Anda di halaman 1dari 12

THE DEVELOPMENT OF INTERACTIVE LEARNING CD IN CHEMISTRY

FOR HIGH SCHOOLS BASED ON INTERTEXTUALITY


AS A LEARNING MODEL ALTERNATIVE

Sjaeful Anwar, Yaya Sonjaya, Wiji


Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRACT

The study application of intertextuality learning model using the CD learning has been conducted in 3
high schools, SMA A, SMA B, and SMA C, during on May 2010. Selection of these three schools are
expected to represent the school with low quality to high quality. During the process of learning trials
take place, students can actively follow by providing a good response. From the displays are given,
students can grasp the concepts of salt hydrolysis on the material well, although sometimes these
views should be given back and forth for three levels of representation can link. In general, students
responded well to the implementation of this intertextual learning strategy because it was interested in
the learning process is done and easy to understand the concepts provided in a systematic and always
connects with concepts already learned. The response of teachers towards the implementation of this
intertextual learning model provides a positive outlook, in this case because the learning process
undertaken to facilitate teachers to deliver material salt hydrolysis systematically arranged through
third-level engagement representations and packaged in a multimedia form so that the concepts
presented to received by students in one piece and easy. Application of learning models on material
intertextual salt hydrolysis was able to improve the mastery of the concepts in the material. Increasing
students' mastery of the concept of material obtained by hydrolysis salt N-gain value calculation, the
overall values obtained N-gain of 0.67 which means the implementation of learning strategy on
material intertextual hydrolysis of this salt can enhance the mastery of concepts with high criteria.
This data also supported students' mental models for dissolution process of various salts. This model
was also to increase student motivation in learning. Increased student motivation most high school
students owned by C, which in most low pretest value compared other high school.
Keyword : intertextuality learning model
Error! Hyperlink reference not valid.

PENGEMBANGAN CD PEMBELAJARAN INTERAKTIF KIMIA SMA BERBASIS


INTERTEKSTUALITAS SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN

ABSTRAK

Studi aplikasi model pembelajaran intertekstual menggunakan CD pembelajaran telah dilakukan di 3


SMA, yaitu SMA A, SMA B dan SMA C selama bulan Mei 2010. Pemilihan tiga sekolah ini
diharapkan dapat mewakili sekolah dengan kualitas rendah sampai kualitas tinggi. Selama proses
ujicoba pembelajaran berlangsung, siswa dapat mengikuti secara aktif dengan memberikan respon
yang baik. Dari tampilan-tampilan yang diberikan, siswa bisa memahami konsep-konsep pada materi
hidrolisis garam dengan baik meskipun terkadang tampilan tersebut harus diberikan secara bolak-
balik untuk dapat mempertautkan ketiga level representasi. Secara umum, siswa merespon dengan
baik terhadap implementasi strategi pembelajaran intertekstual ini karena merasa tertarik dengan
proses pembelajaran yang dilakukan dan memudahkan untuk memahami konsep-konsep yang
diberikan secara sistematis dan selalu menghubungkan dengan konsep-konsep yang sudah dipelajari.
Tanggapan guru terhadap implementasi strategi pembelajaran intertekstual ini memberikan
pandangan yang positif, hal tersebut dikarenakan dengan proses pembelajaran yang dilakukan dapat
memudahkan guru untuk menyampaikan materi hidrolisis garam yang disusun secara sistematis
melalui pertautan ketiga level representasi dan dikemas dalam bentuk multimedia sehingga konsep-
konsep yang disampaikan dapat diterima oleh siswa dengan utuh dan mudah. Aplikasi model
pembelajaran intertekstual pada materi hidrolisis garam ternyata mampu meningkatkan penguasaan
konsep-konsep pada materi tersebut. Peningkatan penguasaan konsep siswa terhadap materi hidrolisis
garam diperoleh berdasarkan perhitungan nilai N-gain, secara keseluruhan diperoleh nilai N-gain
sebesar 0,67 yang berarti implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi hidrolisis
garam ini dapat meningkatkan penguasaan konsep dengan kriteria tinggi. Hal ini didukung juga data
model mental siswa untuk proses pelarutan berbagai garam. Model ini ternyata juga dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Peningkatan motivasi siswa paling tinggi dimiliki
oleh siswa SMA C, yang dalam nilai pretes paling rendah dibandingan SMA lainnya.
Sjaeful Anwar, Yaya Sonjaya, Wiji, The Development of Interactive Learning CD in Chemistry for High Schools Based on
Intertextuality as a Learning Model Alternative 123
Kata kunci : model pembelajaran intertekstualitas
122
PENDAHULUAN Pembelajaran kimia di sekolah pada
umumnya tidak memperhatikan untuk dapat
Kimia memiliki tiga aspek representasi
mengaitkan pemahaman ketiga level
yaitu level makroskopik, sub-mikroskopik dan
reprensentasi tersebut dalam proses
simbolik. Menurut Johnstone (dalam
pembelajarannya sehingga konsep-konsep
Chittleborough, Treagust dan Mocerino,
yang ingin dibangun tidak dapat diterima
2002), ketiga level tersebut di definisikan
secara utuh oleh peserta didik dan hal ini
sebagai berikut:
menyebabkan kimia terasa sulit untuk
1. Level makroskopis: fenomena kimia yang dipelajari. Menurut Pinarbasi (2003), hal
dapat diamati termasuk yang berkenaan tersebut dapat terlihat pada kemampuan siswa
dengan pengalaman siswa sehari-hari. yang umumnya hanya bisa mengerjakan
Cirinya dapat dilihat, dicium, didengar permasalahan yang berhubungan dengan
atau dirasakan. perhitungan tanpa memahami betul konsep
2. Level sub-mikroskopis: partikel yang sebenarnya. Berbagai macam strategi
mikroskopis yang tidak dapat dilihat secara pembelajaran yang sudah ada biasanya hanya
langsung seperti elektron, molekul dan mewakili dalam satu atau dua level
atom. representasi bahkan tidak dapat mengaitkan
antara level representasi sehingga siswa akan
3. Level simbol: representasi fenomena kimia merasa kesulitan dalam memahami suatu
dengan menggunakan berbagai macam konsep yang seharusnya dapat dijelaskan
media termasuk gambar, aljabar dan dengan keterkaitan antara ketiga level
bentuk-bentuk komputasi. representasi tersebut (Treagust, 2003).
Melalui interaksi sosial dalam proses Dari kesulitan tersebut, maka perlu
pembelajaran, siswa harus diberikan adanya suatu model pembelajaran yang dapat
kesempatan untuk membangun konsep di mengakomodasi ketiga level representasi dan
antara ketiga representasi tersebut. Dengan juga dapat mengaitkan hubungan antara
demikian, dalam mempelajari kimia, siswa ketiganya untuk digunakan dalam memahami
merekonstruksi suatu pemahaman yang suatu konsep kimia sehingga pemahaman
mampu mempertautkan ketiga level konsep siswa dapat terbangun secara utuh.
representasi, sehingga pembelajaran akan Salah satu model pembelajaran yang
lebih bermakna (Wu, 2003). dimaksudkan adalah model pembelajaran
Berdasarkan penelitian empiris (Ben-Zvi, intertekstual yang dapat mempertautkan
Eylon, & Silberstein, 1986, 1988; Griffiths & ketiga pemahaman level representasi.
Preston, 1992 dalam Chandrasegaran, 2007)
menyatakan bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam memahami representasi pada METODE PENELITIAN
level submikroskopik dan simbolik karena Metode yang dipakai dalam penelitian ini
representasi pemahaman tersebut bersifat meliputi tiga hal yaitu ujicoba dan validasi
abstrak dan tidak dapat dilihat secara langsung CD pembelajaran yang telah dihasilkan pada
oleh para siswa. Menurut Sirhan (2007) pada tahun I, aplikasi model pembelajaran berbasis
dasarnya ketiga level representasi kimia yang intertekstualitas kimia di 3 sekolah di
terdiri dari level makroskopik, level Bandung dan analisis dampak secara
submikroskopik dan level simbolik harus kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini,
saling dikaitkan satu sama lain supaya dapat peneliti mengumpulkan data baik berupa lisan
membangun konsep secara utuh dalam suatu maupun tulisan dalam bentuk lembar
materi kimia. Pertautan di antara level observasi, angket dan tes tertulis. Data berupa
representasi pada level yang berbeda-beda lisan ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan
tersebut (makroskopik, submikroskopik dan yang nantinya dapat dianalisis kedalam ketiga
simbolik) dipandang sebagai salah satu aspek (aspek makroskopis, mikroskopis dan
hubungan intertekstual (Wu, 2003). simbol) berdasarkan intertekstualitas kimia.
124 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2011, hlm. 122-133
Data pelengkap lainnya seperti angket, pokok yang lebih tepat, proporsional jumlah partikel
uji esai akan diolah sesuai kebutuhan dengan tetapan ionisasi, dan pemberian
penelitian ini. Gambaran metode penelitian kesempatan berkreasi siswa dalam LKS.
secara utuh dapat dilihat dalam alur penelitian
Validasi CD pembelajaran dilakukan
pada gambar 1.
terhadap tiga dosen di Jurusan Pendidikan
Kimia UPI, yaitu satu orang dosen mata
kuliah Kimia Umum, satu orang dosen
HASIL PENELITIAN
pengampu mata kuliah Kimia Fisika dan satu
CD pembelajaran yang telah dibuat dapat dosen pengampu mata kuliah pembelajaran.
menyajikan representasi materi kimia pada Secara umum ketiga dosen menyatakan
tiga level dengan baik sehingga memudahkan bahwa CD pembelajaran sudah cukup layak
guru dalam mengajarkan dan meningkatkan digunakan, baik dari sisi urutan konsep yang
motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, diajarkan maupun media yang digunakan.
ujicoba CD pembelajaran perlu dilakukan Satu hal yang menjadi catatan adalah
untuk mendapatkan berbagai masukan dari pengetesan larutan garam dengan kertas
pengguna. Dalam hal ini, guru memberikan lakmus dibuat dalam bentuk video bukan
masukan terkait penggunaan simbol senyawa animasi.

CD Pembelajaran hasil penelitian tahun I

Ujicoba CD Pembelajaran

Validasi CD Pembelajaran

Aplikasi CD Pembelajaran dalam kelas

Aspek Pedagogis Guru Aspek Mental Model Siswa

Pengumpulan Data

rekaman video pengajaran


angket pokok uji esai
pokok bahasan Hidrolisis

Analisis Data

Gambar 1. Alur Penelitian

Studi aplikasi model pembelajaran Negeri Unggulan di Kota Bandung (SMA A),
intertekstual menggunakan CD pembelajaran satu SMA Negeri di Kota Cimahi (SMA B)
telah dilakukan di 3 SMA, yaitu satu SMA dan satu SMA swasta di Kota Bandung (SMA
Sjaeful Anwar, Yaya Sonjaya, Wiji, The Development of Interactive Learning CD in Chemistry for High Schools Based on
125
Intertextuality as a Learning Model Alternative
C) selama bulan Mei 2010. Pemilihan tiga memberikan gambaran bahwa materi yang
sekolah ini diharapkan dapat mewakili dipelajari akan bermanfaat untuk menjelaskan
sekolah dengan kualitas rendah sampai fenomena yang bersangkutan secara kimia
kualitas tinggi. Untuk menghindari variabel terlebih lagi jika pengetahuan pada level
pengalaman guru, maka proses pembelajaran makroskopik tersebut menarik perhatian
dalam aplikasi model ini digunakan calon- siswa.
calon guru yang berasal dari mahasiswa
Untuk dapat menjelaskan peristiwa yang
tingkat akhir Jurusan Pendidikan Kimia UPI.
menunjukkan bahwa larutan garam memiliki
Dengan demikian faktor keberhasilan siswa
sifat yang berbeda-beda, selanjutnya
setelah pembelajaran benar-benar merupakan
pengetahuan siswa tentang reaksi pelarutan
pengaruh dari model pembelajaran yang
garam yang merupakan reaksi ionisasi digali
diterapkan.
lebih jauh dengan pertimbangan bahwa siswa
1. Proses Pembelajaran sudah mengetahui tentang reaksi ionisasi
tersebut pada materi yang sudah dipelajari.
Proses pembelajaran diawali dengan
Dengan kata lain, siswa mulai mencoba
menggali pengetahuan siswa tentang
menghubungkan pengetahuan sebelumnya
penjernihan air kotor. Proses ini merupakan
dengan materi yang akan diajarkan berupa
salah satu peristiwa yang sudah umum di
pemahaman pada level simbolik berupa reaksi
dengar oleh siswa. Namun ketika ditanya
ionisasi. Menurut Ozkal (2009) hal tersebut
mengenai prosesnya, tidak semua siswa
akan lebih bermakna dengan mengkaitkan
mengetahui proses penjernihan air kotor
konsep sebelumnya yang sudah dipelajari
tersebut. Tayangan video percobaan yang
dengan konsep baru yang diterima. Dalam
menunjukkan proses penjernihan air kotor
pembelajaran tersebut, ternyata siswa sudah
menggunakan tawas digunakan untuk
bisa menuliskan reaksi ionisasi garam dalam
memancing pemahaman siswa. Tawas dalam
air. Dari hasil pelarutan garam yang
air akan larut dan menyebabkan kotoran-
menghasilkan ion-ion yang berasal dari garam
kotoran dalam air turun atau mengendap di
tersebut, siswa digali pengetahuannya tentang
bagian bawah, air kotor yang dijadikan
sifat-sifat ion berdasarkan pengetahuan yang
sebagai sampel dan air yang sudah
diperoleh dari materi asam basa, yaitu dengan
ditambahkan tawas diperiksa sifat larutannya
cara mengingatkan dan menampilkan reaksi-
menggunakan lakmus merah dan lakmus biru
reaksi yang merupakan reaksi pelarutan asam
sehingga siswa dapat melihat dan mengamati
kuat, asam lemah, basa kuat dan basa lemah.
perubahan sifat larutan tersebut. Ketika video
percobaan yang menunjukkan perubahan yang Saat reaksi untuk pelarutan asam lemah
terjadi pada kertas lakmus ada siswa yang dan basa lemah ditampilkan, siswa ditanya
secara spontan mengungkapkan bahwa air mengenai reaksi kesetimbangan tersebut,
kotor yang ditambahkan tawas bersifat asam, yaitu mengenai tanda panah atau arah
padahal tawas merupakan senyawa garam. reaksinya. Ternyata siswa menjawab
reaksinya bolak-balik. Lebih jauh lagi guru
Selanjutnya guru mengajak siswa untuk
bertanya apa maksud dari bolak balik tersebut
berpikir apakah senyawa garam yang lain juga
dan kemudian siswa menjawab bahwa produk
akan menunjukkan hal yang sama ketika
yang terbentuk itu bisa bereaksi kembali
dilarutkan ke dalam air, yaitu dapat mengubah
membentuk pereaksinya. Dari hal tersebut
warna kertas lakmus. Untuk dapat mengetahui
siswa memahami bahwa ion-ion yang berasal
sifat-sifat larutan garam yang lain, maka siswa
dari asam lemah dan basa lemah dapat saling
juga diberikan video percobaan yang
bereaksi kembali membentuk asam atau basa
menunjukkan sifat dari beberapa larutan
lemahnya. Setelah itu, baru siswa dikenalkan
garam. Video percobaan yang ditampilkan
bahwa ion H+ maupun OH- juga dihasilkan
tersebut merupakan salah satu cara yang
dari autoionisasi air meskipun jumlahnya
digunakan dalam mengakomodasi level
sangat sedikit sekali yang dapat diketahui dari
makroskopik dari materi hidrolisis garam
nilai Kw. selanjutnya siswa diminta
yang dipelajari. Dengan adanya pengetahuan
menghubungkan penjelasan tersebut dengan
level makroskopik tersebut setidaknya akan
proses pelarutan garam yang juga
126 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2011, hlm. 122-133
menghasilkan ion-ionnya. Dalam hal ini Tanggapan siswa mengenai proses
ternyata siswa sudah mulai memahami bahwa pembelajaran diperoleh dari data wawancara
ion-ion dari hasil pelarutan garam ada yang peneliti dengan siswa dari ketiga sekolah.
dapat bereaksi dengan H+ maupun OH- yang Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat
berasal dari air. bahwa menurut siswa pembelajaran yang
dilakukan terhadap materi hidrolisis garam
Penjelasan mengenai sifat-sifat ion
dengan strategi pembelajaran intertekstual ini
tersebut merupakan bagian dari penjelasan
dapat membantu mereka dalam hal
pada level submikroskopik yang dapat digali
memahami konsep-konsep hidrolisis garam
dengan melibatkan level simbolik yang sudah
yang pada umumnya bersifat abstrak, hal
dipelajari pada materi sebelumnya. Setelah
tersebut dapat diketahui dari buku yang
penjelasan mengenai sifat-sifat ion selesai
dipelajarinya ternyata kebanyakan hanya
dilakukan, selanjutnya dikembalikan lagi ke
hitungan saja, meskipun pada dasarnya materi
salah satu peristiwa yang menunjukkan
ini adalah lanjutan dari materi asam dan basa.
larutan garam dapat mengubah kertas lakmus
Namun dengan adanya video demonstrasi,
dan secara bertahap siswa diminta
gambaran mikroskopik dan penjelasan-
menjelaskan peristiwa tersebut dengan
penjelasan yang selalu menghubungkan
menyertakan penjelasan dari mulai pelarutan
konsep yang sudah diperoleh dengan materi
garam yang mengalami ionisasi menghasilkan
yang dipelajari ternyata dapat menarik
ion-ionnya yang memiliki sifat khas masing-
perhatian siswa untuk ikut berperan aktif
masing ion terhadap H+ maupun OH- di dalam
dalam proses pembelajaran. Video
air. Hal tersebut merupakan bagian dari
demonstrasi yang relevan dengan kehidupan
penjelasan secara submikroskopik terhadap
sehari-hari (video demonstrasi penjernihan air
level makroskopik yang berupa peristiwa
kotor dengan tawas) dapat meningkatkan
larutan garam yang memiliki sifat yang
ketertarikan mereka untuk memperhatikan
berbeda-beda, ada yang bersifat asam, basa
penjelasan materi lebih lanjut.
dan juga netral yang ditunjukan dengan
perubahan kertas lakmus. Selanjutnya siswa Pembelajaran dengan bantuan
mulai dituntun untuk menuliskan penjelasan multimedia CD Pembelajaran ternyata
secara submikroskopik tersebut dalam bentuk merupakan hal yang cukup baru digunakan
reaksi yang merupakan level simbolik pada dalam proses pembelajaran kimia. Biasanya,
materi hidrolisis garam yang diawali dari meskipun menggunakan multimedia, guru
pelarutan garam. Setelah siswa dapat hanya memberikan poin-poinnya saja yang
menuliskan reaksi-reaksi yang terjadi ketika akan dibahas tanpa adanya konten-konten
suatu garam dilarutkan ke dalam air, yang mendalam untuk dapat menjelaskan
selanjutnya siswa diajak kembali untuk konsep-konsep yang dipelajari. Model
menganalisis keberadaan ion-ion yang pembelajaran intertekstual yang dilakukan
merupakan hasil reaksi dan juga memungkinkan komunikasi dan
menghubungkannya dengan sifat larutan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran,
garam tersebut dan menyesuaikan kembali hal ini dapat tercermin dari pertanyaan-
dengan level makroskopik yang sudah diamati pertanyaan yang diajukan guru maupun siswa
sehingga siswa dapat menghubungkan ketiga selama proses pembelajaran berlangsung
level representasi makroskopik, sehingga secara tidak langsung, motivasi
submikroskopik dan simbolik untuk dapat mereka berupa keberanian atau kepercayaan
memahami konsep yang diberikan secara diri dapat diasah. Salah satu contohnya ketika
utuh. Ketika siswa diminta menuliskan reaksi temannya yang tidak biasa maju ke depan,
untuk garam yang lainnya, ternyata siswa tetapi dengan pembelajaran yang diawali
sudah mampu menuliskan reaksi-rekasi untuk dengan sesuatu yang menarik, ternyata dia
garam yang lain dan menjelaskannya mau maju ke depan kelas untuk menjawab
meskipun dalam prosesnya mereka berdiskusi pertanyaaan dari guru, padahal dia termasuk
dengan teman yang berada di dekatnya. anak yang berada di bawah rata-rata.
2. Tanggapan siswa dan guru Tanggapan guru mengenai proses
pembelajaran dengan strategi pembelajaran
Sjaeful Anwar, Yaya Sonjaya, Wiji, The Development of Interactive Learning CD in Chemistry for High Schools Based on
127
Intertextuality as a Learning Model Alternative
intertekstual diperoleh dari data wawancara 3. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa
peneliti dengan guru yang juga berperan
Penguasaan konsep diperoleh dari hasil
sebagai observer. Dari hasil wawancara
pretes dan juga postes. Dari hasil penelitian
tersebut dapat dilihat bahwa biasanya guru
yang dilakukan, banyaknya siswa yang
melakukan pembelajaran pada materi
menguasai masing-masing konsep yang
hidrolisis garam dengan metode praktikum
diperoleh pada pretes dan juga postes
dan ceramah yang secara umum hanya
ditunjukkan pada gambar 2.
ditekankan untuk menguasai perhitungan dan
reaksi-reaksi kimia yang terjadi. Dari sisi
praktikum juga biasanya hanya menggunakan
bahan-bahan yang kurang mewakili, hal
tersebut dikarenakan ketersediaan bahan yang
kurang.
Model pembelajaran intertekstual
berbasis CD Pembelajaran merupakan model
yang baru dikenal dan terasa efektif dan
efisien dalam penggunaannya. Hal tersebut
dapat dilihat dari materi yang disampaikan
dapat diberikan secara sistematis dan juga Gambar 2. Persentase Siswa Pada Penguasaan
memberikan kemudahan kepada guru untuk Konsep
menyampaikannya, selain itu waktu
pembelajaran juga dapat digunakan secara Peningkatan jumlah siswa paling tinggi
efektif dan lebih cepat tanpa mengabaikan dapat terlihat pada konsep c yang merupakan
konsep-konsep yang diberikan jika konsep reaksi hidrolisis. Hal ini dapat terjadi
dibandingkan dengan yang biasa dilakukan. karena pada dasarnya konsep reaksi hidrolisis
Biasanya beliau membutuhkan empat kali berhubungan dengan konsep-konsep reaksi
pertemuan untuk menyelesaikan pembelajaran yang lain misalnya pada materi asam basa.
pada materi hidrolisis garam ini. Dari sisi Hal tersebut ditunjukkan dari hasil pretes
konten yang diberikan ternyata menurut dimana, hampir separuhnya siswa sudah
beliau pembelajaran ini menggali lebih jauh memiliki pemahaman terhadap konsep ini,
terhadap penjelasan-penjelasan yang tapi hasil postesnya juga memberikan hasil
berkaitan, misalnya untuk menjelaskan yang paling banyak juga. Peningkatan yang
kenapa larutan garam itu memiliki sifat yang paling rendah terdapat pada konsep a yang
berbeda-beda, biasanya guru hanya merupakan konsep sifat suatu larutan garam.
menyampaikan konsep sampai siswa Hal ini dapat terjadi diduga karena pada
mengetahui saja bahwa larutan garam bersifat dasarnya konsep sifat larutan garam ini sangat
berbeda-beda tanpa adanya usaha untuk berkaitan dengan materi sebelumnya tentang
menjelaskan yang terjadi sebenarnya di dalam asam basa. Hal tersebut memungkinkan siswa
larutan atau secara penjelasan tetap memakai konsep-konsep sebelumnya
submikroskopik, tetapi dengan pembelajaran yang kurang utuh, yaitu sifat dari suatu larutan
ini ternyata semua dapat digali dengan cara ditentukan dari asam kuat dan basa kuat yang
menghubungkan pengetahuan sebelumnya. merupakan penyusun senyawa garam. Dengan
demikian pemahaman konsep siswa terhadap
Dengan adanya bantuan CD
sifat larutan garam tidak utuh.
Pembelajaran ternyata dapat memberikan
keleluasaan bagi guru untuk berkomunikasi Secara keseluruhan, penguasaan konsep
lebih banyak dengan siswa tanpa harus siswa 3 SMA pada materi hidrolisis garam
terfokus untuk menuliskan konsep-konsep pada awalnya tergolong rendah dengan rata-
atau contoh di papan tulis terlalu banyak. Hal rata penguasaan konsep sebesar 22,9%.
tersebut dapat membantu dalam melihat Setelah pembelajaran dilakukan, penguasaan
apakah konsep-konsep yang diberikan sudah konsep pada materi hidrolisis garam secara
dipahami ataukah belum oleh siswa. keseluruhan meningkat dengan nilai rata-rata
128 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2011, hlm. 122-133

postes atau penguasaan konsep sebesar 74,4% Model Ekspresi


Tipe Penafsiran
yang termasuk ke dalam kriteria baik. (Gambar Model)
Model tersebut
menjelaskan bahwa
Tabel 1. Data Pencapaian Nilai N-gain Pada dalam pelarut air
Tiap SMA terdapat molekul-
II molekul air yang
Indikator SMA A SMA B SMA C saling berinteraksi.
N-gain rata-rata 0,71 0,65 0,71 Interaksi yang terjadi
Kriteria Pencapain yaitu pada atom O dan
Tinggi Sedang Tinggi
N-Gain H pada molekul air.

Dari kedua tipe ekspresi model mental


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tersebut semuanya menjelaskan keadaan sub-
SMA A dan SMA C nilai N-gain yang mikroskopis air yang kemudian oleh siswa
diperoleh sama besar dan kedua kelompok direpresentasikan dalam level simbolis. Dari
tersebut termasuk pada kriteria peningkatan hasil penafsiran peneliti, model mental tipe I
penguasaan konsep yang tinggi. Sedangkan dan model mental tipe II menjelaskan bahwa
pada SMA B pencapaian nilai N-gainnya di dalam pelarut air terdapat molekul-molekul
berada pada kriteria sedang. Hal tersebut air. Tidak adanya spesi OH- dan H+
dapat terjadi diduga karena proses menunjukkan pelarut (air) bersifat netral. Bila
pembelajaran yang dilakukan melalui strategi dilihat dari model ekspresi siswa yang berupa
pembelajaran intertekstual ini dapat gambar model terlihat bahwa penjelasan yang
memberikan suatu pengaruh terhadap proses diberikan oleh model mentalnya sengat
belajar sehingga siswa dapat memahami sederhana karena beberapa informasi penting
konsep-konsep yang diberikan. mengenai konsep pelarut air seperti
autoionisasi air tidak digambarkan dalam
gambar model tersebut.
4. Model Mental Siswa
Model mental siswa tentang garam NaCl
Model mental siswa dalam disajikan dalam tabel 3. Dari ketiga tipe
mengungkapkan level sub-mikroskopis dan ekspresi model mental siswa, hanya model
simbolis terhadap fenomena larutan garam mental tipe III yang secara tepat bisa
ditemukan secara beragam. Dalam hal ini menjelaskan keadaaan sub-mikroskopis
telah digali model mental siswa dalam garam. Sementara kedua tipe lainnya
menjelaskan fenomena proses pelarutan memberikan gambar model yang kurang logis.
NaCl, CH3COONa, dan NH4Cl. Model mental tipe III ditafsirkan oleh peneliti
Model mental siswa mengenai pelarut air, bahwa garam tersusun oleh kation dan anion
garam NaCl, dan larutan garam NaCl muncul yang jaraknya sangat berdekatan. Sementara
secara beragam. Berikut ini disajikan kedua tipe model mental lainnya menjelaskan
persentase model mental siswa dalam keadaan sub-mikroskopis garam dengan
memodelkan pelarut air, garam, dan larutan gambar model yang kurang lengkap.
garam NaCl. Sebanyak 4% atau sebagian kecil siswa
memiliki model mental tipe I, 8% atau
sebagian kecil siswa memiliki model mental
Tabel 2. Model Ekspresi Siswa Dalam
Memodelkan Sub-mikroskopis Air
tipe II, 88% atau sebagian besar siswa
memiliki model mental tipe III. Persentase
Model Ekspresi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
Tipe Penafsiran siswa dapat menjelaskan keadaan sub-
(Gambar Model)
Model tersebut mikroskopis garam. Sedangkan model mental
menjelaskan bahwa yang berupa gambar model larutan garam
dalam pelarut air NaCl ditemukan 4 tipe. Secara makroskopis
I
hanya terdapat siswa mengetahui bahwa larutan garam NaCl
molekul-molekul air secara fisik terlihat tidak berwarna dan setelah
saja.
Sjaeful Anwar, Yaya Sonjaya, Wiji, The Development of Interactive Learning CD in Chemistry for High Schools Based on
Intertextuality as a Learning Model Alternative 129

diuji dengan kertas lakmus mempunyai pH Tabel 4. Model Ekspresi Siswa Dalam
netral karena tidak mengubah warna kertas Memodelkan Sub-mikroskopis Larutan Garam
lakmus. Secara sub-mikroskopis siswa NaCl
menjelaskan fenomena larutan NaCl tersebut Model Ekspresi Tipe Penafsiran
dengan cara merepresentasikannya kedalam (Gambar Model)
representasi simbolis berupa gambar model Dalam larutan
larutan garam NaCl seperti yang tertera pada garam NaCl
Tabel 3. terdapat molekul
H2O, dan ion Cl-.
Tabel 3. Model Ekspresi Siswa Dalam I Tidak
Memodelkan Sub-mikroskopis Garam NaCl digambarnya ion
Model Ekspresi H+ dan OH-
Tipe Penafsiran menunjukan
(Gambar Model)
Garam tersusun dari larutan netral.
satu kation dan satu Dalam larutan
anion yang jaraknya garam NaCl
I
berdekatan. terdapat ion H+
ion OH- , ion
Na+, dan ion Cl-.
Garam tersusun dari II
Jumlah ion H+
katon dan anion sisa dan OH-
II asam dan basa yang seimbang
jaraknya berjauhan. menunjukan sifat
larutan netral.
Garam tersusun dari Dalam larutan
kation dan anion garam NaCl
III sisa asam dan basa terdapat molekul
yang jaraknya H2O, ion Na+,
sangat dekat. dan ion Cl-.
III
Tidak
digambarnya ion
Beberapa gambar model mengenai H+ dan OH-
gambar model larutan ini sangat sulit menunjukan
ditafsirkan oleh peneliti. Dari hal tersebut larutan netral.
peneliti memilih siswa untuk diwawancara Dalam larutan
lebih lanjut. Siswa yang dipilih di dalam garam NaCl
wawancara ini hanya 2 orang yang memiliki terdapat molekul
model mental tipe II dan tipe IV. Dari hasil H2O, ion Na+, ion
wawancara, mereka secara jelas bisa Cl- dan diantara
menjelaskan model yang mereka gambar ketiga partikel
IV tersebut saling
mengenai larutan NaCl. Namun penjelasan
berinteraksi.
yang diberikan oleh beberapa tipe model Tidak
mental masih sangat sederhana sekali. digambarnya ion
Beberapa konsep seperti autoionisasi air dan H+ dan OH-
konsep hidrasi yang seharusnya ada di dalam menunjukan
penjelasan larutan garam NaCl tidak larutan netral.
dijelaskan. Sebanyak 8% atau sebagian kecil
siswa memiliki model mental tipe I, 4% atau
sebagian kecil siswa memiliki model mental Model mental siswa mengenai fenomena
tipe II, 70% atau sebagian kecil siswa pelarutan garam CH3COONa terungkap
memiliki model mental tipe III, dan 18% atau sebanyak dua tipe. Dalam model mental tipe I
sebagian kecil siswa memiliki model mental siswa lebih cenderung melihat proses
tipe IV. pelarutan garam dari representasi
makroskopisnya saja. Jadi hanya
menerangkan proses pelarutan dari mulai
pencampuran, pengadukan sampai garam
130 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2011, hlm. 122-133

yang berada dalam pelarut air hilang. Akan Model Ekspresi Tipe Penafsiran
tetapi penjelasan dibalik „hilang‟nya garam (Gambar Model)
tersebut mereka tidak secara rinci Di dalam larutan
menjelaskannya. Model mental tipe II, III, dan garam CH3COONa
IV berdasarkan pemahaman mengenai level terdapat spesi
III CH3COOH, ion Na+,
sub-mikroskopis larutan garam CH3COONa
dan ion OH- sebagai
yang diungkapkan melalui gambar model. ciri larutan tersebut
Namun penjelasannya masih terlalu sederhana basa.
karena masih ada beberapa konsep yang Di dalam larutan
dilewatkan oleh siswa. Konsep-konsep yang garam CH3COONa
seharusnya dikuasai pada tingkat SMA seperti terdapat spesi H2O,
hidrasi, derajat ionisasi dan autoionisasi air CH3COOH, ion Na+,
belum dipahami oleh siswa sepenuhnya. Hal dan ion OH- sebagai
IV
tersebut terlihat pada kemampuan ciri larutan tersebut
memodelkan larutan garam CH3COONa dari basa. Semua partikel
yang ada dalam
tinjauan sub-mikroskopisnya dimana
larutan saling
kebanyakan siswa hanya terfokus pada berinteraksi.
penjelasan fenomena pH larutan garamnya
saja. Sebanyak 12% atau sebagian kecil siswa Model mental mengenai pelarutan garam
memiliki model mental tipe I, 25% atau NH4Cl tergali sebanyak 4 tipe ekspresi model
sebagian kecil siswa memiliki model mental mental siswa berupa gambar model larutan
tipe II, 18% atau sebagian kecil siswa garam NH4Cl. Gambar model tersebut
memiliki model mental tipe III, dan 45% atau menunjukkan spesi-spesi yang ada di dalam
hampir setengahnya siswa memiliki model larutan garam NH4Cl. Semua siswa dipastikan
mental tipe IV. telah memiliki model mental mengenai
larutan garam NH4Cl dari representasi
makroskopisnya karena siswa sudah
Tabel 5. Model Ekspresi Siswa Dalam melakukan praktikum dan juga melihat
Memodelkan Sub-mikroskopis Larutan Garam tayangan dari video. Dari model mental yang
CH3COONa dimiliki siswa pada level makroskopis siswa
membangun model mental pada level sub-
Model Ekspresi Tipe Penafsiran mikroskopis untuk menjelaskan spesi yang
(Gambar Model)
ada dalam larutan garam NH4Cl. Penjelasan
Di dalam larutan
garam CH3COONa siswa mengenai hal itu disajikan dalam bentuk
terdapat ion gambar model larutan garam NH4Cl yang
CH3COO-, ion Na+, terdapat pada Tabel 6.
ion H+dan ion OH- Dari keempat tipe model ekspresi siswa
I
dimana jumlah ion
H+dan ion OH-
terhadap larutan garam NH4Cl, hanya satu tipe
jumlahnya sama dan model mental yang dirasa kurang logis dalam
berarti larutan memodelkan dan menjelaskan fenomena
tersebut netral. larutan garam NH4Cl secara level sub-
Di dalam larutan mikroskopis. Hal tersebut mungkin pada saat
garam CH3COONa menggambar model siswa lupa atau memang
terdapat ion siswa tidak mengerti mengenai larutan garam
CH3COO-, ion Na+, NH4Cl secara sub-mikroskopisnya. Model
II ion H+dan ion OH- mental tipe II, III, dan IV bisa menjelaskan
dimana ion OH- fenomena larutan garam NH4Cl namun hanya
lebih banyak
sebatas penjelasan pH-nya saja yaitu dengan
menandakan larutan
tersebut basa. menunjukkan perbandingan konsentrasi OH-
dan H+. Konsep lain yang penting dalam
tinjauan sub-mikroskopis larutan garam
NH4Cl tidak digambarkan oleh siswa dalam
Sjaeful Anwar, Yaya Sonjaya, Wiji, The Development of Interactive Learning CD in Chemistry for High Schools Based on
Intertextuality as a Learning Model Alternative 131

model tersebut. Konsep tersebut adalah Model Ekspresi Tipe Penjelasan


hidrasi terhadap ion Cl-, autoionisasi dan (Gambar Model)
derajat ionisasi. Pengetahuan siswa mengenai Model ini
konsep tersebut sangat kurang dikarenakan menunjukan
siswa terlalu terpaku pada konsep hidrolisis bahwa dalam
larutan garam
yang selama pembelajaran lebih ditekankan
NH4Cl terdapat
pada konsep pH larutan garam. Sehingga IV spesi NH4OH,
model mental yang terbentuk pun sangat ion H+ dan ion
sederhana dalam menjelaskan spesi yang ada Cl-. Adanya ion
di dalam larutan garam NH4Cl. H+ menunjukan
larutan bersifat
asam.
Tabel 6. Model Ekspresi Siswa Dalam
Memodelkan Sub-mikroskopis Larutan Garam
NH4Cl
5. Pengaruh Strategi Pembelajaran
Model Ekspresi Tipe Penjelasan Intertekstual Pada Motivasi Siswa
(Gambar Model)
Model ini Angket yang digunakan sebagai
menunjukan instrumen untuk menggali motivasi siswa
bahwa dalam mengacu pada angket motivasi John Keller
larutan garam (1987) yang dikenal dengan ARCS dan
NH4Cl terdapat merupakan singkatan dari Attention
ion OH-, ion H+ (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence
I dan ion Cl- dan (percaya diri), dan Satisfaction (kepuasan).
ion NH4+. jumlah Secara keseluruhan hasil pengolahan angket
ion H+ dan ion
motivasi berdasarkan metode ARCS dapat
OH- dalam model
sama, berarti dilihat pada Gambar 3.
larutan bersifat
netral
Model ini
menunjukan
bahwa dalam
larutan garam
NH4Cl terdapat
II spesi NH4OH,
HCl, dan ion H+.
Adanya ion H+
menunjukan
larutan bersifat
Gambar 3. Persentase Siswa pada Motivasi
asam.
secara keseluruhan
Model ini
menunjukan
bahwa dalam Implementasi model pembelajaran
larutan garam intertekstual dapat memberikan motivasi yang
NH4Cl terdapat baik terutama bagi siswa SMA C yang hasil
ion OH-, ion H+, pretesnya paling rendah. Data ini dapat
III ion NH4+ dan ion dijadikan salah satu penjelasan peningkatan
Cl-. Jumlah ion nilai postes yang paling tinggi dari siswa
H+ lebih banyak SMA C dibanding SMA yang lain.
daripada ion OH-
yang menunjukan
larutan bersifat
asam.
132 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2011, hlm. 122-133

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Model pembelajaran intertekstual ilmu Arikunto.2007. Prinsip-Prinsip Dan Teknik
kimia dengan bantuan CD pembelajaran, Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT.
cukup menjajikan untuk diujicobakan lebih Remaja Rosdakarya.
luas. Selama proses ujicoba pembelajaran
Ben-Zvi, R., Eylon, B., & Silberstein, J.
berlangsung, siswa dapat mengikuti secara
(1986). “Is an Atom of Copper
aktif dengan memberikan respon yang baik.
Malleable?”. Journal of Chemical
Dari tampilan-tampilan yang diberikan, siswa
Education. 63, 64-66.
bisa memahami konsep-konsep pada materi
hidrolisis garam dengan baik meskipun Ben-Zvi, R., Eylon, B., & Silberstein, J.
terkadang tampilan tersebut harus diberikan (1987). “Students‟ Visualization of a
secara bolak-balik untuk dapat Chemical Reaction”. Education in
mempertautkan ketiga level representasi. Chemistry. (7), 117-120.
Secara umum, siswa merespon dengan baik Chittleborough, G.D., Treagust, D.F, dan
terhadap implementasi strategi pembelajaran Mocerino, M. (2002). Constraints to the
intertekstual ini karena merasa tertarik dengan development of first year university
proses pembelajaran yang dilakukan dan chemistry students’ mental models of
memudahkan untuk memahami konsep- chemical phenomena. [Online]. Tersedia:
konsep yang diberikan secara sistematis dan http://www.ecu.edu.au/conferences/tlf/20
selalu menghubungkan dengan konsep-konsep 02/pub/docs/Chittleborough.pdf. [26 Juli
yang sudah dipelajari. Tanggapan guru 2007]
terhadap implementasi strategi pembelajaran
intertekstual ini memberikan pandangan yang Depdiknas.2005.Peraturan Pemerintah RI No
positif, hal tersebut dikarenakan dengan 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
proses pembelajaran yang dilakukan dapat Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.
memudahkan guru untuk menyampaikan Depdiknas.2006. KTSP Mata Pelajaran Kimia
materi hidrolisis garam yang disusun secara untuk SMA, Jakarta: Depdiknas.
sistematis melalui pertautan ketiga level
representasi dan dikemas dalam bentuk Firman, H.(1991).Penilaian Hasil Belajar
multimedia sehingga konsep-konsep yang Dalam Pengajaran Kimia.Bandung: IKIP
disampaikan dapat diterima oleh siswa dengan Hilton, Annette.2008. Scaffolding
utuh dan mudah. Chemistry Learning Within The Context
Of Emerging Scientific Research Themes
Aplikasi model pembelajaran Through Laboratory.
intertekstual pada materi hidrolisis garam
ternyata mampu meningkatkan penguasaan Fatmawaty, E. (2001). Analisis Kesulitan
konsep-konsep pada materi tersebut. Siswa dalam Memahami Materi
Peningkatan penguasaan konsep siswa Pelajaran yang Mengalami Reduksi
terhadap materi hidrolisis garam diperoleh Didaktik pada Pokok Bahasan Reaksi
berdasarkan perhitungan nilai N-gain, secara Reduksi dan Oksidasi. Skripsi pada
keseluruhan diperoleh nilai N-gain sebesar Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI:
0,67 yang berarti implementasi model tidak diterbitkan.
pembelajaran intertekstual pada materi Harlen, W. (1999). Effective Teaching of
hidrolisis garam dapat meningkatkan Science. Skotlandia: The Scottish
penguasaan konsep dengan kriteria tinggi. Hal Council for Reasearch in Education.
ini didukung juga data model mental siswa
untuk proses pelarutan berbagai garam. Model Holbrook, J.2005. Making Chemistry
ini ternyata juga dapat meningkatkan motivasi Teaching Relevant, Chemical Education
siswa dalam pembelajaran. Peningkatan International Vol 6. No 1 Agustus 2004.
motivasi siswa paling tinggi dimiliki oleh Jansoon, N. 2008. Understanding Mental
siswa SMA C, yang dalam nilai pretes paling Models of Dilution in Thai Students,
rendah dibandingan SMA lainnya.
Sjaeful Anwar, Yaya Sonjaya, Wiji, The Development of Interactive Learning CD in Chemistry for High Schools Based on
Intertextuality as a Learning Model Alternative 133

International Journal of Environmental & Wiji, (2004), Peranan Modul Perkuliahan


Science Education Vol 3. 147-168. berbasis Komputer untuk
mengungkapkan Fenomena Kimiawi
Keenan et al.1999.. Ilmu Kimia Untuk
pada Mata Kuliah Proses Pengolahan
Universitas.(edisi ke 6).Alih bahasa:
Air, Proyek SP4
Alysius Hadyana Pujaatmaka.
Jakarta:Erlangga. Wu, H.-K. (2003). “Linking the microscopic
view of chemistry to real life
Kuntjaraningrat.1997.Metode-metode
experiences: Intertextuality in a high-
Penelitian Masyarakat.Jakarta:PT.
school science classroom”. Science
Gramedia
Education. 87, 868-891.
Osborne, R., & Freyberg, P. (1985). Learning
Wu, H.-K., J. S. Krajcik, E. Soloway. (2000).
in science: the impicaion of children’s
Promoting Conceptual Understanding of
science. Auckland, New Zealand:
Chemical Representations: Students‟ Use
Heinemann Education.
of a Visualization Tool in the Classroom.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Makalah pada Pertemuan Tahunan the
Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 National Association of Research in
Tentang Standar Isi untuk Satuan Science Teaching 28 April-1 Mei 2000,
Pendidikan Dasar dan Menengah. New Orleans, LA.
Park, Eung J.2006. Student Perception And Wu, H.K., Krajcik, J.S., dan Soloway, E.
Conceptual Development As Represented (2002). Promoting Conceptual
By Student Mental Models Of Atomic Understanding of Chemical
Structure . Disertasi: The Ohio State Representations: Students’ Use of a
University Visualization Tool in the Classroom.
Sirhan, G.2007. Learning Difficulties in [Online]. Tersedia: http://hi-
Chemistry: An Overview. Journal of ce.org/papers/2001/promoting_conceptua
Turkish science education. 4 (2). l_understanding/Wu-NARST00.pdf. [31
Juli 2007]
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Wang, Chia Yu.2007. The Role Of Mental-
Jakarta: Kencana Prenada Media. Modeling Ability, Content Knowledge,
And Mental Models In General
Sonata, M.S. (2006). Analisis Kesulitan Siswa Chemistry Students’ Understanding
dalam Memahami Materi Sub pokok About Molecular Polarity. Disertasi :
Bahasan Faktor-Faktor yang University of Missouri
Mempengaruhi Laju Reaksi yang Diolah
dengan Reduksi Didaktik. Skripsi pada Weeradharwana, A.(2006). Use of
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI: Visualisation Software To Support
tidak diterbitkan. Understanding of Chemical Equilibrium:
The Importance of Appropriate Teaching
Wiji, (2003), Peranan Hiperteks dalam Strategies.In ascilite 2006 Australian
Meningkatkan Pelaksanaan TPB untuk society for computers in learning in
menangani Konsep-konsep Rumit pada tertiary education 3-6 Desember 2006.
Perkuliahan Kimia Dasar I, Proyek Due-
like Wisya.2009. Impelementasi Model Siklus
Belajar ’Suap’ Dengan Berbantuan Lks
Wiji, (2005), CD Pembelajaran Kimia Dasar I Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas
Berbasis WEB untuk Mengatasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SmaN
Kesulitan Mahasiswa Baru dalam 2 Negara Tahun Ajaran
Memetakan dan Memahami Konsep- 2009/2010.[online].Tersedia:http://
Konsep Dasar Kimia secara Integral, wisya74.fileswordpress.com.2010/06/pro
Proyek RII posal_kab_i.doc.(28 Maret 2010).

Anda mungkin juga menyukai