Anda di halaman 1dari 16

JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol 2, No 1 (2020), 55--70

ISSN: 2503-3190 (p); 2503-3204 (e)


DOI: 10.21580/jpw.2020.2.1.2694

Studi Perubahan Sosial Komunitas Masjid Jogokariyan


Yogyakarta : Tinjauan Sosiologi-Sejarah
1
Ahmad Arrozy
Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang - Indonesia

Abstract

This study observed social change a community of mosque in Kampung Jogokariyan special region of Yogyakarta. With
the management capabilities and the leadership who respect to their figures when pioneered since 1960 maked a
significant of social change. This study use a historical-sociology approach with Max Weber’s classic theory framework.
From this research indicate the revival of religious solidarity factor has encouraged the movement political-economy.
This subject is a characteristic of the collective on contemporary Islamic movement in urban Java.

Studi ini mengamati perubahan sosial (social change) suatu komunitas masjid di Kampung Jogokariyan Yogyakarta.
Melalui kemampuan manajemen dan kepemimpinan para tokoh yang disegani maka komunitas masjid kampung yang
dirintis sejak tahun 1960an ini telah mengalami perubahan sosial yang cukup signifikan. Studi ini menggunakan
pendekatan sosiologi-sejarah dengan kerangka teori klasik Max Weber. Dari penelitian ini telah menunjukkan bahwa
faktor solidaritas kebangunan agama telah mendorong gerakan ekonomi-politik. Perihal ini menjadi karakteristik yang
kolektif pada gerakan Islam secara kontemporer pada perkotaan Jawa.

Keywords: Perubahan Sosial; Komunitas Masjid; Manajemen; Ekonomi-politik

__________
1Korespondensi: Amin Farih (amin.farih@walisongo.ac.id), Kampus 3 UIN Walisongo, Jl. Prof Hamka Km 3 Ngaliyan

Semarang 50185.

Copyright © 2020 JPW (Jurnal Politik Walisongo) │ 55


Amin Farih

Pendahuluan Indonesia sebagai bekas koloni Belanda


merupakan penganut Calvinis. Hal ini didasarkan
Ferdinand Tonnies (1887) sebagai sosiolog catatan historis George Larson yang menyatakan
klasik pernah memaparkan suatu refleksi teoritis tahun 1912 telah dibangun Gereja Calvinis. Maka
dengan mempertanyakan ‘apakah lingkungan atas reaksi tersebut Sarekat Dagang Islam (SDI)
sosial mampu mempengaruhi individu atau yang dipimpin Samanhoedi dan Tirtoadisurjo
sebaliknya dengan individu mampu mulai bergerak dari Vorstenlanden Surakarta
mempengaruhi lingkungan sosialnya’. Refleksi ini menuju Yogyakarta (Larson, 1990: 52). Jika
ditulis oleh Toennies dalam Gemeinschaft und ditarik pada era kontemporer maka sintesa
Gesellschaft (1887). Pada akhirnya individu yang sosiolog (Weber 2000) masih relevan dengan
menjadi suatu tokoh (primus interpares) akan Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme.
membentuk suatu komunitas ( paguyuban ). Weber sebenarnya sangat paham betul
Suatu komunitas dalam tinjauan sosiologis bagaimana afiliasi agama beserta stratifikasi
dibentuk melalui solidaritas dan tatanan sosialnya telah menentukan gerakan kapitalisme
moralitas yang secara tidak langsung telah lokal yang berujung pada keputusan ekonomi-
disepakati bersama. Suatu pola komunitas dalam politik.
kapitalisme lokal maupun global adalah Gerakan kapitalisme lokal termaktub dalam
sebagaimana diungkapkan Donald Trump dalam sejarah selalu diamati sebagai unit perseorangan
pidato baris terakhirnya menyatakan God Bless dan tradisi keluarga borjuasi bukan suatu figur
America menandakan kepercayaan ( belief ) (tokoh) keagamaan yang memberikan stimulan
masih dipegang teguh untuk meningkatkan dalam komunitas religius. Maka pada penelitian
gerakan yang lebih konservatif. Maka dari pola sosiologi-sejarah ini akan menggarap perihal
tersebut sosiolog Peter Berger dalam Piramida yang berkaitan dengan beberapa figur yang
Pengorbanan Manusia harus mengucapkan memberikan dorongan komunitas religius
pengorbanan yang amat besar bagi umat dengan etos gerakan ekonomi umat dan gerakan
manusia sehingga memaksakan Negara Dunia politik. Komunitas yang dimaksud adalah
komunitas pengurus rumah ibadah keagamaan
Ketiga terlalu memikul beban yang amat sangat
Islam yang berada di Kampung Jogokariyan Kota
berat (Berger 1982).
Yogyakarta. Seiring dengan perkembangan
Perihal ini ditengarai bahwa disetiap belahan gerakan sosial-keagamaan pasca reformasi di
dunia atau khususnya di Indonesia. Pola gerakan Indonesia. Maka gerakan agama terutama dalam
kapitalisme lokal yang religius telah mengakar lingkup ini yaitu gerakan Islam membentuk
pada setiap etos kemasyarakatan. Filsuf Amin suatu komunitas perkampungan dimana
Abdullah dalam prawacana studi agama keberadaan (existing) suatu masjid menjadi
kontemporer telah menyatakan “agama“ pusat dan basis gerakan Islam dengan
ternyata mempunyai banyak wajah (multifaces) infrastruktur ekonomi dan pendidikan politik
dengan interpretasi seorang penganut yang yang tertata. Tentu bukan hanya semata-mata
digerakkan dan diajarkan dalam dimensi sosial masalah keberadaan fisik suatu masjid tetapi
bukan semata-mata masalah ketuhanan, karena sumber daya (resources) yang berperan
keimanan, dan pedoman hidup, namun telah sebagai pengurus takmir masjid memiliki
memasuki masalah historis-kultural (Abdullah kekuatan manajerial dengan berbasis
2000). Masalah historis-kultural ini merupakan interpretasi dan visi Islam politik. Maka dari itu,
keniscayaan manusiawi dan melahirkan kredo tokoh-tokoh yang berperan dibalik kemajuan
politik dan instrumen sosial-ekonomis. Apalagi Komunitas Masjid Jogokariyan di Yogyakarta ini

56 │ JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020)


Studi Perubahan Sosial Komunitas

mempunyai kemampuan (ability) dikarenakan gegap seperti seorang tentara. Dikarenakan


visi Islam politik sehingga membuat suatu garis kultur Jogokaryo mempunyai ikatan jiwa
yang saling berhubungan dan tidak dapat kebersamaan yakni roso nguyup mirip Korsa
dipisahkan antara gerakan agama dengan politik. dalam Kopasus maka warga setempat mudah
Jamaah masjid Jogokaryan dengan masjid digerakkan melalui jamaah masjid berdasar rasa
sebagai lokasi fisiknya merupakan suatu entitas paguyuban. Karakterisasi warga kampung inilah
yang berbeda namun keduanya saling yang tidak ada dalam kultur nguyub di
mempengaruhi. Jamaah masjid ini mempunyai perkampungan kota Yogyakarta pada tempat
lapisan lingkaran sosial ibarat permainan dart. lain. Warga muslim di Jogokaryan memiliki rasa
Lapisan tengah atau inti dari jamaah ini adalah dan tradisi nge-guyup tersebut apalagi jika
pengurus takmir beserta dewan penasehatnya. seiman sehingga gerakan memakmurkan Masjid
Pengurus takmir ini berusaha Jogokaryan cukup istiqomah. Rasa paguyuban
mengklasifikasikan karakter jamaahnya sesuai inilah yang tidak dimiliki kampung lain di Kota
dengan tingkat keislamannya (Arrozy 2016). Yogyakarta bahkan Karangkajen sekalipun yang
Dari usaha ini, aktivitas peribadatan beserta aktivis Muhammadiyahnya pernah merintis
kegiatan religiusnya telah dijalankan. Pada titik gerakan masjid Jogokaryan dahulu kala, kini
ini maka secara tidak langsung muncul
telah kalah saing dengan Masjid Jogokaryan
Komunitas Masjid Jogokaryan yang memiliki
dalam pergerakannya. Menurut Rizal salah
beragam majelis keagamaan, kegiatan sosial, dan
seorang ustadz dan anggota takmir yang bekerja
lembaga-lembaga sebagai wadah organisasi
remaja dan pemuda muslim. Menurut toponim menjadi guru di SD Muhammadiyah menyatakan
perkampungan tanah jawa di Kota Yogyakarta, bahwa aspek utama yang menjadi faktor
Jogokaryan berasal dari Bahasa Sansekerta yakni mengapa Jamaah Jogokariyan bisa mampu eksis
Jogo berarti menjaga sedangkan Karyan berarti dan istiqomah adalah regenerasi Pengajian Anak-
tugas atau pekerjaan. Area perkampungan ini Anak Jogokariyan (PAJ). PAJ dirintis oleh Romo
terletak di Njobo Beteng atau diluar komplek Dullah dan bertransformasi berbagai bentuk dan
Kerajaan yang dibatasi benteng (Titi, Gupta, and modelnya pada setiap periode historik. PAJ
Hadiyanta. 2007). Panji-panji bendera Jogokaryo merupakan ruang kolektif sehingga timbul rasa
berbentuk Papasan dengan empat persegi paguyuban seiman yang ditanamkan sejak dini
panjang berwarna dasar merah dan ditengahnya untuk meramaikan masjid kampung. Para
ada lingkaran berwarna hijau. Makna filosofis jamaah Jogokariyan menyadari hal tersebut,
dari Papasan tersebut sebagai pasukan sehingga PAJ mendapatkan tempat istimewa
pemberani yang mampu menghancurkan musuh bagi Komunitas Jamaah ini. Pengurus Takmir
dengan keteguhan. Kampung Jogokaryan berada memberikan perhatian lebih bagi PAJ sehingga
di sisi selatan Keraton Yogyakarta. Masjid anak-anak kampung diperbolehkan bermain
Jogokaryan yang berada di kampung ini memiliki pada komplek masjid asal bukan waktu shalat.
agenda tahunan seperti Kampung Ramadhan Pelaksanaan PAJ mendapatkan prioritas utama
Jogokariyan. dalam kegiatan komunitas masjid ini sehingga
Dalam penuturan Tejo Raharjo salah seorang pengajian bagi orang-orang dewasa, orang tua,
pengurus takmir masjid tersebut bahwa Bapak bahkan kegiatan ormas Islam sekalipun sering
Jazir atau Haji Jazir ASP yang merupakan tokoh ditunda hanya untuk keberlangsungan PAJ. Para
sentral dari kepengurusan masjid ini masih jamaah dan takmir Jogokariyan menyadari akan
merupakan ahli waris keluarga prajurit pentingnya kaderisasi dan penanaman sejak dini.
Jogokaryo sehingga maklum apabila tubuhnya

JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020) │ 57


Amin Farih

Revolusi Iran antara tahun 1977 hingga 1979 landasan teoritis Max Weber adalah usaha
pada ranah global membuat Komunitas memahami dan mengerti (verstehen) dengan
Jogokariyan menjadi meyakinkan makna narasi interpretasi yang empatik. Maka dari
pemurniannya (Islamic Revivalism). Gelombang eksplanasi teoritis diatas, terdapat hubungan
Islamic revivalism membuat dua tokoh sentral di agama dan kapitalisme dengan pokok-pokok
komunitas ini yaitu Jazir ASP dengan Fanni sebagai berikut : kapitalisme adalah suatu
Rahman melakukan pengembangan komunitas rasionalitas dari spirit keagamaan (irrational
masjid yang lebih tertata dengan melakukan callings) sehingga setiap individu bekerja keras
manajemen ekonomi pemberdayaan dan untuk mencapai pahala Tuhan, pengamatan atas
konsolidasi politik Islam. Jazir ASP lebih condong spirit agama untuk melakukan mobilitas sosial
pada pengaruh Haji Rakanda Toto Tasmara yang yang berdasarkan kekuatan ekonomi sebagai
merupakan mentor dalam Badan Komunikasi ekspresi hubungan manusia dengan Tuhan, studi
Pemuda Islam (BKPMI) tahun 1977, sedangkan atas agama dengan melakukan kritik terhadap
Fanni Rahman lebih terpengaruh pada kehidupan agama sebagai subyek analisa
tumbuhnya isu dan peristiwa Palestina yang sosiologis, dan ethos kerja berada pada pusaran
selalu dijajah oleh Israel dari informasi ilmiah semangat kapitalisme dan etika agama.
kampus Fisipol Bulaksumur. Menjadi menarik Berdasarkan kerangka Weberian diatas, maka
perhatian dewasa kini bahwa Masjid Jogokariyan susunan pendekatan dalam memahami aspek
semakin makmur dengan dukungan ekonomi politik komunitas Masjid Jogokaryan ini akan
yang ditata oleh komunitas masjid ini kemudian dilandasi pada perwujudan tipe ideal,
pada tahap kedua komunitas ini menjadi suatu interpretasi sosiologis, konsep rasionalisasi,
gerakan politik yang representatif bagi otoritas, komunitas sebagai agen sosialisasi
gelombang Islam revivalis era kontemporer. politik beserta hubungan aspiratif dengan partai
Maka yang menjadi rumusan penting bagi politik (Kolip 2013).
penelitian ini adalah bagaimana perubahan sosial Masjid Jogokariyan beserta lapisan komunitas
komunitas Masjid Jogokariyan Yogyakarta dalam kemasyarakatannya merupakan model dari
aspek ekonomi-politik. corak masyarakat Islam perkotaan yang
Sosiolog Max Weber dalam teorinya selalu berdekatan dengan komplek Keraton Kasultanan
menekankan bahwa landasan asumsi dari studi Yogyakarta Hadiningrat. Oleh karena itu, telah
masyarakat adalah memusatkan perhatian pada banyak sekali penelitian sosial mengenai
kepercayaan dan pandangan hidup (beliefs komunitas masjid Jogokariyan. Pertama yakni
concerning). Lalu beranjak pada perilaku rela hati skripsi yang berjudul “Peranan Remaja Masjid
(voluntarism) yang menimbulkan tipe ideal. Dalam Pendidikan Karakter : Studi Masjid
Kemudian menimbulkan kesan individual (the Jogokariyan Yogyakarta” karya Yayan
image of individual) berupa hal-hal yang positif Asliyansyah. Penelitian ini mengkaji seputar
sehingga tercipta relasi pada kesan peranan remaja masjid dalam mengadakan
masyarakatnya (the image of society). Relasi program masjid. Lain daripada itu, proses ini
tersebut adalah makna dari sekumpulan jaringan merupakan penanaman pendidikan karakter
(a network meaning) yang terbentuk melalui Islam. Seperti faktor pendukung dan
komunitas. Relasionalitas ini berada diantara penghambat pendidikan karakter. Kedua, tulisan
tindakan sosial, struktur sosial, dan institusi- Furqon Widodo tentang “ Implementasi
institusi kapital (Weber 2000). Maka output dari Pelayanan Inklusif Berbasis Masjid : Studi Kasus

58 │ JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020)


Studi Perubahan Sosial Komunitas

Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Masjid negeri terutama Timur Tengah. Akibatnya masa
Jogokariyan”. Studi ini menggunakan istilah menjelang reformasi diumpamakan sebagai kran
Takmir Masjid Jogokariyan ( TMJ ) sebagai air yang dibuka lebar-lebar. Para generasi
komunitas. Studi ini berusaha memahami peran muslim muda selanjutnya menuntut eksistensi
dan fungsi masjid dalam pendekatan metodologi Islam (Ali 2009). Meminjam diktum dari Karl
dakwah. Kemudian tentang manajemen dakwah Mannheim bahwa salah satu sikap demokratis
Islam yang mengedepankan asas pelayanan yang kreatif dalam menilai perbedaan sosial-
publik. Ketiga merujuk pada tulisan Hafifudn kemasyarakatan. Pengetahuan seseorang,
Badruzzaman tentang “Strategi Pendidikan Islam kelompok sosial atau komunitas dengan
Dalam Meningkatkan Relijiusitas Bagi Para mengetahui latar sosiologisnya baik melalui
Jamaah Masjid Jogokariyan. Sintesa ini pendidikan, lingkungan, kepentingan, dan lain
mengangkat tentang strategi pendidikan Islam sebagainya (Mannheim 1954). Mengenali
dan keberhasilannya dalam meningkatkan komposisi latar belakang tersebut akan sangat
relijiusitas jamaah Masjid Jogokariyan. Maka membantu dalam memahami alam pikiran
apabila pengkajian sosial-humaniora diatas komunitas ini. Kelompok yang berkepentingan
berkaitan dengan studi dakwah dan pendidikan dalam mempertahankan kondisi sosial yang
Islam maka perbedaan mendasar pada mapan cenderung memiliki pemikiran yang
penelitian ini adalah merupakan riset komunitas ideologis. Sedangkan kelompok utopia adalah
Masjid Jogokariyan pada lingkup perubahan wujud pemikiran dari kelompok atau komunitas
sosial (social change) dan analisa gerakan sosial yang menghendaki “perubahan sosial” dengan
pada ranah ekonomi-politik yang berdasarkan melakukan dekonstruksi tatanan sosial yang ada
kerangka teori sosiologi kapitalisme. sehingga pada tataran publisitas komunitas ini
Kajian ini menjadi penting dilakukan karena dianggap sebagai kelompok fundamentalis.
untuk mengetahui pola gerakan sosial yang Penelitian ini dilakukan di komplek Masjid
berbasis keagamaan maupun ideologi politik. Jogokariyan, Kampung Jogokariyan, Kecamatan
Lalu seperti apa idealnya gerakan sosial yang Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Penelitian ini
solid dan independen. Bagaimana melestarikan menggunakan jenis riset kualitatif dengan
regenerasi dan pendidikan agama informal pendekatan sosiologi-sejarah (historical-sociology
dengan dukungan ekonomi dan keutuhan rumah approach). Didasarkan asas sosiologi-sejarah
ibadah sebagai basis sosial, kemudian pada maka metode yang digunakan adalah metode life
langkah selanjutnya melalui gerakan konsolidasi history dan pengumpulan data melalui sejarah
politik. Perihal ini merupakan metamorfosa lisan (oral history ) dengan melakukan
gerakan sosial-keagamaan pada ranah penelusuran sejarah. Konsepsi kerangka
kontemporer. Sistem politik Orde Baru menekan sosiologis dijelaskan oleh Phillip Abrams dalam
kalangan Islam perkotaan menjadi satu fusi studi ini berkaitan dengan pola kegiatan
dibawah naungan Partai Persatuan komunitas dan hambatan sejarah individuasi
Pembangunan (PPP) dan beberapa birokrat dalam konteks sosial(Abercrombie et al. 2010).
muslim melakukan orientasi kepada Golkar. Sosiologi memusatkan perhatian pada interaksi
Proses penekanan sosial ini menimbulkan dinamis antara agensi manusia dengan struktur
banyak dari santri dan anak-anak tokoh muslim sosial dan sebagai isu empirik dalam sejarah
di Indonesia menimba ilmu Islam secara praktis masyarakat ( the history of society ). Dalam
dan beberapa dari mereka disekolahkan di luar konsepsi ini maka semua sosiologi adalah

JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020) │ 59


Amin Farih

sosiologi-sejarah karena melakukan pengkajian komposisi ajaran nilai kerja cukup tinggi
terhadap perubahan, proses, dan perkembangan dengan melihatnya sebagai ibadah. Ibadah
(Abercrombie et al. 2010).Maka dari itu, ruang dalam pengertian sosial adalah muamalah
lingkup temporal-historis pada riset ini adalah sesama manusia yaitu ibadah tidak
masa-masa tahun 1966 hingga 2015 langsung dalam rangka bertujuan untuk
mendapatkan nafkah bagi diri dan keluarga
(Salim 2002). Walaupun Weber memang
Komunitas Masjid Jogokaryan
tidak mempunyai kesempatan studi tentang
Pada area sosiologis yang lebih luas Islam tetapi ia mempertimbangkan Islam
mengenai perubahan sosial di Yogyakarta sebagai salah satu agama ‘universal-
bahwa telah terjadi revolusi fisik. Studi yang monoteistik’ yang sangat keras atau
dilakukan Selo Soemadjan menyimpulkan monoteisme-universal. Maka dari itu secara
bahwa revolusi fisik yang melibatkan historis, Islam yang berkembang dalam
prajurit dari sipil, keraton, maupun dinas masyarakat Jogokariyan kemudian
militer pemerintah memberikan pengaruh membentuk suatu komunitas masjid yang
yang lebih besar pada masyarakat merupakan ‘agama kelas prajurit’ dan
Yogyakarta. Tentu ini dialami oleh mengabdi pada kepentingan feodalisme
masyarakat Jogokariyan yang akhirnya kerajaan Yogyakarta kemudian
membentuk komunitas dalam mendeklarasikansebagai Islam Jawa (Salim
memakmurkan masjid. Apalagi secara 2002). Maka Weber sangat memperhatikan
historis, Kampung Jogokariyan dibentuk tahapan pertama dari hasil penelitian
oleh Keraton Yogyakarta sebagai area adalah bermula dari afiliasi agama.
permukiman para prajurit Kasultanan Keutamaan Keyakinan Islam Sebagai Sumber
Yogyakarta.Perkembangan infrastruktur afiliasi Komunitas Masjid dan replikasi kultur
pendidikan formal di Yogyakarta pasca keagamaan Komunitas Masjid Jogokariyan
kemerdekaan telah mengalami percepatan secara teologis apabila mengamati pernyataan
tingkat menengah menuju perguruan tinggi. dari tokoh takmir muda masjid Jogokariyan
Tahun 1946 hingga 1962 keberadaan sekaligus pemilik usaha Penerbitan Pro-U Media
Perguruan Tinggi Gadjah Mada (UGM)
dan Omah Dakwah yaitu Fanni Rahman adalah
sebagai universitas riset dan Institut
Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) sebagai sebagai berikut.
pencetak sumber daya guru menjadikan “Allah SWT sang Maha Pemurah, telah
Yogyakarta sebagai kota yang kaya akan berikan cahaya yang mensinari kampung ini
wacana pendidikan sosial-politik. Maka dari sehingga dengan dakwah Islam mulai mekar,
itu, pintu-pintu istana Yogyakarta tumbuh berkembang, menjelma sebuah
menjadikan Kasultanan sebagai pusat bangunan peradaban. Tak mengira apabila
keterbukaan sehingga revolusi hanya para perintis dakwah di Jogokariyan memulai
menjadi konsepsi teoritik belaka yang
membangun masjid ini tahun 1966. Masjid
dikalahkan oleh nilai kultural Jawa
(Soemardjan 1986). Jogokariyan telah didengar, dirasakan,
Perubahan sosial di Indonesia baik pra dinikmati dan menginspirasi umat Islam di
ataupun pasca kemerdekaan mempunyai seluruh Nusantara bahkan di berbagai dunia.
hubungan kemiripan antara Kolonial Kepengurusan takmir yang baru ini, yakni
Belanda yang menganut Etika Protestan periode 2015-2019 berikhtiar untuk
dengan masyarakat pribumi yang pada meningkatkan sistem kinerja dakwah. Selain
umumnya menganut Islam dan mempunyai meningkatkan kuantitas jamaah juga selalu

60 │ JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020)


Studi Perubahan Sosial Komunitas

fokus untuk meningkatkan kualitas ke- kerasan anak-anak di Masjid. Tidak hanya
Islaman jamaahnya. Dan tak lupa kaderisasi shalat tetapi mengaji dan bermain ya. Dari
dakwah dan jamaah menjadi perhatian situ anak mempunyai keterikatan dan
penting yang terus dilakukan” (Bulletin kepemilikan kepada masjid. Masjid tidak
Masjid Jogokariyan, 1436 H : Edisi 20). hanya sebagai ruang ibadah shalat tetapi
menjadi pusat peradaban Islam, unit
Tentu saja aspek pertama teologi Islam
ekonomi, pengatur strategi, tempat zakat,
yaitu keyakinan kuat kepada Allah SWT
merupakan sumber dari gerak komunitas
dan lain-lain” ( Rekaman Jazir ASP, 8-1-
masjid ini. Kedua adalah sejarah rintisan 2016 ).
dakwah komunitas masjid Jogokariyan yang Komunitas masjid ini mulai melakukan
dimulai tahun 1966 dimana pada situasi perubahan dalam tatanan masyarakat
politik masih bergejolaknya antara Islam, Islam. Maka dari itu muncul bentuk
Nasionalitas, dengan Komunisme. Ketiga reformasi yang tidak berarti peniadaan
aspek kekinian dimana komunitas kontrol keagamaan melainkan suatu
membentuk kepengurusan takmir yang penggantian suatu bentuk kontrol lama
baru antara periode 2015-2019 untuk dengan kontrol baru yang lebih baik (Weber
meningkatkan kinerja, kaderisasi, dan 2000). Dalam hal ini “Ideologi Kemasjidan”
pembinaan jamaah masjid. Kemudian Rizal menjadi suatu bentuk konsepsi
sebagai salah satu ustadz di Jogokariyan fenomenologis atau struktur ideologis
juga menambahkan akan pentingnya dasar dimana mampu mengatur aktivitas
gerakan memakmurkan masjid yang keagamaan dari mulai usia dini hingga
terorganisasi dalam komunitas yang kalangan tua. Makna dari ideologi tersebut
memberdayakan masyarakat kampung hanya kesederhanaan untuk selalu ada rasa
dalam memakmurkan masjid. Rizal memiliki masjid sehingga dapat
menyatakan sebagai berikut, “masjid itu memakmurkannya. Kemudian disertai
rumah Allah. Kalau kita bekerja sesama perluasan-perluasan aktivitas non-
manusia masih terbatas. Kita ini mengurusi keagamaan seperti penggalangan unit
rumah Allah, tidak mungkin Allah tidak ekonomi dan tempat bermain bagi anak-
memberi imbalan. Mungkin saat ini tidak, anak muslim. Keutamaan ideologi
tetapi ini bekal bagi akhirat” (Rekaman Kemasjidan yang berdasarkan Islam ini
Rizal, 10-1-2016). membuat pengajian keagamaan dikemas
Tokoh kedua adalah Rizal yang menyatakan sesuai usia-usia para jamaah sebagai
pesan akan pentingnya menjaga dan mengelola audien. Pengajian, majelis, atau acara
masjid sebagai rumah Allah. Dengan janji dakwah tersebut antara lain sebagai berikut
eskatologis dan esoterik bahwa Tuhan akan (Asliyansyah 2016): Forum Kajian Malam
menggantinya di akhirat kelak. Pada kesempatan Selasa (FKMS); Pengajian Malam Rabu
terakhir, adalah tokoh tertua dari komunitas (PEMARA); Tadarus Al-Quran Keliling
Masjid Jogokariyan yaitu Jazir ASP. Pada (TAK); Majelis Jejak Nabi (MJN) Oleh Salim
kesempatannya Jazir menuturkan tentang misi Afillah; Majelis Dhuha; dan Majelis Jamah
komunitas terutama yang bergerak dalam Subuh.
Pada umumnya pelapisan dari
bidang pembangunan masjid ( takmir ) dengan
masyarakat komunitas Masjid Jogokaryan
sebagai berikut :
merupakan profesional, pengusaha, dan
“Misi dari takmir Jogokariyan itu kelas pekerja kota. Kelas profesional
menanamkan sejak dini kepada anak-anak “ merupakan akademisi di universitas
Ideologi Kemasjidan “ yang membuat sekaligus para dokter dan tenaga medis.

JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020) │ 61


Amin Farih

Kelas profesional seperti Kuncoro yang ekonomi dimana dewan dan pengurus
merupakan profesor psikologi di universitas takmir menjadi suatu kepemimpinan
bulaksumur. Kemudian dokter Rudiatin karismatik yang disegani dan dihormati
Kusparwi dan Ana Patriani yang mengelola dalam hal penguasaan ilmu agama dan
poliklinik kesehatan di Masjid Jogokariyan manajemen kelembagaan yang bersifat
dan beberapa lulusan magister, mahasiswa, ekonomis. Maka dengan manajemen
para guru ilmu agama maupun guru ilmu kelembagaan yang transparan melalui
pengetahuan umum di sekolah perkotaan, laporan keuangan yang dilampirkan dalam
dan sarjana ekonomi yang bekerja di buletin Jogokariyan. Maka telah termaktub
perusahaan dan menjadi relawan masjid. beberapa unit ekonomi masjid seperti
Kelas pekerja merupakan kelas teknisi yang sebagai berikut: Warung angkringan masjid;
membuat produk souvernir Jogokariyan Hotel Masjid Jogokariyan; Yayasan Baitul
seperti Atok yang mempunyai usaha cetak Mal; Persaudaraan Haji Masjid Jogokariyan;
sablon kaos. Dan para ibu-ibu di Infaq parkir; Sewa komplek Masjid untuk
Jogokariyan yang berperan sebagai juru resepsi pernikahan; Sewa auditorium
masak dalam acara kegiatan masjid komplek Masjid Jogokariyan; dan Poliklinik
Jogokariyan. Selain itu sebagian besar para Masjid Jogokariyan. Pendapatan dan
karyawan dan mekanik instalasi listrik yang pengeluaran usaha ekonomi tersebut
dapat dikategorikan pada kelas pekerja ini. dilaporkan secara gradual pada pasca hari
Pola kerja antara ketiga pelapisan sosial raya Idul Fitri. Laporan keuangan yang
tersebut mencakup paruh waktu yakni berupa pendapatan dan pengeluaran
bekerja di kantor rata-rata pergi pukul merupakan suatu bentuk manajemen yang
07.30 dengan mengantarkan anaknya terukur dalam merencanakan kegiatan
bersekolah kemudian pulang dari kantor masjid sehingga komplek masjid semakin
pukul 03.40 sehingga rata-rata ketika makmur. Sebagai contoh saldo laporan
menjelang maghrib, para jamaah berduyun- keuangan hotel masjid berkisar Rp
duyun mendatangi masjid dan 23.101.459 dengan pendataan pemasukan
mengamalkan ibadah shalat maghrib dan pengeluaran per bulan. Total
kemudian bertadarus hingga dilanjutkan pemasukan tahun 2015 dari usaha ini
ibadah shalat isya’. Malam hari setelah mencapai Rp 86.470.000 sedangkan
pelaksanaan ibadah shalat isyak, para pengeluaran untuk kegiatan, pemeliharaan
jamaah pria bertemu bersama di masjid dan kepengurusan mencapai Rp
angkringan depan kantor takmir masjid. 91.919.612. Keterangan informasi tamu-
Namun di pagi hari setelah pengajian subuh, tamu yang menginap di hotel tersebut
maka para jamaah melaksanakan pekerjaan dilaporkan tentang status pernikahan,
masing-masing secara tepat waktu. Waktu pekerjaan dan asal daerah.
disini menjadi ukuran bersama dalam Semua pengelolaan dana masjid melalui
menggapai usaha dunia maupun keridhaan lembaga keuangan berkonsep Baitul Mal Wat
Tuhan supaya selamat di hari akhir Tamwil (BMT) Ihsanul Fikri (BIF). Maka dari itu,
(akhirat). komunitas masjid ini mampu mengelola Yayasan
Pada proses terjadi perpaduan Baitul Mal dan Keuangan Takmir Masjid. Yayasan
peningkatan potensi individuasi dalam Baitul Mal berguna sebagai institusi pengelola
komunitas ini mampu melakukan misi zakat, infaq, dan shadaqah ( ZIS ). Pada tahun
memakmurkan masjid melalui ranah 2014 Yayasan Baitul Mal menerima dana ZIZ
ekonomi. Masjid Jogokariyan sebagai suatu sebesar Rp 165.954.150 sedangkan pengeluaran
bentuk komunitas memiliki hirarki struktur untuk kegiatan dan pemeliharaan masjid sebesar

62 │ JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020)


Studi Perubahan Sosial Komunitas

Rp 130.715.150 sehingga saldo berkisar Rp masjid bagi masyarakat Jogokariyan khususnya


35.239.000. Sedangkan penyaluran ZIZ kepada dan umumnya untuk masyarakat Islam sehingga
fakir miskin,orang yang melakukan jihad telah banyak ibu-ibu dari kalangan tidak mampu
menuntut ilmu dan lain sebagainya (fisabillilah), telah merasa terbantukan dengan adanya pasar
orang yang terkena hutang (ghorim), pengelola tersebut.
zakat (amil), dan Ibnu Sabil atau musafir. Pada Konsolidasi politik merupakan upaya untuk
bentuk usaha jenis lain, usaha ekonomi berbasis memperteguh kekuatan jaringan politik. Maka
pada konsepsi dakwah Islam seperti dalam hal ini konsolidasi politik merupakan salah
penyelenggaraan Tabligh Akbar, Talkshow, satu instrumen dari penerapan ideologi
Majelis Jejak Nabi, Jamaah Dhuha, Forum Kajian Keislaman dan Kemasjidan yang dianut oleh
Selasa, Jamaah Subuh, Pasar Ramadhan, dan komunitas ini. Salah satu sebab mengapa Islam
Seremoni Kampung Ramadhan. Tabligh Akbar, politik menjadi kuat dalam komunitas ini. Hal ini
pengajian, dan talkshow merupakan kegiatan dikarenakan para tokohnya sangat mengerti dan
bulanan dari masjid yang telah mengundang berpengalaman dalam berpolitik. Komunitas
narasumber yang tersohor seperti Abdullah Masjid Jogokariyan ini mempunyai lima tokoh
Gymnastiar, Abu Bakar Baasyir, Arifin Ilham, yang sangat berpengalaman dan disegani oleh
Wijayanto, Iip Wijayanto, Adnan, Abu Jibril, Jibril warga setempat. Lima tokoh tersebut antara lain
Abdurrahman, Wuntat, Umar Said, Puji Hartono, : Jazir ASP, Umar Said, Fanni Rahman, Salim
Teuku Wisnu dan Salim Afillah. Pendanaan para Afillah, dan Fauzil Adhim. Hal ini dibuktikan
narasumber kondang tersebut berasal dari dengan keterlibatan dan hubungan budaya yang
pendapatan manajemen takmir masjid dan ada sangat dekat dengan gerakan Tarbiyah yang
beberapa biaya untuk dukungan dakwah (Al- mempunyai fraksi didalam parlemen Indonesia
Bisyaroh) bagi pemuka agama (ustadz). bernama Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Dalam kategori usaha ekonomi yang
berbentuk eventual dalam komunitas Masjid
Jogokariyan maka seremoni Kampung Perkembangan dan Perubahan Sosial
Ramadhan di Jogokariyan merupakan kegiatan Komunitas Masjid Jogokariyan
yang melibatkan partisipasi warga muslim Periode perkembangan komunitas masjid ini
Jogokariyan dalam jumlah banyak. Kampung sebagai suatu historisitas yang mencatat setiap
Ramadhan merupakan inisiatif dari para tokoh satu dekade atau 10 tahun seperti apa kondisi
komunitas Jogokariyan yang sesungguhnya realitas sosial. Pada tahun perintisan komunitas
mengadaptasi pasar sore ramadhan dan acara ini. Sejak awal memang diwarnai oleh gejolak
buka puasa bersama (takjilan) di Kampung politik. Kontestasi ideologi akar rumput yang
Kauman Yogyakarta. Jauh sebelum Kampung merupakan Nasionalis, Agama, dan Komunis
Jogokariyan menjadikan areanya sebagai pasar begitu membuat Kampung Jogokariyan pada
mendadak di sore hari (pasar tiban) maka
tahun 1966 begitu mengalami diferensiasi sosial.
Kampung Kauman terlebih dahulu menjadikan
Terutama antara Komunisme dengan Islam,
areanya sebagai pasar tiban. Perihal ini
layaknya pada era tahun 60an dimana
dikarenakan Fanni Rahman sebagai tokoh muda
perkampungan dihinggapi basis ideologi politik
berusaha mengadaptasi konsepsi Kampung
Kauman tersebut untuk menjadikan Kampung antara Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Partai
Jogokariyan sebagai pasar untuk menampung Komunis Indonesia (PKI), dan Partai Islam
ekonomi umat Islam. Menurut Rizal, pasar bulan seperti Masyumi kemudian Partai Syarikat Islam
puasa merupakan program pemberdayaan Indonesia (PSII). Pada lingkup Kampung

JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020) │ 63


Amin Farih

Jogokariyan begitu telah terjadi perseteruan Transisi dari tahun 1980 menuju era 1990
antara Komunisme dengan Islam. Jogokariyan ini sebetulnya menurut Rizal banyak pegiat
menjadi salah satu basis Komunisme di komunitas masjid yang dangkal secara
Yogyakarta. Akan tetapi setelah peristiwa pengetahuan agama. Perihal ini dikarenakan
revolusi. Maka terjadi perubahan sosial-politik umumnya hanya lulusan sekolah menengah atas,
yang menyangkut aspek-aspek kekuasaan sehingga tidak dalam mengetahui soal-soal
daerah. Kaum Islam di Jogokariyan menjadi agama. Hal ini sangat lazim dikarenakan
terpecah dua antara para santri yang mengelola masyarakat Jogokariyan merupakan masyarakat
masjid dan beberapa pada tahun 1970an islam perkotaan yang asimilatif antara kultur
menjadi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri priyayi, pengusaha kota, atlet pencak silat,
(IAIN) dengan kaum Islam birokrat yang masih preman, dan lingkungan santri yang berdekatan
percaya kepercayaan Jawa. dengan Pondok Krapyak. Menjelang tahun
Islam birokrat ini secara tidak langsung 1990an, kepemimpinan komunitas dengan
menjadikan suatu segmentasi priyayi yang takmir masjid dipegang oleh Jazir. Dengan
merupakan para sarjana dari universitas kepemimpinan karismatik ala militer. Jazir
ternama seperti Universitas Gadjah Mada dan membuat komunitas ini begitu disiplin dalam
Universitas Indonesia. Mereka kebanyakan manajemennya. Meski kondisi eksternal begitu
sarjana hukum, dokter, dan lulusan jurusan tersayup-sayup atas wacana reformasi bagi
Teknik yang menjadi insinyur atau arsitek. Ada pemerintah. Dengan dukungan sekembalinya
juga sebagian dari mereka menjadi pegawai alumni Timur Tengah dan jaringan Islam
negeri sipil (PNS) karena lulusan sekolah revivalis dari Jawa Barat terutama Bandung
administrasi negara. Semenjak Orde Baru maka komunitas semakin menjadi pusat
berkuasa terutama tahun-tahun 1970an maka gelombang kebangkitan Islam puritan. Isu-isu
sebagian besar dari mereka merupakan politik selain reformasi yang ditunggu adalah
simpatisan dari Golkar. Perihal itu dikenakan arogansi pemerintah Orba yang menolak
kewajiban dari pemerintah yang didominasi dari pemakaian jilbab di sekolah dan perguruan tinggi
birokrat militer bahwa PNS dan Korps Pegawai beserta penistaan Islam yang dilakukan
Negeri Sipil (Korpri) harus setia kepada Golkar. Arswendo Atmowiloto. Dari ketiga isu ini
Akan tetapi tahun 1975 hingga 1980 telah membuat arus Islam revivalis di Masjid
banyak kaum santri perkotaan di Jogokariyan Jogokariyan semakin meluap.
dan Kampung Kauman mengalami pertukaran Tahun 1995 hingga 2000 membuat basis
pengetahuan keislaman sehingga mendapat gerakan Tarbiyah dengan tiga elemen yaitu
ajaran baru dan informasi dari berbagai koneksi. Partai Keadilan dan Kesatuan Aksi Mahasiswa
Bahkan terdapat beberapa dari mereka naik haji Muslim Indonesia ( KAMMI ) menjadikan masjid
atau harus kuliah di Timur Tengah untuk ini sebagai basis ideologi Al-Ikhwanul Muslimin
mendalami agama Islam secara utuh. Tahun- (IM). KAMMI yang pada saat itu menyatakan
tahun 1980 hingga 1990 merupakan dekade dukungan eksistensi Negara Palestina atas invasi
yang pelik karena pemerintah Orde Baru telah Israel beserta sekutunya membuat Fanni
menetapkan kebijakan Asas Tunggal (Astung). Rahman selalu melakukan sosialisasi atas
Perihal ini telah membuat implikasi bahwa para pentingnya kemerdekaan Palestina. Maka pada
pegiat komunitas masjid ini semakin mengerti pasca tahun 2000 hingga tahun 2004 ketika
tentang persoalan politik Islam di Indonesia. Fanni Rahman dilantik salah satu pengurus

64 │ JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020)


Studi Perubahan Sosial Komunitas

takmir, semua lembaga kader komunitas masjid strategis dalam kualitas generasi masjid
telah diganti secara organisasional oleh Fanni. selanjutnya. Maka kegiatan UMMIDA yang
PAJ telah diganti Himpunan Mahasiswa Anak- tercatat adalah seperti pelatihan manajemen diri,
Anak Masjid (HAMAS) Jogokariyan. Kemudian penerapan ilmu pengasuhan anak dan keluarga
dibawah gerakan inisiatifnya yaitu Omah (parenting), komunikasi antara suami dengan
Dakwah telah membentuk Sahabat Al-Aqsha. istri, pendidikan anak tahap dewasa (aqil baligh).
Dengan menyuarakan kemerdekaan Palestina Pengurus harian UMMIDA diketuai oleh Dini
maka secara tidak langsung komunitas masjid Istiana dengan pengasuh Rochma Yulika.
Jogokariyan telah bersinggungan dengan Perkumpulan ibu-ibu disini sebenarnya
mempunyai gerakan yang berbeda dalam
lembaga-lembaga penyalur dana bantuan seperti
cakupan politik bagi komunitas ini. Perkumpulan
Dompet Peduli Umat (DPU), Aksi Cepat Tanggap
ini secara tidak langsung dalam membagi
(ACT), dan berbagai lembaga penyalur dana yang
informasi sangat tidak akurat dan sensitif dalam
mempunyai akses ke luar negeri.
menilai jamaah-jamaah, orang asing maupun
Tahun 1976 merupakan tahun penting bagi pendatang baru. Meski lain daripada itu,
komunitas masjid ini untuk merintis dalam perkumpulan ibu-ibu sangat masif dalam
bidang kaderisasi dan pendidikan Islam. Dimulai membagi informasi yang terjadi dalam komplek
dari beranjaknya generasi anak-anak 1960an masjid maupun jaringan para suami-suami
akhir menuju tahun 70an dengan mulai mereka.
menapaki menjadi remaja. Maka pada tahun
Pada cakupan terakhir adalah Himpunan
1976 mulai merintis Remaja Masjid Jogokariyan
Anak-Anak Masjid Jogokariyan (HAMAS) yang
(RMJ) dalam memakmurkan masjid dengan
dibentuk Fanni Rahman. Tentu HAMAS
penyelenggaraan kegiatan pengajian yang selalu
mewadahi semua kegiatan anak-anak masjid
melibatkan anak-anak, remaja, dan orang tua.
terutama dalam menyuarakan kecaman Israel
Kegiatan belajar mengajar seperti Taman dalam penyerangan terhadap Palestina. Para
Pendidikan Al-Quran sore hari hingga shalat
anggota HAMAS secara tidak langsung tergabung
tarawih berjamaah pada bulan puasa bagi anak-
dalam FSRMY dan Laskar Hizbullah milik barisan
anak dan remaja. Seusai menapaki usia remaja Partai PPP. Dari beberapa segmen organisasi
maka para anggota RMJ yang merupakan basis
diatas maka konsepsi ini merupakan komposisi
jamaah ini mulai beranjak pada mahasiswa dan
dari komunitas masjid Jogokariyan. Ditambah
pemuda. Ketika memasuki masa kerja dan dengan dewan dan pengurus takmir yang
jenjang pernikahan maka dibentuklah Keluarga
merupakan pimpinan utama dari semua
Alumni Remaja Masjid (KURMA). KURMA ini
organisasi tersebut. Maka dari itu, pemilihan
sangat menentukan bagi komunitas ini karena takmir sangat bergantung dari aspirasi
pada proses sosialnya KURMA menjunjung tinggi
organisasi tersebut. Kemudian komposisi
gotong royong dengan solidaritas tinggi dalam
pengurus takmir berasal dari perwakilan
memakmurkan masjid. Oleh karena itu, KURMA organisasi kader tersebut. Kelembagaan yang
mempunyai pertemuan rutin seperti Kongres
berdasarkan segmentasi usia diatas secara
untuk pengurus utama.
sosiologis dapat disebut sebagai agen sosialisasi
Pada cakupan perkumpulan istri-istri dari politik. Perihal ini dikategorikan sebagai
suami-suami yang bergiat di KURMA maka sosialisasi partisipatif seperti keluarga, sekolah,
dibentuklah Ummi-Ummi Muda Masjid kelompok teman sebaya, dan media massa
Jogokariyan (UMMIDA). Kegiatan UMMIDA (Damsar 2010).
sangatlah banyak dan dianggap memiliki peran

JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020) │ 65


Amin Farih

Sedangkan kader diartikan sebagai orang Khamid yaitu pengusaha pengolahan dan
yang diharapkan akan memegang tampuk distributor kayu Mekar Jati di Jogokariyan.
kepemimpinan pada generasi selanjutnya untuk Kekuatan kepemimpinan Jazir juga memberi
suatu institusi sosial. Fakta diatas merupakan karisma tersendiri bagi umat Islam di Surakarta
proses, cara, media atau perbuatan kolektif untuk terutama di Kampung Laweyan. Jaringan
mendidik seseorang menjadi kader. Kaderisasi tersebut diperantarai oleh Heru Tatok yang
kepemimpinan merupakan proses mengemban sebagai koordinator Forum
mempersiapkan seseorang untuk menjadi Silaturahim Antar Masjid (FOSKAM) Solo Raya
pemimpin pengganti di masa depan dan beserta tokoh-tokoh dari Majelis Tafsir Al-Quran
memikul tanggung jawab atas keberadaan suatu
(MTA). Sedangkan Fanni Rahman mempunyai
komunitas (Rivai 2003). Hal tersebut berkaitan
pertemanan yang sangat akrab dengan Akhid
dengan manajemen jaringan sosial (a network
Subiyanto yaitu pemilik Teras Dakwah di
meaning) yang dimiliki oleh komunitas Masjid
Kampung Sorosutan dan Puji Hartono yang
Jogokariyan. Setiap individu tentu mempunyai
jaringan sosial (social network) yang secara mempunyai Pesantren Masyarakat Jogja (PMJ).
sengaja atau terbentuk dengan sendirinya. Pada Tiga orang ini mempunyai visi yang sangat teguh
ulasan berikut adalah mengenai para tokoh tentang kemerdekaan Palestina sehingga mereka
komunitas masjid yang mempunyai jaringan juga mempunyai jaringan diluar negeri seperti
diluar komplek masjid Jogokariyan. Tentu tokoh Syaikh Yusuf Asy-Syalabi yang berasal dari
yang pertama diulas adalah Jazir ASP dimana negara tersebut. Fanni Rahman dengan Swasta
mempunyai jaringan sosial yang strategis Gustami menjadi manajer dalam mengelola
diantara para pemangku kepentingan. Dua tokoh jaringan Islam revivalis. Atas dasar tersebut
Jogokariyan yaitu Jazir ASP dan Fanni Rahman maka jaringan diperluas dan dikelola oleh
diketahui mempunyai jaringan antara lain : komunitas masjid ini untuk konsolidasi Islam
ulama, birokrat, aparat militer, pengusaha, politik. Beberapa jaringan kelembagaan tersebut,
akademis hingga tokoh muslim dari luar negeri. antara lain sebagai berikut (Arrozy 2016) :
Perihal ini berkaitan dengan pengalaman 1. Majelis Intelektual Ulama Indonesia
Jazir yang pernah menjabat sebagai fungsionaris (MIUMI).
PKS. Jazir ASP sebagai dewan syuro takmir 2. Forum Umat Islam (FUI).
Masjid Jogokariyan telah mempunyai berbagai 3. Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI).
banyak jaringan PKS diantara lain: Abu Ridho, 4. Angkatan Muda Forum Ukhuwah
Cholid Mahmud, Zuhrif Hudaya, Sukamta, Asra Islamiyah (AM FUI).
Citra dan mantan pejabat Badan Koordinasi
5. Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK).
Intelijen Negara (BAKIN) yang kagum pada Islam
6. Gerakan Anti-Maksiat (GAM).
tarbiyah yaitu Soeripto. Maka dari itu, ketika Jazir
7. Forum Silaturrahim Remaja Masjid
telah mengenal mantan pejabat BAKIN tersebut,
Yogyakarta (FSRMY).
secara tidak langsung ia mempunyai pertemanan
dengan berbagai mantan personil Kopassus TNI 8. Badan Koordinasi Masjid Ar-Rasul
Angkatan Darat. Sedangkan pada jaringan (Badko Ar-Rasul).
akademisi mempunyai pertemanan dengan 9. Forum Jihad Islam (FJI).
Profesor Kuncoro dan Doktor Bagus Riyono yang 10. Majelis Ulama dan Diploma Mujahidin
merupakan guru besar Psikologi UGM. Pada An-Nabawy.
bidang ekonomi Jazir sangat akrab dengan 11. Syakka EO Islamic Book Fair.

66 │ JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020)


Studi Perubahan Sosial Komunitas

Jazir ASP dan Fanni Rahman merupakan pedoman ( guidance ) dan ketentuan
dua tokoh yang berbeda secara generasi. (rules).
Walaupun Fanni Rahman juga merupakan 5. Menggerakkan para pelaksana dakwah
penerus dari tonggak kepemimpinan agama
untuk segera melaksanakan keputusan
(elite) dari komunitas yang telah dibesarkan
oleh kepemimpinan karismatiknya Jazir yang telah disekapati.
ASP. Oleh karena kewibawaan dan
penguasaan manajemen dakwah Islam Komunitas ini secara tidak langsung
maka kedua tokoh tersebut dapat mampu (indirectly) telah melakukan serangkaian
menggerakkan perubahan sosial yang modernisasi dalam manajemen dakwah
signifikan bagi masyarakat Islam di Islam. Sebagaimana diutarakan oleh G.R.
Kampung Jogokariyan. Lebih dari itu, Terry dalam urutan pokok-pokok seperti
kepiawaian Jazir ASP jika meminjam perencanaan (planning), pengorganisasian
perspektif sosiologi Suzanne Keller dapat (Organizing), penggerakan (Actuating),
membentuk jaringan elit strategis yang pengendalian (Controlling) (Shaleh 1977).
mencakup elit militer, elit ilmu Dengan kemampuan manajerial diatas maka
pengetahuan, elit birokrasi, dan elit dagang menjadi salah satu faktor yang signifikan
yang tersusun dalam masyarakat dalam suatu perubahan sosial dalam
(Kartodirdjo 1981). komunitas ini.
Kewibawaan dan kepemimpinan dakwah Sejalan dengan konsep networking,
(penyampaian) ini berdasarkan konsep interpretasi dan orientasi juga
kemampuan manajemen (managerial menjadi unsur penting dalam
ability) atas pengelolaan suatu komunitas. perkembangan komunitas masjid
Pimpinan dakwah sebagaimana telah Jogokariyan. Keberadaan teks mampu
dikemukakan diatas memiliki serangkaian memberikan penggambaran yang ideal
kecakapan, perhitungan, ketrampilan dan kemudian berasal dari sumber rujukan yang
keahlian menggerakkan orang-orang yang dianggap kebenarannya sehingga teks
berada dibawah kepemimpinannya untuk keagamaan dijadikan pedoman dalam
melaksanakan aktivitas dan kegiatan dalam setiap melakukan perubahan sosial, baik
pencapaian tujuan dakwah yang telah secara individu maupun komunitas. Berikut
ditentukan (Shaleh 1977). Kemampuan merupakan narasi interpretatif (verstehen)
manajemen dakwah dapat diklasifikasikan yang berdasarkan kesimpulan wawancara
melalui sebagai berikut : dengan tiga tokoh dari komunitas ini yaitu
1. Merumuskan kebijakan komunitas dan Jazir ASP, Rizal, dan Fanni Rahman yakni
munculnya problem kebangsaan yang kini
menetapkan tindakan dakwah secara
menjadi bagian dari kehidupan seluruh
kolektif. masyarakat di tanah air kita. Tidak dapat
2. Melakukan penempatan para pelaksana dilepaskan dari implikasi nyata atas
yang kompeten pada sub-komunitas gagalnya peran kelompok masyarakat
melalui suatu organisasi. madani yang melupakan tentang
3. Menjaga solidaritas didalam komunitas keberadaan masjid. Padahal dalam setiap
perubahan sosial yang termaktub dalam
setiap waktu secara luwes. ‘
sejarah Nabi Muhammad (Shirah
4. Mengusahakan tindakan kolektif supaya Nabawiyah) bahwa masjid sebagai pusat
sesuai perencanaan yang ditetapkan peradaban Islam. Maka dari itu, turunan
secara bersama. Dengan melakukan dari ideologi Kemasjidan diatas adalah
instruksi dan petunjuk sesuai dengan sebagai berikut :

JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020) │ 67


Amin Farih

1. Masjid sebagai pusat pemberdayaan Kemasjidan”. Ideologi tersebut perlu diwujudkan


umat dan sosial. melalui tindakan dalam habitual sehari-hari.
2. Masjid sebagai pusat pendidikan Islam. Maka dari itu, Masjid sebagai pusat pendidikan
3. Masjid sebagai pusat dakwah Islam. Islam perlu dilaksanakan mulai anak-anak
4. Masjid sebagai pusat perekonomian muslim, remaja hingga pemuda melalui
internalisasi nilai-nilai Kemasjidan yaitu berbagai
Islam dan perdagangan.
macam kegiatan anak-anak mulai bermain
5. Masjid sebagai pusat pemerintahan “. maupun mengaji bahkan tinggal atau tidur
Konjungsi “sebagai“ atau “as” dalam sesekali perlu dilaksanakan di masjid. Setelah itu
bahasa Inggris memiliki makna perluasan akan timbul rasa kebersamaan Islam (Ukhuwah
(extending) secara fungsional yang Islamiyah) untuk mencintai dan memiliki Masjid.
bersandar pada Shirah Nabawiyah. Kata Maka Masjid dalam perluasannya memiliki
“sebagai“ disini merupakan ekspresi komplek dimana lingkungan sekitar masjid
keagamaan dari berbagai kemungkinan dan membentuk spektrum lingkaran yang telah
kemampuan. Bahkan Jazir lebih merincikan merintis area perdagangan supaya terjadi
pertukaran ekonomis sehingga menimbulkan
lagi pada aspek utilitas masjid adalah sebagai
laba bagi komunitas tersebut. Pada tahap
berikut (Arrozy 2016): selanjutnya bagaimana Masjid ini memberi
1. Sebagai Pusat Ibadah Islam ( Al-Markaz manfaat sebesar-besarnya tentang kebersamaan
Al-’Ibadah Al-Islamiyah ) dalam Islam. Maka ketika fondasi ekonomi Islam
2. Sebagai Pusat Pendidikan dan telah kuat. Tentu dalam meraih kemakmuran
Pengajaran Islam (Li-tarbiyah wa ta’lim) secara ekonomi diperlukan disiplin waktu antara
3. Pusat informasi masyarakat ( Markaz usaha-usaha dagang dengan keseimbangan
Al-Akhbar ) terhadap peribadatan. Maka mengutip
4. Tempat menerima tamu-tamu tokoh pernyataan tokoh Al-Ikhwanul Muslimin yaitu
Hassan Al-Banna bahwa Al-Waajibaat Aktsaru
muslim dari luar negeri ( Al-Makaan Lil-
Minal Auqoot yang berarti kewajiban-kewajiban
Istiqbali Ad-Duyuf Minal Al-Khorij ).
umat muslim lebih banyak daripada waktu yang
5. Sebagai tempat silaturrahim. disediakan oleh Allah SWT. Perihal ini menjadi
6. Tempat mengatur kegiatan masyarakat pola kemiripan sosial terhadap pemaknaan
(Li-Tandzhimi Al-Ansyithoh Al- tentang “waktu” dalam konsepsi Weber ketika
Mujtama’iyah ). melakukan penelitian terhadap Kaum Protestan
7. Pusat pertolongan umat ( Al-Markaz Lil- dengan semangat kapitalisme lokal menyatakan
musa’adah Al-Ummah ). bahwa waktu adalah uang. Kemudian dapat
8. Klinik medis ( Al’Iyadah At-Thabiyah ). dipastikan pasca usaha-usaha ekonomi telah
9. Tempat menginap para musafir (Al- tercapai maka akan meningkat pada tahapan
usaha-usaha politik (political will).
Maskan Lil-Musafir ).
10. Tempat penyelesaian sengketa (At-
Simpulan
Taswiyah Lil-Munaazaah ).
11. Tempat pembinaan mualaf (Al-Makaan Gerak perubahan sosial komunitas Masjid
Lil-Irsyaadi Mualaf ). Jogokariyan berlangsung secara bertahap dalam
periodisasi historis yang dinaungi afiliasi
Jazir ASP dan Rizal merupakan ideolog yang semangat revivalisme Islam dalam bentuk yang
memberikan arti dan makna tentang “ Ideologi berubah dari Islam Tarbiyah yang bergerak pada

68 │ JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020)


Studi Perubahan Sosial Komunitas

ranah pendidikan lingkungan keluarga hingga kepemimpinan agama dua tokoh yaitu Jazir ASP
institusi formal beserta konsolidasi politik pada dan Fanni Rahman dan penguasaan manajemen
pusaran Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dari dakwah yang baik maka unit ekonomi tersebut
keberadaan Masjid Jogokariyan tersebut mampu mampu menunjang keberadaan masjid beserta
memberikan penanaman pendidikan Islam bagi komunitasnya. Perihal ini menjadi ciri khas
jamaah semua usia sehingga dengan gerakan Islam perkotaan kontemporer di
konsekuensi logis tersebut mampu perkampungan Jawa. Dengan eksistensi
menimbulkan unit-unit ekonomi. Unit ekonomi komunitas masjid kampung ini pada setiap
dikelola dengan kemampuan manajemen dan dekade sejarah maka dapat diambil suatu sintesa
pemasaran ke jaringan yang dimiliki tokoh-tokoh bahwa faktor kebangunan agama mampu
komunitas Jogokariyan tersebut. Dengan menciptakan gerakan ekonomi-politik.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin. 2000. Metodologi Studi Agama. Kata Penga. ed. Norma Permata. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Abercrombie, Nicholas, Stephen Hill, and Bryan Turner. 2010. Kamus Sosiologi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ali, Asad Said. 2009. Negara Pancasila : Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta: LP3ES.
Arrozy, Ahmad. 2016. Working Paper. “ Catatan. Yogyakarta: Forum Kominda Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Asliyansyah, Yayan. 2016. “Peranan Remaja Masjid Dalam Pendidikan Karakter: Studi Masjid
Jogokariyan Yogyakarta.” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Berger, Peter. 1982. Piramida Pengorbanan Manusia. ed. Prasetyo. Bandung: Penerbit Iqra.
Damsar, Aziz. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana Group.
Kartodirdjo, Sartono. 1981. Elite Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: LP3ES.
Kolip, Usman & Elly Setiadi. 2013. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana Group.
Mannheim, Karl. 1954. Ideology and Utopia. London: Routledge & Kegan Paul Ltd.
Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial : Sketsa Teori Dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Shaleh, Rosyad. 1977. Management Da’wah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Soemardjan, Selo. 1986. Perubahan Sosial Di Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Titi, Handayani, Dharma Gupta, and Ignatius Hadiyanta. 2007. Toponim Kota Yogyakarta.
Yogyakarta: Dinas Kebudayaan DIY.
Weber, Max. 2000. Etika Protestan Dan Semangat Kapitalisme. ed. Yusup Priyasudiarja. Surabaya:
Promethea.

JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020) │ 69


Amin Farih

70 │ JPW (Jurnal Politik Walisongo) – Vol. 2, No. 1 (2020)

Anda mungkin juga menyukai