bisa di lanjutkan
Konsul Full
untuk mendaftar ujian asal
skripsi (Bab 1-
7 04/05/2021 sudah di konsulkan dan di
6, hingga
acc juga dengan
lampiran)
pembimbing 2
94

LEMBAR KONSUL SKRIPSI


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TA. 2020/2021

NAMA : Afifah Meizayani


NIM : P05120317003
JUDUL SKRIPS : Literature Review : Efektivitas Cognitive Behavior
Therapy for Insomnia (CBT-I) Terhadap Kualitas
Tidur.
PEMBIMBING 2 : Ns. Idramsyah, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB

MATERI
NO TANGGAL MASUKAN PEMBIMBING PARAF
KONSULTASI

1. Persiapkan data base mana


yang mau digunakan
Membahas apa
2. Perbaiki bab 1-3 sesuai
saja yang
1 panduan terbaru terlebih
26/ 04/2021 diperlukan
dagulu.
terkait
3. Kualitas internasional bisa
pembuatan
dipakai untuk memilih
skripsi
jurnal
4. Pelajari lagi dengan baik
seleksi dan penilaiannya

1. Perbaiki urutan sub babnya


2. Kalimatnya di perbaiki
Konsul
sesuai yang diinginkan
27/ 04/2021 panduan
2 panduan
terbaru
3. Jika sudah nanti di periksa
sama-sama

1. Bab 1 dan 2 sudah sesuai


Konsul revisi 2. Bab 3 sudah sesuai, dan di
panduan perhatikan lagi picos frame
3 28/04/2021 terbaru bab worknya dan urutan seleksi
1,2,3 dan penilaian kualitasnya
95

4 Hb1.
1. Langsung cari sesuai kata
kunci yang ada, kumpulkan
29/04/2021 jurnal sesuai panduan yang
Konsul seleksi ada
jurnal data 2. Pakai data base yang
base kredibilitasnya bagus atau
internasional
3. Disarankan artikel bahasa
inggris

1. Perengkingan kualitas 1-6


di nilai dengan critical
appraisal dan harus
dilampirkan
Konsul 2. Jangan lupa di
5 30/04/2021 penilaian persentasikan untuk melihat
kualitas peringkatnya.
3. Kalo ada yang sama liat
jumlah respondenya yg
paling banyak peringkatnya
makin tinggi.
1. Deskripsikan hasil
pencarian dan seleksi secara
rinci perjalanannya
2. Pastikan literature
terjemahannya benar
6 03/05/2021 Konsul bab 4
3. Rapikan ketikan table
karakteristik responden
4. Hasil ditulis dengan jumlah
dan persentase yang di
dapatkan dari hasil analisa.
1. Bab 5 harus dibarengi oleh
pembahasan dan
perbandingan antara teori
Konsul bab 5 dengan hasil yang peneliti
7 05/04/2021
dan 6 dapatkan
2. Kesimpulan berupa sejalan
atau tidaknya teori dan
literature yang ada
Konsul Full 1. Tambahkan halaman yang
skripsi (Bab 1- diperlukan sesuai panduan
8 06/05/2021
6, hingga 2. Silahkan bisa di lanjutkan
lampiran) untuk mendaftar ujian
96

DAFTAR PENELITIAN TEREKSKLUSI PADA STUDI LITERATURE REVIEW


EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY FOR INSOMNIA (CBT-I) TERHADAP KUALITAS TIDUR

Variabel
No. Peneliti Judul Tahun Sumber Ket
Independen Dependen
1. Hamoen et Effectiveness of Cognitive Behavioral CBT-I Depressive symptom 2014 Depression Artikel diluar 5 tahun
al. Therapy For Insomnia: Influence of Slight- severity or worrying And terakhir dan tidak
To-Moderate Depressive Symptom influences the Anxiety terhadap kualitas tidur
Severity And Worrying subjective
2. Trockel et Cognitive Behavioral Therapy for CBT-I Insomnia Severity 2014 Behaviour Artikel diluar 5 tahun
al. insomnia with veterans: Evaluation Research terakhir dan tidak
of effectiveness and correlates of treatment and terhadap kualitas tidur
outcomes Therapy
3. Dewald- Cognitive Behavioral CBT-I Insomnia Severity 2019 Sleep Med Artikel tidak terhadap
Kaufman Therapy for Insomnia Clin kualitas tidur
n et al. (CBT-i ) in School –Aged Children and
Adolescents
4. Sadler et Cognitive behavior therapy for older adults CBT-I Depression Severity 2018 SLEEP Artikel tidak terhadap
al. with insomnia kualitas tidur
and depression: a randomized controlled
trial in
community mental health services

5. Morin et Cognitive Behavioral Therapy, Singly and CBT Sleep quality 2009 Journal of Artikel diluar 5 tahun
al Combined With Medication, Insomnia Severity American terakhir dan tidak fokus
for Persistent Insomnia Medical terhadap kualitas tidur
Associatio
n
6. Gałuszko The Efficacy of Cognitive-Behavioural CBT Sleep Quality And 2012 Psychiatria Artikel diluar 5 tahun
- Therapy (Cbt) Hyperarousal Level Danubina terakhir
Węgielni As Related To Sleep Quality And
k et al. Hyperarousal Level
In The Treatment of Primary Insomnia
97

7. Maria F Cognitive Behavioral Therapy For CBT-I Insomnia Severity 2017 Psychotera Artikel tidak fokus
Insomnia And Possibilities Of pia terhadap kualitas tidur
Its Use Among The Elderly
8. Majendie Cognitive Behavioral Therapy for CBT-I Insomnia Severity 2016 Sage Pub Artikel tidak fokus
et al. Insomnia (CBT-I) for an Adult terhadap kualitas tidur
With Multiple Sclerosis
9. Peter et Effectiveness of an Online CBT-I Online CBT- Insomnia Severity 2019 Int. J. Artikel tidak fokus
al. Intervention and a I Environ. terhadap kualitas tidur
Face-to-Face Treatment for Shift Work Res. Public
Sleep Disorder: Health
A Comparison of Sleep Diary Data
10. Freeman Efficacy of cognitive behavioural therapy CBT 1. Insomnia Severity 2015 Lancet Artikel diluar 5 tahun
et al. for sleep improvement in patients with 2. Delusions and Psychiatry terakhir dan tidak
persistent delusions and hallucinations hallucinations terhadap kualitas tidur
(BEST): a prospective, assessor-blind,
randomised controlled pilot trial
11. Luik et Delivering digital cognitive behavioral CBT-I Insomnia, Depression, 2017 Digital Artikel tidak terhadap
al. therapy for insomnia at Anxiety, perceived Medecine kualitas tidur
scale: does using a wearable device to stress, life satisfaction,
estimate sleep influence work productivity
therapy?
12. Talbolt et Cognitive Behavioral Therapy for CBT-I Sleep in posttraumatic 2014 SLEEP Artikel diluar 5 tahun
al. Insomnia in Posttraumatic Stress Disorder stress disorder (PTSD) terakhir dan tidak
: A Randomized Controlled Trial as well as nightmares, terhadap kualitas tidur
nonsleep PTSD
symptoms, depression
symptoms, and
psychosocial
unctioning.
13. Jin et al Mobile App Use for Insomnia Self- CBT-I sleep quality and 2020 JMIR Artikel berbentuk
Management in Urban Community- subjective memory retrospective study
Dwelling Older Korean Adults: complaints and
Retrospective Intervention Study depressive symptom
98

14. Sophie et Gender Differences in Adolescent Sleep CBT-I 1.Symptom severity 2021 JMIR Artikel berbentuk
al. Disturbance and Treatment Response to 2.Sleep duration Exploratory Study dan
Smartphone App–Delivered Cognitive tidak terfokus pada
Behavioral Therapy for Insomnia: kualitas tidur
Exploratory Study.
15. Seung- Cognitive Behavioral Therapy Using a CBT 1. Insomnia Severity 2017 Journal of Artikel berbentuk pilot
Gul et al. Mobile Application Synchronizable With 2. Sleep Quality clinical study
Wearable Devices for Insomnia Treatment: 3. Sleep Eficiency Sleep
A Pilot Stud Medicine
16. Sato et Clinical efficacy of individual cognitive CBT 1. Dysfunctional 2010 Psychiatry Artikel diluar 5 tahun
al. behavior therapy for psychophysiological Beliefs and Attitudes and terakhir
insomnia in 20 outpatients about Sleep Clinical
2. Sleep Quality Neuroscien
ces
17. Morgan Self-Help Treatment for Insomnia Self-Help 1.Sleep Quality 2012 The Artikel diluar 5 tahun
et al. symptoms Associated with Chronic CBT 2. Insomnia Severity American terakhir
Conditions in older Adults: A Randomized Geriatrics
Controlled Trial Society

18. Schlarb Modularized iCBT-I self-learn training for ICBT-I Sleep Quality 2021 Somnologi Artikel berbentuk pilot
et al. university staff— prevention and early e study
intervention in the SARS-CoV-2 crisis
19. Guthrie Effects of Pharmacologic and CBT-I dan Insomnia Severity 2018 SLEEP Artikel Berbentuk
et al. Nonpharmacologic Interventions on Pharmacolog Sleep quality Pooled Analysis of
Insomnia Symptoms and Self-reported ic Individual
Sleep Quality in Women With Hot
Flashes: A Pooled Analysis of Individual
Participant Data From Four MsFLASH
Trials
20. Wagley Effectiveness of abbreviated CBT for CBT-I Insomnia 2012 J Clin Artikel diluar dari 5
et al. insomnia in psychiatric outpatients: sleep Depresion Psychol tahun terakhir
and depression outcomes Sleep Quality
99

21. Yang et Non-pharmacological interventions for CBT Sleep quality 2014 Sleep Artikel diluar dari 5
al. improving sleep quality in patients on Medicine tahun terakhir dan tidak
dialysis: systematic review and meta- Rev terhadap dan insomnia
analysis
22. Trockel An e-mail delivered CBT for sleep-health CBT Sleep Quality and 2011 J Clin Artikel diluar dari 5
et al. program for college students: effects on Depression symptoms Sleep tahun terakhir dan tidak
sleep quality and depression symptoms Medicine terhadap dan insomnia
23. Khawaja Effect of sleep skills education on sleep CBT-I Sleep Quality 2013 Prim Care Artikel diluar dari 5
et al. quality in patients attending a psychiatry Companio tahun terakhir
partial hospitalization program n CNS
Disord
24. Yamader Comparisons of short-term efficacy CBT-I Sleep Quality dan 2013 Sleep Biol Artikel diluar dari 5
a et al. between individual and group cognitive Dysfunctional Beliefs Rhythms tahun terakhir
behavioral therapy for primary insomnia. and Attitudes about
Sleep
25. Hsu et al. Effects of cognitive behavioral therapy in CBT-I Depression, 2015 Behav Res Artikel diluar dari 5
patients with depressive disorder and Dysfunctional Beliefs Ther tahun terakhir
comorbid insomnia: A propensity score- and Attitudes about
matched outcome study. Sleep, Sleep Hygiene
Practice, sleep quality
26. Bush The Pittsburgh Sleep Quality Index in CBT Sleep Quality, anxiety 2012 Psychiatry Artikel diluar dari 5
AL, et al. older primary care patients with Res. tahun terakhir dan tidak
generalized anxiety disorder: terhadap dan insomnia
psychometrics and outcomes following
cognitive behavioral therapy.

27. Hou et Cognitive behavioral therapy in CBT Depresion, quality of 2014 Braz J Artikel diluar dari 5
al. combination with systemic family therapy sleep Psychiatry tahun terakhir dan tidak
improves mild to moderate postpartum terhadap dan insomnia
depression.
28. Fallon et Simplified sleep restriction for insomnia in CBT-I Insomnia severity, 2015 Braz J Artikel diluar dari 5
al. general practice: a randomised controlled Depresion, Sleep Psychiatry tahun terakhir
trial. Quality
100

29. Cunning The impact on sleep of a multidisciplinary CBT-PMP Depression, Anxiety, 2011 BMC Artikel diluar dari 5
ham et cognitive behavioural pain management Sleep Quality Musculosk tahun terakhir dan tidak
al. programme: a pilot study. elet Disord terhadap dan insomnia
30. Wang et Low Resistance Thought Induction Sleep- CBT-I dan Sleep Quality 2014 Int J Behav Artikel diluar dari 5
al. regulating Technique (TIP3-2) combined TCM Med. tahun terakhir
with medication for primary insomnia: a
randomized controlled trial.
31. Tempest Neuropsychological functioning in young Neuropsych Anxiety, depression, 2013 Prog Artikel diluar dari 5
a et al. subjects with generalized anxiety disorder ological sleep quality Neuropsyc tahun terakhir dan tidak
with and without pharmacotherapy. antidepressa hopharmac terhadap dan insomnia
nt drug ol Biol
Psychiatry
32. Crönlein Regensburg Insomnia Scale (RIS): a new CBT-I Insomnia, sleep quality 2013. Health Artikel diluar dari 5
T, et al. short rating scale for the assessment of Qual Life tahun terakhir
psychological symptoms and sleep in Outcomes.
insomnia; study design: development and
validation of a new short self-rating scale
in a sample of 218 patients suffering from
insomnia and 94 healthy controls.
33. O'Sulliva The prevalence and management of poor CBT Sleep quality, insomnia 2015 J Clin Artikel diluar dari 5
n M, et sleep quality in a secondary care mental Sleep Med tahun terakhir
al. health population.
34. Vasile C. CBT and medication in depression CBT and Depression 2020 Exp Ther Artikel tidak terhadap
(Review) medication Med. kualitas tidur dan
insomnia
35. Mariano Cognitive Behavioral Therapy (CBT) for CBT Subacute Low Back 2018 Curr Pain Artikel tidak terhadap
TY, et Subacute Low Back Pain: a Systematic Pain Headache kualitas tidur dan
al.. Review. Rep. insomnia
36. Atwood Systematic review of enhanced cognitive CBT-E Eating Disorder 2020 Int J Eat Artikel tidak terhadap
et al. behavioral therapy (CBT-E) for eating Disord. kualitas tidur dan
disorders. insomnia dan
berbentuk systematic
review
101

37. Pan et al. A comparison of efficacy between CBT Attention- 2019. Psychiatry Artikel tidak terhadap
cognitive behavioral therapy (CBT) and deficit/hyperactivity Res. kualitas tidur dan
CBT combined with medication in adults disorder insomnia
with attention-deficit/hyperactivity
disorder (ADHD).
38. Losada et Cognitive-behavioral therapy (CBT) CBT Dementia, depressive 2015 J Consult Artikel diluar dari 5
al versus acceptance and commitment Clin tahun terakhir dan tidak
therapy (ACT) for dementia family Psychol. terhadap kualitas tidur
caregivers with significant depressive dan insomnia
symptoms: Results of a randomized
clinical trial.
39. Sigurvins Effectiveness of cognitive behavioral CBT Anxiety 2020. Nord J Artikel tidak terhadap
dóttir therapy (CBT) for child and adolescent Psychiatry. kualitas tidur dan
AL, et al. anxiety disorders across different CBT insomnia, dan
modalities and comparisons: a systematic berbentuk systematic
review and meta-analysis. review

40. Thoma Contemporary Cognitive Behavior CBT Insomnia severity 2015. Psychodyn Artikel diluar dari 5
N, et al Therapy: A Review of Theory, History, Psychiatry. tahun terakhir, tidak
and Evidence. terhadap kualitas tidur,
berbentuk review.
41. Linardon The efficacy of cognitive-behavioral CBT Eating disorder 2017 J Consult Artikel tidak terhadap
J, et al. therapy for eating disorders: A systematic Clin kualitas tidur dan
review and meta-analysis. Psychol. insomnia, berbentuk
systematic review dan
meta analysis.
42. Simon et Acceptability of internet-based cognitive i-CBT post-traumatic stress 2019 Eur J Artikel tidak terhadap
al behavioural therapy (i-CBT) for post- disorder Psychotrau kualitas tidur dan
traumatic stress disorder (PTSD): a maol. insomnia, berbentuk
systematic review. systematic review dan
meta analysis.
43. Arch et Randomized clinical trial of cognitive CBT Anxiety 2012 J Consult Artikel diluar dari 5
al. behavioral therapy (CBT) versus Clin tahun terakhir, tidak
102

acceptance and commitment therapy Psychol. terhadap kualitas tidur


(ACT) for mixed anxiety disorders. dan insomnia
44. Vink et Could Cognitive Behavioural Therapy Be CBT Fatigue Syndrome 2020 Healthcare Artikel tidak terhadap
al. an Effective Treatment for Long COVID (Basel). kualitas tidur dan
and Post COVID-19 Fatigue Syndrome? insomnia.
Lessons from the Qure Study for Q-Fever
Fatigue Syndrome.
45. Öst LG, Cognitive behavioral and pharmacological CBT with OCD 2016 J Anxiety Artikel tidak terhadap
et al. treatments of OCD in children: A placebo. Disord. kualitas tidur dan
systematic review and meta-analysis. insomnia.
46. Morrison What are the components of CBT for CBT Psychosis 2010 Schizophr Artikel diluar dari 5
AP, et al. psychosis? A Delphi study. Bull tahun terakhir, tidak
terhadap kualitas tidur
dan insomnia
47. Premo Grant Report on Anxiety-CBT: CBT Anxiety 2020. J Psychiatr Artikel tidak terhadap
JE, et al. Dimensional Brain Behavior Predictors of Brain Sci kualitas tidur dan
CBT Outcomes in Pediatric Anxiety. insomnia.
.
48. Camacho An exploration of the relationships CBT Insomnia wellbeing, 2020 Psychother Artikel tidak terhadap
KS, et al. between patient application of CBT skills symptoms Res.. kualitas tidur.
and therapeutic outcomes during a two-
week CBT treatment.
49. Lopez Cognitive-behavioural interventions for CBT ADHA 2018 Cochrane Artikel tidak terhadap
PL, et al. attention deficit hyperactivity disorder Database kualitas tidur dan
(ADHD) in adults. Syst Rev. insomnia.
50. March J, Fluoxetine, cognitive-behavioral therapy, CBT Depression 2004 JAMA Artikel diluar dari 5
et al. and their combination for adolescents with tahun terakhir, tidak
depression: Treatment for Adolescents terhadap kualitas tidur
With Depression Study (TADS) dan insomnia
randomized controlled trial.
51. Hvenega Group rumination-focused cognitive- CBT Depression 2020 Psychol Artikel tidak terhadap
ard M, et behavioural therapy (CBT) v. group CBT Med kualitas tidur dan
al for depression: phase II trial. insomnia.
103

52. Unwin Effectiveness of cognitive behavioural CBT Anxiety dan depression 2016 Res Dev Artikel tidak terhadap
G, et al therapy (CBT) programmes for anxiety or Disabil. kualitas tidur dan
depression in adults with intellectual insomnia.
disabilities: A review of the literature.
53. Laws Cognitive Behavioural Therapy for CBT distress and quality of 2018 BMC Artikel tidak terhadap
KR, et al. schizophrenia - outcomes for functioning, life Psychol. kualitas tidur dan
distress and quality of life: a meta- insomnia.
analysis.
54. Fineberg Optimal treatment for OCD: a randomized CBT OCD 2018 Int Clin Artikel tidak terhadap
NA, et controlled feasibility study of the clinical- Psychopha kualitas tidur dan
al. effectiveness and cost-effectiveness of rmacol. insomnia.
cognitive-behavioural therapy, selective
serotonin reuptake inhibitors and their
combination in the management of
obsessive compulsive disorder.
55. Herman Cost-effectiveness of Mindfulness-based CBT Stress 2017 Spine Artikel tidak terhadap
PM, et Stress Reduction Versus Cognitive (Phila Pa kualitas tidur dan
al. Behavioral Therapy or Usual Care Among 1976). insomnia.
Adults With Chronic Low Back Pain.
56. Everitt Assessing telephone-delivered cognitive- CBT irritable bowel 2019 Gut. Artikel tidak terhadap
HA, et behavioural therapy (CBT) and web- syndrome kualitas tidur dan
al. delivered CBT versus treatment as usual in insomnia.
irritable bowel syndrome (ACTIB): a
multicentre randomised trial.
57. Jauhar S, Cognitive-behavioural therapy for the CBT Symptoms of 2014 Br J Artikel diluar dari 5
et al. symptoms of schizophrenia: systematic schizophrenia Psychiatry. tahun terakhir , tidak
review and meta-analysis with terhadap kualitas tidur
examination of potential bias. dan insomnia,
berbentuk systematic
review dan meta
analysis.
58. Han J, et Efficacy of cognitive behavioural therapy CBT internet gaming 2020 . Clin Artikel tidak terhadap
al for internet gaming disorder. disorder. Psychol kualitas tidur dan
104

Psychother insomnia.
.
59. Kooistra Cost and Effectiveness of Blended Versus CBT Depression 2019. J Med Artikel tidak terhadap
LC, et Standard Cognitive Behavioral Therapy Internet kualitas tidur dan
al.. for Outpatients With Depression in Res insomnia, berbentuk
Routine Specialized Mental Health Care: pilot RCT
Pilot Randomized Controlled Trial.
60. Wojnaro Predictors of depression relapse and CBT Depression 2019 Behav Artikel, tidak terhadap
wski C, recurrence after cognitive behavioural Cogn kualitas tidur dan
et al. therapy: a systematic review and meta- Psychother insomnia, berbentuk
analysis. . systematic review dan
meta analysis.
61. Serfaty Effectiveness of cognitive-behavioural CBT Depression 2020 Br J Artikel tidak terhadap
M, et al. therapy for depression in advanced cancer: Psychiatry. kualitas tidur dan
CanTalk randomised controlled trial. insomnia
62. Oud M, Effectiveness of CBT for children and CBT Depression 2019 Eur Artikel tidak terhadap
et al. adolescents with depression: A systematic Psychiatry kualitas tidur dan
review and meta-regression analysis. insomnia
63. Stapersm Effectiveness of Disease-Specific CBT Anxiety, Depression, 2018 J Pediatr Artikel tidak terhadap
a L, et al. Cognitive Behavioral Therapy on Anxiety, and Quality of Life Psychol. kualitas tidur dan
Depression, and Quality of Life in Youth insomnia
With Inflammatory Bowel Disease: A
Randomized Controlled Trial.
64. Ohara C, Effectiveness of enhanced cognitive CBT Bulimia nervosa 2020 Biopsycho Artikel tidak terhadap
et al. behavior therapy for bulimia nervosa in soc Med. kualitas tidur dan
Japan: a randomized controlled trial insomnia
protocol.
65. Cole CL, Effectiveness of small group cognitive CBT Anxiety and depression 2021 Int Rev Artikel tidak terhadap
et al. behavioural therapy for anxiety and Psychiatry. kualitas tidur dan
depression in Ebola treatment centre staff insomnia
in Sierra Leone.
66. Soh HL, Efficacy of digital cognitive behavioural CBT Insomnia severity 2020 Sleep Med Artikel tidak terhadap
et al. therapy for insomnia: a meta-analysis of kualitas tidur dan
105

randomised controlled trials berbentuk meta analisis


67. Urao Y, Effectiveness of a cognitive behavioural CBT Anxiety prevention 2018 Child Artikel tidak terhadap
et al. therapy-based anxiety prevention Adolesc kualitas tidur dan
programme at an elementary school in Psychiatry insomnia
Japan: a quasi-experimental study. Ment
Health.
68. Donker Effectiveness of Self-guided App-Based CBT Achrophobia 2019 JAMA Artikel tidak terhadap
T, et al. Virtual Reality Cognitive Behavior Psychiatry. kualitas tidur dan
Therapy for Acrophobia: A Randomized insomnia
Clinical Trial.
69. Van et al. Effectiveness of cognitive behavioral CBT Fatigue 2016 J Artikel tidak terhadap
therapy for the treatment of fatigue in Psychosom kualitas tidur dan
patients with multiple sclerosis: A Res insomnia
systematic review and meta-analysis.
70. Ayabe N, Effectiveness of cognitive behavioral CBT Insomnia severity 2018 Sleep Med. Artikel tidak terhadap
et al. therapy for pharmacotherapy-resistant kualitas tidur
chronic insomnia: a multi-center
randomized controlled trial in Japan.
71. Lonergan The effectiveness of cognitive behavioural CBT Pain 2016 J Psychol Artikel tidak terhadap
rt at. therapy for pain in childhood and Med. kualitas tidur dan
adolescence: a meta-analytic review. insomnia
72. Tallon D, Materials used to support cognitive CBT Depression 2019 Cogn Artikel tidak terhadap
et al. behavioural therapy for depression: a Behav kualitas tidur dan
survey of therapists' clinical practice and Ther. insomnia
views.
73. Abdollah Effectiveness of cognitive-behavioral CBT The quality of life and 2019 J Artikel tidak terhadap
i L, et al. therapy (CBT) in improving the quality of psychological fatigue Psychosom kualitas tidur dan
life and psychological fatigue in women Obstet insomnia
with polycystic ovarian syndrome: a Gynaecol
randomized controlled clinical trial.
74. Egger N, Long-term cost-effectiveness of cognitive CBT Anxiety 2016 Depress Artikel tidak terhadap
et al. behavioral therapy versus psychodynamic Anxiety. kualitas tidur dan
therapy in social anxiety disorder. insomnia
106

75. Davies Computer-delivered and web-based CBT Depression, anxiety, 2014 J Med Artikel diluar 5 tahun
EB, et al interventions to improve depression, and psychological Internet terakhir, tidak terhadap
anxiety, and psychological well-being of Res kualitas tidur dan
university students: a systematic review insomnia, berbentuk
and meta-analysis. systemtic review dan
meta analysis
76. Köhler S, Effectiveness of cognitive-behavioural CBT depressive 2013 Clin Artikel diluar 5 tahun
et al. therapy plus pharmacotherapy in inpatient Psychol terakhir, tidak terhadap
treatment of depressive disorders. Psychother kualitas tidur dan
. insomnia
77. Levi O, Cognitive-Behavioural Therapy and CBT Post-Traumatic Stress 2016 Clin Artikel tidak terhadap
et al. Psychodynamic Psychotherapy in the Disorder Psychol kualitas tidur dan
Treatment of Combat-Related Post- Psychother insomnia
Traumatic Stress Disorder: A Comparative .
Effectiveness Study.
78. Hind D, Cognitive behavioural therapy for the CBT depression 2014 BMC Artikel diluar 5 tahun
et al. treatment of depression in people with Psychiatry. terakhir, tidak terhadap
multiple sclerosis: a systematic review and kualitas tidur dan
meta-analysis. insomnia, berbentuk
systemtic review dan
meta analysis
79. Thomas Cognitive behavioural therapy for auditory CBT auditory hallucinations 2011 Behav Artikel diluar 5 tahun
N, et al. hallucinations: effectiveness and predictors Cogn terakhir, tidak terhadap
of outcome in a specialist clinic. Psychother kualitas tidur dan
insomnia,
80. Matusie The effectiveness of cognitive behavioral CBT Personality disorders. 2010 Psychiatr Artikel diluar 5 tahun
wicz AK, therapy for personality disorders. Clin North terakhir, tidak terhadap
et al. Am kualitas tidur dan
insomnia
81. Embling The effectiveness of cognitive behavioural CBT Depression 2002 Nurs Stand Artikel diluar 5 tahun
S therapy in depression. terakhir, tidak terhadap
kualitas tidur dan
insomnia
107

82. Sijbrandi EFFECTIVENESS OF INTERNET- CBT post-traumatic stress 2016 Depress Artikel tidak terhadap
j M, et DELIVERED COGNITIVE disorder Anxiety kualitas tidur dan
al.. BEHAVIORAL THERAPY FOR insomnia
POSTTRAUMATIC STRESS
DISORDER: A SYSTEMATIC REVIEW
AND META-ANALYSIS.
83. Pastore Efficacy of cognitive behavioural therapy CBT traumatic brain injury 2011 Disabil Artikel diluar 5 tahun
V, et al. for children and adolescents with traumatic Rehabil. terakhir, tidak terhadap
brain injury. kualitas tidur dan
insomnia
84. Holman Cost-effectiveness of cognitive behaviour CBT Depression 2011 MC Health Artikel diluar 5 tahun
AJ, et al. therapy versus talking and usual care for Serv Res. terakhir, tidak terhadap
depressed older people in primary care. kualitas tidur dan
insomnia
85. Shimotsu Effectiveness of group cognitive- CBT self-stigma 2014 Asian J Artikel diluar 5 tahun
S, et al. behavioral therapy in reducing self-stigma Psychiatr terakhir, tidak terhadap
in Japanese psychiatric patients. kualitas tidur dan
insomnia
86. Farrand Impact of support on the effectiveness of CBT Mental Health 2013 Clin Artikel diluar 5 tahun
P, et al. written cognitive behavioural self-help: a Psychol terakhir, tidak terhadap
systematic review and meta-analysis of Rev. kualitas tidur dan
randomised controlled trials. insomnia

87. Fitzsimm Effectiveness of a Digital Cognitive CBT Eating Disorders 2020 JAMA Artikel tidak terhadap
ons-Craft Behavior Therapy-Guided Self-Help Netw kualitas tidur dan
EE, et al. Intervention for Eating Disorders in Open. insomnia
College Women: A Cluster Randomized
Clinical Trial.
88. Serfaty The clinical and cost effectiveness of CBT Depression 2016 Trials Artikel tidak terhadap
M, et al. cognitive behavioural therapy plus kualitas tidur dan
treatment as usual for the treatment of insomnia
depression in advanced cancer (CanTalk):
study protocol for a randomised controlled
108

trial.
89. Dèttore Efficacy of technology-delivered cognitive CBT OCD 2015 Cogn Artikel tidak terhadap
D, et al. behavioural therapy for OCD versus Behav kualitas tidur dan
control conditions, and in comparison with Ther. insomnia
therapist-administered CBT: meta-analysis
of randomized controlled trials.
90. Pybis et The comparative effectiveness and CBT Depression 2017 BMC Artikel tidak terhadap
al efficiency of cognitive behaviour therapy Psychiatry kualitas tidur dan
and generic counselling in the treatment of insomnia
depression: evidence from the 2(nd) UK
National Audit of psychological therapies.
91. Moreno Effectiveness of group versus individual CBT Somatization 2013 Psychosom Artikel diluar 5 tahun
S, et al. cognitive-behavioral therapy in patients Med. terakhir, tidak terhadap
with abridged somatization disorder: a kualitas tidur dan
randomized controlled trial. insomnia

92. Matsumo Internet-Based Cognitive Behavioral CBT OCD 2018 J Med Artikel tidak terhadap
to K, et Therapy With Real-Time Therapist Internet kualitas tidur dan
al. Support via Videoconference for Patients Res insomnia
With Obsessive-Compulsive Disorder,
Panic Disorder, and Social Anxiety
Disorder: Pilot Single-Arm Trial.
93. Hans E, A meta-analysis of nonrandomized CBT Anxiety 2013 Clin Artikel diluar 5 tahun
et al. effectiveness studies on outpatient Psychol terakhir, tidak terhadap
cognitive behavioral therapy for adult Rev kualitas tidur dan
anxiety disorders. insomnia, berbentuk
systemtic review dan
meta analysis
94. Lovell K, Low-intensity cognitive-behaviour therapy CBT OCD 2017 PLoS Med. Artikel tidak terhadap
et al. interventions for obsessive-compulsive kualitas tidur dan
disorder compared to waiting list for insomnia
therapist-led cognitive-behaviour therapy:
3-arm randomised controlled trial of
109

clinical effectiveness.
95. Bryant A randomized controlled effectiveness trial CBT post-traumatic stress 2011 World Artikel diluar 5 tahun
RA, et al. of cognitive behavior therapy for post- disorder Psychiatry terakhir, tidak terhadap
traumatic stress disorder in terrorist- kualitas tidur dan
affected people in Thailand. insomnia
96. Fordham The evidence for cognitive behavioural CBT Any Condition 2021 Psychol Artikel tidak terhadap
B, et al. therapy in any condition, population or Med kualitas tidur dan
context: a meta-review of systematic insomnia, berbentuk
reviews and panoramic meta-analysis. systemtic review dan
meta analysis
97. Liou KT, Effects of acupuncture versus cognitive CBT Cognitive function 2020 Cancer. Artikel tidak terhadap
et al. behavioral therapy on cognitive function in kualitas tidur dan
cancer survivors with insomnia: A insomnia
secondary analysis of a randomized
clinical trial.
98. Efficacy of cognitive behavioural therapy- CBT smoking cessation 2021 BMJ Open Artikel tidak terhadap
based smartphone app for smoking kualitas tidur dan
cessation in China: a study protocol of a insomnia
randomised controlled trial.
99. Gorin Effectiveness of spouse involvement in CBT binge eating disorder. 2003 Int J Eat Artikel diluar 5 tahun
AA, et cognitive behavioral therapy for binge Disord. terakhir, tidak terhadap
al. eating disorder. kualitas tidur dan
insomnia
100. Ayers B, Effectiveness of group and self-help CBT reducing problematic 2012 Menopaus Artikel diluar 5 tahun
et al. cognitive behavior therapy in reducing menopausal hot flushes e. terakhir, tidak terhadap
problematic menopausal hot flushes and and night sweats kualitas tidur dan
night sweats (MENOS 2): a randomized insomnia
controlled trial.
101. Peoples Effects of cognitive behavioral therapy for CBT-I quality of life 2017 J Cancer Artikel tidak terhadap
AR, et al. insomnia and armodafinil on quality of life Surviv kualitas tidur
in cancer survivors: a randomized placebo-
controlled trial.
102. Gumley Early intervention for relapse in CBT Schizophrenia 2003 Psychol Artikel diluar 5 tahun
110

A, et al. schizophrenia: results of a 12-month Med terakhir, tidak terhadap


randomized controlled trial of cognitive kualitas tidur dan
behavioural therapy. insomnia
103. Ruwaard The effectiveness of online cognitive CBT depression panic 2012 PLoS One Artikel diluar 5 tahun
J, et al. behavioral treatment in routine clinical disorder posttraumatic terakhir, tidak terhadap
practice. stress or burnout kualitas tidur dan
insomnia
104. Boonstra Cognitive Behavior Therapy for Persistent CBT fatigue 2019 J Pediatr Artikel tidak terhadap
A, et al. Severe Fatigue in Childhood Cancer Hematol kualitas tidur
Survivors: A Pilot Study. Oncol.
105. Prukkano Cost-effectiveness analysis for CBT Depression 2012 Value Artikel diluar 5 tahun
ne B, et antidepressants and cognitive behavioral Health. terakhir, tidak terhadap
al. therapy for major depression in Thailand. kualitas tidur dan
insomnia
106. Rathod Cognitive behavioral therapy for CBT schizophrenia. 2010 Psychiatr Artikel diluar 5 tahun
S, et al. schizophrenia. Clin North terakhir, tidak terhadap
Am. kualitas tidur dan
insomnia
107. Kimura Effect of a brief training program based on CBT improving work 2015 J Occup Artikel diluar 5 tahun
R, et al. cognitive behavioral therapy in improving performance Health terakhir, tidak terhadap
work performance: A randomized kualitas tidur dan
controlled trial. insomnia
108. Ekeblad Randomized Trial of Interpersonal CBT Depression 2016 Depress Artikel tidak terhadap
A, et al. Psychotherapy and Cognitive Behavioral Anxiety. kualitas tidur
Therapy for Major Depressive Disorder in
a Community-Based Psychiatric
Outpatient Clinic.
109. Babson Cognitive behavioral therapy for sleep CBT Sleep 2010 Psychiatr Artikel diluar 5 tahun
KA, et disorders. Clin North terakhir, tidak terhadap
al. Am kualitas tidur dan
insomnia
110. Haug T, Working alliance and competence as CBT social anxiety and 2016 Behav Res Artikel tidak terhadap
et al. predictors of outcome in cognitive panic disorder Ther kualitas tidur
111

behavioral therapy for social anxiety and


panic disorder in adults.

111. Nocon The effectiveness of psychosocial CBT war-traumatized 2017 Eur J Artikel tidak terhadap
A, et al. interventions in war-traumatized refugee Psychotrau kualitas tidur dan
and internally displaced minors: systematic matol. insomnia, berbentuk
review and meta-analysis. systemtic review dan
meta analysis
112. Southam Does cognitive behavioral therapy for CBT Anxiety 2010 J Am Acad Artikel diluar 5 tahun
-Gerow youth anxiety outperform usual care in Child terakhir, tidak terhadap
MA, et community clinics? An initial Adolesc kualitas tidur dan
al. effectiveness test. Psychiatr insomnia
113. Kraaima The effect of cognitive behavior therapy in CBT rheumatoid arthritis 1995 Behav Res Artikel diluar 5 tahun
at FW, et patients with rheumatoid arthritis. Ther terakhir, tidak terhadap
al. kualitas tidur dan
insomnia
114. Thomas Cognitive behavioural therapy as an CBT depression 2012 Contemp Artikel diluar 5 tahun
LJ, et al. adjunct to pharmacotherapy for treatment Clin Trials. terakhir, tidak terhadap
resistant depression in primary care: the kualitas tidur dan
CoBalT randomised controlled trial insomnia
protocol.
115. Tyrer P, Randomized controlled trial of brief CBT Self-harm 2003. Psychol Artikel diluar 5 tahun
et al. cognitive behaviour therapy versus Med. terakhir, tidak terhadap
treatment as usual in recurrent deliberate kualitas tidur dan
self-harm: the POPMACT study. insomnia
116. Chen E, Comparison of group and individual CBT bulimia nervosa 2003 Int J Eat Artikel diluar 5 tahun
et al. cognitive-behavioral therapy for patients Disord terakhir, tidak terhadap
with bulimia nervosa. kualitas tidur dan
insomnia
112

DAFTAR PENELITIAN TERINKLUSI PADA STUDI LITERATURE REVIEW


EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY FOR INSOMNIA (CBT-I) TERHADAP KUALITAS TIDUR

Variabel
No. Peneliti Judul Tahun Sumber Ket
Independen Dependen
1. Rajabi Efficacy of a Theory-Based Cognitive CBT-I Kualitas Tidur 2020 Journal of Artikel ini memenuhi
MN et al., Behavioral Technique App-Based Medical seluruh keriteria
Intervention for Patients With Insomnia: Internet inklusii yang
Randomized Controlled Trial Research ditetapkan oleh peneliti
2. Hwang D The Effect of Cognitive Behavioral CBT-I Kualitas Tidur 2019 Psychiatry Artikel ini memenuhi
et al., Therapy for Insomnia In Schizophrenia Research seluruh keriteria
Patients With Sleep Disturbance: A Non- inklusii yang
Randomized, Assessor-Blind Trial. ditetapkan oleh peneliti
3. Feuerstein Computerized Cognitive Behavioral CBT-I Kualitas Tidur 2017 .Journal of Artikel ini memenuhi
, S et al., Therapy for Insomnia in a Community Clinical seluruh keriteria
Health Setting. Sleep inklusii yang
Medicine ditetapkan oleh peneliti
4. Sato, D et Effectiveness of Internet-Delivered CBT-I Kualitas Tidur 2019 Journal of Artikel ini memenuhi
al., Computerized Cognitive Behavioral Medical seluruh keriteria
Therapy for Patients With Insomnia Who Internet inklusii yang
Remain Symptomatic Following Research ditetapkan oleh peneliti
Pharmacotherapy: Randomized
Controlled Exploratory Trial.
5. Leonard, The Effects of App-Delivered Cognitive CBT-I Kualitas Tidur 2020 Psi Chi Artikel ini memenuhi
AJ dan Behavioral Therapy for Insomnia (CBT- Journal Of seluruh keriteria
Duncan I) on Sleep Quality, Dysfunctional Psychologi inklusii yang
BA. Beliefs, and Sleep Hygiene. cal ditetapkan oleh peneliti
Research
6. Hapsari A Efektivitas Cognitive Behavior Therapy CBT-I Kualitas Tidur 2019 Jurnal Ilmu Artikel ini memenuhi
dan (CBT) Untuk Meningkatkan Kualitas Keluarga seluruh keriteria
Kurniawa Tidur Penderita Gejala Insomnia Usia dan inklusii yang
nA Dewasa Awal. Konsumen ditetapkan oleh peneliti

Anda mungkin juga menyukai