Pengembangan CD Pembelajaran Interaktif Kimia Sma
Pengembangan CD Pembelajaran Interaktif Kimia Sma
ABSTRACT
The study application of intertextuality learning model using the CD learning has been conducted in 3
high schools, SMA A, SMA B, and SMA C, during on May 2010. Selection of these three schools are
expected to represent the school with low quality to high quality. During the process of learning trials
take place, students can actively follow by providing a good response. From the displays are given,
students can grasp the concepts of salt hydrolysis on the material well, although sometimes these
views should be given back and forth for three levels of representation can link. In general, students
responded well to the implementation of this intertextual learning strategy because it was interested in
the learning process is done and easy to understand the concepts provided in a systematic and always
connects with concepts already learned. The response of teachers towards the implementation of this
intertextual learning model provides a positive outlook, in this case because the learning process
undertaken to facilitate teachers to deliver material salt hydrolysis systematically arranged through
third-level engagement representations and packaged in a multimedia form so that the concepts
presented to received by students in one piece and easy. Application of learning models on material
intertextual salt hydrolysis was able to improve the mastery of the concepts in the material. Increasing
students' mastery of the concept of material obtained by hydrolysis salt N-gain value calculation, the
overall values obtained N-gain of 0.67 which means the implementation of learning strategy on
material intertextual hydrolysis of this salt can enhance the mastery of concepts with high criteria.
This data also supported students' mental models for dissolution process of various salts. This model
was also to increase student motivation in learning. Increased student motivation most high school
students owned by C, which in most low pretest value compared other high school.
Keyword : intertextuality learning model
Error! Hyperlink reference not valid.
ABSTRAK
Ujicoba CD Pembelajaran
Validasi CD Pembelajaran
Pengumpulan Data
Analisis Data
Studi aplikasi model pembelajaran Negeri Unggulan di Kota Bandung (SMA A),
intertekstual menggunakan CD pembelajaran satu SMA Negeri di Kota Cimahi (SMA B)
telah dilakukan di 3 SMA, yaitu satu SMA dan satu SMA swasta di Kota Bandung (SMA
Sjaeful Anwar, Yaya Sonjaya, Wiji, The Development of Interactive Learning CD in Chemistry for High Schools Based on
125
Intertextuality as a Learning Model Alternative
C) selama bulan Mei 2010. Pemilihan tiga memberikan gambaran bahwa materi yang
sekolah ini diharapkan dapat mewakili dipelajari akan bermanfaat untuk menjelaskan
sekolah dengan kualitas rendah sampai fenomena yang bersangkutan secara kimia
kualitas tinggi. Untuk menghindari variabel terlebih lagi jika pengetahuan pada level
pengalaman guru, maka proses pembelajaran makroskopik tersebut menarik perhatian
dalam aplikasi model ini digunakan calon- siswa.
calon guru yang berasal dari mahasiswa
Untuk dapat menjelaskan peristiwa yang
tingkat akhir Jurusan Pendidikan Kimia UPI.
menunjukkan bahwa larutan garam memiliki
Dengan demikian faktor keberhasilan siswa
sifat yang berbeda-beda, selanjutnya
setelah pembelajaran benar-benar merupakan
pengetahuan siswa tentang reaksi pelarutan
pengaruh dari model pembelajaran yang
garam yang merupakan reaksi ionisasi digali
diterapkan.
lebih jauh dengan pertimbangan bahwa siswa
1. Proses Pembelajaran sudah mengetahui tentang reaksi ionisasi
tersebut pada materi yang sudah dipelajari.
Proses pembelajaran diawali dengan
Dengan kata lain, siswa mulai mencoba
menggali pengetahuan siswa tentang
menghubungkan pengetahuan sebelumnya
penjernihan air kotor. Proses ini merupakan
dengan materi yang akan diajarkan berupa
salah satu peristiwa yang sudah umum di
pemahaman pada level simbolik berupa reaksi
dengar oleh siswa. Namun ketika ditanya
ionisasi. Menurut Ozkal (2009) hal tersebut
mengenai prosesnya, tidak semua siswa
akan lebih bermakna dengan mengkaitkan
mengetahui proses penjernihan air kotor
konsep sebelumnya yang sudah dipelajari
tersebut. Tayangan video percobaan yang
dengan konsep baru yang diterima. Dalam
menunjukkan proses penjernihan air kotor
pembelajaran tersebut, ternyata siswa sudah
menggunakan tawas digunakan untuk
bisa menuliskan reaksi ionisasi garam dalam
memancing pemahaman siswa. Tawas dalam
air. Dari hasil pelarutan garam yang
air akan larut dan menyebabkan kotoran-
menghasilkan ion-ion yang berasal dari garam
kotoran dalam air turun atau mengendap di
tersebut, siswa digali pengetahuannya tentang
bagian bawah, air kotor yang dijadikan
sifat-sifat ion berdasarkan pengetahuan yang
sebagai sampel dan air yang sudah
diperoleh dari materi asam basa, yaitu dengan
ditambahkan tawas diperiksa sifat larutannya
cara mengingatkan dan menampilkan reaksi-
menggunakan lakmus merah dan lakmus biru
reaksi yang merupakan reaksi pelarutan asam
sehingga siswa dapat melihat dan mengamati
kuat, asam lemah, basa kuat dan basa lemah.
perubahan sifat larutan tersebut. Ketika video
percobaan yang menunjukkan perubahan yang Saat reaksi untuk pelarutan asam lemah
terjadi pada kertas lakmus ada siswa yang dan basa lemah ditampilkan, siswa ditanya
secara spontan mengungkapkan bahwa air mengenai reaksi kesetimbangan tersebut,
kotor yang ditambahkan tawas bersifat asam, yaitu mengenai tanda panah atau arah
padahal tawas merupakan senyawa garam. reaksinya. Ternyata siswa menjawab
reaksinya bolak-balik. Lebih jauh lagi guru
Selanjutnya guru mengajak siswa untuk
bertanya apa maksud dari bolak balik tersebut
berpikir apakah senyawa garam yang lain juga
dan kemudian siswa menjawab bahwa produk
akan menunjukkan hal yang sama ketika
yang terbentuk itu bisa bereaksi kembali
dilarutkan ke dalam air, yaitu dapat mengubah
membentuk pereaksinya. Dari hal tersebut
warna kertas lakmus. Untuk dapat mengetahui
siswa memahami bahwa ion-ion yang berasal
sifat-sifat larutan garam yang lain, maka siswa
dari asam lemah dan basa lemah dapat saling
juga diberikan video percobaan yang
bereaksi kembali membentuk asam atau basa
menunjukkan sifat dari beberapa larutan
lemahnya. Setelah itu, baru siswa dikenalkan
garam. Video percobaan yang ditampilkan
bahwa ion H+ maupun OH- juga dihasilkan
tersebut merupakan salah satu cara yang
dari autoionisasi air meskipun jumlahnya
digunakan dalam mengakomodasi level
sangat sedikit sekali yang dapat diketahui dari
makroskopik dari materi hidrolisis garam
nilai Kw. selanjutnya siswa diminta
yang dipelajari. Dengan adanya pengetahuan
menghubungkan penjelasan tersebut dengan
level makroskopik tersebut setidaknya akan
proses pelarutan garam yang juga
126 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2011, hlm. 122-133
menghasilkan ion-ionnya. Dalam hal ini Tanggapan siswa mengenai proses
ternyata siswa sudah mulai memahami bahwa pembelajaran diperoleh dari data wawancara
ion-ion dari hasil pelarutan garam ada yang peneliti dengan siswa dari ketiga sekolah.
dapat bereaksi dengan H+ maupun OH- yang Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat
berasal dari air. bahwa menurut siswa pembelajaran yang
dilakukan terhadap materi hidrolisis garam
Penjelasan mengenai sifat-sifat ion
dengan strategi pembelajaran intertekstual ini
tersebut merupakan bagian dari penjelasan
dapat membantu mereka dalam hal
pada level submikroskopik yang dapat digali
memahami konsep-konsep hidrolisis garam
dengan melibatkan level simbolik yang sudah
yang pada umumnya bersifat abstrak, hal
dipelajari pada materi sebelumnya. Setelah
tersebut dapat diketahui dari buku yang
penjelasan mengenai sifat-sifat ion selesai
dipelajarinya ternyata kebanyakan hanya
dilakukan, selanjutnya dikembalikan lagi ke
hitungan saja, meskipun pada dasarnya materi
salah satu peristiwa yang menunjukkan
ini adalah lanjutan dari materi asam dan basa.
larutan garam dapat mengubah kertas lakmus
Namun dengan adanya video demonstrasi,
dan secara bertahap siswa diminta
gambaran mikroskopik dan penjelasan-
menjelaskan peristiwa tersebut dengan
penjelasan yang selalu menghubungkan
menyertakan penjelasan dari mulai pelarutan
konsep yang sudah diperoleh dengan materi
garam yang mengalami ionisasi menghasilkan
yang dipelajari ternyata dapat menarik
ion-ionnya yang memiliki sifat khas masing-
perhatian siswa untuk ikut berperan aktif
masing ion terhadap H+ maupun OH- di dalam
dalam proses pembelajaran. Video
air. Hal tersebut merupakan bagian dari
demonstrasi yang relevan dengan kehidupan
penjelasan secara submikroskopik terhadap
sehari-hari (video demonstrasi penjernihan air
level makroskopik yang berupa peristiwa
kotor dengan tawas) dapat meningkatkan
larutan garam yang memiliki sifat yang
ketertarikan mereka untuk memperhatikan
berbeda-beda, ada yang bersifat asam, basa
penjelasan materi lebih lanjut.
dan juga netral yang ditunjukan dengan
perubahan kertas lakmus. Selanjutnya siswa Pembelajaran dengan bantuan
mulai dituntun untuk menuliskan penjelasan multimedia CD Pembelajaran ternyata
secara submikroskopik tersebut dalam bentuk merupakan hal yang cukup baru digunakan
reaksi yang merupakan level simbolik pada dalam proses pembelajaran kimia. Biasanya,
materi hidrolisis garam yang diawali dari meskipun menggunakan multimedia, guru
pelarutan garam. Setelah siswa dapat hanya memberikan poin-poinnya saja yang
menuliskan reaksi-reaksi yang terjadi ketika akan dibahas tanpa adanya konten-konten
suatu garam dilarutkan ke dalam air, yang mendalam untuk dapat menjelaskan
selanjutnya siswa diajak kembali untuk konsep-konsep yang dipelajari. Model
menganalisis keberadaan ion-ion yang pembelajaran intertekstual yang dilakukan
merupakan hasil reaksi dan juga memungkinkan komunikasi dan
menghubungkannya dengan sifat larutan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran,
garam tersebut dan menyesuaikan kembali hal ini dapat tercermin dari pertanyaan-
dengan level makroskopik yang sudah diamati pertanyaan yang diajukan guru maupun siswa
sehingga siswa dapat menghubungkan ketiga selama proses pembelajaran berlangsung
level representasi makroskopik, sehingga secara tidak langsung, motivasi
submikroskopik dan simbolik untuk dapat mereka berupa keberanian atau kepercayaan
memahami konsep yang diberikan secara diri dapat diasah. Salah satu contohnya ketika
utuh. Ketika siswa diminta menuliskan reaksi temannya yang tidak biasa maju ke depan,
untuk garam yang lainnya, ternyata siswa tetapi dengan pembelajaran yang diawali
sudah mampu menuliskan reaksi-rekasi untuk dengan sesuatu yang menarik, ternyata dia
garam yang lain dan menjelaskannya mau maju ke depan kelas untuk menjawab
meskipun dalam prosesnya mereka berdiskusi pertanyaaan dari guru, padahal dia termasuk
dengan teman yang berada di dekatnya. anak yang berada di bawah rata-rata.
2. Tanggapan siswa dan guru Tanggapan guru mengenai proses
pembelajaran dengan strategi pembelajaran
Sjaeful Anwar, Yaya Sonjaya, Wiji, The Development of Interactive Learning CD in Chemistry for High Schools Based on
127
Intertextuality as a Learning Model Alternative
intertekstual diperoleh dari data wawancara 3. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa
peneliti dengan guru yang juga berperan
Penguasaan konsep diperoleh dari hasil
sebagai observer. Dari hasil wawancara
pretes dan juga postes. Dari hasil penelitian
tersebut dapat dilihat bahwa biasanya guru
yang dilakukan, banyaknya siswa yang
melakukan pembelajaran pada materi
menguasai masing-masing konsep yang
hidrolisis garam dengan metode praktikum
diperoleh pada pretes dan juga postes
dan ceramah yang secara umum hanya
ditunjukkan pada gambar 2.
ditekankan untuk menguasai perhitungan dan
reaksi-reaksi kimia yang terjadi. Dari sisi
praktikum juga biasanya hanya menggunakan
bahan-bahan yang kurang mewakili, hal
tersebut dikarenakan ketersediaan bahan yang
kurang.
Model pembelajaran intertekstual
berbasis CD Pembelajaran merupakan model
yang baru dikenal dan terasa efektif dan
efisien dalam penggunaannya. Hal tersebut
dapat dilihat dari materi yang disampaikan
dapat diberikan secara sistematis dan juga Gambar 2. Persentase Siswa Pada Penguasaan
memberikan kemudahan kepada guru untuk Konsep
menyampaikannya, selain itu waktu
pembelajaran juga dapat digunakan secara Peningkatan jumlah siswa paling tinggi
efektif dan lebih cepat tanpa mengabaikan dapat terlihat pada konsep c yang merupakan
konsep-konsep yang diberikan jika konsep reaksi hidrolisis. Hal ini dapat terjadi
dibandingkan dengan yang biasa dilakukan. karena pada dasarnya konsep reaksi hidrolisis
Biasanya beliau membutuhkan empat kali berhubungan dengan konsep-konsep reaksi
pertemuan untuk menyelesaikan pembelajaran yang lain misalnya pada materi asam basa.
pada materi hidrolisis garam ini. Dari sisi Hal tersebut ditunjukkan dari hasil pretes
konten yang diberikan ternyata menurut dimana, hampir separuhnya siswa sudah
beliau pembelajaran ini menggali lebih jauh memiliki pemahaman terhadap konsep ini,
terhadap penjelasan-penjelasan yang tapi hasil postesnya juga memberikan hasil
berkaitan, misalnya untuk menjelaskan yang paling banyak juga. Peningkatan yang
kenapa larutan garam itu memiliki sifat yang paling rendah terdapat pada konsep a yang
berbeda-beda, biasanya guru hanya merupakan konsep sifat suatu larutan garam.
menyampaikan konsep sampai siswa Hal ini dapat terjadi diduga karena pada
mengetahui saja bahwa larutan garam bersifat dasarnya konsep sifat larutan garam ini sangat
berbeda-beda tanpa adanya usaha untuk berkaitan dengan materi sebelumnya tentang
menjelaskan yang terjadi sebenarnya di dalam asam basa. Hal tersebut memungkinkan siswa
larutan atau secara penjelasan tetap memakai konsep-konsep sebelumnya
submikroskopik, tetapi dengan pembelajaran yang kurang utuh, yaitu sifat dari suatu larutan
ini ternyata semua dapat digali dengan cara ditentukan dari asam kuat dan basa kuat yang
menghubungkan pengetahuan sebelumnya. merupakan penyusun senyawa garam. Dengan
demikian pemahaman konsep siswa terhadap
Dengan adanya bantuan CD
sifat larutan garam tidak utuh.
Pembelajaran ternyata dapat memberikan
keleluasaan bagi guru untuk berkomunikasi Secara keseluruhan, penguasaan konsep
lebih banyak dengan siswa tanpa harus siswa 3 SMA pada materi hidrolisis garam
terfokus untuk menuliskan konsep-konsep pada awalnya tergolong rendah dengan rata-
atau contoh di papan tulis terlalu banyak. Hal rata penguasaan konsep sebesar 22,9%.
tersebut dapat membantu dalam melihat Setelah pembelajaran dilakukan, penguasaan
apakah konsep-konsep yang diberikan sudah konsep pada materi hidrolisis garam secara
dipahami ataukah belum oleh siswa. keseluruhan meningkat dengan nilai rata-rata
128 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2011, hlm. 122-133
diuji dengan kertas lakmus mempunyai pH Tabel 4. Model Ekspresi Siswa Dalam
netral karena tidak mengubah warna kertas Memodelkan Sub-mikroskopis Larutan Garam
lakmus. Secara sub-mikroskopis siswa NaCl
menjelaskan fenomena larutan NaCl tersebut Model Ekspresi Tipe Penafsiran
dengan cara merepresentasikannya kedalam (Gambar Model)
representasi simbolis berupa gambar model Dalam larutan
larutan garam NaCl seperti yang tertera pada garam NaCl
Tabel 3. terdapat molekul
H2O, dan ion Cl-.
Tabel 3. Model Ekspresi Siswa Dalam I Tidak
Memodelkan Sub-mikroskopis Garam NaCl digambarnya ion
Model Ekspresi H+ dan OH-
Tipe Penafsiran menunjukan
(Gambar Model)
Garam tersusun dari larutan netral.
satu kation dan satu Dalam larutan
anion yang jaraknya garam NaCl
I
berdekatan. terdapat ion H+
ion OH- , ion
Na+, dan ion Cl-.
Garam tersusun dari II
Jumlah ion H+
katon dan anion sisa dan OH-
II asam dan basa yang seimbang
jaraknya berjauhan. menunjukan sifat
larutan netral.
Garam tersusun dari Dalam larutan
kation dan anion garam NaCl
III sisa asam dan basa terdapat molekul
yang jaraknya H2O, ion Na+,
sangat dekat. dan ion Cl-.
III
Tidak
digambarnya ion
Beberapa gambar model mengenai H+ dan OH-
gambar model larutan ini sangat sulit menunjukan
ditafsirkan oleh peneliti. Dari hal tersebut larutan netral.
peneliti memilih siswa untuk diwawancara Dalam larutan
lebih lanjut. Siswa yang dipilih di dalam garam NaCl
wawancara ini hanya 2 orang yang memiliki terdapat molekul
model mental tipe II dan tipe IV. Dari hasil H2O, ion Na+, ion
wawancara, mereka secara jelas bisa Cl- dan diantara
menjelaskan model yang mereka gambar ketiga partikel
IV tersebut saling
mengenai larutan NaCl. Namun penjelasan
berinteraksi.
yang diberikan oleh beberapa tipe model Tidak
mental masih sangat sederhana sekali. digambarnya ion
Beberapa konsep seperti autoionisasi air dan H+ dan OH-
konsep hidrasi yang seharusnya ada di dalam menunjukan
penjelasan larutan garam NaCl tidak larutan netral.
dijelaskan. Sebanyak 8% atau sebagian kecil
siswa memiliki model mental tipe I, 4% atau
sebagian kecil siswa memiliki model mental Model mental siswa mengenai fenomena
tipe II, 70% atau sebagian kecil siswa pelarutan garam CH3COONa terungkap
memiliki model mental tipe III, dan 18% atau sebanyak dua tipe. Dalam model mental tipe I
sebagian kecil siswa memiliki model mental siswa lebih cenderung melihat proses
tipe IV. pelarutan garam dari representasi
makroskopisnya saja. Jadi hanya
menerangkan proses pelarutan dari mulai
pencampuran, pengadukan sampai garam
130 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2011, hlm. 122-133
yang berada dalam pelarut air hilang. Akan Model Ekspresi Tipe Penafsiran
tetapi penjelasan dibalik „hilang‟nya garam (Gambar Model)
tersebut mereka tidak secara rinci Di dalam larutan
menjelaskannya. Model mental tipe II, III, dan garam CH3COONa
IV berdasarkan pemahaman mengenai level terdapat spesi
III CH3COOH, ion Na+,
sub-mikroskopis larutan garam CH3COONa
dan ion OH- sebagai
yang diungkapkan melalui gambar model. ciri larutan tersebut
Namun penjelasannya masih terlalu sederhana basa.
karena masih ada beberapa konsep yang Di dalam larutan
dilewatkan oleh siswa. Konsep-konsep yang garam CH3COONa
seharusnya dikuasai pada tingkat SMA seperti terdapat spesi H2O,
hidrasi, derajat ionisasi dan autoionisasi air CH3COOH, ion Na+,
belum dipahami oleh siswa sepenuhnya. Hal dan ion OH- sebagai
IV
tersebut terlihat pada kemampuan ciri larutan tersebut
memodelkan larutan garam CH3COONa dari basa. Semua partikel
yang ada dalam
tinjauan sub-mikroskopisnya dimana
larutan saling
kebanyakan siswa hanya terfokus pada berinteraksi.
penjelasan fenomena pH larutan garamnya
saja. Sebanyak 12% atau sebagian kecil siswa Model mental mengenai pelarutan garam
memiliki model mental tipe I, 25% atau NH4Cl tergali sebanyak 4 tipe ekspresi model
sebagian kecil siswa memiliki model mental mental siswa berupa gambar model larutan
tipe II, 18% atau sebagian kecil siswa garam NH4Cl. Gambar model tersebut
memiliki model mental tipe III, dan 45% atau menunjukkan spesi-spesi yang ada di dalam
hampir setengahnya siswa memiliki model larutan garam NH4Cl. Semua siswa dipastikan
mental tipe IV. telah memiliki model mental mengenai
larutan garam NH4Cl dari representasi
makroskopisnya karena siswa sudah
Tabel 5. Model Ekspresi Siswa Dalam melakukan praktikum dan juga melihat
Memodelkan Sub-mikroskopis Larutan Garam tayangan dari video. Dari model mental yang
CH3COONa dimiliki siswa pada level makroskopis siswa
membangun model mental pada level sub-
Model Ekspresi Tipe Penafsiran mikroskopis untuk menjelaskan spesi yang
(Gambar Model)
ada dalam larutan garam NH4Cl. Penjelasan
Di dalam larutan
garam CH3COONa siswa mengenai hal itu disajikan dalam bentuk
terdapat ion gambar model larutan garam NH4Cl yang
CH3COO-, ion Na+, terdapat pada Tabel 6.
ion H+dan ion OH- Dari keempat tipe model ekspresi siswa
I
dimana jumlah ion
H+dan ion OH-
terhadap larutan garam NH4Cl, hanya satu tipe
jumlahnya sama dan model mental yang dirasa kurang logis dalam
berarti larutan memodelkan dan menjelaskan fenomena
tersebut netral. larutan garam NH4Cl secara level sub-
Di dalam larutan mikroskopis. Hal tersebut mungkin pada saat
garam CH3COONa menggambar model siswa lupa atau memang
terdapat ion siswa tidak mengerti mengenai larutan garam
CH3COO-, ion Na+, NH4Cl secara sub-mikroskopisnya. Model
II ion H+dan ion OH- mental tipe II, III, dan IV bisa menjelaskan
dimana ion OH- fenomena larutan garam NH4Cl namun hanya
lebih banyak
sebatas penjelasan pH-nya saja yaitu dengan
menandakan larutan
tersebut basa. menunjukkan perbandingan konsentrasi OH-
dan H+. Konsep lain yang penting dalam
tinjauan sub-mikroskopis larutan garam
NH4Cl tidak digambarkan oleh siswa dalam
Sjaeful Anwar, Yaya Sonjaya, Wiji, The Development of Interactive Learning CD in Chemistry for High Schools Based on
Intertextuality as a Learning Model Alternative 131