Anda di halaman 1dari 2

Resume Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasca Bedah Mayor

Oleh: Nuzlie Rizky Brillianita (I1B016073/A)

Pengkajian yang cermat merupakan akar dari keberhasilan intervensi yang


bersifat segera dalam mencapai fungsi hidup pasien yang optimal dengan nyaman dan
aman. Pengkajian yang seperti ini selalu ditemui pada kasus pasien pasca bedah
bedah mayor. Tindakan keperawatan yang dilakukan terdiri dari pengelolaan jalan
nafas, monitor sirkulasi, monitor cairan dan elektrolit, monitor suhu tubuh,
pengelolaan keamanan dan kenyamanan pasien, serah terima pasien antara petugas
ruang bedah dan ruang perawatan. Proses keperawatan pasca operasi dilakukan secara
berkelanjutan baik di ruang pemulihan, ruang intensif, dan ruang rawat inap bedah.
Fase ini meliputi kondisi pasien sudah masuk di ruang pemulihan sampai pasien
mulai sadar dan dibawa ke ruang rawat inap. Probabilitas kesembuhan pasien
dipengaruhi oleh jenis operasinya. Jenis operasi dibagi menjadi beberapa kelompok
diantaranya berdasarkan tujuan, tingkat risiko, dan teknik. Kelompok operasi
berdasarkan tujuan terdiri atas mendiagnosis (biopsi), mencegah (pengangkatan
polip), menghilangkan (masektomi), mengembalikan atau rekonstruksi (bedah
plastik), dan paliatif. Kemudian, kelompok operasi berdasarkan tingkat risiko terdiri
dari mayor yang meliputi organ-organ vital tubuh dan minor yang meliputi organ
terluar tubuh.

Tanda gejala yang dialami pasien pasca bedah mayor sangat kompleks karena
melibatkan sistem homeostasis tubuh. Pertama, sistem kardiovaskuler pasien
umumnya mengalami perdarahan yang ditandai dengan status tanda-tanda vital dan
balutan luka yang pebuh dengan drainase darah serta hipoksia. Kemudian sistem
pernafasan yang umumnya terlihat dari depresi pernafasan, frekuensi, kedalaman
nafas, kesimetrisan gerakan dinding dada, bunyi nafas, dan membran mukosa. Sistem
persyarafan dapat dinilai dari skor GCS pasien. Sistem perkemihan dapat dipantau
pengeluaran urin untuk menilai apakah ada retensi urin atau tidak. Sistem
gastrointestinal dapat diinspeksi dari respon mual muntah dan juga flatus atau
defekasi. Tanda gejala tersebut dapat ditemukan saat dilakukan pengkajian.
Pengkajian yang dapat dilakukan adalah pengkajian ABC (Airway, Breathing,
and Circulation). Dimulai dari pengkajian airway (jalan nafas) untuk mencegah
penyumbatan jalan nafas. Uji kepatenan jalan nafas dengan cara memanggil pasien,
apabila pasien dapat menyahut dengan mengeluarkan suara maka jalan nafasnya baik.
Tanda lain yang dapat dikaji adalah pasien mendengkur atau gurgling, terdapat suara
nafas tidak normal atau stridor, hipoksia, penggunaan otot bantu pernafasan, sianosis.
Perawat harus memperhatikan dan mendengarkan bukti adanya gangguan pada jalan
nafas ataupun potensi penyebab sumbatan seperti muntahan, perdarahan, gigi lepas
atau hilang, gigi palsu, trauma wajah. Lakukan tindakan yang dapat membantu
bukaan jalan nafas dengan cara TDAD (Tekan Dahi Angkat Dagu), suction,
oropharyngeal airway untuk pasien tidak sadar, nasopharyngeal airway untuk pasien
sadar, laryngeal mask airway, dan intubasi. Pengkajian yang kedua adalah breathing
atau pernafasan untuk menilai kepatenan pernafasan. Hal yang perlu dilakukan
diantaranya dengan menilai ventilasi dan oksigenasi pasien, inspeksi tanda-tanda
sianosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wound, dan penggunaan otot
bantu pernafasan. Lalu dilanjut dengan palpasi untuk mengetahui adanya pergeseran
trakea, fraktur tulang iga, subcutaneous emphysema. Kemudian perkusi pasien untuk
diagnosis adanya haemothorax dan pneumothorax. Perhatikan juga suara abnormal
pada dada dengan melakukan auskultasi. Lakukan tindakan berupa pemberian terapi
oksigen, intubasi, dan nebulizer. Terakhir, pengkajian sirkulasi untuk mengetahui dan
memperbaiki gangguan apabila terjadi syok. Diagnosis syok ditemui dari temuan
klinis berupa hipotensi, takikardi, takipnea, hipotermi, pucat, ekstremitas dingin,
penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin. Lakukan perbaikan volume
dengan memasukkan cairan melalui intravena dengan katup infus pada posisi loss.
Selain pengkajian ABC, perawat juga dapat melakukan pengkajian AVPU
(Alert, Vocalises, Pain, Unresponsive) untuk mengetahui tingkat kemampuan pasien
dalam berespon dengan melihat apakah pasien dapat berespon dengan baik dan
mematuhi perintah atau tidak. Setelah mempelajari pola pengkajian pasca bedah
mayor, dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan yang mungkin muncul berupa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, gangguan pola nafas, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan efek anastesi, kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
luka pasca bedah, nyeri berhubungan dengan tindakan operatif invasif, kekurangan
volume cairan berhubungan dengan cairan intra atau post operasi, risiko infeksi, dan
risiko injuri berhubungan dengan efek anastesi.

Anda mungkin juga menyukai