Pedoman Pelayanan Juli 2022
Pedoman Pelayanan Juli 2022
INSTALASI HEMODIALISIS
RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA JEMURSARI
Disusun oleh :
Instalasi Hemodialisis
Visi
Misi
Ketua Yayasan
Rumah Sakit Islam Surabaya
Disusun oleh :
Instalasi Hemodialisis
Disetujui oleh :
Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan
Ditetapkan oleh :
Direktur Utama RS Islam Jemursari Surabaya
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamualaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif yang ditandai dengan penumpukan sisa
metabolisme (toksik uremik) di dalam tubuh(Muttaqin & Sari, 2011). Penyakit ginjal
kronik adalah keadaan dimana terjadi kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal
dan ditandai dengan uremia dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah,
serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal(Nursalam &
Batticaca, 2011).
Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National
Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal ginjal kronis sebagai
suatu kerusakan ginjal dimana nilai dari GFR nya kurang dari 60 mL/min/1.73 m2
selama tiga bulan atau lebih. Dimana yang mendasari etiologi yaitu kerusakan massa
ginjal dengan sklerosa yang irreversibel dan hilangnya nephrons ke arah suatu
kemunduran nilai dari GFR.
Tahapan penyakit ginjal kronis berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke
waktu. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) mengklasifikasikan
gagal ginjal kronis sebagai berikut:
1. Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR >90 mL/min/1.73 m2)
2. Stadium 2: ringan (GFR 60-89 mL/min/1.73 m2)
3. Stadium 3: sedang (GFR 30-59 mL/min/1.73 m2)
4. Stadium 4: gagal berat (GFR 15-29 mL/min/1.73 m2)
5. Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 mL/min/1.73 m2)
Pada penyakit ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-tanda
kerusakan ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin yang abnormal.
B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman Pelayanan Hemodialisis ini bertujuan sebagai acuan dalam memberikan
pelayanan di Instalasi Hemodialisis yang berorientasi pada keselamatan pasien serta
dapat meningkatkan mutu pelayanan.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Penyakit ginjal kronik(PGK) adalah suatu kondisi kerusakan ginjal yang terjadi
selama 3 bulan atau lebih, abnormalitas struktural atau fungsi ginjal, dengan atau
tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang bermanifestasi sebagai
kelainan patologis atau kerusakan ginjal, termasuk ketidakseimbangan komposisi
zat di dalam darah atau urine serta ada tidaknya gangguan hasil pemeriksaan
pencitraan.
2. Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat
khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat laju filtrasi glomerulus
yang rendah sehingga diharapkan dapat memperpanjang usia dan meningkatkan
kualitas hidup pasien.
3. Instalasi Hemodialis adalah tempat pelayanan hemodialisis yang terdiri dari minimal
4 mesin dialisis di dukung dengan unit pemurnian air (water treatment) dan
peralatan pendukung serta mempunyai tenaga medis, minimal terdiri dari 2
perawat mahir HD, 1 dokter bersertifikat HD yang diawasi oleh 1 orang dokter
internis yang bersertifikat HD dan disupervisi oleh 1 orang Internis-Konsultan Ginjal
Hipertensi (KGH)
4. Terapi pengganti ginjal adalah terapi pengganti fungsi ginjal untuk memperpanjang
dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal.
5. KGH (Konsultan Ginjal Hipertensi) adalah seorang dokter yang memiliki kualifikasi
Subspesialis ginjal hipertensi.
6. Pelayanan pasien di Instalasi Hemodialisis meliputi :
a. Skrining hemodialisis
b. Pelayanan pasien hemodialisis rawat jalan
c. Pelayanan pasien hemodialisis yang berasal dari rawat inap, dan IPI
d. Pelayanan pasien hemodialisis cito
e. Pelayanan traveling hemodialisis
f. Pelayanan hemodiafiltrasi
g. Pelayanan hemodialisis pada pasien dengan penyakit menular.
h. Pendokumentasian
7. Pelayanan pasien inisiasi hemodialisis adalah pelayanan pada pasien yang pertama
kali ke Instalasi Hemodialisis untuk dilakukan tindakan hemodialisis atas rujukan
nefrologist atau dokter yang bertanggung jawab.
8. Pelayanan pasien hemodialisis rawat jalan adalah pelayanan hemodialisis pada
pasien yang sudah terjadwal rutin di Instalasi Hemodialisis.
9. Pelayanan pasien hemodialisis rawat inap adalah pelayanan hemodialisis pada
pasien yang membutuhkan tindakan hemodialisis pada saat pasien menjalani
perawatan/rawat inap di rumah sakit.
10. Pelayanan hemodialisis cito adalah pelayanan hemodialisis pada pasien diluar
jadwal rutin atau pasien dengan indikasi kegawatan.
11. Traveling hemodialisis adalah pelayanan hemodialisis pada pasien yang berasal dari
rumah sakit/fasilitas pelayanan dialisis lain disertai dengan surat traveling dialisis
dari rumah sakit asal.
12. Hemodiafiltrasi (HDF) adalah proses pembersihan darah dengan teknik penggantian
ginjal ekstrakorporeal menggunakan membrane yang sangat permeabel dimana
hemodialisis (difusi) dan hemodiafiltrasi (konveksi) dikombinasikan untuk
meningkatkan pembersihan zat terlarut pada spektrum berat molekul yang luas.
13. Double lumen adalah akses vaskuler yang dibuat pada pasien yang membutuhkan
hemodialisis terutama pasien yang baru menjalani HD (pasien inisiasi hemodialisis).
14. Arteriovenous Shunt (AV Shunt) adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
menghubungkan arteri radialis dengan vena cephalica, sehingga terjadi fistula
arteriovena sebagai akses dialisis.
15. Skrining Hemodialisis adalah pemeriksaan awal untuk menentukan apakah pasien
memiliki riwayat penyakit menular/tidak sebelum dilakukan tindakan hemodialisis
16. Sistem Single Use adalah alat yang digunakan pada terapi hemodialisis untuk satu
kali pemakaian.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 512/Menkes/Per/V/2007
tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 290/Menkes/Per/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Medis.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Perawat.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 812/MENKES/PER/VII/2010
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1796/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
10. Pedoman Pelayanan Hemodialisis di Sarana Pelayanan Kesehatan, Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Medik Spesialistik Tahun 2008.
BA B II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Atas dasar tersebut diatas, maka perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan
mendayagunakan sumber-sumber yang ada, dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah
meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan kemampuan tenaga yang ada. Berikut adalah
distribusi ketenagaan di Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari :
1. Kepala Instalasi Hemodialisis : 1 orang dokter Sp.PD-KGH.
2. Kepala Ruang Instalasi Hemodialis : 1 orang perawat bersertifikat mahir HD.
3. Dokter Pelaksana HD/Jaga : 1 orang dokter umum.
4. Perawat pelaksana : 27 orang dengan rincian
a. Bersertifikat HD/Mahir HD : 17 orang.
b. Belum bersertifikat HD : 10 orang.
Standar minimal : 4 mesin HD dengan 2 perawat mahir HD
5. Pekarya : 1 orang
C. PENGATURAN JAGA
Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari memberikan pelayanan yang terbagi dalam 2
shift. Adapun pengaturan jadwal jaga di Instalasi Hemodialisis adalah sebagai berikut :
1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hypertensi.
Jadwal praktik dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hypertensi (Sp.PD-KGH)
menyesuaikan jadwal poli.
2. Dokter Umum.
Jadwal jaga dokter umum di Instalasi Hemodialisis, 6 hari kerja yang terbagi dalam 1 shift :
a. Senin s/d Jum’at : Jam 07:00 WIB s/d Jam 14:00 WIB.
b. Sabtu : Jam 07:00 WIB s/d Jam 12:00 WIB.
c. Minggu/Libur : Libur.
3. Perawat Pelaksana.
Jadwal jaga perawat pelaksana di Instalasi Hemodialisis, 6 hari kerja yang terbagi dalam 2
shift :
a. Shift Pagi : Jam 06:30 WIB s/d Jam 13:30 WIB.
b. Shift Siang : Jam 11:00 WIB s/d Jam 18:00 WIB.
c. Minggu/Libur : Libur.
Daftar jaga dibuat oleh Kepala Ruangan Instalasi Hemodialisis.
4. Pekarya
Jadwal jaga pekarya di Instalasi Hemodialisis, 6 hari kerja yang terbagi dalam 1 shift :
a. Senin s/d Jum’at : Jam 07:00 WIB s/d Jam 14:00 WIB.
b. Sabtu : Jam 07:00 WIB s/d Jam 12:00 WIB.
c. Minggu/Libur : Libur.
Daftar jaga dibuat oleh Kepala Ruangan Instalasi Hemodialisis.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Gambar 3.1 : Denah Ruang Instalasi Hemodialisis
B. STANDAR FASILITAS
1. Pembagian Ruangan.
a. Ruang Pelayanan Hemodialisis non Infeksius.
Ruang untuk memberikan pelayanan hemodialisis pada pasien non infeksius, baik
yang berasal dari rawat jalan maupun rawat inap.
b. Ruang Pelayanan Hemodialisis Isolasi Airborne.
Ruang untuk memberikan pelayanan hemodialisis pada pasien infeksius dengan
transmisi airborne seperti pada pasien Tb Paru, baik yang berasal dari rawat
jalan maupun rawat inap.
c. Ruang Pelayanan Hemodialisis Isolasi non Airborne.
Ruang untuk memberikan pelayanan hemodialisis pada pasien infeksius dengan
transmisi non airborne seperti pada pasien hepatitis B, baik yang berasal dari
rawat jalan maupun rawat inap. Mesin hemodialiasis yang digunakan pada pasien
dengan hepatitis B berbeda dengan mesin yang digunakan pada pasien non isolasi
dan pasien isolasi airborne.
d. Ruang Pelayanan Hemodialisis Isolasi Khusus.
Ruang untuk memberikan pelayanan hemodialisis pada pasien COVID-19.
e. Ruang Pelayanan Hemodiafiltrasi.
Ruang untuk memberikan pelayanan hemodialisis pada pasien non infeksius baik
yang berasal dari rawat jalan maupun rawat inap dengan menggunakan mesin
hemodiafiltrasi (HDF).
f. Ruang Tunggu Pasien.
Ruang tunggu keluarga pasien hemodialisis selama pasien dalam proses
pelayanan hemodialisis.
g. Gudang Bahan Habis Pakai
Ruang untuk menyimpan bahan habis pakai yang diperlukan dalam memberikan
pelayanan hemodialisis.
h. Musholla.
Ruang untuk keluarga pasien dan petugas untuk beribadah.
2. Pembagian Mesin Hemodialisis.
a. Mesin hemodialisis dibedakan menjadi :
1) Mesin hemodialisis untuk pasien non infeksius.
2) Mesin hemodialisis untuk pasien isolasi airborne Instalasi Hemodialisis.
3) Mesin hemodialisis untuk pasien isolasi non airborne Instalasi Hemodialisis
b. Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari dalam pelaksanaan
hemodialisis menggunakan sistem single use dialyzer.
3. Sarana dan Prasarana Minimal Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari.
Daftar sarana dan prasarana minimal Instalasi Hemodialisis adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 : Sarana dan Prasarana Minimal Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya
Jemursari.
No Sarana dan Prasarana Keterangan
1 Gedung (-)
2 Ventilasi AC 2 PK (11 buah)
3 Penerangan 20 Watt (10 buah)
4 Air bersih, mengalir Kurang lebih 20.000/lt/pekerja/RO/Hr
5 Daya listrik 3000VA
6 Tata Ruang
a. Ruang tunggu 6 m2
b. Ruang Administrasi/Arsip 2 m2
c. Ruang Rehat 3 m2
d. Toilet 8 m2
e. Ruang BHP 5 m2
7 Nurse Station 6 m2
8 Ruang Water Treatment 6 m2
4. Jenis Peralatan dan Obat-Obatan Instalasi Hemodialis RS Islam Surabaya Jemursari.
Daftar peralatan dan obat emergency Instalasi hemodialisis RS Islam Surabaya
Jemursari adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 : Peralatan Minimal dan Obat Emergency Instalasi Hemodialisis RS Islam
Surabaya Jemursari.
No Nama Peralatan Jumlah Keterangan
1 Minor set 1 buah Baik
2 Bak instrument Sesuai kebutuhan Baik
3 Kom kecil Sesuai kebutuhan Baik
4 Klem lurus Sesuai kebutuhan Baik
5 Gunting balut 1 buah Baik
6 Timbangan 2 buah Baik
7 Tensi meter 11 buah Baik
8 Stetoscope 2 buah Baik
9 Termometer 2 buah Baik
10 Tourniquet Sesuai kebutuhan Baik
11 Suction 1 buah Baik
12 Monitor 1 buah Baik
13 Gelas ukur 5 buah Baik
14 Manometer 5 buah Baik
15 Monitor SPO2 1 buah Baik
16 Ambubag 1 buah Baik
17 Alat GDA 1 buah Baik
18 Hollow fiber/dialiser 1 Baik
19 Bloodline 1 Baik
20 AV vistula 1 Baik
21 Disposible syringe 1 Baik
22 Kasa steril 1 Baik
23 Oksigen tabung 1 Baik
24 Bahan desinfektan mesin 1 Baik
25 Mesin HD 48 Baik
26 Mesin HD khusus HbsAg positif 2 Baik
27 Mesin HDF 1 Baik
No Nama Perlengkapan Keselamatan Jumlah Keterangan
1 Alat Pemadam Api (APAR) 1 buah Baik
2 Google Sesuai kebutuhan Baik
3 Skort Sesuai kebutuhan Baik
4 Sarung tangan Sesuai kebutuhan Baik
5 Waskom/Wastafel Sesuai kebutuhan Baik
6 Tempat jarum Sesuai kebutuhan Baik
7 Desinfektan Sesuai kebutuhan Baik
8 Perlengkapan P3K Sesuai kebutuhan Baik
No Nama Obat Emergency Dosis Sediaan Keterangan
1 Adrenalin 1 ampul Baik
2 Dexametason 10 mg Baik
3 Dopamin 50 mg dan 200 mg Baik
4 Heparin 5000 iu 5000 iu/ml Baik
5 Dextrose 40% 25 ml Baik
6 Diazepam 10 ml Baik
7 Lidocain Hcl 2% 20 mg/ml Baik
8 Dextrose 5% dan 10% 500 ml Baik
9 Nifedipin 5 mg Baik
10 Captopril 12,5 mg Baik
11 Isosorbid dinitrat (ISDN) 5 mg Baik
12 Paracetamol 500 mg Baik
13 alkohol 70% Sesuai kebutuhan Baik
14 Antiseptik Sesuai kebutuhan Baik
5. Standar Alat Pencatatan dan Pelaporan di Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya
Jemursari
Standar pencatatan dan pelaporan di Instalasi Hemodialisis tertulis dan dilaporkan
dalam rekam medis elektronik (RME)
Tabel 3.3 : Standar pencatatan dan pelaporan di Instalasi Hemodialisis RS Islam
Surabaya Jemursari.
No Judul Rekam Medik Kode RM
1 Pengkajian khusus pasien hemodialisis RM 38.1 (K)
2 Persetujuan/Penolakan hemodialisis RM 32.3 (K)
3 Pesanan post dialisis RM 38.2 (K)
4 Informed Concent RM 32 (K)
5 Observasi harian (EWS) RM 26.3
No Rekam Medis Tambahan (Rawat Inap dan ICU) Kode RM
1 Serah terima RM 11
2 Persetujuan/Penolakan transfusi darah RM 32.2 (K)
3 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) RM 26
4 Komunikasi efektif RM 26.1
5 Catatan Keperawatan RM 26.2
6 Surat keterangan kematian RM 40.2 (K)
7 Permohonan bimbingan rohani pasien non muslim RM 47 (K)
8 Pelayanan husnul khotimah RM 47.1 (K)
9 Penolakan tindakan resusitasi RM 52 (K)
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. SKRINING HEMODIALISIS
1. Skrining hemodialisis dilakukan pada pasien baru HD (pasien inisiasi
hemodialisis)/pasien yang belum pernah mendapatkan pelayanan hemodialisis di
RS Islam Surabaya Jemursari.
2. Skrining hemodialisis meliputi, pemeriksaan laboratorium Anti HCV, Anti HIV,
HbsAg Elisa dan Swab Antigen/PCR COVID.
3. Skrining hemodialisis dilakukan dengan tujuan untuk menentukan mesin HD yang
akan digunakan dan ruang pelaksanaan HD (infeksius/tidak, isolasi/non isolasi).
4. Pasien hemodialisis dengan hasil skrining Anti HIV positif tidak dapat dilayani di
RS Islam Surabaya Jemursari, dan dirujuk ke RS lain yang melakukan pelayanan
hemodialisis dengan HIV positif.
5. Pasien hemodialisis dengan hasil skrining HbsAg positif dilayani dengan
menggunakan mesin tersendiri (Infeksius) yang ditempatkan di tempat terpisah.
6. Pasien hemodialisis dengan hasil skrining Swab Antigen/PCR COVID positif
dilayani diruang isolasi khusus Instalasi Hemodialisis.
C. PELAYANAN PASIEN HEMODIALISIS YANG BERASAL DARI RAWAT INAP DAN IPI
1. Pelayanan Pasien HD dari Rawat Inap
a) Petugas ruang rawat inap meminta persetujuan tindakan hemodialisis
kepada pasien/keluarga yang tertulis dalam form rekam medis
persetujuan/penolakan hemodialisis (RM 32.3(K)).
b) Petugas diruang rawat inap mendaftarkan pasien yang membutuhkan
tindakan HD kepada petugas hemodialisis.
c) Petugas diruang rawat inap menginformasikan bahwa pasien yang
membutuhkan tindakan HD adalah pasien HD rutin RS Islam Surabaya
Jemursari ataukah pasien baru HD.
d) Petugas hemodialisis menanyakan kondisi pasien, hasil pemeriksaan
laboratorium dan radiologi.
e) Untuk pasien rawat inap yang membutuhkan tindakan HD untuk pertama kali
(baru) harus melakukan skrining HD yang meliputi pemeriksaan laboratorium
Anti HCV, Anti HIV, HbsAg elisa.
f) Petugas ruang hemodialisis memberikan jadwal HD kepada petugas ruang
rawat inap.
g) Petugas ruang rawat inap menginformasikan kepada petugas ruang
hemodialisis tentang hasil skrining HD.
h) Petugas ruang rawat inap mengantar pasien ke Instalasi Hemodialisis sesuai
jadwal yang telah ditentukan.
i) Petugas ruang rawat inap melakukan serah terima pasien dengan petugas
hemodialisis pada saat pasien tiba diruang hemodialisis.
j) Petugas ruang hemodialisis melakukan identifikasi, cek persetujuan tindakan
hemodialisis dan hasil pemeriksaan serta melakukan anamnesis.
k) Pasien ditempatkan di tempat tidur sesuai dengan indikasi (infeksius/non
infeksius) kemudian petugas hemodialisis melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital dan melakukan tindakan hemodialisis sesuai SPO dan prescribe
HD.
l) Petugas ruang hemodialisis mendokumentasikan tindakan dan hal-hal lain
terkait tindakan hemodialisis yang sudah dilakukan dalam rekam medis
elektronik (RME).
m) Petugas ruang hemodialisis melakukan observasi kondisi pasien pre, intra
dan post hemodialisis.
n) Petugas hemodialisis menginformasikan kepada petugas ruang rawat inap
bahwa tindakan hemodialisis sudah selesai dilakukan dan pasien siap untuk
dijemput kembali keruang rawat inap.
o) Petugas ruang hemodialisis melakukan serah terima dengan petugas ruang
rawat inap.
p) Petugas ruang rawat inap membawa pasien kembali keruang rawat inap.
2. Pelayanan Pasien HD dari Instalasi Perawatan Intensif (IPI)
a) Pelayanan hemodialisis pada pasien yang berasal dari Instalasi Perawatan
Intensif (IPI) dilakukan diruang IPI.
b) Petugas IPI meminta persetujuan tindakan hemodialisis kepada
pasien/keluarga yang tertulis dalam form rekam medis
persetujuan/penolakan hemodialisis (RM 32.3(K)).
c) Petugas IPI menginformasikan kepada petugas hemodialisis bahwa ada
pasien diruang IPI yang membutuhkan tindakan hemodialisis.
d) Petugas IPI melengkapi skrining HD apabila pasien tersebut adalah pasien
baru HD, dan melaporkan hasil skrining kepada DPJP dan petugas
hemodialisis.
e) Petugas hemodialisis mendatangi ruang IPI untuk melakukan tindakan
hemodialisis.
f) Petugas hemodialisis menyiapkan mesin HD.
g) Mesin hemodialisis yang berada di IPI dibedakan menjadi 2 mesin, yaitu
mesin HD non infeksius dan mesin HD infeksius yang digunakan untuk pasien
HD dengan HbsAg positif.
h) Petugas hemodialisis mendampingi pasien di IPI selama proses hemodialisis
berlangsung.
i) Petugas hemodialisis mendokumentasikan hal-hal terkait tindakan
hemodialisis yang sudah dilakukan di dalam rekam medis elektronik (RME)
j) Petugas hemodialisis merapikan kembali mesin HD yang sudah dilakukan.
k) Petugas hemodialisis meninggalkan IPI apabila proses hemodialisis sudah
selesai dilakukan.
F. PELAYANAN HEMODIAFILTRASI
1. Prosedur pendaftaran sama dengan pelayanan hemodialisis rawat jalan.
2. Pelayanan hemodiafiltrasi tidak dianjurkan untuk diberikan pada pasien gagal
ginjal kronik dengan cardiomyopathy.
3. Pelayanan hemodiafiltrasi di Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari
tidak bisa digunakan pada pasien infeksius (HbsAg positif maupun Tb paru).
H. PENDOKUMENTASIAN
1. Petugas mendokumentasikan hal-hal terkait pelaksanaan yang sudah dilakukan
dalam rekam medis elektronik (RME).
2. Rekam medis elektronik (RME) yang harus diisi pada pasien hemodialisis rawat
jalan diantaranya :
a. Persetujuan/penolakan hemodialisis (RM 32.3(K))
b. Pengkajian khusus pasien hemodialisis (RM 38.1(K))
c. Observasi harian/EWS (RM 26.3)
3. Rekam medis elektronik (RME) yang harus diisi pada pasien hemodialisis rawat
inap dan IPI diantaranya :
a. Pengkajian khusus pasien hemodialisis (RM 38.1(K))
b. Observasi harian pasien/EWS (RM 26.3)
c. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi/CPPT (RM 26)
d. Catatan keperawatan (RM 26.2)
e. Pesanan post dialisis (RM 38.2(K))
f. Serah terima (RM 11)
4. Rekam medis elektronik (RME) lain yang diisi pada kondisi tertentu (mengalami
penurunan kondisi dan meninggal), diantaranya :
a. Permohonan bimbingan rohani pasien non muslim (RM 47(K)).
b. Pelayanan husnul khotimah (RM 47.1(K)).
c. Penolakan resusitasi (RM 52(K)).
d. Surat keterangan kematian (RM 40.2(K)).
5. Lembar RME yang sudah ditulis di periksa kembali dan diverifikasi oleh dokter
Sp.Pd-KGH.
I. HAL TERKAIT DENGAN TATA LAKSANA PELAYANAN HEMODIALISIS
1. Pasien hemodialisis yang berasal dari rawat inap/IPI yang memerlukan transfusi
darah durante HD, maka permintaan darah ke bank darah RS disiapkan oleh
petugas ruang rawat inap/IPI.
2. Petugas rawat inap sudah membawa sediaan transfusi darah sesuai advis yang
diminta dokter Sp.PD.KGH beserta bahan habis pakai yang dibutuhkan (BHP)
pada saat mengantar pasien ke Instalasi Hemodialisis.
3. Petugas rawat inap meminta persetujuan transfusi darah kepada pasien/keluarga
yang didokumentasikan dalam RM 32.2(K) (persetujuan/penolakan transfusi
darah) sebelum pemberian transfusi dilakukan.
4. Petugas hemodialisis mengecek kembali apakah pasien/keluarga sudah
menandatangani surat persetujuan pemberian transfusi darah.
5. Petugas hemodialisis mencatat/mendokumentasikan pemberian transfusi darah
dilembar catatan keperawatan meliputi, nomor kantong darah, golongan darah
serta jumlah volume darah (dalam cc) yang diberikan.
6. Apabila pasien HD rutin tidak bisa datang pada jadwal yang sudah ditentukan,
maka pasien menginformasikan kepada petugas dan meminta jadwal pelaksanaan
HD di hari lain.
7. Doubel lumen disarankan untuk dilakukan pada pasien baru HD (Pasien inisiasi
hemodialisis). Tindakan pemasangan double lumen dilakukan di Instalasi
Hemodialisis oleh dokter spesialis BTKV.
8. Pemakaian doubel lumen maksimal 3 bulan atau sesuai indikasi, selanjutnya
apabila pasien membutuhkan HD regular, maka pasien tersebut diarahkan untuk
melakukan tindakan pemasangan AV Shunt.
9. Tindakan pemasangan AV Shunt dilakukan di Instalasi Bedah Sentral oleh dokter
spesialis BTKV.
10. Apabila pasien HD rawat jalan mengalami penurunan kondisi pada saat
pelaksanaan HD berlangsung maka hemodialisis dihentikan, stabilkan kondisi
pasien kemudian pasien diantar ke Instalasi Gawat Darurat bagian resusitasi,
dan diantar ke IPI bila pasien HD berasal dari rawat inap.
11. Apabila pasien mengalami apnea di Instalasi Hemodialisis, maka segera aktifkan
code blue, dan lengkapi berkas kematian apabila pasien meninggal di Instalasi
Hemodialisis.
BAB V
LOGISTIK
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik
itu bagi pekerjanya,perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan disekitar tempat
kerja tersebut.
Instalasi Hemodialisis sebagai salah satu sarana kegiatan kegiatan pelayanan
kesehatan, wajib mengetahui dan memahami serta melaksanakan undang-undang dan
peraturan K3. Panitia K3 Rumah Sakit telah menetapkan pedoman Keselamatan Kerja yang
menjadi acuan penyelenggaraan K3 di ruang Instalasi hemodialisis untuk mengurangi
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan hidup sehat karyawan yang bekerja di Instalasi
Hemodialisis dan guna mencapai derajat kesehatan yang optimal dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Menurunnya angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di Instalasi
Hemodialisis Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari.
b. Meningkatnya perhatian terhadap ruang dan cara kerja yang sehat di Instalasi
Hemodialisis Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari.
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan seoptimal mungkin sesuai dengan
tuntutan masyarakat. Sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan secara
profesional, yang lebih baik, lebih ramah dan bermutu.
2. Tujuan Khusus
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan maka harus ditunjang dengan sumber
daya manusia yang berkompeten dan professional.
B. RINCIAN KEGIATAN
1. Melakukan evaluasi dan memberikan bimbingan kepada staff.
2. Membuat data dan informasi tentang pelayanan hemodialisis serta analisisnya.
3. Mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh petugas Instalasi Hemodialisis setiap
bulannya.
4. Mengisi format pencapaian indikator mutu Instalasi Hemodialisis.
5. Menyebarkan angket tentang kepuasan pasien.
Syukur Alhamdulliah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmat-Nya, sehingga kita dapat menyelesaikan buku tentang Pedoman
Pelayanan Instalasi Hemodialisis. Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Hemodialisis ini
mempunyai peran penting karena bermanfaat sebagai panduan dalam melaksanakan
kegiatan di Instalasi Hemodialisis.
Upaya terus menerus untuk mengacu pada standar pelayanan terbaik adalah harapan
daripada konsumen kesehatan. Melalui pelayanan prima, diharapkan kualitas hidup para
penderita gagal ginjal kronis dapat ditingkatkan. Penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi
Hemodialisis ini merupakan langkah awal menuju suatu proses yang panjang, sehingga
memerlukan kerjasama dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk tercapaianya
sebuah tujuan.Pedoman Pelayanan Instalasi Hemodialisis ini dibuat agar dapat dijadikan
acuan pelaksanaan pelayanan di Instalasi Hemodialisis agar pelayanan dapat berjalan
dengan baik dan terstandar sehingga tercipta pelayanan yang aman dan professional.
Demikian harapan kami atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Saran dan kritik kami nantikan untuk pengembangan Instalasi Hemodialisis di masa
mendatang. Tak lupa kami ucapkan permintaan maaf apabila dalam penyusunan Pedoman
Pelayanan Instalasi Hemodialisis ini ada kalimat atau susunan kata yang tidak berkenan.
Semoga buku Pedoman Pelayanan Instalasi Hemodialisis dapat bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik., 2008. Pedoman
Pelayanan Hemodialisis Di Sarana Pelayanan Kesehatan.
National Kidney Foundation., 2009. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative
(K/DOQI)
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan., 2007. Izin Praktik Dan Pelaksanaan
Praktik Praktik Kedokteran No. 512/Menkes/Per/V/2007
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan., 2010. Penyelenggaraan Pelayanan
Dialisis Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan No. 812/Menkes/Per/VII/2010