Anda di halaman 1dari 31

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI HEMODIALISIS
RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA JEMURSARI

Disusun oleh :
Instalasi Hemodialisis

Jl. Jemursari No. 51-57, Surabaya 60237


Telp. (031) 8471877-78, Fax. (031) 8414877
Email : rsis_js@yahoo.co.id, Website : www.rsisjs.com
SURAT KEPUTUSAN

RSI SURABAYA JEMURSARI


"Salam Senyum Ramah Ikhlas"

Visi

Menjadi Rumah Sakit Islam Terkemuka dan Terpercaya dalam


Pelayanan, Pendidikan, dan Penelitian

Misi

1. Mengembangkan manajemen rumah sakit islam untuk mendukung


pelayanan, pendidikan, dan penelitian yang berkualitas, profesional
dan bersinergi.
2. Meningkatkan kinerja, kompetensi dan kesejahteraan karyawan
secara berkelanjutan.
3. Menyediakan sarana dan prasarana rumah sakit yang mendukung
peningkatan mutu berkelanjutan.
4. Meningkatkan kualitas dalam rangka menjamin kepuasaan
pemangku kepentingan (stake holder).

Ketua Yayasan
Rumah Sakit Islam Surabaya

Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA


Keputusan Direktur
Nomor JS.A.SKR.652.03.19
Tentang
Pedoman Pelayanan Instalasi Hemodialisis
RS Islam Jemursari Surabaya

Disusun oleh :
Instalasi Hemodialisis

dr. Artharia Tjempakasari, Sp.PD-KGH

Disetujui oleh :
Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan

dr. Dyah Yuniati, Sp.S

Ditetapkan oleh :
Direktur Utama RS Islam Jemursari Surabaya

dr. Bangun Trapsila Purwaka, SpOG(K)-KFM.,M.Kes

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan


ridhoNya Pedoman Pelayanan Instalasi Hemodialisis di RS Islam Jemursari
dapat dibuat.Pedoman ini akan dijadikan panduan dalam segenap struktural
maupun pegawai RS Islam Jemursari dalam memberikan pelayanan hemodialisis
yang aman dan bermutu pada pasien.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh


pihak yang terlibat dalam penyusunan Pedoman Pelayanan Hemodialisis di RS
Islam Jemursari, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Pedoman ini akan terus mengalami perbaikan kedepan seiring dengan
peningkatan pengetahuan Rumah Sakit terhadap kesehatan yang ada.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam


penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi Hemodialisis di RS Islam Jemursari
ini, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Semoga amal
kebaikan diterima oleh Allah SWT.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 1 Januari 2022


Kepala Instalasi Hemodialisis

dr. Artharia Tjempakasari, Sp.PD-KGH

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif yang ditandai dengan penumpukan sisa
metabolisme (toksik uremik) di dalam tubuh(Muttaqin & Sari, 2011). Penyakit ginjal
kronik adalah keadaan dimana terjadi kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal
dan ditandai dengan uremia dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah,
serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal(Nursalam &
Batticaca, 2011).
Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National
Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal ginjal kronis sebagai
suatu kerusakan ginjal dimana nilai dari GFR nya kurang dari 60 mL/min/1.73 m2
selama tiga bulan atau lebih. Dimana yang mendasari etiologi yaitu kerusakan massa
ginjal dengan sklerosa yang irreversibel dan hilangnya nephrons ke arah suatu
kemunduran nilai dari GFR.
Tahapan penyakit ginjal kronis berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke
waktu. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) mengklasifikasikan
gagal ginjal kronis sebagai berikut:
1. Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR >90 mL/min/1.73 m2)
2. Stadium 2: ringan (GFR 60-89 mL/min/1.73 m2)
3. Stadium 3: sedang (GFR 30-59 mL/min/1.73 m2)
4. Stadium 4: gagal berat (GFR 15-29 mL/min/1.73 m2)
5. Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 mL/min/1.73 m2)
Pada penyakit ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-tanda
kerusakan ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin yang abnormal.

B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman Pelayanan Hemodialisis ini bertujuan sebagai acuan dalam memberikan
pelayanan di Instalasi Hemodialisis yang berorientasi pada keselamatan pasien serta
dapat meningkatkan mutu pelayanan.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pedoman pelayanan Instalasi Hemodialisis membahas mengenai :
1. Skrining hemodialisis.
2. Pelayanan pasien hemodialisis rawat jalan.
3. Pelayanan pasien hemodialisis yang berasal dari rawat inap, dan IPI.
4. Pelayanan pasien hemodialisis cito.
5. Pelayanan traveling hemodilisis.
6. Pelayanan Hemodiafiltrasi (HDF).
7. Pelayanan hemodialisis pada pasien dengan penyakit menular.
8. Pendokumentasian.
9. Hal terkait dengan tata laksana pelayanan hemodialisis.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Penyakit ginjal kronik(PGK) adalah suatu kondisi kerusakan ginjal yang terjadi
selama 3 bulan atau lebih, abnormalitas struktural atau fungsi ginjal, dengan atau
tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang bermanifestasi sebagai
kelainan patologis atau kerusakan ginjal, termasuk ketidakseimbangan komposisi
zat di dalam darah atau urine serta ada tidaknya gangguan hasil pemeriksaan
pencitraan.
2. Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat
khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat laju filtrasi glomerulus
yang rendah sehingga diharapkan dapat memperpanjang usia dan meningkatkan
kualitas hidup pasien.
3. Instalasi Hemodialis adalah tempat pelayanan hemodialisis yang terdiri dari minimal
4 mesin dialisis di dukung dengan unit pemurnian air (water treatment) dan
peralatan pendukung serta mempunyai tenaga medis, minimal terdiri dari 2
perawat mahir HD, 1 dokter bersertifikat HD yang diawasi oleh 1 orang dokter
internis yang bersertifikat HD dan disupervisi oleh 1 orang Internis-Konsultan Ginjal
Hipertensi (KGH)
4. Terapi pengganti ginjal adalah terapi pengganti fungsi ginjal untuk memperpanjang
dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal.
5. KGH (Konsultan Ginjal Hipertensi) adalah seorang dokter yang memiliki kualifikasi
Subspesialis ginjal hipertensi.
6. Pelayanan pasien di Instalasi Hemodialisis meliputi :
a. Skrining hemodialisis
b. Pelayanan pasien hemodialisis rawat jalan
c. Pelayanan pasien hemodialisis yang berasal dari rawat inap, dan IPI
d. Pelayanan pasien hemodialisis cito
e. Pelayanan traveling hemodialisis
f. Pelayanan hemodiafiltrasi
g. Pelayanan hemodialisis pada pasien dengan penyakit menular.
h. Pendokumentasian
7. Pelayanan pasien inisiasi hemodialisis adalah pelayanan pada pasien yang pertama
kali ke Instalasi Hemodialisis untuk dilakukan tindakan hemodialisis atas rujukan
nefrologist atau dokter yang bertanggung jawab.
8. Pelayanan pasien hemodialisis rawat jalan adalah pelayanan hemodialisis pada
pasien yang sudah terjadwal rutin di Instalasi Hemodialisis.
9. Pelayanan pasien hemodialisis rawat inap adalah pelayanan hemodialisis pada
pasien yang membutuhkan tindakan hemodialisis pada saat pasien menjalani
perawatan/rawat inap di rumah sakit.
10. Pelayanan hemodialisis cito adalah pelayanan hemodialisis pada pasien diluar
jadwal rutin atau pasien dengan indikasi kegawatan.
11. Traveling hemodialisis adalah pelayanan hemodialisis pada pasien yang berasal dari
rumah sakit/fasilitas pelayanan dialisis lain disertai dengan surat traveling dialisis
dari rumah sakit asal.
12. Hemodiafiltrasi (HDF) adalah proses pembersihan darah dengan teknik penggantian
ginjal ekstrakorporeal menggunakan membrane yang sangat permeabel dimana
hemodialisis (difusi) dan hemodiafiltrasi (konveksi) dikombinasikan untuk
meningkatkan pembersihan zat terlarut pada spektrum berat molekul yang luas.
13. Double lumen adalah akses vaskuler yang dibuat pada pasien yang membutuhkan
hemodialisis terutama pasien yang baru menjalani HD (pasien inisiasi hemodialisis).
14. Arteriovenous Shunt (AV Shunt) adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
menghubungkan arteri radialis dengan vena cephalica, sehingga terjadi fistula
arteriovena sebagai akses dialisis.
15. Skrining Hemodialisis adalah pemeriksaan awal untuk menentukan apakah pasien
memiliki riwayat penyakit menular/tidak sebelum dilakukan tindakan hemodialisis
16. Sistem Single Use adalah alat yang digunakan pada terapi hemodialisis untuk satu
kali pemakaian.

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 512/Menkes/Per/V/2007
tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 290/Menkes/Per/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Medis.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Perawat.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 812/MENKES/PER/VII/2010
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1796/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
10. Pedoman Pelayanan Hemodialisis di Sarana Pelayanan Kesehatan, Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Medik Spesialistik Tahun 2008.
BA B II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi pemberi layanan di Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari adalah
sebagai berikut :
1. Kepala Instalasi Hemodialisis.
Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari dipimpin oleh seorang dokter dengan
kualifikasi :
a. Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi (Sp.PD-KGH).
b. Mempunyai sertifikat HD.
c. Mempunyai masa kerja minimal 5 tahun.
2. Kepala Ruang Instalasi Hemodialisis.
Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari dikepalai oleh seorang perawat dengan
kualifikasi :
a. Berijazah pendidikan formal S1/D3 Keperawatan.
b. Mempunyai pengalaman kerja minimal 5 tahun di Instalasi Hemodialisis.
c. Mempunyai sertifikat mahir HD dan PPGD.
3. Dokter Pelaksana Hemodialisis adalah seorang dokter dengan kualifikasi :
a. Dokter umum.
b. Mempunyai sertifikat ATLS/ACLS/EKG/mahir HD.
c. Mempunyai masa kerja minimal 3 tahun.
4. Perawat Pelaksana Hemodialisis adalah seorang perawat dengan kualifikasi :
a. Berijazah pendidikan formal S1 atau DIII Keperawatan.
b. Mempunyai sertifikat PPGD dan mahir HD.
c. Perawat belum mahir HD mempunyai pengalaman kerja minimal 3 tahun.
5. Pekarya Instalasi Hemodialisis.
a. Berijazah pendidikan formal SMA sederajat.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Atas dasar tersebut diatas, maka perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan
mendayagunakan sumber-sumber yang ada, dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah
meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan kemampuan tenaga yang ada. Berikut adalah
distribusi ketenagaan di Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari :
1. Kepala Instalasi Hemodialisis : 1 orang dokter Sp.PD-KGH.
2. Kepala Ruang Instalasi Hemodialis : 1 orang perawat bersertifikat mahir HD.
3. Dokter Pelaksana HD/Jaga : 1 orang dokter umum.
4. Perawat pelaksana : 27 orang dengan rincian
a. Bersertifikat HD/Mahir HD : 17 orang.
b. Belum bersertifikat HD : 10 orang.
Standar minimal : 4 mesin HD dengan 2 perawat mahir HD
5. Pekarya : 1 orang

C. PENGATURAN JAGA
Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari memberikan pelayanan yang terbagi dalam 2
shift. Adapun pengaturan jadwal jaga di Instalasi Hemodialisis adalah sebagai berikut :
1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hypertensi.
Jadwal praktik dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hypertensi (Sp.PD-KGH)
menyesuaikan jadwal poli.

2. Dokter Umum.
Jadwal jaga dokter umum di Instalasi Hemodialisis, 6 hari kerja yang terbagi dalam 1 shift :
a. Senin s/d Jum’at : Jam 07:00 WIB s/d Jam 14:00 WIB.
b. Sabtu : Jam 07:00 WIB s/d Jam 12:00 WIB.
c. Minggu/Libur : Libur.
3. Perawat Pelaksana.
Jadwal jaga perawat pelaksana di Instalasi Hemodialisis, 6 hari kerja yang terbagi dalam 2
shift :
a. Shift Pagi : Jam 06:30 WIB s/d Jam 13:30 WIB.
b. Shift Siang : Jam 11:00 WIB s/d Jam 18:00 WIB.
c. Minggu/Libur : Libur.
Daftar jaga dibuat oleh Kepala Ruangan Instalasi Hemodialisis.
4. Pekarya
Jadwal jaga pekarya di Instalasi Hemodialisis, 6 hari kerja yang terbagi dalam 1 shift :
a. Senin s/d Jum’at : Jam 07:00 WIB s/d Jam 14:00 WIB.
b. Sabtu : Jam 07:00 WIB s/d Jam 12:00 WIB.
c. Minggu/Libur : Libur.
Daftar jaga dibuat oleh Kepala Ruangan Instalasi Hemodialisis.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Gambar 3.1 : Denah Ruang Instalasi Hemodialisis
B. STANDAR FASILITAS
1. Pembagian Ruangan.
a. Ruang Pelayanan Hemodialisis non Infeksius.
Ruang untuk memberikan pelayanan hemodialisis pada pasien non infeksius, baik
yang berasal dari rawat jalan maupun rawat inap.
b. Ruang Pelayanan Hemodialisis Isolasi Airborne.
Ruang untuk memberikan pelayanan hemodialisis pada pasien infeksius dengan
transmisi airborne seperti pada pasien Tb Paru, baik yang berasal dari rawat
jalan maupun rawat inap.
c. Ruang Pelayanan Hemodialisis Isolasi non Airborne.
Ruang untuk memberikan pelayanan hemodialisis pada pasien infeksius dengan
transmisi non airborne seperti pada pasien hepatitis B, baik yang berasal dari
rawat jalan maupun rawat inap. Mesin hemodialiasis yang digunakan pada pasien
dengan hepatitis B berbeda dengan mesin yang digunakan pada pasien non isolasi
dan pasien isolasi airborne.
d. Ruang Pelayanan Hemodialisis Isolasi Khusus.
Ruang untuk memberikan pelayanan hemodialisis pada pasien COVID-19.
e. Ruang Pelayanan Hemodiafiltrasi.
Ruang untuk memberikan pelayanan hemodialisis pada pasien non infeksius baik
yang berasal dari rawat jalan maupun rawat inap dengan menggunakan mesin
hemodiafiltrasi (HDF).
f. Ruang Tunggu Pasien.
Ruang tunggu keluarga pasien hemodialisis selama pasien dalam proses
pelayanan hemodialisis.
g. Gudang Bahan Habis Pakai
Ruang untuk menyimpan bahan habis pakai yang diperlukan dalam memberikan
pelayanan hemodialisis.
h. Musholla.
Ruang untuk keluarga pasien dan petugas untuk beribadah.
2. Pembagian Mesin Hemodialisis.
a. Mesin hemodialisis dibedakan menjadi :
1) Mesin hemodialisis untuk pasien non infeksius.
2) Mesin hemodialisis untuk pasien isolasi airborne Instalasi Hemodialisis.
3) Mesin hemodialisis untuk pasien isolasi non airborne Instalasi Hemodialisis
b. Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari dalam pelaksanaan
hemodialisis menggunakan sistem single use dialyzer.
3. Sarana dan Prasarana Minimal Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari.
Daftar sarana dan prasarana minimal Instalasi Hemodialisis adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 : Sarana dan Prasarana Minimal Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya
Jemursari.
No Sarana dan Prasarana Keterangan
1 Gedung (-)
2 Ventilasi AC 2 PK (11 buah)
3 Penerangan 20 Watt (10 buah)
4 Air bersih, mengalir Kurang lebih 20.000/lt/pekerja/RO/Hr
5 Daya listrik 3000VA
6 Tata Ruang  
  a. Ruang tunggu 6 m2
  b. Ruang Administrasi/Arsip 2 m2
  c. Ruang Rehat 3 m2
  d. Toilet 8 m2
  e. Ruang BHP 5 m2
7 Nurse Station 6 m2
8 Ruang Water Treatment 6 m2
4. Jenis Peralatan dan Obat-Obatan Instalasi Hemodialis RS Islam Surabaya Jemursari.
Daftar peralatan dan obat emergency Instalasi hemodialisis RS Islam Surabaya
Jemursari adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 : Peralatan Minimal dan Obat Emergency Instalasi Hemodialisis RS Islam
Surabaya Jemursari.
No Nama Peralatan Jumlah Keterangan
1 Minor set 1 buah Baik
2 Bak instrument Sesuai kebutuhan Baik
3 Kom kecil Sesuai kebutuhan Baik
4 Klem lurus Sesuai kebutuhan Baik
5 Gunting balut 1 buah Baik
6 Timbangan 2 buah Baik
7 Tensi meter 11 buah Baik
8 Stetoscope 2 buah Baik
9 Termometer 2 buah Baik
10 Tourniquet Sesuai kebutuhan Baik
11 Suction 1 buah Baik
12 Monitor 1 buah Baik
13 Gelas ukur 5 buah Baik
14 Manometer 5 buah Baik
15 Monitor SPO2 1 buah Baik
16 Ambubag 1 buah Baik
17 Alat GDA 1 buah Baik
18 Hollow fiber/dialiser 1 Baik
19 Bloodline 1 Baik
20 AV vistula 1 Baik
21 Disposible syringe 1 Baik
22 Kasa steril 1 Baik
23 Oksigen tabung 1 Baik
24 Bahan desinfektan mesin 1 Baik
25 Mesin HD 48 Baik
26 Mesin HD khusus HbsAg positif 2 Baik
27 Mesin HDF 1 Baik
No Nama Perlengkapan Keselamatan Jumlah Keterangan
1 Alat Pemadam Api (APAR) 1 buah Baik
2 Google Sesuai kebutuhan Baik
3 Skort Sesuai kebutuhan Baik
4 Sarung tangan Sesuai kebutuhan Baik
5 Waskom/Wastafel Sesuai kebutuhan Baik
6 Tempat jarum Sesuai kebutuhan Baik
7 Desinfektan Sesuai kebutuhan Baik
8 Perlengkapan P3K Sesuai kebutuhan Baik
No Nama Obat Emergency Dosis Sediaan Keterangan
1 Adrenalin 1 ampul Baik
2 Dexametason 10 mg Baik
3 Dopamin 50 mg dan 200 mg Baik
4 Heparin 5000 iu 5000 iu/ml Baik
5 Dextrose 40% 25 ml Baik
6 Diazepam 10 ml Baik
7 Lidocain Hcl 2% 20 mg/ml Baik
8 Dextrose 5% dan 10% 500 ml Baik
9 Nifedipin 5 mg Baik
10 Captopril 12,5 mg Baik
11 Isosorbid dinitrat (ISDN) 5 mg Baik
12 Paracetamol 500 mg Baik
13 alkohol 70% Sesuai kebutuhan Baik
14 Antiseptik Sesuai kebutuhan Baik
5. Standar Alat Pencatatan dan Pelaporan di Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya
Jemursari
Standar pencatatan dan pelaporan di Instalasi Hemodialisis tertulis dan dilaporkan
dalam rekam medis elektronik (RME)
Tabel 3.3 : Standar pencatatan dan pelaporan di Instalasi Hemodialisis RS Islam
Surabaya Jemursari.
No Judul Rekam Medik Kode RM
1 Pengkajian khusus pasien hemodialisis RM 38.1 (K)
2 Persetujuan/Penolakan hemodialisis RM 32.3 (K)
3 Pesanan post dialisis RM 38.2 (K)
4 Informed Concent RM 32 (K)
5 Observasi harian (EWS) RM 26.3
No  Rekam Medis Tambahan (Rawat Inap dan ICU) Kode RM 
1 Serah terima RM 11
2 Persetujuan/Penolakan transfusi darah RM 32.2 (K)
3 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) RM 26
4 Komunikasi efektif RM 26.1
5 Catatan Keperawatan RM 26.2
6 Surat keterangan kematian RM 40.2 (K)
7 Permohonan bimbingan rohani pasien non muslim RM 47 (K)
8 Pelayanan husnul khotimah RM 47.1 (K)
9 Penolakan tindakan resusitasi RM 52 (K)
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. SKRINING HEMODIALISIS
1. Skrining hemodialisis dilakukan pada pasien baru HD (pasien inisiasi
hemodialisis)/pasien yang belum pernah mendapatkan pelayanan hemodialisis di
RS Islam Surabaya Jemursari.
2. Skrining hemodialisis meliputi, pemeriksaan laboratorium Anti HCV, Anti HIV,
HbsAg Elisa dan Swab Antigen/PCR COVID.
3. Skrining hemodialisis dilakukan dengan tujuan untuk menentukan mesin HD yang
akan digunakan dan ruang pelaksanaan HD (infeksius/tidak, isolasi/non isolasi).
4. Pasien hemodialisis dengan hasil skrining Anti HIV positif tidak dapat dilayani di
RS Islam Surabaya Jemursari, dan dirujuk ke RS lain yang melakukan pelayanan
hemodialisis dengan HIV positif.
5. Pasien hemodialisis dengan hasil skrining HbsAg positif dilayani dengan
menggunakan mesin tersendiri (Infeksius) yang ditempatkan di tempat terpisah.
6. Pasien hemodialisis dengan hasil skrining Swab Antigen/PCR COVID positif
dilayani diruang isolasi khusus Instalasi Hemodialisis.

B. PELAYANAN PASIEN HEMODIALISIS RAWAT JALAN


Jam pelayanan HD di Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari :
a) Pagi : Jam 06:30 WIB – 11:30 WIB
b) Siang : Jam 12:00 WIB – 17:00 WIB
1. Pelayanan Pasien Baru HD
a) Sebelum pasien mendapatkan pelayanan di Instalasi Hemodialisis RS Islam
Surabaya Jemursari, pasien diharuskan datang ke poli spesialis penyakit
dalam konsultan ginjal hipertensi (SpPD-KGH) untuk mendapatkan pengantar
hemodialisis, pengantar skrining HD, dan prescribe HD termasuk jadwal
pelaksanaan HD dan durasi HD.
b) Pasien datang ke Instalasi Hemodialisis dengan membawa pengantar dari
dokter SpPD-KGH dan hasil skrining hemodialisis sesuai dengan jadwal yang
tertera didalam pengantar hemodialisis.
c) Pasien melakukan pendaftaran dibagian pendaftaran Instalasi Hemodialisis.
d) Petugas pendaftaran melakukan verifikasi.
e) Perawat melakukan identifikasi data pasien dan melakukan verifikasi hasil
skrining.
f) Pasien dipersilahkan untuk mengisi form persetujuan/penolakan hemodialisis
(RM 32.3(K)).
g) Pasien dipersilahkan menempati tempat tidur yang telah disediakan sesuai
dengan indikasi (Infeksius atau tidak), kemudian perawat melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital dan melakukan tindakan hemodialisis sesuai
dengan dosis/prescribe HD.
h) Petugas hemodialisis melakukan observasi pasien pre, intra dan post HD.
i) Setelah pasien terdaftar sebagai pasien hemodialisis rutin, maka pasien
tersebut harus memperbarui form persetujuan hemodialisis setiap 6 bulan
sekali, yaitu setiap bulan Januari dan Juli.
j) Petugas mendokumentasikan hal-hal terkait pelaksanaan hemodialisis yang
sudah dilakukan dalam rekam medis elektronik (RME).
k) Petugas memberikan edukasi diit kepada pasien dan timbang berat badan
setelah pasien selesai melakukan hemodialisis.
l) Pasien melakukan cek out HD pada mesin yang sudah disiapkan diruang
hemodialisis sebelum meninggalkan Instalasi Hemodialisis.
2. Pelayanan Pasien HD Rutin/Terjadwal
a) Sebelum mendapatkan pelayanan hemodialisis, pasien diwajibkan melakukan
pendaftaran diloket pendaftaran Instalasi Hemodialisis.
b) Petugas pendaftaran melakukan verifikasi berkas.
c) Perawat melakukan identifikasi pasien, mengecek form persetujuan/
penolakan hemodialisis (RM 32.3). Minta pasien/keluarga untuk mengisi form
persetujuan/penolakan hemodialisis (RM 32.3) setiap 6 bulan sekali yaitu
setiap bulan Januari dan Juli.
d) Pasien dipersilahkan menempati tempat tidur yang telah disediakan sesuai
dengan indikasi (infeksius/tidak), kemudian perawat melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital dan melakukan tindakan hemodialisis sesuai dengan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
e) Petugas hemodialisis melakukan observasi pasien, pre, intra dan post HD.
f) Petugas mendokumentasikan hal-hal terkait pelaksanaan HD yang sudah
dilakukan dalam rekam medis elektronik (RME).
g) Laporkan kepada dokter pelaksana HD dan dokter penanggung jawab HD
(SpPD-KGH) apabila didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital tidak
normal atau ada keluhan dari pasien selama proses hemodialisis berlangsung.
h) Lakukan edukasi dan timbang berat badan setelah tindakan hemodialisis
selesai.
i) Pasien melakukan cek out HD pada mesin yang sudah di siapkan sebelum
meninggalkan Instalasi Hemodialisis.
3. Pelayanan Pasien HD Pindahan dari RS Lain
a) Untuk alur pelayanan HD pindahan dari RS lain sama dengan alur pelayanan
hemodialisis pada pasien baru HD.
b) Apabila pasien membawa hasil skrining HD dari RS awal, cek tanggal dan jam
pelaksanaan skrining. Bila skrining dilakukan setelah HD terahir maka tidak
perlu dilakukan pengulangan skrining HD, namun bila skrining dilakukan
sebelum pelaksanaan HD terahir maka pasien wajib mengulang skrining HD.
c) Hal selanjutnya sama dengan poin 1 dan 2

C. PELAYANAN PASIEN HEMODIALISIS YANG BERASAL DARI RAWAT INAP DAN IPI
1. Pelayanan Pasien HD dari Rawat Inap
a) Petugas ruang rawat inap meminta persetujuan tindakan hemodialisis
kepada pasien/keluarga yang tertulis dalam form rekam medis
persetujuan/penolakan hemodialisis (RM 32.3(K)).
b) Petugas diruang rawat inap mendaftarkan pasien yang membutuhkan
tindakan HD kepada petugas hemodialisis.
c) Petugas diruang rawat inap menginformasikan bahwa pasien yang
membutuhkan tindakan HD adalah pasien HD rutin RS Islam Surabaya
Jemursari ataukah pasien baru HD.
d) Petugas hemodialisis menanyakan kondisi pasien, hasil pemeriksaan
laboratorium dan radiologi.
e) Untuk pasien rawat inap yang membutuhkan tindakan HD untuk pertama kali
(baru) harus melakukan skrining HD yang meliputi pemeriksaan laboratorium
Anti HCV, Anti HIV, HbsAg elisa.
f) Petugas ruang hemodialisis memberikan jadwal HD kepada petugas ruang
rawat inap.
g) Petugas ruang rawat inap menginformasikan kepada petugas ruang
hemodialisis tentang hasil skrining HD.
h) Petugas ruang rawat inap mengantar pasien ke Instalasi Hemodialisis sesuai
jadwal yang telah ditentukan.
i) Petugas ruang rawat inap melakukan serah terima pasien dengan petugas
hemodialisis pada saat pasien tiba diruang hemodialisis.
j) Petugas ruang hemodialisis melakukan identifikasi, cek persetujuan tindakan
hemodialisis dan hasil pemeriksaan serta melakukan anamnesis.
k) Pasien ditempatkan di tempat tidur sesuai dengan indikasi (infeksius/non
infeksius) kemudian petugas hemodialisis melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital dan melakukan tindakan hemodialisis sesuai SPO dan prescribe
HD.
l) Petugas ruang hemodialisis mendokumentasikan tindakan dan hal-hal lain
terkait tindakan hemodialisis yang sudah dilakukan dalam rekam medis
elektronik (RME).
m) Petugas ruang hemodialisis melakukan observasi kondisi pasien pre, intra
dan post hemodialisis.
n) Petugas hemodialisis menginformasikan kepada petugas ruang rawat inap
bahwa tindakan hemodialisis sudah selesai dilakukan dan pasien siap untuk
dijemput kembali keruang rawat inap.
o) Petugas ruang hemodialisis melakukan serah terima dengan petugas ruang
rawat inap.
p) Petugas ruang rawat inap membawa pasien kembali keruang rawat inap.
2. Pelayanan Pasien HD dari Instalasi Perawatan Intensif (IPI)
a) Pelayanan hemodialisis pada pasien yang berasal dari Instalasi Perawatan
Intensif (IPI) dilakukan diruang IPI.
b) Petugas IPI meminta persetujuan tindakan hemodialisis kepada
pasien/keluarga yang tertulis dalam form rekam medis
persetujuan/penolakan hemodialisis (RM 32.3(K)).
c) Petugas IPI menginformasikan kepada petugas hemodialisis bahwa ada
pasien diruang IPI yang membutuhkan tindakan hemodialisis.
d) Petugas IPI melengkapi skrining HD apabila pasien tersebut adalah pasien
baru HD, dan melaporkan hasil skrining kepada DPJP dan petugas
hemodialisis.
e) Petugas hemodialisis mendatangi ruang IPI untuk melakukan tindakan
hemodialisis.
f) Petugas hemodialisis menyiapkan mesin HD.
g) Mesin hemodialisis yang berada di IPI dibedakan menjadi 2 mesin, yaitu
mesin HD non infeksius dan mesin HD infeksius yang digunakan untuk pasien
HD dengan HbsAg positif.
h) Petugas hemodialisis mendampingi pasien di IPI selama proses hemodialisis
berlangsung.
i) Petugas hemodialisis mendokumentasikan hal-hal terkait tindakan
hemodialisis yang sudah dilakukan di dalam rekam medis elektronik (RME)
j) Petugas hemodialisis merapikan kembali mesin HD yang sudah dilakukan.
k) Petugas hemodialisis meninggalkan IPI apabila proses hemodialisis sudah
selesai dilakukan.

D. PELAYANAN PASIEN HEMODIALISIS CITO


a) Tindakan hemodialisis dilayani cito apabila tindakan hemodialisis tersebut
tidak terjadwal sebelumnya/diluar jadwal pelayanan hemodialisis.
b) Tindakan hemodialisis dilayani cito apabila tindakan hemodialisis dilakukan
diatas jam 14:00 WIB.
c) Apabila tindakan hemodialisis didaftarkan cito oleh petugas rawat inap
diatas jam 14:00 WIB, maka petugas rawat inap/dokter pelaksana HD
berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab hemodialisis dan DPJP
apakah kondisi pasien memungkinkan untuk dijadwalkan HD keesokan
harinya.
d) Tindakan hemodialisis cito bisa dilakukan pada pasien yang berasal dari
rawat inap, maupun Instalasi Perawatan Intensif yang karena indikasi
memerlukan tindakan HD segera (kegawatan).
e) Untuk pasien baru HD, petugas rawat inap dan IPI wajib melengkapi
pemeriksaan laboratorium skrining HD sebelum tindakan HD cito dilakukan,
dan segera melaporkan kepada petugas hemodialisis dan DPJP apabila sudah
ada hasil.
f) Sebelum tindakan HD cito dilakukan, petugas rawat inap dan IPI meminta
persetujuan tindakan hemodialisis kepada pasien/keluarga yang tertulis
dalam form rekam medis persetujuan/penolakan hemodialisis (RM 32.3(K)).
g) Petugas hemodialisis yang melakukan tindakan HD cito diluar jam
kerja/lebih dari jam kerja yang telah ditentukan dihitung sebagai kerja
lembur atau akumulasi kelebihan jam kerja yang bisa diambil libur di hari
lain.
h) Petugas hemodialisis yang akan memberikan pelayanan HD cito difasilitasi
dengan penjemputan dari rumah ke RS apabila tindakan HD cito dilakukan
diatas jam 23:00 WIB.

E. PELAYANAN TRAVELING HEMODIALISIS


1. Pasien datang ke Instalasi Hemodialisis dengan membawa pengantar traveling
dan hasil skrining dari Instalasi Hemodialisis sebelumnya.
2. Pasien melakukan pendaftaran dibagian pendaftaran Instalasi Hemodialis.
3. Petugas pendaftaran melakukan verifikasi.
4. Petugas hemodialisis melakukan identifikasi, anamnesa dan mengecek hasil
skrining yang dibawa oleh pasien. Cek tanggal dan jam pelaksanaan skrining,
apabila skrining dilakukan setelah pelaksanaan HD terakhir maka tidak perlu
diulang dan pasien bisa mendapatkan pelayanan hemodialisis di RS Islam
Surabaya Jemursari. Akan tetapi bila skrining dilakukan sebelum pelaksanaan HD
terahir di RS awal, maka pasien diwajibkan mengulang skrining di RS Islam
Surabaya Jemursari.
5. Pasien yang melakukan traveling hemodialisis adalah pasien dengan kondisi stabil
(kondisi baik).
6. Pasien menginformasikan kepada petugas hemodialisis bahwa traveling HD sudah
selesai dan akan kembali ke Instalasi Hemodialisis awal.
7. Untuk pasien HD rutin/regular RS Islam Surabaya Jemursari yang akan melakukan
traveling HD ke Instalasi Hemodialisis lain, maka wajib menginformasikan kepada
petugas hemodialisis sehingga petugas hemodialisis dapat memberikan pengantar
traveling yang dibutuhkan.
8. Setelah pasien HD rutin RS Islam Surabaya Jemursari kembali atau selesai
melakukan traveling HD, maka pasien wajib melakukan skring HD ulang.

F. PELAYANAN HEMODIAFILTRASI
1. Prosedur pendaftaran sama dengan pelayanan hemodialisis rawat jalan.
2. Pelayanan hemodiafiltrasi tidak dianjurkan untuk diberikan pada pasien gagal
ginjal kronik dengan cardiomyopathy.
3. Pelayanan hemodiafiltrasi di Instalasi Hemodialisis RS Islam Surabaya Jemursari
tidak bisa digunakan pada pasien infeksius (HbsAg positif maupun Tb paru).

G. PELAYANAN HEMODIALISIS KEPADA PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR


1. Pelayanan hemodialisis kepada pasien dengan penyakit menular ditempatkan di
ruang isolasi yang ada di Instalasi Hemodialisis.
2. Pelayanan hemodialisis kepada pasien dengan riwayat HbsAg positif dilayani
dengan menggunakan mesin tersendiri (Infeksius) yang ditempatkan di tempat
terpisah.
3. Pelayanan hemodialisis pada pasien dengan riwayat penyakit Tb paru on terapi
(pengobatan kurang dari 2 bulan) dan penyakit menular melalui transmisi
airborne yang lain seperti varicella dilayani diruang isolasi airborne Instalasi
Hemodialisis.
4. Pelayanan hemodialisis pada pasien COVID-19 dilayani di ruang isolasi khusus
Instalasi Hemodialisis.
5. Petugas yang memberikan pelayanan hemodialisis kepada pasien menular harus
memahami dan menerapkan metode kewaspadaan standar selama menjalankan
prosedur.

H. PENDOKUMENTASIAN
1. Petugas mendokumentasikan hal-hal terkait pelaksanaan yang sudah dilakukan
dalam rekam medis elektronik (RME).
2. Rekam medis elektronik (RME) yang harus diisi pada pasien hemodialisis rawat
jalan diantaranya :
a. Persetujuan/penolakan hemodialisis (RM 32.3(K))
b. Pengkajian khusus pasien hemodialisis (RM 38.1(K))
c. Observasi harian/EWS (RM 26.3)
3. Rekam medis elektronik (RME) yang harus diisi pada pasien hemodialisis rawat
inap dan IPI diantaranya :
a. Pengkajian khusus pasien hemodialisis (RM 38.1(K))
b. Observasi harian pasien/EWS (RM 26.3)
c. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi/CPPT (RM 26)
d. Catatan keperawatan (RM 26.2)
e. Pesanan post dialisis (RM 38.2(K))
f. Serah terima (RM 11)
4. Rekam medis elektronik (RME) lain yang diisi pada kondisi tertentu (mengalami
penurunan kondisi dan meninggal), diantaranya :
a. Permohonan bimbingan rohani pasien non muslim (RM 47(K)).
b. Pelayanan husnul khotimah (RM 47.1(K)).
c. Penolakan resusitasi (RM 52(K)).
d. Surat keterangan kematian (RM 40.2(K)).
5. Lembar RME yang sudah ditulis di periksa kembali dan diverifikasi oleh dokter
Sp.Pd-KGH.
I. HAL TERKAIT DENGAN TATA LAKSANA PELAYANAN HEMODIALISIS
1. Pasien hemodialisis yang berasal dari rawat inap/IPI yang memerlukan transfusi
darah durante HD, maka permintaan darah ke bank darah RS disiapkan oleh
petugas ruang rawat inap/IPI.
2. Petugas rawat inap sudah membawa sediaan transfusi darah sesuai advis yang
diminta dokter Sp.PD.KGH beserta bahan habis pakai yang dibutuhkan (BHP)
pada saat mengantar pasien ke Instalasi Hemodialisis.
3. Petugas rawat inap meminta persetujuan transfusi darah kepada pasien/keluarga
yang didokumentasikan dalam RM 32.2(K) (persetujuan/penolakan transfusi
darah) sebelum pemberian transfusi dilakukan.
4. Petugas hemodialisis mengecek kembali apakah pasien/keluarga sudah
menandatangani surat persetujuan pemberian transfusi darah.
5. Petugas hemodialisis mencatat/mendokumentasikan pemberian transfusi darah
dilembar catatan keperawatan meliputi, nomor kantong darah, golongan darah
serta jumlah volume darah (dalam cc) yang diberikan.
6. Apabila pasien HD rutin tidak bisa datang pada jadwal yang sudah ditentukan,
maka pasien menginformasikan kepada petugas dan meminta jadwal pelaksanaan
HD di hari lain.
7. Doubel lumen disarankan untuk dilakukan pada pasien baru HD (Pasien inisiasi
hemodialisis). Tindakan pemasangan double lumen dilakukan di Instalasi
Hemodialisis oleh dokter spesialis BTKV.
8. Pemakaian doubel lumen maksimal 3 bulan atau sesuai indikasi, selanjutnya
apabila pasien membutuhkan HD regular, maka pasien tersebut diarahkan untuk
melakukan tindakan pemasangan AV Shunt.
9. Tindakan pemasangan AV Shunt dilakukan di Instalasi Bedah Sentral oleh dokter
spesialis BTKV.
10. Apabila pasien HD rawat jalan mengalami penurunan kondisi pada saat
pelaksanaan HD berlangsung maka hemodialisis dihentikan, stabilkan kondisi
pasien kemudian pasien diantar ke Instalasi Gawat Darurat bagian resusitasi,
dan diantar ke IPI bila pasien HD berasal dari rawat inap.
11. Apabila pasien mengalami apnea di Instalasi Hemodialisis, maka segera aktifkan
code blue, dan lengkapi berkas kematian apabila pasien meninggal di Instalasi
Hemodialisis.
BAB V
LOGISTIK

Instalasi Hemodialisis dalam menjalankan kegiatan pelayanan memerlukan bahan


penunjang yaitu bahan habis pakai, linen dan alat/bahan inventaris. Dalam pemenuhan
kebutuhan bahan-bahan habis pakai tersebut diperlukan pengelolaan tersendiri sehingga
bila diperlukan setiap saat selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan.
Kebutuhan bahan habis pakai dan inventaris di Instalasi Hemodialisis dibedakan menjadi
2, yaitu :
1. Barang logistik rumah tangga.
2. Barang logistik farmasi.

A. PROSEDUR PERMINTAAN BARANG LOGISTIK RUMAH TANGGA


1. Petugas Instalasi Hemodialisis menginput permintaan barang di dalam sistem
yang tersedia di aplikasi SIM-RS sesuai dengan jadwal hari permintaan barang
yang sudah ditetapkan, yaitu :
a) Percetakan : Setiap Senin dan Kamis
b) Rumah tangga : Setiap Selasa dan Jum’at
c) Perkantoran : Setiap Rabu dan Sabtu
2. Permintaan barang yang sudah di input di SIM-RS kemudian dicetak untuk dibawa
ke bagian logistik mengetahui kepala ruangan Instalasi Hemodialisis.
3. Petugas logistik menerima bon permintaan barang dari Instalasi Hemodialisis dan
melakukan verifikasi di sistem SIM-RS.
4. Petugas logistik melayani dan menyiapkan permintaan barang yang diminta oleh
Instalasi Hemodialisis.
5. Petugas hemodialisis mengambil barang yang sudah disiapkan petugas logistik.
6. Petugas logistik melakukan serah terima dengan petugas hemodialisis, lakukan
pengecekan barang yang diterima dengan blanko permintaan.
7. Petugas hemodialisis menandatangani bukti penerimaan barang apabila barang
yang diterima sudah sesuai dengan permintaan.
8. Barang yang sudah sesuai dibawa ke Instalasi Hemodialisis oleh petugas
Hemodialisis.
9. Petugas hemodialisis menempatkan barang ke dalam lemari stok barang di
Instalasi Hemodialisis.

B. PROSEDUR PERMINTAAN BARANG LOGISTIK MEDIS


1. Jadwal permintaan Barang Habis Pakai (BHP) farmasi yaitu dijadwalkan setiap
hari senin.
2. Petugas hemodialisis menulis permintaan Barang Habis Pakai (BHP) farmasi di
bon permintaan logistik medis, dengan sepengatahuan dan di tanda tangani oleh
kepala ruangan Instalasi Hemodialisis.
3. Bon permintaan yang sudah ditanda tangani oleh kepala ruangan dibawa oleh
petugas hemodialisis/helper ke bagian logistik medis.
4. Petugas logistik medis menerima bon permintaan dari petugas hemodialisis dan
menandatangani buku ekspedisi permintaan yang dibawa oleh petugas
hemodialisis.
5. Petugas logistik farmasi memproses dan menyiapkan barang sesuai permintaan
Instalasi Hemodialisis.
6. Sambil menunggu barang disiapkan oleh petugas logistik farmasi, petugas
hemodialisis kembali ke Instalasi Hemodialisis.
7. Petugas logistik farmasi menghubungi petugas hemodialisis apabila barang
permintaan sudah selesai disiapkan dan dapat diambil.
8. Petugas hemodialisis mengecek barang yang sudah disiapkan apakah sudah sesuai
dengan jumlah yang diminta dan barang yang diterima dalam kondisi baik.
9. Petugas hemodialisis mengambil barang yang sudah disiapkan dan melakukan
serah terima dengan petugas logistik medis.
10. Barang yang sudah sesuai dibawa ke Instalasi Hemodialisis oleh petugas
hemodialisis dan ditempatkan pada tempatnya.

C. BAHAN HABIS PAKAI (BHP) PAKET HEMODIALISIS


1. BHP paket hemodialisis terdiri dari dialyzer, bicarbonate, acid, blood line,
fistula, HD pack.
2. Petugas hemodialisis melakukan permintaan paket hemodialisis ke logistik medis.
3. Petugas logistik medis memesankan paket hemodialisis ke distributor dengan
jumlah sesuai dengan permintaan yang diajukan Instalasi Hemodialisis.
4. Paket hemodialisis dikirim oleh distributor ke Instalasi Hemodialisis.
5. Petugas hemodialisis melakukan serah terima dengan distributor pada saat paket
hemodialisis dikirim mengetahui logistik medis.
6. Petugas hemodialisis mencatat jumlah paket hemodialisis yang diterima.
Distributor menyerahkan bukti jumlah paket hemodialisis yang diterima ke
petugas hemodialisis dan ke bagian logistik medis.
7. Petugas hemodialisis mencatat jumlah paket hemodialisis yang sudah dipakai
setiap hari.
8. Petugas hemodialisis mengecek sisa stok paket hemodialisis yang ada digudang
BHP Instalasi Hemodialisis setiap pagi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN KESELAMATAN PASIEN


Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di Rumah
Sakit menjadi lebih aman. Keselamatan pasien menjadi prioritas yang utama dalam
memberikan pelayanan di Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari.

B. TUJUAN KESELAMATAN PASIEN


Tujuan pelaksanaan keselamatan pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit Islam
Surabaya Jemursari :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan.

C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


Pelaksanaan program keselamatan pasien di Instalasi Hemodialisis, berdasarkan
kepada program keselamatan pasien di Rumah Sakit :
1. Pemberian tanda pengaman pada bed pasien sehingga pasien tidak sampai jatuh.
2. Persiapan peralatan yang dibutuhkan untuk prosedur tindakan secara lengkap
dan benar.
3. Pengecekan identitas pasien sebelum memulai tindakan hemodialisis sehingga
meminimalkan terjadinya kesalahan.
4. Melakukan doubel cek dengan teman sejawat sebelum pemberian transfusi darah
durante HD.
5. Upaya pencegahan infeksi pada pasien dengan selalu menerapkan cuci tangan 6
langkah dan 5 momen.
6. Keseterilan alat dan kebersihan ruangan sehingga dapat meminimalkan
terjadinya infeksi nosokomial.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik
itu bagi pekerjanya,perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan disekitar tempat
kerja tersebut.
Instalasi Hemodialisis sebagai salah satu sarana kegiatan kegiatan pelayanan
kesehatan, wajib mengetahui dan memahami serta melaksanakan undang-undang dan
peraturan K3. Panitia K3 Rumah Sakit telah menetapkan pedoman Keselamatan Kerja yang
menjadi acuan penyelenggaraan K3 di ruang Instalasi hemodialisis untuk mengurangi
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan hidup sehat karyawan yang bekerja di Instalasi
Hemodialisis dan guna mencapai derajat kesehatan yang optimal dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Menurunnya angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di Instalasi
Hemodialisis Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari.
b. Meningkatnya perhatian terhadap ruang dan cara kerja yang sehat di Instalasi
Hemodialisis Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari.

A. TATA LAKSANA KESELAMATAN KERJA


1. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan khusus.
2. Tersedianya APD (Alat Pelindung Diri) yang memenuhi standar.
3. Petugas mengerti SPO penggunaan APD sehingga dapat menggunakan APD sesuai
prosedur.
4. Melakukan pemantauan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) terhadap karyawan
yang memiliki resiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
5. Setiap pasien menular dirawat di ruang isolasi.
6. Tersedianya tempat pembuangan sampah yang dibedakan infeksius dan non-
infeksius serta terdapatnya tempat khusus untuk pembuangan jarum ataupun spuit
bekas safety box.
7. Setiap petugas di Instalasi Hemodialisis wajib memperhatikan prinsip kewaspadaan
standart :
a) Menggunakan alat pelindung diri (jas tindakan, apron, sarung tangan steril,
masker surgical).
b) Melakukan tindakan hemodialisis yang aman bagi petugas maupun pasien sesuai
prosedur yang ada.
c) Mencuci tangan 6 langkah dan 5 momen.
8. Melakukuan identifikasi, penilaian, dan mengevaluasi penyebab kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
9. Membuat laporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja kepada pihak-pihak
terkait.

B. PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN DI INSTALASI HEMODIALISIS


1. Tertusuk jarum
a) Segera keluarkan darah.
b) Siram dengan air mengalir selama 10-15 menit.
c) Cuci dengan air sabun/desinfektan (jika perlu bilas dengan alcohol 70%).
d) Tutup menggunakan kassa steril.
e) Laporkan kejadian terpapar pajanan ke komite PPI dan K3RS
2. Terpajan cairan tubuh
a) Cuci dengan air mengalir selama 10-15 menit.
b) Untuk mata, cuci dengan air mengalir dari pangkal ujung mata dekat hidung
dengan memiringkan kepala.
c) Untuk kulit, cuci dengan air mengalir dan sabun/desinfektan dan keringkan
dengan handuk
d) Laporkan kejadian terpapar pajanan ke komite PPI dan K3RS

C. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


Standar pemakain APD di Instalasi Hemodialisis :
1. Baju kerja.
2. Apron.
3. Sarung tangan steril.
4. Masker surgical.
5. Pelindung mata (google).
6. APD yang digunakan pada pasien hemodialisis terconfirm COVID-19.
a) Petugas menggunakan APD level 3.
b) Semua APD level 3 harus dilepas sebelum keluar area isolasi.
c) Petugas hemodialisis wajib membersihkan diri setelah menggunakan APD level 3.
7. Semua APD harus dilepas sebelum meninggalkan Instalasi Hemodialisis dan tidak
boleh dibawa pulang.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan Rumah


Sakit maka fungsi pelayanan Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari khususnya pelayanan
Instalasi Hemodialisis secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif
serta memberi kepuasan pasien, keluarga maupun masyarakat.
Usaha untuk meningkatkan mutu Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari secara terus
menerus harus diupayakan melalui pelatihan dan peningkatan kualitas pelayanan medis,
penyempurnaan manajemen serta peningkatan sarana dan prasarana penunjang lainnya.

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan seoptimal mungkin sesuai dengan
tuntutan masyarakat. Sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan secara
profesional, yang lebih baik, lebih ramah dan bermutu.
2. Tujuan Khusus
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan maka harus ditunjang dengan sumber
daya manusia yang berkompeten dan professional.

B. RINCIAN KEGIATAN
1. Melakukan evaluasi dan memberikan bimbingan kepada staff.
2. Membuat data dan informasi tentang pelayanan hemodialisis serta analisisnya.
3. Mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh petugas Instalasi Hemodialisis setiap
bulannya.
4. Mengisi format pencapaian indikator mutu Instalasi Hemodialisis.
5. Menyebarkan angket tentang kepuasan pasien.

C. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Mengevaluasi dan memberikan bimbingan staf setiap 3 bulan.
2. Membuat laporan tentang pelayanan hemodialisis setiap bulan.
3. Mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh petugas hemodialisis setiap bulan.
4. Membuat laporan dan mengisi PDSA pencapaian indikator mutu Instalasi
Hemodialisis.
5. Menyebarkan angket tentang kepuasan pasien setiap bulan.

D. INDIKATOR MUTU INSTALASI HEMODIALISIS


Dalam kegiatan peningkatan mutu pelayanan Instalasi Hemodialisis diperlukan adanya
suatu program yang terencana dan berkesinambungan sebagai pedoman bagi
pelayanan Instalasi Hemodialisis dalam mengevaluasi dan membuat rencana tindak
lanjut sehingga tercapai peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan. Indikator yang
digunakan adalah dengan menggunakan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Adapun
indikator mutu pelayanan di Instalasi Hemodialisis adalah :
1. Adanya kejadian komplikasi hipotensi.
2. Adanya kejadian komplikasi mual muntah.
3. Kejadian dialyzer clotting intra dialisis.
4. Kelengkapan asesmen pasien hemodialisis sebelum pasien keluar dari Instalasi
Hemodialisis.
5. Kepatuhan petugas dalam melakukan cuci tangan.
6. Kepuasan pasien dan keluarga.
7. Keterlambatan waktu tindakan hemodialisis.
8. Respon time teknisi dalam penanganan kerusakan alat.
BAB IX
PENUTUP

Syukur Alhamdulliah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmat-Nya, sehingga kita dapat menyelesaikan buku tentang Pedoman
Pelayanan Instalasi Hemodialisis. Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Hemodialisis ini
mempunyai peran penting karena bermanfaat sebagai panduan dalam melaksanakan
kegiatan di Instalasi Hemodialisis.
Upaya terus menerus untuk mengacu pada standar pelayanan terbaik adalah harapan
daripada konsumen kesehatan. Melalui pelayanan prima, diharapkan kualitas hidup para
penderita gagal ginjal kronis dapat ditingkatkan. Penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi
Hemodialisis ini merupakan langkah awal menuju suatu proses yang panjang, sehingga
memerlukan kerjasama dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk tercapaianya
sebuah tujuan.Pedoman Pelayanan Instalasi Hemodialisis ini dibuat agar dapat dijadikan
acuan pelaksanaan pelayanan di Instalasi Hemodialisis agar pelayanan dapat berjalan
dengan baik dan terstandar sehingga tercipta pelayanan yang aman dan professional.
Demikian harapan kami atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Saran dan kritik kami nantikan untuk pengembangan Instalasi Hemodialisis di masa
mendatang. Tak lupa kami ucapkan permintaan maaf apabila dalam penyusunan Pedoman
Pelayanan Instalasi Hemodialisis ini ada kalimat atau susunan kata yang tidak berkenan.
Semoga buku Pedoman Pelayanan Instalasi Hemodialisis dapat bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik., 2008. Pedoman
Pelayanan Hemodialisis Di Sarana Pelayanan Kesehatan.
National Kidney Foundation., 2009. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative
(K/DOQI)
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan., 2007. Izin Praktik Dan Pelaksanaan
Praktik Praktik Kedokteran No. 512/Menkes/Per/V/2007
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan., 2010. Penyelenggaraan Pelayanan
Dialisis Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan No. 812/Menkes/Per/VII/2010

Anda mungkin juga menyukai