Anda di halaman 1dari 75

Laporan Praktikum

BOTANI FARMASI
“SEL TUMBUHAN”

OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : B-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : JUMRIANI RANNU

LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Lembar Pengesahan

BOTANI FARMASI
“DETERMINASI TANAMAN”
OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : B-S1 FARMASI 2021

1. ANJENG RAMDAENI (821421065)


2. ARIFAH RAMADHANI KUMALI (821421105)
3. FADLIANA EKAPUTRI SYAWAL (821421084)
4. ISMIRANDA WAHYUNI ENGAHU (821421104)
5. NAZZUL HILMI BIKI (821421069)
6. NURMIATI I. PANU (821421003)
7. RIVA TRIANA HALID (821421083)
8. UUN TIALO (821421101)

Gorontalo, 5 November 2021 NILAI

Mengetahui, Asisten

JUMRIANI RANNU
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji syukur bagi Allah SWT dengan nikmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan praktikum Botani Farmasi dengan judul “Benda-
benda Ergastik”. Adapun tujuan dari kami menulis laporan ini yakni untuk
memenuhi tugas laporan praktikum dari Asisten pada praktikum Botani Farmasi.
Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang benda
benda ergasik pada sel-sel tumbuhan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam hal menyelesaikan laporan ini. Kami
sangat menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna, hal ini
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar laporan ini bisa dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Semoga
penulisan laporan praktikum ini dapat bermanfaat terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, 5 November 2021

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Maksud Percobaan ................................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan ..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................3
2.1 Dasar Teori ............................................................................................3
2.2 Uraian Tanaman ..................................................................................10
2.3 Uraian Bahan .......................................................................................29
BAB III METODE KERJA.............................................................................31
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan.........................................................31
3.2 Alat Dan Bahan ...................................................................................31
3.3 Cara Kerja ...........................................................................................31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................35
4.1 Hasil Pengamatan ................................................................................35
4.2 Pembahasan .........................................................................................40
BAB V PENUTUP ..........................................................................................45
5.1 Kesimpulan..........................................................................................45
5.2 Saran ....................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi
farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat
(drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan kefarmasian mencakup pula
penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep
(persecription) dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara
lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual langsung kepada
pemakai. Di jurusan farmasi kita akan menjumpai beberapa mata kuliah baik yang
umum maupun yang khusus, untuk mahasiswa semester I mereka akan
mendapatkan mata kuliah botani (Voigt, 1984).
Botani merupakan ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan dan peran
tumbuhan bagi kehidupan. Mempelajari botani tidak hanya mempelajari
tumbuhan secara teoritis tapi mendalami ilmu botani untuk lebih menghargai dan
menyadari peran penting tumbuhan secara fungsional bagi kehidupan.
Sel adalah bagian terkecil yang terdapat pada makhluk hidup. Setiap
Makhluk hidup pasti memiliki sel, jika tidak maka dia bisa dikatakan bukan
makhluk hidup, karena dalam tubuh makhluk hidup ada yang namanya organ,
jaringan, dan sel. Kumpulan dari beberapa sel disebut jaringan, dan kumpulan dari
beberapa jaringan disebut organ. Jadi, sel merupakan hal, mendasar dari segala
aktifitas dalam tubuh kita. Tidak hanya makhluk hidup yang mengalami
perkembangan dan pertumbuhan, sel juga mengalami yang demikian, karena sel
juga ada yang hidup dan ada juga yang mati. Sel hidup merupakan sel yang masih
aktif bekerja di bidangnya, artinya sel hidup adalah sel masih terus bekerja tanpa
henti, terus mengalami pembelahan dan lain-lain. Sedangkan sel mati adalah sel
yang sudah tidak bekerja pada tubuh makhluk hidup, artinya sel ini sudah tidak
bekerja untuk kehidupan makhluk hidup.

1
Di dalam sel tumbuh-tumbuhan terdapat banyak benda-benda yang
nonprotoplasmik, yang biasanya berada dalam vakuola, dalam plasma sel dan
kerap kali pula dalam plastid. Benda yang nonprotoplasmik ini terdiri dari
substansi (bahan) organik atau anorganik, dapat bersifat cair ataupun padat.
Menurut para ahli botani, benda-benda yang nonprotoplasmik itu umumnya
merupakan makanan cadangan dan sering diketemukan dalam jumlah besar pada
tempat-tempat penimbunan cadangan makanan cadangan, seperti misalnya pada
akar, umbi, buah, biji dan lain-lain.
Benda-benda mati yang terdapat dalam sel-sel tumbuhan disebut benda
ergas (“Ergastic Substances”). Benda ergastik merupakan benda nonprotaplasma
yang ditemukan di dalam sel. Protoplasma yang hidup di sel di sebut juga
bioplasma dan benda dengan dengan zat ergastik. Benda organik dan nonorganik
produk metabolisme dapat membantu organisme dalam pertahanan dalam
memelihara struktur sel, juga untuk penyimpanan substansi dalam vakuola dan
dindng sel. Benda ergastik terdiri atas dua sifat yaitu ada yang bersifat cair dan
padat. Benda atau zat yang bersifat cair yaitu : pati, protein, cairan sel, minyak
dan lemak, minyak etheris dan damar, serta benda yang bersifat padat : Kristal ca-
oksalat, kristal anorganik, dan butir amilum (Sutrian, 2004).
Untuk lebih mngetahui seperti apa penampakan dari benda-benda ergastik
tersebut, maka dilakukan praktikum percobaan bnda-benda ergastik untuk
mengamati secara langsung beberapa sampel yang akan diamati benda-benda
ergastiknya lewat mikroskop.
1.2 Maksud Percobaan
1. Untuk mengetahu apa itu benda-benda ergastik
2. Untuk mengetahui jenis jenis dari benda ergastik
1.3 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi serta deskripsi mendalam
tengtang benda-benda ergastik
2. Agar Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis benda ergastik mulai dari
pembagiannya sampai contoh-contohnya

2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Benda ergastik merupakan benda nonprotaplasma yang ditemukan didalam
sel. Protoplasma yang hidup di sel disebut juga bioplasma dan benda dengan
dengan zat ergastik. Benda organik. dan nonorganik produk metabolisme dapat
membantu organisme dalam pertahanan dalam memelihara struktur sel, juga
untuk penyimpanan substansi dalam vakuola dan dinding sel. Benda ergastik
terdiri atas dua sifat yaitu ada yang bersifat cair dan padat. Benda atau zat yang
bersifat cair yaitu pati, protein, cairan sel, minyak dan lemak, minyak etsiri dan
damar, serta benda yang bersifat padat Kristal ca-oksalat, kristal anorganik, dan
butir amilum (Sutrian, 2004)
1. Pati
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas
amilosa dan amilopektin (Jacobs dan Delcour 1998). Pati dapat diperoleh dari biji-
bijian, umbi-umbian, sayuran, maupun buah-buahan Sumber alami pati antara lain
adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul, beras, sagu,
amaranth, ubi kayu, ganyong, dan sorgum. Pemanfaatan pati asli masih sangat
terbatas karena sifat fisik dan kimianya kurang sesuai untuk digunakan secara
luas. Oleh karena itu, pati akan meningkat nilai ekonominya jika dimodifikasi
sifat-sifatnya melalui perlakuan fisik, kimia, atau kombinasi keduanya (Liu et al.
2005). Pati berbentuk granula atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan yang
karakteristik. Lapisan-lapisan ini serta ukuran dan bentuk granula seringkali khas
bagi beberapa spesies tanaman sehingga dapat digunakan untuk identitas tanaman
asalnya (Claus, et al., 1970). Secara umum pati terdiri dari 20% bagian yang larut
air (amilosa) dan 80% bagian yang tidak larut dalam air (amilopektin).
Amilosa merupakan molekul yang lurus, terdiri dari 250 sampai 300
satuan D-glukopiranosa dan dihubungkan secara seragam oleh ikatan alfa-1,4
glikosida yang cenderung menyebabkan molekul tersebut dianggap berbentuk
seperti uliran (helix), amilopektin terdiri dari 1000 atau lebih satuan glikosa yang
kebanyakan juga dihubungkan dengan hubungan alfa-1,4. Namun terdapat juga

3
sejumlah hubungan alfa-1,6 yang terdapat pada titik-titik percabangan. Jumlah
hubungan semacam ini terdapat kurang lebih 4% dari jumlah hubungan atau satu
untuk setiap 25 satuan glukosa.
Struktur pati pada tumbuhan yaitu Pati dalam hal ini merupakan simpanan
karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan karbohidrat utama yang
dimakan manusia. Untuk komposisi amilosa dan amilopektin berbeda 5 dalam
berbagai makanan yang mengandung pati. Amilopektin pada umumnya terdapat
dalam jumlah yang lebih besar.
Sebagian besar pati ini mengandung antara 15% dan 35% amilosa. Dalam
butiran pati, rantai-rantai amilosa dan amilopektin tersusun dalam bentuk semi
kristal, yang menyebabkan tidak larut dalam air dan memperlambat
pencernaannya oleh amilase pankreas. Bila dipanaskan dengan air, struktur kristal
rusak dan rantai polisakarida akan mengambil posisi acak. Hal ini yang
menyebabkan mengembang dan memadat "gelatinasi", cabang-cabang dalam
amilopektin yang terutama dapat menyebabkan pembentukan gel yang cukup
stabil.
Dalam proses pemasakan pati di samping menyebabkan pembentukan gel
juga dapat memecah sel, yang sehingga memudahkan pencernaannya. Dalam
proses pencernaan semua bentuk pati dihidrolisis menjadi glukosa. Butiran pati
sama sekali tidak larut dalam air dingin dan pada pemanasan butiran pati tiba-tiba
mulai menggembung pada suhu penggelatinan. Umumnya pati dengan butiran
besar menggembang pada suhu lebih rendah dari pada pati berbutir kecil. Suhu
penggembungan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu, pH, laju pemanasan,
pra perlakuan, adanya garam dan gula.
Sifat karakteristik pati yaitu Pati (starch) merupakan zat tepung dari
karbohidrat dengan suatu polimer senyawa glukosa yang terdiri dari dua
komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Polimer linier dari D-glukosa
membentuk amilosa dengan ikatan (alfa)-1,4-glukosa. Sedangkan polimer
amilopektin adalah terbentuk dari ikatan (alfa)-1,4-glukosida dan membentuk
cabang pada ikatan (alfa)-1,6-glukosida.

4
Amilosa bersifat sangat hidrofilik, karena banyak mengandung gugus
hidroksil. Maka, molekul amilosa cenderung membentuk susunan paralel melalui
ikatan hidrogen. Kumpulan amilosa dalam air sulit membentuk gel, meski
konsentrasinya tinggi. Karena itu, molekul pati tidak mudah larut dalam air
Berbeda dengan amilopektin yang strukturnya bercabang, pati akan mudah
mengembang dan membentuk koloid dalam air.
Pati merupakan komponen terbesar yang terdapat pada singkong, beras,
sagu, jagung, kentang, talas, dan ubi jalar. Pemanfaatan pati sebagai bahan baku di
kalangan industri berupa produk makanan dan obat-obatan Khusus untuk industri
makanan, pati sangat penting untuk pembuatan makanan bayi, kus, pudding,
balian pengental susu, permen jelly, dan pembuatan dekstrin.
Salah satu sifat pati adalah tidak larut dalam air dingin, karena molekulnya
berantai lurus atau bercabang tidak berpasangan, sehingga membentuk jaringan
yang mempersatukan granula pati. Selain itu, kesulitan dalam penggunaan pati
adalah selain pemasakannya memakan waktu yang cukup lama, pasta yang
terbentuk juga cukup keras. Karena itu pati tersebut perlu dilakukan modifikasi
agar diperoleh sifat-sifat yang cocok untuk aplikasi tertentu. Dengan demikian,
pati memiliki kegunaan yang lebih banyak pada industri makanan.
2. Amilum
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian
(Poedjiadi, A. 2000). Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar
luas pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau
sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga
tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam
biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum
merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 20% bahan kering umbi kentang
(Gunawan, 2004).
Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah
polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin.

5
a. Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan a14
glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka.
b. Amilopektin : Terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar
mempunyai ikatan 14-glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-glikosidik, adanya ikatan
1,6 glikosidik menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin
berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar dari
pada molekul amilosa karena terdiri atas lebih 1000 unit glukosa (Poedjiadi, A.
2009).
Menurut Gunawan (2004) amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air
(amilosa) dan 80% bagian yang tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum
oleh asam mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir
kuantitatif. Bentuk sederhana amilum adalah glukosa dan rumus struktur glukosa
adalah CO, dan rumus bangun dari a-D-glukosa.
Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga
menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim
amilase, dalam air ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas
terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat pada makanan kita
oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk ß- maltosa
(Poedjiadi, A. 2009).
Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh dari
berbagai bagian tanaman, misalnya endosperm biji tanaman gandum, jagung dan
padi dari umbi kentang: umbi akar Manihot esculenta (pati tapioka); batang
Metroxylon sagu (pati sagu); dan rhizoma umbi tumbuhan bersitaminodia yang
meliputi Canna edulis, Maranta arundinacea, dan Curcuma angustifolia (pati umbi
larut) (Fahn, 1995).
Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi
adalah jagung (Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang (Solanum
tuberosum), ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot utilissima)
(Gunawan, 2004).
Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari
Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum

6
tuberosum Linne (Solanaceae). Granul amilum jagung berbentuk poligonal,
membulat atau sferoidal dan mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum
dan kentang mempunyai komposisi yang kurang seragam, masing-masing
mempunyai 2 tipe granul yang berbeda (Gunawan, 2004).
Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai
bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi
tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat
diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dan amilum
gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria
(Gunawan, 2004).
Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi.
Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang
kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai
pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai
musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi basah (Anwar,
2004).
Amilum hidroksi-etil adalah bahan yang semi sintetik yang digunakan
sebagai pengencer plasma (dalam larutan 6%). Ini merupakan pengobatan
tambahan untuk kejutan yang disebabkan oleh pendarahan, luka terbakar,
pembedahan, sepsis, dan trauma lain. Sediaan amilum yang terdapat dalam.
pasaran adalah Volex (Gunawan, 2004).
Fungsi amilum dalam dunia farmasi digunakan sebagai bahan penghancur
atau pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu hancurnya tablet
setelah ditelan (Syamsuni H.A. 2007).
3. Aleuron
Dalam sel-sel tumbuhan, protein biasa berbentuk padat yang merupakan
zat ergastik. Pada awalnya, protein cadangan terlarut dalam cairan sel misalnya
pada biji. Dengan bertambah dewasanya, selanjutnya biasa mengering maka
protein tertinggal dalam vakuola kekurangan air sehingga bentuk molekul molekul
protein berubah dan terbentuklah kristal-kristal protein. Vakuola yang
mengandung kristal-kristal semacam ini disebut aleuron.

7
4. Kristal kalsium oksalat
Kalsium oksalat (CaC204) dan kalsium karbonat (CaCO3) adalah bahan
pembentuk batu saluran kemih atau batu ginjal. Kalsium oksalat dan kalsium
karbonat adalah senyawa yang sukar larut dalam air dapat dihasilkan akibat
terhambatnya pengeluaran air seni. Ketika genangan air seni berada di kandung
kemih atau ginjal dalam waktu lama dapat menimbulkan pengkristalan dari zat
yang terlarut di dalamnya. Jika kondisi ini ini dibiarkan maka batu-batu itu akan
semakin besar dan dalam kondisi seperti itu masalah akan semakin sulit ditangani
(Permadi, 2006).
Oksalat pada umumnya membentuk kristal dengan kalsium. Oksalat dalam
air kemih berasal dari dalam tubuh (endogen), dan juga berasal dari makanan yang
kita makan serta hasil metabolisme vitamin C. Membatasi konsumsi sukan
kalsium berarti mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi (Cahanar
dan Suhanda, 2006).
Kalsium karbonat juga berasal dari makanan yang kita makan
mengandung kadar kalsium karbonat terlalu tinggi sehingga mendekam di ginjal.
Tanpa penanganan yang baik, dapat menjadi berbahaya karena akan berlanjut
menjadi penyakit gagal ginjal. Secara medis, penyakit ini biasanya ditangani
dengan cara mengonsumsi obat, operasi, penembakan sinar laser atau gelombang
kejut. Penentuan cara yang hendak dipilih tentu saja sangat tergantung dari
kondisi pasien.
5. Minyak Etheris
Menurut Hardjono, (2004) Minyak atsiri adalah minyak terbang atau
minyak yang mudah menguap dan terdiri dari campuran senyawa berwujud cair
yang diperoleh dari penyulingan berbagai bagian tanaman, seperti kulit, daun,
akar, batang, buah, biji dan bunga.
Menurut Gunawan dan Mulyani, (2004) Minyak atsiri adalah suatu zat
berbau yang terdapat pada tanaman. Pada suhu kamar, minyak ini bersifat mudah
menguap, dalam keadaan mumi dan segar, pada umumnya tidak berwarna.
Ciri-ciri Minyak ini memiliki karakteristik tertentu, yaitu memiliki titik
uap rendah sehingga mudah menguap. Susunan senyawa yang terdapat dalam

8
minyak esensial ini sangat kuat, sehingga mampu mempengaruhi saraf manusia
(hidung), dampaknya adalah efek psikologis tertentu.
Minyak atsiri memiliki rasa getir (pungen taste), berbau wangi sesuai bau
sumber minyak berasal, serta larut dalam pelarut organik, namun tidak larut dalam
air.
a. Memiliki titik uap yang rendah sehingga mudah menguap.
b. Mengandung komponen yang kuat sehingga berpengaruh terhadap indera
penciuman.
c. Sulit larut dalam air dan pelarut polar lainnya.
d. Pembuatannya berasal dari campuran berbagai senyawa yang
menghasilkan bau atau aroma khas sesuai sumbernya
Komposisi dan kandungan Sesuai tanaman sumbernya, minyak esensial
memiliki campuran komponen senyawa yang berbeda-beda. Tidak ada minyak
atsiri yang tersusun dari senyawa tinggal, dan umumnya terdiri dari berbagai
kandungan persenyawaan kimia dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen
(O).
Sebagian besar komposisi minyak atsiri tersusun dari senyawa terpen.
Terpen merupakan senyawa alami yang strukturnya dibagi dalam satuan-satuan
isoprena (C5H8). Satuan isoprene saling bergabung sehingga membentuk rantai
yang lebih panjang.
Senyawa terpen yang terdiri dari 2 satuan isoprene disebut monoterpen
(C10H16), senyawa yang mengandung 3 satuan isoprena disebut seskuiterpen
(C15H24), senyawa yang mengandung 4 satuan isoprena disebut triterpen
(C30H48), dan seterusnya.
Jenis terpen yang paling sering ditemukan dalam komponen susunan
minyak atsiri adalah monoterpen, seperti pada minyak penyulingan daun mint
yang merupakan salah satu unsur kimia yang aktif secara potensial, selain gas
volatil seperti menthol, mentol, metil asetat, neomenthol, isomenton,
menthofuran, limonene, pulegenon, alfa dan beta pinen, trans-sabin hidrat.

9
Sumber minyak etheris Minyak atsiri dapat diperoleh dari proses
penyulingan berbagai jenis tanaman dan bagian-bagiannya, seperti daun, bunga,
buah, biji, batang atau kulit dan akar.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Umbi kentang (Solanum tuberosum)
a. Klasifikasi tanaman Menurut (Rukmana,1997)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : solanales
Famili : solanaceae
Genus : solanum Gambar 2.2.1
Spesies : solanum tuberosum L Kentang
(Solanum tuberosum)
b. Morfologi Tanaman
Akar tunggang menembus tanah sampai kedalam 45cm, dan akar serabut
tumbuh menyebar kea rah samping.akar berwarna keputih-putihan dan berukuran
sangat kecil.di antara akar akar ada yang nantinnya berubah bentuk dan fungsi
menjadi bakal umbi (stolon) yang selanjutnya menjadi umbi kentang. Akar
tanaman berfungsi menyerap zat-zat hara dan untuk memperkokoh berdirinya
tanaman.
Batang berbentuk segi empat atau segi lima,tergantung varietasnya batang
kentang tidak nerkayu dan bertekstur agak keras dengan permukaan batang halus,
umumnya lemah hingga mudah roboh bila terkena angin kencang. Warna batang
umumnya hijau tua dengan pigmen ungu. Batang bercabang dan setiap cabang
mengalami penebalan.batang bercabang dan setiap cabang ditumbuhi oleh daun
yang rimbun.batang berfungsi sebagai jalan zat hara dari tanah ke daun dan
menyalurkan hasil fotosintesis dari daun kebagian tanaman yang lain.
Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi dalam rangka
pembentukan karbohidrat,lemak,protein,vitamin,dan mineral.hasil dari fotosintesis
atau asimilasi digunakan dalam bentuk vegetative, pertumbuhan generative,
respirasi dan persediaan makanan (samadi,2007).

10
Bunga tanaman kentang ada yang berbunga ada yang tidak tergantung
varietasnya. Warna bunga pun bervariasi.bunga kentang berjenis kelamin
dua.bunga yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji.
Buah berbentuk buni dan didalamnya terdapat banyak biji
kentang(solanum tuberosum L) merupakan tanaman dari suku solanaceae yang
mempunyai umbi batang yang bisa dikonsumsi.
c. Kandungan kimia
Umbi kentang merupakan sumber karbohidrat yang mengandung vitamin
mineral yang cukup tinggi.menurut minarno(2008). Karbohidrat merupakan
persenyawaan kimia yang mengandung unsure karbon (C), hydrogen (H), oksigen
(O) karbohidrat merupakan hasil proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman
berhijau daun.kentang merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan pati
yang tinggi dan merupakan bahan pangan yang pokok serta mudah dperoleh
(Minarno,2008)
d. Manfaat
Kentang juga dimanfaatkan menjadi berbagai hasil industri makanan
olahan. Kentang memiliki kadar air cukup tinggi, yaitu sekitar 70 - 80% (Susila,
2010). Hal itu yang menyebabkan kentang segar mudah rusak. Secara umum,
hasil olahan kentang dapat berupa tepung, kentang kering, kentang beku, dan
keripik kentang. French fries merupakan produk olahan yang semakin populer
dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia (Wattimena, 2006).
2.2.2 Padi (Oryza sativa)
a. Klasifikasi tanaman Menurut (Rukmana, 1994)
Kingdom : Plantae (tumbuh-tubuhan)
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monokotil
Famili : Graminaceae Gambar 2.2.2
Genus : Oryza Padi
Spesies : Oryza sativa (Oryza sativa)

11
b. Morfologi
Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.), Ini terbagi menjadi beberapa
bagian seperti Akar, Batang. Daun, Malai, Bunga dan Buah, berikut adalah
morfologinya Akar tanaman padi berbentuk serabut, namun akar padi ini terdiri
dari 4 bagian, seperti akar Radikula merupakan akar yang tumbuh pada saat benih
mulai berkecambah. Pada benih yang sedang berkecambah timbul calon akar dan
batang, selanjutnya setelah 5-6 hari terbentuk akar tunggang, akar serabut akan
tumbuh disebut akar serabut (akaradventif), kemudian akar rambut merupakan
bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan akar serabut. Akar ini merupakan
saluran pada kulit akar yang berada diluar, dan ini penting dalam pengisapan air
maupun zat-zat makanan. Akar rambut biasanya berumur pendek sedangkan
bentuk dan panjangnya sama dengan akar serabut dan yang terakhir disebut akar
tajuk atau crown roots, akar ini adalah akar yang tumbuh dari ruas batang
terendah. Akar tajuk ini dibedakan lagi berdasarkan letak kedalaman akar di
dalam tanah yaitu akar yang dangkal dan akar yang dalam. Apabila kandungan
udara di dalam tanah rendah, maka akar-akar dangkal mudah berkembang.
Tanaman memiliki batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu
berbentuk bulat dengan kosong dibagian tengahnya, pada buku bagian bawah dari
ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas.
Tanaman padi mempunyai daun yang panjang dengan mempunyai tulang daun
dibagian tengahnya, pada bagian daun ditumbuin bulu-bulu halus. Warna daun
padi berwarna hijau jika masih muda, dan jika sudah tua berwarna kuning. Daun
padi terbagi 3 bagian, yang pertama helaian padi, pelepah daun dan lidah daun.
Bunga padi berwarna putih, biasanya mulai mekar sekitar jam 9-10 pagi dan
menutup pada jam 3-4 sore bunga padi tebagi menjadi beberapa bagian seperti
kepala sari, tangkai sari, palea (belahan yang besar), lemma (belahan yang kecil),
kepala putik, dan tangkai bunga, kumpulan bunga padi disebut malai padi. Buah
padi atau kita sering menyebutnya gabah, buah padi muda berwarna hijau jika
sudah matang buah padi akan berwarna kuning. Buah padi mempunyai lapisan
yang disebut sekam. Bentuk buah padi lonjong dengan diujung buah runcing.

12
c. Kandungan Kimia (Tjitrosoepomo, 2004)
Sebagaimana butir serealia lain, bagian terbesar beras iominasi oleh pati
(sekitar 80-85%) beras juga menganung protein, vitamin (terutama paa bagian
aleuron, mineral, an an. Pri beras tersusun dari dua polimer karbohirat amilosa,
pati, dengan struktur tidak bercabang.
d. Manfaat Tanaman (Tjitrosoepomo, 2004)
Manfaat dari padi yaitu Sebagai sumber tenaga, mengurangi resiko
tekanan darah tinggi, mencegah kanker, merawat kulit, dan menguatkan jantung.
2.2.3 Biji Jarak (Ricinus communis L.)
1. Klasifikasi Tanaman (Heyne, 1987)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiaies
Gambar 2.2.3
Famili : Euphorbiaceae Biji jarak
Genus : Ricinus (Ricinus communis L)

Spesies : Ricinus communis L.


2. Morfologi
Jarak pagar (Ricinus communis L.)merupakan tanaman perdu atau terna
dengan tinggi 1-4 meter. Jarak pagar (Ricinus communis L.) termaksud dalam
keluarga Euphorbiaceae yang dapat tumbuh di lapangan atau area terbuka, tahap
terhadap kekeringan, dan dapat tumbuh pada kondisi tanah yang beragam
(Zuiuqurinen dkk, 2014). Tanaman jarak pagar (Ricinus communis L.) merupakan
annual corps yang memiliki peranan penting sebagai tanaman penghasil bahan
baku dalam industri minyak.
Tanaman jarak pagar masuk ke dalam kelas tumbuhan berbiji belah,
dimana memiliki perakaran tunggang yang cukup dalam, dengan akar lateral yang
melebar ke samping dan rambut-rambut akar yang cukup banyak (Widodo, W dan
Sumarsih, 2007).
Kulit batang bertekstur halus, dengan warna hijau muda sampai jihau tua,
dan merah muda sampai merah kecoklatan. Permukaan batang pada umumnya

13
terdapat suatu lapisan lilin, ada yang tipis dan ada pula yang tebal. Batang
tanaman berdiri tegak, berbuku-buku, dan setiap buku dibatasi gelang-gelang
dimana terdapat titik tumbuh daun dan cabang pada setiap gelang. Berkayu lunak
dan berongga di tengahnya. Diameter batang berkisar 3-5 cm, dengan tinggi
tanaman antara 1-4 meter (Mardjono, 2000).
Daun berbentuk menjari dengan kisaran jumlah helai 5-11, tepi daun
bergerigi dan lekukan daun dangkal sampai dalam. Daun berwarna hijau sampai
hijau tua, dan ada pula yang berwarna kemerahan serta mengkilap. Tangkai daun
panjang dan kuat, dengan panjang 17-40 cm (Widodo, W dan Sumarsih, 2007).
Setelah terjadi penyerbukan, bakal buah tumbuh membesar dan
berkembang menjadi buah yang masih muda dan berbentuk bulat sampai lonjong.
Buah muda memiliki warna hijau muda sampai hijau tua, berduri serta ada juga
yang tidak berduri serta bila sudah masak atau tua memiliki warna abu-abu mirip
seperti tanah.
3. Kandungan kimia
Jarak pagar mengandung beberapa kandungan kimia yaitu tannin,
flavonoid, dan saponins yang terdapat di dalam getah tanaman jarak pagar. Zat
tannin dapat menyebabkan kompleksasi terhadap enzim atau substrat yang
terdapat pada dinding sel bakteri sehingga menyebabkan koagulasi protein pada
dinding sel bakteri dengan konsentrasi tannin yang tinggi. Pada suatu penelitian,
zat tannin efektif menghambat pertumbuhan bakteri di saluran perncernaan
(Akiyama, 2001).
4. Khasiat dan kegunaan
Biji jarak memiliki beberapa kegunaan seperti antijamur, antivirus,
antibakteri. Mengobati keputihan, radang telinga, sakit gigi, perut kembung,
sembelit, luka dan perdarahan, rematik, batuk dan cacing kerami pada anak-anak
(Onaolapo, 2007).

14
2.2.4 Daun papaya (Carica papaya petiolus)
a. Klasifikasi tanaman (subandi,2008)
Kingdom : Plantae
Divisi : magnoliophyta
Kelas : Mognoliopsida
Ordo : brassicales
Famili : caricaceae Gambar 2.2.4 daun
Genus : carica pepaya
(Carica papaya
Spesies : carica papaya petiolus)
b. Morfologi tanaman
Akar tidak berkayu, oleh karena itu membutuhkan tanah yang gembur,
serta cukup air pada musim kemarau dan sedikit air pada musim hujan (air tidak
menggenang)Pada umumnya batang pepaya (Carica papaya L.) memiliki batang
yang bulat lurus, berbuku-buku (beruas-ruas). Di bagian tengahnya berongga atau
berlubang, tidak berkayu, dan berwarna hijau. Ruas-ruas batang merupakan
tempat melekatnya tangkai daun. Biasanya tanaman ini berbatang satu, dan baru
bercabang bila dipotong pucuknya. Mengandung banyak getah dan air, getah ini
terdapat pada semua bagian tanaman kecuali pada akar dan biji. Tinggi tanaman
mencapai 10 m.Daun pepaya merupakan daun tunggal dan bertulang jari-jari
bentuknya hampir seperti jari tangan melebar. Selain itu, daun pepaya memiliki
warna yang lebih muda agak keputihan (Djatmiko, 1984). Menurut Kartasapoetra
(2006) uraian tentang daun pepaya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Garis luar helaian daunnya bulat dengan tulang-tulang yang menjari.
2. Tepi daun runcing, pangkal daun berbentuk jantung dengan cuping-cuping
daun yang berlekukan tidak berarturan.
3. Helai-helai daunnya bergaris tengah sekitar 25-75 cm.
Daun pepaya adalah salah satu dari organ tanaman pepaya yang
mempunyai
manfaat beragam. Daun pepaya selain dapat digunakan sebagai bahan berbagai
sayuran bisa digunakan sebagai lalapan dengan merebusnya terlebih dahulu untuk
menghilangkan rasa pahitnya.

15
Bagian-bagian bunga papaya dibedakan menjadi tiga jenis,yaitu papaya
jantan papaya betina dan papaya hermafrodit.pepya jantan memiliki bunga jantan
yang majemuk dan tersusun menggantung pada malai.bungannya berwarna putih
atau kuning cerah dengan mahkota berbentuk terompet dan benang sari tersusun
sempurna yang melekat pada leher tabung mahkota.pepaya betina memilki bunga
betina yang dapat soliter atau berada dalam karangan.bunganya bertangakai
pendek dengan mahkota berwarna hijau kekuningan yang melekat pada bagian
dasar bunga,tidak memilki benang sari serta mempunyai bakal buah yang besar
dan sempurna.sedangakan papaya hermafroid memilki bunga sempurna dengan
benang sari dan buah.
Buah berkulit tipis, tidak mudah dilepas dari daging buah. Daging buah
tebal, bijinya banyak. Kulit buah berwarna hijau kalau buah masih muda dengan
biji berwarna putih. Kulit buah berubah warna menjadi kuning, merah orange
sampai orange bila buah sudah masak atau rasanya sedikit manis sampai manis
sekali dengan biji-biji berwarna hitam
c. Kandungan kimia
tanaman papaya mempunyai kandungan kimia yang berbeda-beda pada
buah,daun,akar maupun biji. Pada buah terkandung asam butanorat, metal
butanoat, benzyl glukosinolat, linalool, papain, asam alfa linoleat, alfa filandren,
alfa terpinen, gamma terpinen, 4-terpineol, dan terpinolen. pada daun terkandung
lkaloid, dehidrokarpain, pesedokarpain, flavonol, benzyl glukosionolat, papain
dan tannin. seratus gram daun dilaporkan mengandung 74 kalori, 77,5 g H20, 7 g
protein g lemak, 11,3 g karbohidrat total, 1,8 g serat, 2,2 g abu, 344 mg kalsium,
142 mg fosfor, 0,8 mg besi, 18 gnatrium, 652 mg kalium, 11,565 g beta karoten,
0,09 mg thiamin, 0,48 mg riboflavin, 2,1 mg niasin, 140 mg asam askorbat dan
136 mg vitamin E.
d. Manfaat
menyehatkan mata.menyehatkan rambut dan kuku. Menyembuhkan kulit
yang terbakar. Memperlancar pencernaan.kesehatan jantung. Mengurangi resiko
kanker.anti penuaan.meningkatkan system kekebalan tubuh.baik untuk penyakit
demam dangue.

16
2.2.5 Bayam (Amaranthus folium)
a. Klasifikasi tanaman Menurut (Rukmana, 1994)
Kingdom : Plantae (tumbuh-tubuhan)
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Mognoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus Gambar 2.2.5
Spesies : Amaranthus sp Bayam
(Amaranthus sp)
b. Morfologi Tanaman (Rukmana, 1994)
Bayam memiliki sistem perakaran tunggang bagian bawah serta serabut
pada bagian atas. Akar tanaman bayam dapat menembus kedalam tanah sampai
kedalaman 20-40 cm bahkan dapat lebih tergantung dari jenis media tanah yang
digunakan. Tanaman bayam memiliki batang yang berbentuk tegak, tebal, dan
mengandung banyak air atau herbacius. Batang tanaman ini berukuran cukup
panjang sampai 0.5-1 meter serta memiliki cabang monodial. Batang bayam
memiliki warna hijau namun ada juga yang bewarna merah tergantung dari
varietas bayam yang ditanam. Bayam memiliki daun tunggal dan bewarna hijau
muda atau tua. Namun, ada juga bayam yang memiliki daun bewarna merah
tergantung dari varictas yang digunakan. Bentuk dari daun bayam yaitu bulat
memanjang dan oval. Panjang daun berukuran sekitar 1.5 sampai 6 cm, untuk
lebar daun sekitar 0.5 sampai 3.2 cm pada daun terdapat tangkai yang berbentuk
bulat serta opacus yang berukuran 0.5 sampai 9 cm. Tanaman bayam memiliki
bunga yang berkelamin tunggal, warna daunnya yaitu hijau tua serta terdapat
mahkota yang terdiri dari daun bunga dengan jumlah 4-5 buah, bakal buah dengan
jumlah 2-3 buah dan benang sari 1-5 serta bagian lain yang berguna untuk
membantu penyerbukan. Ukuran bunga bayam sekitar 1.5-2.5 mm, cara
membedakan antara bunga jantan dengan bunga betina yaitu bunga jantan
memiliki bentuk bulir sedangkan untuk bunga betina berbentuk bulat yang
terdapat diketiak batang. Proses penyerbukan bunga dibantu oleh hewan sekitar
ataupun angin.

17
c. Kandungan kimia (Hukum dan Sri, 1990)
Bayam mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalium, zat besi,
amarantin, rutin, purin, dan vitamin (A, B, dan C).
d. Manfaat Tanaman (Hukum dan Sri, 1990)
Salah satu manfaat bayam adalah menurunkan risiko menderita penyakit
kardiovaskular. Hal ini karena bayam kaya akan serat dan mineral yang dapat
menurunkan tekanan darah dan mencegah pembentukan plak di pembuluh darah
Kandungan lutein, karotenoid, dan zeaxanthin yang tinggi pada bayam, mampu
menghilangkan radikal bebas dari tubuh. Sering mengonsumsi bayam, juga
meminimalkan risiko munculya berbagai jenis kanker. Manfaat bayam sebagai
antioksidan berkat faktor CO-Q10, yang memainkan peran penting dalam
memperkuat otot, terutama otot jantung yang terus memompa darah ke seluruh
bagian tubuh Co-Q10 dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati banyak
penyakit kardiovaskular seperti hiperlipidemia, gagal jantung, hipertensi, dan
penyakit jantung koroner.
2.2.6 Lidah Buaya (Aloe vera volium)
a. Klasifikasi Tanaman (Furnawanthi, 2002)
Kingdom : Plantae (tumbuh-tubuhan)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagus
Famili : Anacardiaceae Gambar 2.2.6
Genus : Aloe Lidah buaya
(Aloe vera folium)
Spesies : Aloe vera
b. Morfologi Tanaman ( Candra dkk, 2009)
Ketika seseorang belum mengetahui secara pasti ciri morfologi batang
lidah buaya, pasti akan mengalami kesulitan untuk membedakan antara batang
dengan daun, karena pada dasarnya bentuk batang dan daun lidah. buaya
mengalami kesamaan.

18
Untuk tanaman lidah buaya, batangnya terdapat pada bagian paling bawah
atau dekat dengan akar yang terdapat serat berkayu, panjangnya sekitar 4 sampai 5
cm, jadi wajar saja jika banyak yang belum bisa membedakan antara batang
dengan daun pada tanaman lidah buaya Untuk daun tanaman lidah buaya cukup
mudah untuk dikenali, yaitu berbentuk lebar pada bagian ujung meruncing
ditumbuhi duri, selain pangkal daunnya pada bagian pucuk juga terdapat duri.
Daun ini hampir mirip dengan batang, namun bedanya pada bagian duri tidak
terdapat serat berkayu dan lebih panjang dibandingkan dengan batang. Pada
tanaman lidah buaya bunga akan muncul ketika sudah cukup tua, letaknya berada
di bagian pucuk daun yang panjang kurang lebih mencapai 1 meter. Biasanya
pada tanaman lidah buaya akan sulit ditemukan bunga jika dibudidayakan secara
komersil, berbeda jika tanaman lidah buaya berada di alam bebas karena jika
dialam bebas lidah buaya akan tumbuh lebih subur tidak ada yang dapat
mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman lidah buaya
memiliki akar serabut yang terbilang pendek dan menyebar. Akar ini memiliki
fungsi sebagai alat untuk menyerap air serta unsur hara yang ada didalam tanah
kemudian ditranslokasikan keseluruh tubuh tumbuhan. Selain itu, akar memiliki
fungsi sebagai penguat tubuh tumbuhan agar tidak mudah roboh ketika diterjang
angin atau makhluk pengganggu lainnya.
c. Kandungan Kimia (Candra dkk, 2009)
Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emodin,
sebuah senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi jenjang
sinyal insulin seperti pencerap insulin-beta dan-substrat 1, fosfatidil inositol-3
kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen
sintase kinase 3beta, sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah.
d. Manfaat Tanaman (Suryowidodo, 1988)
Berdasarkan hasil riset menyebutkan bahwasanya pada tanaman lidah
buaya memiliki berbagai kandungan serta vitamin yang bermanfaat bagi
kesehatan manusia. Kandungan seluruh vitamin yang ada pada lidah buaya selain
vitamin D dapat digunakan sebagai anti bakteri, anti jamur, anti inflamasi dan lain
sebagainya. Selain kaya akan kandungan vitamin pada tanaman lidah buaya juga

19
terdapat kandungan seperti enzim, asam amino, mineral, polisakarida serta
berbagai komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia,
penjelasan lebih runtunnya antara lain adalah sebagai berikut; Lidah buaya dapat
digunakan sebagai bahan pengobatan luka bakar serta mencegah dan mengobati
iritasi. Kandungan anti bakteri yang yang ada pada lidah buaya sangat bermanfaat
untuk mengobati infeksi akibat luka bakar, meskipun daging lidah buaya terasa
pahit namun cairan yang terkandung didalamnya bersifat dingin dan sejuk
sehingga sangat efektif untuk mengatasi masalah kulit seperti luka bakar.
Terkadang didalam tubuh terdapat racun yang dapat keluar dengan sendirinya atau
sering disebut proses detoksifikasi. Dengan sering mengkonsumsi lidah buaya
maka proses detoksifikasi akan lebih dipercepat karena kandungan senyawa yang
ada didalam lidah buaya. Detoksifikasi merupakan suatu proses pengeluaran racun
serta lemak berbahaya yang ada didalam tubuh, sehingga juga bermanfaat untuk
menurunkan berat badan yang berlebili. Selain manfaat yang telah disebutkan
diatas, lidah buaya juga berfungsi sebagai alat untuk menolong tubuh saat terjadi
pergantian sel, mengontrol darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan
darah, merangsang system kekebalan tubuh untuk mencegah dan mengobati
penyakit kanker, juga mendukung sebagai pelengkap nutrisi bagi penderita
kanker, dan media pengobatan bagi penderita HIV/AIDS.
2.2.7 Nenas (Annana commosus)
a. Klasifikasi tanaman ( cillins, 1968 cit Surtiningsih, 2008)
Kingdom : Plantae (tumbuh-tubuhan)
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Poales
Famili :Bromoliaceae
Gambar 2.2.7
Genus : Ananas Nanas
Spesies : Anana comosus (Ananas comosus)
b. Morfologi Tanaman
Nanas merupakan tanaman herba yang dapat hidup dalam berbagai musim.
Tanaman ini digolongkan dalam kelas monokotil yang bersifat tahunan yang

20
mempunyai rangkaian bunga yang terdapat di ujung batang, tumbuhnya meluas
dengan menggunakan tunas samping yang berkembang menjadi cabang-cabang
vegetatif, pada cabang tersebut kelak dihasilkan buah (Sari, 2002)
Bagian tanaman nenas meliputi akar, batang, daun, tangkai buah, buah,
mahkota dan anakan (tunas tangkai buah (slip), tunas yang muncul di ketiak daun
(shoots), tunas yang muncul dari batang di bawah permukaan tanah (suckers).
Bagian tanaman nenas yang dapat dimanfaatkan untuk perbanyakan yaitu
mahkota, sucker dan slips. Menurut D'eckenbrugge dan Leal 2003 cit Tambunan
2012 melaporkan bahwa bibit nenas yang berasal dari sucker memiliki umur
panen 18-20 bulan, mahkota (crown) 22-24 bulan, dan slip 20 bulan (Ardisela,
2010) menambahkan bahwa bibit dari crown hasilnya atau umurnya lebih lama,
tapi pertumbuhannya merata, tanaman dari slip tanaman berdaun banyak tapi
kematangan tidak merata, dari sucker tanaman berdaun banyak dan kematangan
tidak merata, tapi sukar sekali dalam penanamannya. Nanas memiliki akar serabut
dengan sebaran ke arah vertikal dan horizontal. Perakaran dangkal dan terbatas
walaupun ditanam pada media yang paling baik. Kedalaman akar nenas tidak akan
lebih dari 50 cm.
Berdasarkan pertumbuhannya, akar nenas dibedakan menjadi akar primer
dan sekunder. Akar primer hanya dapat ditemukan pada kecambah biji, dan
setelah itu digantikan oleh akar adventif yang muncul dari pangkal batang dan
berjumlah banyak. Pada pertumbuhan selanjutnya. akar-akar tersebut akan
bercabang membentuk akar sekunder untuk memperluas bidang penyerapan dan
membentuk sistem perakaran yang kuat (Samson 1980 cit Irfandi 2005)
Batang tanaman nenas dapat dilihat apabila daun-daun dihilangkan. Hal ini
disebabkan batang nenas sangat pendek yaitu 20-25 cm dengan diameter bawah 2
sampai 3,5 cm, sedangkan diameter bagian tengah 5.5 sampai 6,5 cm dan
mengecil pada bagian puncak. 2.0-3.5 cm. Batang tanaman nenas beruas-ruas
dengan panjang masing-masing ruas bervariasi antara 1 sampai 10 cm. Batang
berfungsi sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas, dan buah, sehingga
secara visual batang tersebut tidak nampak karena di sekelilingnya tertutup oleh

21
daun Tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang (Collins 1968 cit
Oktaviani 2009)
Daun berbentuk memanjang dan sempit, panjang daun dapat mencapai
130-150 cmn, dengan daun tua lebih pendek dari daun muda yang ada diatasnya.
Pertumbuhan daun nenas biasanya satu dalam seminggu Pada mulanya
pertumbuhannya lambat, kemudian cepat. Pada fase vegetatif pertumbuhan
panjang daun terus meningkat sampai panjang maksimum sejalan dengan
bertambahnya umur tanaman. Tanaman nenas yang mempunyai pertumbuhan dan
perkembangan normal akan mempunyai daun sempurna lebih dari 35 helai pada
sekitar umur 12 bulan setelah tanam (Samson 1980 cit Irfandi 2005).
Berdasarkan bentuk dan umur, daun nenas dibedakan menjadi daun C
yaitu daun yang paling tua, daun D biasanya paling panjang dan daun E yaitu
daun yang masih muda. Panjang daun dapat mencapai 1,6 m dan lebar 7 cm.
Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 40 - 80 helai yang tata
letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas
arah kanan dan kiri. Daun nenas berbentuk pedang, agak kaku, berserat, beralur
dan tidak mempunyai tulang daun utama. Daunnya ada yang tumbuh dari tajam
dan ada yang tidak berdan. Ada juga yang durinya hanya terdapat di ujung daun
(Collins 1968 cit Surtiningsih 2008).
Bunga tanaman nenas bersifat majemuk terdiri dari 50-200 kuntum bunga
tunggal atau lebih. Letak bunga duduk tegak lurus pada tangkai buah kemudian
berkembang menjadi buah mejemuk. Bunga nenas bersifat hermaprodit,
mempunyai tiga kelopak, tiga mahkota, enam benang sari dan sebuah putik
dengan kepala putik bercabang tiga. Penyerbukan tanaman nenas bersifat self
incompatible atau cross pollinated dengan perantara burung dan lebah Bunga akan
membuka setiap hari dan jumlahnya sekitar antara 5-10 kuntum, pertumbuhan
bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas dan memakan waktu antara
10 20 hari Waktu dan tanam sampai berbentuk bunga sekitar 6-16 bulan (Ashari
1995 cit Atikaduri 2003).
Polen nenas tidak berfungsi jika terjadi penyerbukan sendiri. Sifat self
incompatible pada nenas dapat terjadi karena adanya fokus tunggal S dengan

22
multiple alel, sehingga tanaman nenas akan stent apabila menyerbuk sendiri,
tetapi biji akan terbentuk jika terjadi penyerbukan silang. Biji yang terbentuk
setelah penyerbukan silang berwarna coklat. panjang 5 min, lebar 1-2 mm,
mengandung endosperm keras dan embrio kecil Tanaman nenas tidak bersifat
musiman, tetapi dapat berbunga setiap saat (Collins 1968 cit Rosmaina 2007).
Buah nenas merupakan buah majemuk yang terbentuk dari jubungan 100
sampai 200 bunga, berbentuk silinder, dengan panjang buah sekitar 20.5 cm
dengan diameter 14.5 cm dan beratnya sekitar 22 kg (Collins 1960 cit Rosmaina
2007) Kulit buah keras dan kasar, saat menjelang panen, warna hijau buah mulai
memudar. Menurut Riana (2012) menyatakan bahwa diameter dan berat buah
nenas semakin bertambah sejalan dengan pertambahan umurnya, sebaliknya untuk
tekstur buah nenas, semakin tua umur buah maka teksturnya akan semakin lunak.
Buah dapat dipanen sekitar 5-6 bulan setelah berbunga, dibagian atas terdapat
mahkota yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman buah nenas berbentuk
silinder dihiasi oleh suatu roset daun-daun yang pendek, tersusun spiral, yang
disebut mahkota. Ujung buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal, tetapi ada
pula tunas yang tumbuh lebih dari satu yang biasa disebut multiple crown
(mahkota ganda). Selain tunas mahkota juga terbentuk tunas batang (slips) yaitu
tunas yang tumbuh pada batang dibawah buah dan tunas ketiak daun (suckers)
yang kedua-duanya dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan (Sari, 2002).
c. Kandungan Kimia
Kandungan pada buah nanas yaitu potassium, vitamin, fosfor, zat besi,
karbohidrat dan bromelain Kandungan kimia yang mendominan yaitu bromelain.
Enzim bromelain merupakan enzim proteolitik atau protease yang bekerja sebagai
katalis dalam reaksi hidrolisis protein. Enzim bromelain yang paling banyak
ditemukan pada bagian tengah buah nanas Naiola E dan N Widyastuti (2007).
Bromelain merupakan unsur protein yang akan menurun atau denaturasi
akibat suhu yang tinggi. Enzim bromelain memiliki suhu optimum 60-630C, dan
akan denaturasi pada suhu 650C keatas Enzim bromelain stabil pada pH 7-8
(Ketnawa S, Chaiwut P dan Rawdkuen S, 2012) Kandungan bromelain berfungsi
sebagai anti-inflammatory, anti oedematous, analgesic, anti-thrombotic,

23
exfoliation, anti-bacteria, anti fungal, anti-cancer (Rajendra P, Sapna J, Shraddha
dan Ajay K, 2012).
Enzim bromelain yang terkandung pada nanas bersifat embriostatik yang
akan menghambat pertumbuhan janin dan malformasi tulang atau bahkan bisa
bersifat embriosida, membunuh janin dalam kandungan karena akan terjadi
perdarahan besar pada janin. Bromelain juga bisa menyebabkan peningkatan
kontraksi uterus (Setyawati 1 dan Yulihastuti D A, 2012).
d. Manfaat Tanaman
Menurut Sumanti et al. (1986), daun nenas dapat digunakan sebagai pakan
ternak dan dapat meningkatkan berat badan ternak kambing. Nenas juga
mengandung enzim bromelian yaitu suatu enzim protease yang dapat memecah
protein sehingga dapat gunakan untuk melunakkan daging.
Menurut Winastia (2011), nenas juga mengandung serat yang berguna
untuk membantu proses pencernaan, menurunkan kolesterol dalam darah dan
mengurangi resiko diabetes dan penyakit jantung. Serat dari 150 gram nenas
setara dengan separuh dari jeruk. Selain kandungan vitamin dan mineral, nenas
juga dijadikan sebagai sumber vitamin C yang bagus. Buah nenas yang di
konsumsi segar memiliki kriteria bobot buah 0,3-0,5 kg atau 1,5-2 kg. brix> 15%,
mahkota kecil, wama buah kuning respondene, tekstur buah crispy, daya simpan
panjang dan responsif pembuangan sedangkan untuk nenas proses memiliki
kriteria buah silindris panjang sesuai ukuran cane, buah matang serempak, daging
berwarna kuning orange, bobot buah 2-2,5 kg, responsif terhadap pembungaan
(Manuwoto et al., 2003).

24
2.2.8 Beringin (ficus benyamina folium)
a. Klasifikikasi Tanaman (Ridley,1995)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Moricales
Gambar 2.2.8
Famili : Moraceae
Beringin
Genus : ficus ( ficus benyamina)
Spesies : ficus benyamina

b. Morfologi Tanaman
Pohon besar, tinggi 20-25 m, berakar tunggang. Batang tegak,bulat,
permukaan kasar, coklat kehitaman,percabangan simpodial, pada batang keluar
akar gantung (akar udara). Daun tunggal, bertangkai pendek, letak bersilang
berhadapan, bentuknya lonjong, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, Panjang
3-6 cm, lebar 2-4 cm pertulangan menyerip,hijau. Bunga tunggal,keluar dari
ketiak daun, kelopak bentuk corong,mahkota bulat halus kuning kehijauan. Buah
buni, bulat, Panjang, 0,5-1 cm, masih muda hijau, setelah tua merah, biji bulat,
keras, putih.
c. Kandungan kimia
Tanaman beringin pada bagian daun, akar dan kulit batangnya
mengandung saponin, falvonoida, polifenol, asam amino, dan fenol.
d. Manfaat tanaman
Khasiat daun beringin yang pertama adalah mengatasi kejang. Kejang
yang tiba-tiba dating merupakan reaksi tubuh anda terhadap serangan penyakit ke
tubuh. Reaksi ini biasanya sering menyerang anak-anak yang mudah terserang
penyakit. Daun ini mengandung banyak senyawa sehat yang baik untuk
menyebuhkan diare. Pencernaan anda pun bisa bebas dari kuman dan bakteri
diare.

25
2.2.9 Kulit jeruk (Citrus sp)
a. Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledona
Ordo : Rutaus
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus Gambar 2.2.9 jeruk
Spesies : Citrus sp (Citrus sp)
b. Morfologi Tumbuhan
Akar jeruk terdiri dari akar tunggang, akar serabut serta akar-akar rambut.
Akar tunggang pada tanaman jeruk dapat mencapai kurang lebih 4 meter jika akar
mendapat tanah yang subur dan tidak bertemu dengan tanah yang keras ataupun
tanah berair.hal ini dikarenakan tanaman jeruk memiliki akar tunggang dengan
ujung akar terdiri dari sel-sel muda yang senantiasa membelah dan merupakan
titik tumbuh akar jeruk.
Batang tanaman jeruk berbentuk bulat dan ditumbihi mata tunas.batang
tanaman jeruk ada yang terlihat kasar dan berduri, tetapi ada pula yang
permukaannya halus,tinggi batang tanaman jeruk ada yang dapat mencapai tinggi
15m dan ada yang hanya mencapai 5m dan memilki beragam warna,semua itu
tergantung dari jenis tanaman jeruk itu sendiri.(Soelarso,1996)
Daun tanaman jeruk berbentuk bulat lonjong menyerupai telur,berwarna
hijau tua dan terlihat tebal.tidak terdapat bulu pada kedua sisi daun,dan tulang
daun berbentuk menyirip beratura, walaupun ada juga yang beselang seling.
Bunga jeruk muncul pada ketiak daun atau pucuk ranting yang masih
muda dan berbau harum karena mengandung nectar/madu dalam jumlah
banyak.(Soelarso,1996)
Buah jeruk ada yang berbentuk bulat,oval dan ada pula yang berbentuk
lonjong dengan sedikit memanjang. Kulit buahnya ada yang tebal dan alot,ada
pula yang tipis dan mudah dikupas,memiliki warna kuning,jingga dan hijau
ternggantung jenisnya.

26
c. Kandungan kimia
jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bermanfaat
misalnya:asam sitrat, asam amino, minyak atsiri, limonene, feladren, lemon
kamfer, kedinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, dammar, glikosida, asam sitrun,
lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C.jeruk nipis juga
mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin bermanfaat untuk
antiinflamasi,antioksidan, dan menghambat sintesis prostaglandin.
d. Manfaat
jeruk dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun bahan obat
tradisional.famili ini ditandai dengan adanya essential oil sehingga mudah
dikenali dari aromannya.dalam pengobatan tradisional digunakan untuk mengatasi
hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya.(yaghmaie etal,2011).
2.2.10 Jahe (Zingiber officinale)
a. Klasifikasi tanaman Menurut (Rukmana, 2010)
Kingdom : Plantae (tumbuh-tubuhan)
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Zingibirales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber Gambar 2.2.10
Jahe
Spesies : Zingiber officinale (Zingiber officinale)
b. Morfologi Tanaman (Rukmana, 2000)
Daun pada tanaman jahe berwarna hijau berbentuk lonjong lancip
menyerupai dengan daun rumput besar. Daun jahe berselang seling dengan tulang
daun serta sejajar. Daun tanaman jahe termasuk daun tunggal dengan ujung daun
berbentuk runcing, tepinya rata dan pangkal daun tumpul, sedangkan permukaan
daun halus serta licin. Daun tanaman jahe termasuk daun lengkap karena terdapat
helaian daun, tangkai, serta upih daun. Batang tanaman jahe memiliki warna hijau,
tidak berkayu serta berair dan merupakan batang semu tumbuh tegak lurus.
Batang jahe terdiri dari seludang daun tanaman serta pelepah daun yang menutupi
daun. Bentuk batang jahe bulat serta permukaan dilapisi oleh bulu halus tetapi

27
tidak memiliki percabangan. Akar pada tanaman jahe merupakan akar serabut
yang tumbuh pada rimpang serta termasuk modifikasi dari batang. Akar tersebut
memiliki bagian berupa leher akar, tudung akar dan batang akar. Bunga tanaman
jahe berupa malai yang tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur. Bunga
jahe termasuk dalam golongan bunga majemuk tunggal. Mahkota bunga jahe
berbentuk tabung, berwarna hijau kekuningan serta jumlah daun mahkota ada tiga
buah yang saling berlekatan pada bagian bawah helaian yang agak sempit.
Kelopak bunga berjumlah tiga buah, bunga jahe termasuk bunga sempurna karena
mempunyai 2 kelamin.
c. Kandungan Kimia
Menurut Eze dan Gabo (2011), Jahe kering mengandung minyak esensial
atau atsiri 1%-3%, oleoresin 5%-10% pati 50%-55%, kadar air 7%-12% dan
jumlah kecil protein, serat, lemak dan abu.
Kandungan minyak atsiri 1% 3% merupakan faktor yang mempengaruhi
aroma jahe. Jahe segar kadar airnya 94% 17% mengandung glinserol 21.15 mg.
Zingiber officinales mengandug karbohidrat, lemak, serat dan energi dengan
persentase yang tinggi (Ali et al 2008).
d. Manfaat Tanaman (Rukmana 2000))
Jahe memiliki kandungan antioksidan alami berupa minyak atsiri. Minyak
atsiri yang ada pada jahe berpotensi untuk mencegah masuknya penyakit akibat
radikal bebas, seperti penyakit kanker. Untuk mencegah perkembangan sel kanker
dapat mengkonsumsi jahe merah secara teratur. Gangguan pernapasan dapat
menyerang siapapun dan dimanapun akibat adanya gangguan asma atau terkena
influenza. Apabila mengalami gangguan pernapasan dianjurkan untuk dapat
mengkonsumsi minuman dari ekstrak jahe. Ekstrak dari tanaman jahe mampu
memberikan rasa lega pada saluran pernapasan sehingga napas menjadi lebih
lancar. Dengan mengkonsumsi jahe maka akan memberikan sensasi hangat
sehingga tenggorokan akan terasa lebih nyaman. Dengan sering mengkonsumsi
ekstrak jahe maka akan membantu menjaga kesehatan pencernaan. Ekstrak jahe
dapat membantu proses pemecahan protein pada makanan yang kita konsumsi dan
dengan mengkonsumsi jahe juga dapat membantu proses penyerapan berbagai

28
nutrisi makanan dalam tubuh. Selain itu, kandungan antioksidan yang tinggi pada
jahe mampu membuat saluran pencernaan terhindar dari infeksi berbagai
penyakit. Dengan meminum ekstrak jahe akan memberikan sensasi hangat pada
tenggorokan sehingga terhindar dari infeksi penyebab penyakit batuk. Sensasi
hangat yang diberikan pada jahe juga mampu membuat dahak mudah dikeluarkan
dari tubuh. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan
mengkonsumsi jahe atau ekstraknya pada saat perjalanan maka dapat
menghindarkan tubuh mabuk diperjalanan. Berbagai kandungan serta nutrisi yang
ada pada jahe dapat memberikan sensasi rileks sehingga tubuh dapat terasa lebih
tenang dan nyaman.
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979 ; Anjasari, 2014 ; Rowe,et al,2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Ethyl alcohol
Nama Kimia : Alkohol monohidrat
Rumus Molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak bewarna, jernih, mudah menguap, dan
mudah bergerak, bau khas rasa panas, mudah terbakar dan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform,P dan
dalam eter
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman
Khasiat : Sebagai carian antiseptik, sebgai cariran pembersih pada
permukaan elektronik, dan lain-lain

29
2.3.2 Aquades (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Aquades, Air suling
Nama Kimia : Dihidrogen Oksida
RM/BM : H2O
Rumus Struktur : : O

H H

Berat Molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan O H H 19
Peniympanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat Pelarut
Khasiat : Sebagai pelarut saat melarutkan senyawa. Sebagai
penjelas warna pada indikator. Dalam suatu pembuatan
media, maka peran aquades di sini sangat diperlukan
untuk bisa melarutkan bahan yang nantinya juga akan
digunakan. Aquades juga menjadi sumber air yang
nantinya akan digunakan oleh mikroorganisme untuk
bisa tetap hidup.

30
31
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan pelaksanaan praktikum
Praktikum botani farmasi percobaan sel tumbuhan dilaksanakan hari Senin,
1 November 2021 pukul 13:00 sampai dengan 15:00 WITA bertempat di
Laboratorium Bahan Alam Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang kami gunakan pada pelaksanaan praktikum ini yaitu cutter,
gabus, kaca objek, lap halus, mikro glass, mikroskop, pensil, pipet, ponsel, dan
silet.
3.2.2 Bahan
Bahan yang kami gunakan pada praktikum ini yaitu alkohol 70%, aquadest,
biji jarak (Rianus communis), daun beringin (Ficus benjamina), daun nanas
(Ananas comocus), kentang (Solanum tuberosum), kulit jeruk (Cytrus Sp.), lidah
buaya (Aloevera), jahe (Zingiber officinalle), padi/beras (Oryza sativa), tangkai
daun bayam (Amarathus Sp.), tangkai daun papaya (Carica papaya).
3.3 Cara kerja
A. Biji jarak (Rianus communis)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan sampel menggunakan alkohol 70%
3. Diiris sampel setipis mungkin menggunakan silet
4. Diletakan diatas kaca preparat
5. Ditetesi aquadest menggunakan pipet tetes
6. Ditutup dengan cover glass
7. Diletakan kaca preparat tersebut diatas meja mikroskop
8. Diatur kefokusan untuk memeperjelas objek gambar tersebut
9. Diamati lalu difoto sebagai hasil dokumentasi
B. Daun berigin (Ficus benjamina)
1. Disiapkan alat dan bahan

31
2. Dibersihkan sampel menggunakan alkohol 70%
3. Diiris sampel setipis mungkin menggunakan silet
4. Diletakan diatas kaca preparat
5. Ditetesi aquadest menggunakan pipet tetes
6. Ditutup dengan cover glass
7. Diletakan kaca preparat tersebut diatas meja mikroskop
8. Diatur kefokusan untuk memeperjelas objek gambar tersebut
9. Diamati lalu difoto sebagai hasil dokumentasi
C. Daun nanas (Ananas comocus)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan sampel menggunakan alkohol 70%
3. Diiris sampel setipis mungkin menggunakan silet
4. Diletakan diatas kaca preparat
5. Ditetesi aquadest menggunakan pipet tetes
6. Ditutup dengan cover glass
7. Diletakan kaca preparat tersebut diatas meja mikroskop
8. Diatur kefokusan untuk memeperjelas objek gambar tersebut
9. Diamati lalu difoto sebagai hasil dokumentasi
D. Kentang (Solanum tuberosum)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan sampel menggunakan alkohol 70%
3. Dikerok bagian dalam umbi kentang dengan menggunakan pinset atau
jarum
4. Diletakan diatas kaca preparat
5. Ditetesi aquadest menggunakan pipet tetes
6. Ditutup dengan cover glass
7. Diletakan kaca preparat tersebut diatas meja mikroskop
8. Diatur kefokusan untuk memeperjelas objek gambar tersebut
9. Diamati lalu difoto sebagai hasil dokumentasi
E. Kulit jeruk (Cytrus Sp.)
1. Disiapkan alat dan bahan

32
2. Dibersihkan sampel menggunakan alkohol 70%
3. Diiris sampel setipis mungkin menggunakan silet
4. Diletakan diatas kaca preparat
5. Ditetesi aquadest menggunakan pipet tetes
6. Ditutup dengan cover glass
7. Diletakan kaca preparat tersebut diatas meja mikroskop
8. Diatur kefokusan untuk memeperjelas objek gambar tersebut
9. Diamati lalu difoto sebagai hasil dokumentasi
F. Lidah buaya (Aloevera)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan sampel menggunakan alkohol 70%
3. Diiris sampel setipis mungkin menggunakan silet
4. Diletakan diatas kaca preparat
5. Ditetesi aquadest menggunakan pipet tetes
6. Ditutup dengan cover glass
7. Diletakan kaca preparat tersebut diatas meja mikroskop
8. Diatur kefokusan untuk memeperjelas objek gambar tersebut
9. Diamati lalu difoto sebagai hasil dokumentasi
G. Jahe (Zingiber officinalle)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan sampel menggunakan alkohol 70%
3. Diiris sampel setipis mungkin menggunakan silet
4. Diletakan diatas kaca preparat
5. Ditetesi aquadest menggunakan pipet tetes
6. Ditutup dengan cover glass
7. Diletakan kaca preparat tersebut diatas meja mikroskop
8. Diatur kefokusan untuk memeperjelas objek gambar tersebut
9. Diamati lalu difoto sebagai hasil dokumentasi
H. Padi/beras (Oryza sativa)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Digerus sampel menggunakan lumpang alu

33
3. Diletakan sampel hasil gerusan diatas kaca preparat
4. Ditetesi aquadest menggunakan pipet tetes
5. Ditutup dengan cover glass
6. Diletakan kaca preparat tersebut diatas meja mikroskop
7. Diatur kefokusan untuk memeperjelas objek gambar tersebut
8. Diamati lalu difoto sebagai hasil dokumentasi
I. Tangkai daun bayam (Amarathus Sp.)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan sampel menggunakan alkohol 70%
3. Diiris sampel setipis mungkin menggunakan silet
4. Diletakan diatas kaca preparat
5. Ditetesi aquadest menggunakan pipet tetes
6. Ditutup dengan cover glass
7. Diletakan kaca preparat tersebut diatas meja mikroskop
8. Diatur kefokusan untuk memeperjelas objek gambar tersebut
9. Diamati lalu difoto sebagai hasil dokumentasi
J. Tangkai daun papaya (Carica papaya)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan sampel menggunakan alkohol 70%
3. Diiris sampel setipis mungkin menggunakan silet
4. Diletakan diatas kaca preparat
5. Ditetesi aquadest menggunakan pipet tetes
6. Ditutup dengan cover glass
7. Diletakan kaca preparat tersebut diatas meja mikroskop
8. Diatur kefokusan untuk memeperjelas objek gambar tersebut
9. Diamati lalu difoto sebagai hasil dokumentasi

34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Benda-benda Ergastik
NO. Nama Preparat Gambar Pengamatan Gambar Referensi

1 Umbi Kentang
(Solanum tuberosum)

Perbesaran 10/40 Gambar 1.2


Gambar 1.1 Umbi Kentang
Umbi Kentang (Pasaribu, dkk, 2019)
( Solanum tuberosum )

2 Beras
(Oryza sativa)

Perbesaran 10/40 Gambar 2.2


Gambar 2.1 Beras
Beras (Pasaribu, dkk, 2019)
( Oryza sativa )

35
3 Biji Jarak
(Ricinus
communis)

Perbesaran 10/40 Gambar 3.2


Gambar 3.1 Biji Jarak
Biji Jarak (Sadiman, 2013)
(Ricinus communis)

4 Tangkai Daun
Pepaya
(Carica papaya)

Perbesaran 10/40 Gambar 4.2


Gambar 4.1 Tangkai Daun Pepaya
Tangkai Daun Pepaya (Wijaya, 2018)
(Carica papaya)

36
5 Tangkai Daun
Bayam
(Amaranthus sp.)

perbesaran 10/40 Gambar 5.2


Gambar 5.1 Tangkai Daun Bayam
Tangkai Daun Bayam (Sherina, dkk, 2019)
(Amaranthus sp.)

6 Lidah Buaya
(Aloe vera)

Perbesaran 10/40 Gambar 6.1


Gambar 6.1 Lidah Buaya
Lidah Buaya ( Aloe vera )
( Aloe vera ) (Rohmana, 2018)

37
7 Daun Nanas
(Ananas commosus)

Perbesaran 100 Gambar 7.1


Gambar 7.1 Daun Nanas
Daun Nanas ( Ananas commosus )
( Ananas commosus ) (Muliani, 2018)

8 Daun Beringin
(Ficus benyamina)

Perbesaran 10/40 Gambar 8.1


Gambar 8.1 Daun Beringin
Daun Beringin ( Ficus benyamina )
( Ficus benyamina ) (Muliani, 2018)

38
9 Kulit Buah Jeruk
(Cytrus sp)

Perbesaran 10/40 Gambar 9.1


Gambar 9.1 Kulit Buah Jeruk
Kulit Buah Jeruk ( Cytrus sp )
( Cytrus sp ) (Muliani, 2018)

10 Jahe
(Zingiber officinale)

Perbesaran 10/40 Gambar 10.1


Gambar 10.1 Jahe
Jahe ( Zingiber officinale )
( Zingiber officinale ) (Wijaya, 2018)

39
4.2 Pembahasan
Didalam sel terdapat bagian-bagian yang tidak hidup atau biasa disebut
dengan istilah benda ergastik. Benda ergastik dibagi menjadi dua jenis, yaitu benda
ergastik padat dan benda ergastik cair. Yang termasuk kedalam benda ergastik padat,
yaitu amilum, aleuron, kristal Ca-Oksalat. Sedangkan yang termasuk kedalam benda
ergastik cair, yaitu asam organik, karbohidrat, lemak, protein, zat penyamak,
antosianin, alkaloid, minyak atsiri, dan terpentin. Amilum mempunyai rumus empiris
(C6H1005)n, berupa karbohidrat atau polisakarida yang berbentuk tepung disebut
amiloplas, dapat dibedakan menjadi leukoamiloplas yang berwarna putih dan
menghasilkan tepung cadangan makanan dan kloroamiloplas berwarna hijau dan
menghasilkan tepung asimilasi. Aleuron ditemukan pada endosperm yang mengering.
Prosesnya: keringnya biji, yang berarti mengeringnya endosperm menjadi semakin
sedikit sehingga konsentrasi konsentrasi zat-zat yang terlarut seperti putih telur,
garam dan lemak akan smakin besar, kemudian vakuola pecah hal ini akan terus
berlangsung hinggal vakuola pecah menjadi kecil-kecil yang mengandung zat-zat
yang mengkristal yang disebut aleuron. Kristal yang terdapat pada tumbuahn
merupakan hasil akhir dari metabolisme, umumnya terbentuk dari kristal Ca-oksalat
yang diendapkan. Kristal tersebut tidak larut dalam asam cuka namun larut dalam
asam kuat (Kimball, 1983).
Benda ergastik adalah bahan non protoplasma, baik organik maupun anorganik,
sebagai hasil metabolisme yang berfungsi untuk pertahanan, pemeliharaan struktur
sel, dan juga sebagai penyimpanan cadangan makanan, terletak di bagian sitoplasama,
dinding sel. maupun di vakuola. Dalam sel benda ergastik dapat berupa karbohidrat
(amilum), protein (aleuron dan gluten), lipid (lilin, kutin, dan suberin), dan Kristal
(Kristal ca-oksalat dan silika). Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa benda ergastik
memiliki banyak fungsi untuk sel, misalnya penyimpanan cadangan makanan,
contohnya amilum: pemeliharaan struktur (lilin); dan perlindungan, misalnya adanya
Kristal ca oksalat dalam suatu jaringan tumbuhan dapat menyebabkan reaksi alergi

40
bagi hewan yang memakannya, sehingga hewan tersebut tidak akan bernafsu
menyentuhnya untuk yang kedua kali (azidin, 1996).
Pada praktikum kali ini, kami mengamati benda-benda ergastik berupa kristal,
pati, aleuron, dan minyak eteris. untuk percobaan pengamatan benda-
benda ergastik ini, kami menggunakan sampel kentang (Solanum tuberosum), tangkai
daun pepaya (Carica papaya),tangkai batang bayam (Amaranthus sp), dan nanas
(Ananas commosus), lidah buaya (Aloe vera), jeruk (Cytrus sp), biji jarak (Ricinus
comunis), jahe ( Zingiber officinale), padi (Oryza sativa),daun beringin (Ficus
benjamina)
Berdasarkan hasil pengamatan,pada umbi kentang (Solanum tuberosum)
dengan perbesaran 10/40 Didapat hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat pati yang
didalamnya mengandung hilus dan lamella. Dimana hilus adalah titik awal
terbentuknya amilum dan lamella adalah garis-garis halus yang mengelilingi hilus
(Sinta, S. 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan,pada Padi (Oryza sativa) dengan perbesaran
10/40 Didapat hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat pati yang didalamnya
mengandung hilus dan lamella. Dimana hilus adalah titik awal terbentuknya amilum
dan lamella adalah garis-garis halus yang mengelilingi hilus (Sinta, S. 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan,pada Biji Jarak (Ricinus communis) dengan
perbesaran 10/40 Didapat hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat Aleuron.
Aleuron adalah lapisan sel yang berada di bawah kulit buah yang mengandung butir-
butir protein kecil tersebut. Selain terdapat pada vakoula, butir aleuron dapat pula
terdapat di dalam sitoplasma yang terletak di bagian tepi,bahkan di dalam inti sel
(nukleus) dari tumbuh-tumbuhan golongan Scrophulariaceae (Bresnik, 1996).
Berdasarkan hasil pengamatan,pada tangkai daun Pepaya (Carica papaya)
dengan perbesaran 10/40 Didapat hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat Kristal.
Kristal merupakan benda padat yang terbentuk dari komposisi atom-atom, ion-ion
atau molekul-molekul dengan susunan berulang dan jarak yang teratur dalam tiga
dimensi. Keteraturan susunan tersebut terjadi karena kondisi geometris yang harus

41
memenuhi adanya ikatan atom yang berarah dan susunan yang rapat. Ditinjau dari
struktur atom penyusunnya, benda padat dibedakan menjadi tiga yaitu kristal tunggal
(monocrystal), polikristal (polycrystal) dan amorf (Smallman, 2000).
Berdasarkan hasil pengamatan,pada tangkai daun Bayam (Amaranthus sp)
dengan perbesaran 10/40 Didapat hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat Kristal
kalsium oksalat. Kalsium oksalat merupakan salah satu bahan ergastik di dalam sel
bersifat padat dan tidak larut karena berikatan kovalen sehingga mengendap
berbentuk Kristal di dalam jaringan tumbuhan. Kristal ini terbentuk sebagai hasil
akhir metabolisme di dalam jaringan tumbuhan.Kristal kalsium oksalat yang terdapat
di dalam tanaman banyak bentuknya tidak berubah di dalam tulang menyebabkan
penyakit reumatik maupun di dalam ginjal menyebabkan kelainan metabolism
sehingga membentuk batu di dalam kantung kemih.(Sutrian. Y, 2010)
Berdasarkan hasil pengamatan,pada Lidah Buaya(Aloe vera) dengan perbesaran
10/40 Didapat hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat Kristal kalsium oksalat.
Kalsium oksalat merupakan salah satu bahan ergastik di dalam sel bersifat padat dan
tidak larut karena berikatan kovalen sehingga mengendap berbentuk Kristal di dalam
jaringan tumbuhan. Kristal ini terbentuk sebagai hasil akhir metabolisme di dalam
jaringan tumbuhan.Kristal kalsium oksalat yang terdapat di dalam tanaman banyak
bentuknya tidak berubah di dalam tulang menyebabkan penyakit reumatik maupun di
dalam ginjal menyebabkan kelainan metabolism sehingga membentuk batu di dalam
kantung kemih.(Sutrian. Y, 2010)
Berdasarkan hasil pengamatan,pada daun Nanas (Ananas commosis) dengan
perbesaran 10/40 Didapat hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat Kristal kalsium
oksalat. Kalsium oksalat merupakan salah satu bahan ergastik di dalam sel bersifat
padat dan tidak larut karena berikatan kovalen sehingga mengendap berbentuk Kristal
di dalam jaringan tumbuhan. Kristal ini terbentuk sebagai hasil akhir metabolisme di
dalam jaringan tumbuhan.Kristal kalsium oksalat yang terdapat di dalam tanaman
banyak bentuknya tidak berubah di dalam tulang menyebabkan penyakit reumatik

42
maupun di dalam ginjal menyebabkan kelainan metabolism sehingga membentuk
batu di dalam kantung kemih.(Sutrian. Y, 2010)
Berdasarkan hasil pengamatan,pada Daun Beringin (Ficus benyamina) dengan
perbesaran 10/40 Didapat hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat terdapat sel-sel
berisi sistolit yang terdiri dari atas kerangka selulosa dimana terhablur kalsium
karbonat dalam bentuk spherokristal halus.seperti pada sekelompok buah anggur di
tengah masing- masing spherokristal terdapat titik-titik sesungguhnya merupakan
ujung-ujung noktah(Bresnick, 1996).
Berdasarkan hasil pengamatan,pada Buah Jeruk (Cytrus sp) dengan perbesaran
10/40 Didapat hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat terdapat Minyak Etheris.
Minyak etheris merupakan jenis benda ergastik yang berbentuk cair,badan ergastik ini
tersebar pada seluruh tubuh tumbuhan dan setiap tanaman jumlahnya
bervariasi.minyak etheris merupakan senyawa yang mempunyai bias cahaya yang
kuat, sehingga bagian yang mengandung minyak etheris tampak lengkap (Brensnick,
1996).
Berdasarkan hasil pengamatan,pada Jahe (Zingiber officinale) dengan
perbesaran 10/40 Didapat hasil bahwa pada sampel tersebut terdapat terdapat Minyak
Etheris. Minyak etheris merupakan jenis benda ergastik yang berbentuk cair,badan
ergastik ini tersebar pada seluruh tubuh tumbuhan dan setiap tanaman jumlahnya
bervariasi.minyak etheris merupakan senyawa yang mempunyai bias cahaya yang
kuat, sehingga bagian yang mengandung minyak etheris tampak lengkap (Brensnick,
1996).
Adapun dalam percobaan ini terdapat kesalahan yang berupa, kesalahan
dalam pengirisan sampel. Dimana, hasil irisan yang seingkali terlalu tebal. Kemudian,
pada penetesan aquades yang terkadang terlalu berlebihan dan tidak dilakukan secara
hati-hati, sehingga menimbulkan gelembung pada preparat. Selain itu, pada
penamaan benda-benda ergastik pada sampel yang diamati memiliki kemungkinan
kesalahan karena perbandingan antara sampel yang diamati dengan sampel yang
terdapat pada referensi tidak semuanya sama persis, serta hasil gambar yang diambil

43
tidak terlalu jelas dibandingkan dengan hasil yang diamati secara langsung. Hal ini
dikarenakan keterbatasan alat dalam pengambilan gambar pada lensa okuler.

44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Benda ergastik merupakan bahan non protoplasma, baik organik maupun
anorganik, sebagai hasil metabolisme yang berfungsi untuk pertahanan,
pemeliharaan struktur sel, dan juga sebagai penyimpanan cadangan makanan,
terletak di baigan sitoplasama, dinding sel, maupun di vakuola.
Komponen nonprotoplasmik di dalam sel tumbuhan terdiri atas dua
bagian, yaitu bahan Ergastik Cair yang terdapat di dalam cairan sel, berupa zat-zat
yang larut di dalamnya. Cairan sel terdapat di dalam vakuola. Tiap-tiap vakuola
mungkin berbeda komposisi zat terlarutnya. Serta bahan Ergastik Padat yang
terdapat dalam sel, berupa zat yang padat contohnya yaitu amilum, aleuron, kristal
Ca-Oksalat.
5.1 Saran
5.1.1 Saran Untuk Asisten
Untuk asisten, sebaiknya lebih memantau praktikan dalam melaksanakan
praktikum agar praktikan lebih memahami percobaan yang telah dilakukan.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Untuk laboratorium, sebaiknya untuk fasilitas alat dan bahan praktikum
dilengkapi, agar hasil percobaan yang dihasilkan juga maksimal. Selain itu,
ruangan laboratorium diperluas dan ditambah dengan pendingin ruangan.
5.2.3 Saran Untuk Jurusan
Untuk jurusan, sebaiknya bertindak langsung dalam perbaikan dan
peninjauan laboratorium.

45
DAFTAR PUSTAKA

Adi Permadi. (2006). Tanaman obat Pelancar Air Seni. Depok : Penebar
Swadaya.
Annisa, dkk. (2017). Benda-benda Ergastik Di Dalam Sel. Laporan, Akademi
Farmasi IKIFA. Jakarta : Akademi Farmasi IKIFA.
Anwar, A. (2004). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Sumber
Azidin. (1996). Ringkasan Biologi. Bandung: Ganesa Exact.
Bresnick, S.M.D. (1996). Intisari Kimia Organik. Jakarta: Penerbit
Hipokrates. 96-97, 101-107
Bresnick. (1996). Intisari Botani Umum. Jakarta: Erlangga.
Cahanar, P. & Suhanda, I. (2006). Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta: Kompas
Candra,. S. (2009). Panduan tata laksana nyeri perioperatif perhimpunan dokter
Fahn, A. (1995). Anatomi Tumbuhan. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press.
Furnawanthi, I. (2002). Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya. Jakarta: Agro Media
Gunawan, D dan Mulyani S. (2004). Ilmu Obat Alam. Jakarta: Penebar Swadaya
Hardjono, S. (2004). Kimia Minyak atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press,
Kimball, J.W. (1983). Biologi Edisi Kelima. Bogor: Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Liu, J., Xu, Q., Zhang, J., Zhou, X., Lyu, F., Zhao, P., Ding, Y. (2015).
Preparation, Composition Analysis and Antioxidant Activities of Konjac
Oligo- glucomannan. Elsevier [Abstract]. Carbohydrate Polym Media
Utama.
Minarno, E. B., dan Hariani, L. (2008). Gizi dan Kesehatan Perspektif Al-Qur’an
p5-15, 23-24
Poedjiadi, A dan Supriyanti, T. (2009) Dasar-dasar Biokimia Edisi Revisi. Jakarta
: UI-Press.
Pustaka.
R. E. Smallman and R. J. Bishop. (2000). ”Modern Physical Metallurgy and
Materials Engineering”. New York: Hill International Book Company.
Rukmana, I. R. (1994). Bertanam Petsai & Sawi. Yogyakarta: Kanisius (Anggota
IKAPI)
Rukmana, Rahmat. (1997). Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta:
Kanisus
Samadi. (2007). Kentang dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 117
hal.
Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia. Malang: UIN Malang
Press.
Subandi, A. (2008). Metabolisme. Retrived https://metabolisme.blogspot.com/
Suradinata, T. S. (1998). Struktur Tumbuhan. Angka
Sutrian, Y. (2004). Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (Tentang Sel dan
Jaringan). Jakarta: P.T. rineka Cipta.
Sutrian, Y. (2004). Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan
jaringan. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Syamsuni, H.A. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: Kedokteran EGC
Tjitrosoepomo, G. (2010). Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta:
Gadjah Mada Universiy Press
Tjitrosoepomo, G. (2004). Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Wijaya. Yogyakarta, hal 2, 9-15.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Alat dan Bahan


A. Alat

No. Nama Alat Gambar Fungsi

Sebagai tempat
Kaca preparat menaruh sampel
1.
dan coverglass

Sebagai alat mengiris

2. kater gabus

Sebagai pengalas alat


Lap halus dan bahan.
3.
Sebagai alat untuk
4. mikroskop pengamatan sampel

Untuk meneteskan

5. Pipet aquadest di atas


sampel

Untuk mengiris
6. Silet sampel
B. Bahan

No. Nama Gambar Kegunaan

Umbi Kentang
Digunakan sebagai
1. (Solanum sampel
Tuberosum)

Beras Digunakan sebagai


2.
(Oryza Sativa) sampel

Biji Jarak
Digunakan sebagai
3. (Ricinus sampel
Communis)

Tangkai daun
Digunakan sebagai
4. Pepaya (Carica
sampel
Papaya)
Tangkai daun
bayam Digunakan sebagai
5.
(Amaranthus sampeld
sp.)

Daun lidah
Digunakan sebagai
6. buaya (Aloe
sampel
vera)

Daun Nanas
Digunakan sebagai
7. (Ananas sampel
Commosus)

Daun beringin
Digunakan sebagai
8. (Ficus sampel
Benyamina)
Kulit buah jeruk Digunakan sebagai
9.
(Cytrus sp.) sampel

Jahe
Digunakan sebagai
10. (Zingiber shampoo
Officinale)

Digunakan sebagai
11. Alkohol
pembersih sampel

Digunakan sebagai
12. Aquadest
larutan
Digunakan untuk
menyerap air yang
13. Tissue
berlebihan di kaca
preparat
Lampiran 2 : Diagram Alir
A. Umbi Kentang (Solanum tuberosum)
Umbi Kentang
(Solanum tuberosum)

Disiapkan alat dan bahan


Dikerok bagian dalam umbi kentang menggunakan jarum
pentul
Diletakkan diatas kaca preparat
Ditetesi aquadest
Ditutupi dengan cover glass
Diamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran
objektif lemah, kemudian ganti dengan objektif kuat
ditentukan letak butir amilum lalu digambar bentuk butir
amilum berdasarkan hasil pengamatan

B. Beras (Oryza sativa)

Beras
(Oryza sativa)

Disiapkan alat dan bahan


Diambil beras lalu digerus sampai halus menggunakan
lumpang dan alu
Diletakkan diatas kaca preparat
Ditetesi aquadest
Ditutupi dengan cover glass
Diamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran
objektif lemah, kemudian ganti dengan objektif kuat
Ditentukan letak butir amilum dan digambar bentuk butir
amilum berdasarkan hasil pengamatan
C. Biji Jarak (Ricinus communis)
Biji Jarak
(Ricinus communis)

Disiapkan alat dan bahan


Diambil biji jarak lalu dikupas kulit bijinya dengan pisau dan
diambil endospermnya
Diiris endosperm dengan irisan melintang setipis mungkin
Ditetesi aquadest
Ditutupi dengan cover glass
Diamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran
objektif lemah, kemudian ganti dengan objektif kuat
Ditentukan letak butir aleuron lalu digambar bentuk butir
aleuron berdasarkan hasil pengamatan

D. Tangkai Daun Pepaya (Carica papaya)


Tangkai Daun Pepaya
(Carica papaya)

Disiapkan alat dan bahan


Diambil tangkai daun pepaya lalu diiris dengan irisan
melintang setipis mungkin
Diletakkan diatas kaca preparat
Ditetesi aquadest
Ditutupi dengan cover glass
Diamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran
objektif lemah, kemudian ganti dengan objektif kuat
Ditentukan letak kristal kalsium oksalat lalu digambar bentuk
kristal oksalat berdasarkan hasil pengamatan
E. Tangkai Daun Bayam (Amaranthus sp.)
Tangkai Daun Bayam
(Amaranthus sp.)

Disiapkan alat dan bahan


Diambil tangkai daun bayam lalu diiris dengan irisan melintang
setipis mungkin
Diletakkan diatas kaca preparat
Ditetesi aquadest
Ditutupi dengan cover glass
Diamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran
objektif lemah, kemudian ganti dengan objektif kuat
Ditentukan letak kristal kalsium oksalat lalu digambar bentuk
kristal oksalat berdasarkan hasil pengamatan

F. Daun Lidah Buaya (Aloe vera)


Daun Lidah Buaya
(Aloe vera)

Disiapkan alat dan bahan


Diambil daun lidah buaya lalu diiris dengan irisan membujur
setipis mungkin
Diletakkan diatas kaca preparat
Ditetesi aquadest
Ditutupi dengan cover glass
Diamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran
objektif lemah, kemudian ganti dengan objektif kuat
Ditentukan letak kristal kalsium oksalat lalu digambar bentuk
kristal oksalat berdasarkan hasil pengamatan
G. Daun Nanas (Ananas commosus)
Daun Nanas
(Ananas commosus)

Disiapkan alat dan bahan


Diambil daun nanas lalu diiris dengan irisan membujur setipis
mungkin
Diletakkan diatas kaca preparat
Ditetesi aquadest
Ditutupi dengan cover glass
Diamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran
objektif lemah, kemudian ganti dengan objektif kuat
Ditentukan letak kristal kalsium oksalat lalu gambar bentuk
kristal oksalat berdasarkan hasil pengamatan

H. Daun Beringin (Ficus benyamina)


Daun Beringin
(Ficus benyamina)

Disiapkan alat dan bahan


Diambil daun beringin lalu diiris dengan irisan melintang
setipis mungkin
Diletakkan diatas kaca preparat
Ditetesi aquadest
Ditutupi dengan cover glass
Diamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran
objektif lemah, kemudian ganti dengan objektif kuat
Ditentukan sel epidermis yang megandung sistolit lalu
digambar berdasarkan hasil pengamatan
I. Kulit Buah Jeruk (Cytrus sp.)
Kulit Buah Jeruk
(Cytrus sp.)

Disiapkan alat dan bahan


Diambil kulit buah jeruk lalu diiris dengan irisan melintang
setipis mungkin
Diletakkan diatas kaca preparat
Ditetesi aquadest
Ditutupi dengan cover glass
Diamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran
objektif lemah, kemudian ganti dengan objektif kuat
Ditentukan sel yang mengandung minyak etheris lalu digambar
berdasarkan hasil pengamatan

J. Jahe (Zingiber officinale)


Jahe
(Zingiber officinale)

Disiapkan alat dan bahan


Diambil jahe lalu iris dengan irisan melintang setipis mungkin
Diletakkan diatas kaca preparat
Ditetesi aquadest
Ditutupi dengan cover glass
Diamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran
objektif lemah, kemudian ganti dengan objektif kuat
Ditentukan sel yang mengandung minyaka etheris lalu
digambar berdasarkan hasil pengamatan
Lampiran 3 : Skema Kerja
A. Umbi Kentang (Solanum tuberosum)

Disiapkan alat dan Dikerok bagian dalam Diletakkan diatas kaca


bahan kentang menggunakan preparat
jarum pentul

Diamati dibawah Ditutupi dengan cover Ditetesi aquadest


mikroskop glass

Ditentukan letak butir


amilum lalu digambar
bentuknya
B. Beras (Oryza sativa)

Disiapkan alat dan Diambil beras lalu Diletakkan diatas kaca


bahan digerus hingga halus preparat

Diamati dibawah Ditutupi dengan cover Ditetesi aquadest


mikroskop glass

Ditentukan letak butir


amilum lalu digambar
bentuknya
C. Biji Jarak (Ricinus communis)

Diiris endosperm
Disiapkan alat dan Diambil biji jarak lalu
dikupas dan diambil dengan irisan melintang
bahan
endospermnya

Ditutupi dengan cover Ditetesi aquadest Diletakkan diatas kaca


glass preparat

Diamati dibawah Ditentukan letak butir


mikroskop aleuron lalu digambar
bentuknya
D. Tangkai Daun Pepaya (Carica papaya)

Disiapkan alat dan Diambil tangkai daun Diletakkan diatas kaca


bahan pepaya lalu diiris preparat
dengan irisan
melintang

Diamati dibawah Ditutupi dengan cover Ditetesi aquadest


mikroskop glass

Ditentukan letak kristal


kalsium oksalat lalu
digambar bentuknya
E. Tangkai Daun Bayam (Amaranthus sp.)

Diletakkan diatas kaca


Disiapkan alat dan Diambil tangkai daun
preparat
bahan bayam lalu iris dengan
irisan melintang

Diamati dibawah Ditutupi dengan cover Ditetesi aquadest


mikroskop glass

Ditentukan letak kristal


kalsium oksalat lalu
digambar bentuknya
F. Daun Lidah Buaya (Aloe Vera)

Disiapkan alat dan Diambil daun lidah Diletakkan diatas kaca


bahan buaya lalu diiris preparat
dengan irisan
membujur

Diamati dibawah Ditutupi dengan cover Ditetesi aquadest


mikroskop glass

Ditentukan letak kristal


kalsium oksalat lalu
digambar bentuknya
G. Daun Nanas (Ananas Commosus)

Diletakkan diatas kaca


Disiapkan alat dan Diambil daun nanas
preparat
bahan lalu diiris dengan
irisan membujur

Diamati dibawah Ditutupi dengan cover Ditetesi aquadest


mikroskop glass

Ditentukan letak kristal


kalsium oksalat lalu
digambar bentuknya
H. Daun Beringin (Ficus benyamina)

Diletakkan diatas kaca


Disiapkan alat dan Diambil daun nanas
preparat
bahan lalu diiris dengan
irisan membujur

Diamati dibawah Ditutupi dengan cover Ditetesi aquadest


mikroskop glass

Ditentukan sel epidermis


yang mengandung
sistolit lalu digambar
bentuk selnya
I. Kulit Buah Jeruk (Cytrus Sp.)

Diletakkan diatas kaca


Disiapkan alat dan Diambil kulit jeruk
preparat
bahan lalu diiris dengan
irisan melintang

Diamati dibawah Ditutupi dengan cover Ditetesi aquadest


mikroskop glass

Ditentukan sel yang


mengandung minyak
etheris lalu digambar
bentuk selnya
J. Jahe (Zingiber officinale)

Diletakkan diatas kaca


Disiapkan alat dan Diambil jahe lalu
preparat
bahan diiris dengan irisan
melintang

Diamati dibawah Ditutupi dengan cover Ditetesi aquadest


mikroskop glass

Ditentukan sel yang


mengandung minyak
etheris lalu digambar
bentuk selnya

Anda mungkin juga menyukai