Anda di halaman 1dari 2

Resume Kebutuhan Nutrisi Pasien ICU

Oleh: Nuzlie Rizky Brillianita (I1B016073/A)

Kebutuhan nutrisi pasien ICU pasti berbeda dengan kebutuhan pasien yang
lain karena kondisi mereka secara tidak langsung menyebabkan perubahan kondisi
metabolism yang awalnya anabolik menjadi katabolik. Hal ini mengakibatkan
perubahan signifikan proses tubuh dalam mengolah karbohidrat, protein, dan lemak
sehingga rentan mengalami malnutrisi. Untuk itu, pasien ICU membutuhkan
penanganan khusus dalam pemenuhan nutrisi dengan menyediakan asupan kalori dan
protein yang adekuat, mencegah dan memperbaiki defisiensi nutrisi, mengoptimalkan
proses penyembuhan luka, dan meningkatkan sistem imun. Komponen yang perlu
diperhatikan untuk mencapai itu semua diantaranya derajat keparahan penyakit,
organ-organ tubuh yang terlibat, kekacauan metabolisme, fungsi gastrointestinal, dan
pengaruh prosedur pengobatan. Hal yang dapat dilakukan perawat untuk
mengidentifikasi komponen tersebut adalah pengkajian fisik dengan fokus pada status
nutrisi pasien seperti mengkaji kesehatan mulut, turgor kulit, riwayat diet, dan BMI
(Body Mass Index).

Dukungan nutrisi seharusnya diberikan dalam rentang 48 jam setelah


penerimaan pasien di ICU untuk memastikan bahwa kebutuhan nutrisi telah
terpenuhi. Pada pasien lebih dari tujuh hari diwajibkan untuk menentukkan rute
kebutuhan kalori dan protein. Begitu pula pasien kurang dari tujuh hari dengan BMI
dibawah 18,5. Sedangkan pasien kurang dari tujuh hari dengan BMI diatas 18,5
dianjurkan untuk mendapatkan injeksi dekstrose, namun apabila terdapat perubahan
klinis maka intervensi yang dilakukan tetap dibuat rute kebutuhan kalori dan protein.

Tipe pemberian nutrisi di ICU ada dua, yaitu enteral dan parenteral. Enteral
sendiri merupakan pemberian nutrisi melalui saluran pencernaan. Kelebihan dari tipe
ini adalah menjaga integirtas usus, murag, dan dapat mencegah hipermetabolik.
Kelemahannya membutuhkan fungsi gastrointestinal yang baik, waktu lebih lama,
dan memiliki banyak kontraindikasi.

Berdasarkan lama pemasangannya, nutrisi enteral dibagi menjadi akses jangka


panjang dan akses jangka pendek. Akses jangka panjang contohnya G-tube, J-tube,
dan G-J tube. Risiko dari akses jangka panjang dapat menimbulkan perdarahan,
infeksi, dan dislokasi tube. Kemudian contoh akses jangka pendek terdapat Salem
Sump Nasogastric atau Orogastric dan Nasoenteric Feeding Tube. Sedangkan untuk
nutrisi parenteral memiliki keuntungan berupa tidak membutuhkan berfungsinya
gastrointestinal dan memberikan dukungan penuh dalam rentang kurang dari 24 jam.
Disisi lain kelemahannya, menyebabkan atropi intestinal, membutuhkan akses vena
sentral, meningkatkan risiko komplikasi infeksi, pemberian nutrisi melalui vena
perifer tidak cocok untuk pasien kritis, meningkatkan risiko trombosis.

Anda mungkin juga menyukai