Anda di halaman 1dari 1

Keperawatan kritis merupakan tindakan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan

kondisi krusial sehingga membutuhkan penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati dalam rangka
mencari penyelesaian/jalan keluar. Sekilas, tindakan keperawatan kritis terlihat sama dengan keperawatan
gawat darurat karena saling kejar-mengejar dengan waktu. Namun pada teorinya, keperawatan kritis
memiliki perbedaan yang mendasar dengan keperawatan gawat darurat. Perbedaan tersebut diantaranya
keperawatan gawat darurat memiliki informasi terbatas tentang pasien sehingga pengkajian yang
dilakukan tidak harus lengkap sedangkan keperawatan kritis memiliki pengkajian yang lebih lengkap
namun memiliki waktu yang terbatas karena kondisi pasien berada pada ujung kehidupan. Tenaga
perawat yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan optimal harus memiliki keahlian khusus di bidang
asuhan keperawatan kritis. Keahlian ini diperlukan karena perawat pasien kritis harus selalu memantau
kondisi pasien di sebuah ruangan khusus atau unit perawatan intensif. Pada ruangan tersebut pasien juga
dipantau oleh tenaga kesehatan maupun non-kesehatan lain selain perawat, contohnya: dokter, nutrisionis,
apoteker, terapis, rohaniawan, dan tenaga lainnya yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan perkembangan
pasien. Konsep pelayanan kritis lebih menitikberatkan pada mempertahankan hidup pasien sedangkan
prinsip keperawatan kritis harus selalu mengenali tanda-tanda memburuknya patofisiologis yang dialami
pasien sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan dini untuk menyelamatkan nyawa pasien. Menurut
Jevon dan Ewens (2009), keperawatan kritis memiliki filosofi tanpa dinding pembatas dengan arti
kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun pasien tersebut berada. Hal ini dikarenakan,
keperawatan kritis memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitor penilaian setiap
tindakan yang telah dilakukan. Jika dilihat dari segi etika, keperawatan kritis ditujukan untuk mengatur
kepuasan pasien dalam mendapat pelayanan keperawatan meskipun kondisi pasien tidak sadar tanpa
mengabaikan perijinan dari pihak pasien atau keluarga yang bersangkutan. Oleh karena itu, perawat tidak
hanya berperan dalam pemberi asuhan saja namun pembuat keputusan, manajer kasus, pelindung dan
advokat pasien, rehabilitator, pembuat kenyamanan, pemberi keyakinan, educator, kolabolator, konsultan,
dan pembaharu. Ketidakstabilan kondisi pasien kritis mendorong perawat untuk selalu siaga, teliti,
tanggap, dan tepat dalam memberi pelayanan terbaik untuk pasien. Hal tersebut membutuhkan pola pikir
yang kritis dalam mencari solusi dari sebuah masalah dengan didukung kemampuan perawatan yang
terampil. Maka dari itu, terdapat spesifikasi khusus untuk mengangkat seorang perawat berada di ruangan
perawatan intensif karena perlu jam terbang yang tinggi sehingga memiliki banyak pengalaman dan juga
telah mengikuti pelatihan tindakan keperawatan kritis.

Anda mungkin juga menyukai