Anda di halaman 1dari 20

Oleh :

Dr. Dedi Harianto, SH. M.Hum


KEPUSTAKAAN :
■ HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum
Dagang Indonesia, Hukum Surat Berharga, Penerbit
Djambatan, Jakarta, 1987
■ CST Kansil, dan Christine ST Kansil, Pokok-Pokok
Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta, 2002
■ Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang,
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Press,
Yogyakarta, 2006
■ Wiryono Projodikoro, Hukum Wesel, Cek, dan Aksep
di Indonesia, Penerbit Sumur, Bandung, 1985
KEPUSTAKAAN :
■ Abdulkadir Muhammad, Hukum Dagang
Tentang Surat-surat Berharga, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2003.
■ Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001
■ Emmy Pangaribuan Simanjuntak,
Pembukaan Kredit Berdokumen, Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 1989
LATAR BELAKANG PENGGUNAAN
SURAT BERHARGA

o Dipergunakannya Surat Berharga


dalam transaksi perdagangan
dikarenakan :
o Lebih aman
o Praktis,
o Merupakan prestise tersendiri bagi
pedagang yang mempergunakanya, dan
juga sedang
o Trend/mode
PENGERTIAN SURAT
BERHARGA
o Dalam lalulintas perniagaan atau perusahaan, kecuali
uang kertas, sebagaimana yang telah dikenal selama
ini, orang masih mengenai surat-surat atau akta-akta
lain yang bernilai uang.
o Surat-surat semacam ini disebut SURAT PERNIAGAAN,
yang terdiri dari SURAT BERHARGA dan SURAT YANG
BERHARGA.
o Dikenal beberapa peristilahan mengenai Surat Berharga yang
dipergunakan dalam beberapa literatur Hukum Bisnis/ hukum
Dagang, seperti Commercial Paper (CP), Negotiable
Instrument, Waarde van Papieren. Selain itu, dalam Mata
kuliah Hukum Surat Berharga dipergunakan istilah, Kertas
Berharga, dan Surat Perniagaan.
PENGERTIAN SURAT
BERHARGA
o SURAT BERHARGA adalah surat bukti tuntutan
utang, pembawa hak dan mudah diperjualbelikan
o Dalam Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang
Perbankan No. 10 tahun 1998 diberikan
pengertian Surat Berharga yang berbeda dengan
pengertian Surat Berharga yang disampaikan oleh
pakar hukum, yaitu “Surat Berharga adalah surat
pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit, atau setiap derivatipnya, atau
kepentingan dari penerbit, dalam bentuk yang
lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar
uang.”
o SURAT YANG BERHARGA adalah “surat bukti tuntutan
utang yang sukar diperjual belikan.”
Surat ini bukan sebagai alat pemenuhan prestasi berupa
pembayaran sejumlah uang, melainkan sebagai alat bukti
diri bagi pemegangnya sebagai orang yang berhak atas
apa yg disebutkan didalamnya. Surat ini juga tidak dapat
diperjualbelikan karena tujuan penerbitannya bukan
untuk diperjualbelikan.
Misal Konosemen, Ceel
o SURAT REKTA adalah : “surat berharga yang diberikan
sifat sebagaimana halnya surat yang berharga, sehingga
menjadi sukar untuk diperalihkan kepada pihak yang lain.
PERBEDAAN SURAT BERHARGA
DGN SURAT YG BERHARGA

o Perbedaan surat berharga dan surat yang


berharga terletak pada :
o Unsur mudah atau tidaknya surat tersebut diperjual
belikan,
o Surat berharga dipergunakan sebagai alat pembayaran
transaksi.
o Surat yang berharga diterbitkan hanya sebagai alat bukti
diri bagi orang yang namanya tertera dalam surat
tersebut atau sebagai alat bukti diri bagi pemegang atau
orang yang menguasai surat yang berharga tersebut,
misalnya ijazah, KTP, dan sebagainya.
UNSUR-UNSUR SURAT
BERHARGA
■ SURAT BUKTI TUNTUTAN UTANG
– Surat menunjukkan adanya Akta, yaitu surat yang
ditandatangani dan sengaja dibuat untuk dipergunakan
sebagai alat bukti.
– Utang disini menunjukkan adanya perikatan (prestasi)
yang harus dilaksanakan oleh Debitur.
– Tuntutan tersebut dapat berupa uang, misalnya melalui
cek, dapat pula berwujud benda, misalnya melalui
konosemen (B/L), dapat pula berwujud tuntutan bentuk
lainnya, misalnya Charter party.
■ PEMBAWA HAK
– Pembawa hak mengandung pengertian hak tersebut
melekat pada akta surat berharga, seolah-olah menjadi
satu atau senyawa. Ini berarti apabila akta tersebut
musnah atau hilang, maka musnahlah pula hak untuk
menuntut hak tersebut.
UNSUR-UNSUR SURAT
BERHARGA
■ MUDAH
DIPERJUALBELIKAN
– Agar surat berharga
tersebut mudah
diperjualbelikan harus
dibentuk “kepada
pengganti (Aan order)
atau bentuk “Kepada
Pembawa (Aan tooder) “
UNSUR-UNSUR SURAT YANG
BERHARGA
■ SURAT BUKTI TUNTUTAN UTANG
– surat yang membuktikan adanya hak menuntut
utang kepada debitur. Tetapi hak menuntut utang
utang kepada debitur tersebut tidak senyawa
dengan akta, artinya apabila akta hilang atau
musnah, maka hak menuntut masih dapat
dibuktikan dengan alat pembuktian lain, misalnya
saksi, atau pengakuan debitur-debitur lainnya
■ SUKAR UNTUK DIPERJUALBELIKAN
– Surat yang berharga, sengaja dibuat dalam bentuk yang
sukar untuk diperjualbelikan. Bentuk ini adalah Atas nama
(Op naam), Tidak kepada pengganti, Bentuk lain, yang
dimaksudkan oleh penerbitnya untuk tidak dapat
diperalihkan kepada orang lain
JENIS JENIS SURAT
BERHARGA
■ CONTOH SURAT BERHARGA :
– Wesel;
– Cek;
– Saham;
– Obligasi;
– Dll
■ CONTOH SURAT YG BERHARGA
– Karcis;
– Konosemen,
– Cell;
– KTP;
– Sertifikat
■ Contoh Surat Rekta
– Wesel dgn klausula tidak kepada pengganti
PENGATURAN SURAT BERHARGA :
- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
- Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
- Di luar KUH Perdata dan KUHD, misalnya dalam Undang-undang Pasar
Modal No. 8 tahun 1995, berkenaan dengan Saham.
- Konvensi-Konvensi Internasional, misalnya :
* Konvensi mengenai surat wesel dan surat sanggup (aksep, promes)
yang dilakukan pada tahun 1930 di Geneve.
* Konvensi mengenai Surat Cek (Cheque) yang diadakan pada tahun
1931 di Geneve;
* Konvensi mengenai akta Charter Kapal (Charter Party) yang
diadakan pada tahun 1922 yang dikenal dengan “The Documentary
Council of the Baltic and White Sea Conference- 1922” atau
“Uniform General Charter”.
* Konvensi mengenai Konosemen (Bill of Lading), yang diadakan pada
tahun 1921 di Den Haag, yang dikenal dengan The Hague Rules –
1921, yang diperbaharui di London pada tahun 1922, di Brussel
pada tahun 1924, sedangkan pada tahun 1968 telah diadakan
perubahan lagi mengenai batas tanggung jawab pengangkut.
HUBUNGAN ANTARA SURAT
BERHARGA DENGAN PERISTIWA
DASAR
■ Untuk diterbitkannya surat berharga, harus terdapat suatu
perjanjian yang terjadi sebelumnya. Perjanjian inilah yang
merupakan dasar bagi kemungkinan diterbitkannya Surat
berharga. (Pasal 1313 KUH Perdata). Misalnya :
– Seseorang bernama A mengadakan perjanjian jual beli kopi
dengan seseorang yang bernama C, seorang penjual kopi. Telah
disepakati C akan menyerahkan sejumlah kopi dengan harga Rp.
1000.000,- sedangkan A akan membayar dengan cara
menerbitkan sebuah wesel. Ini adalah peristiwa dasar yang
menimbulkan hubungan dasar dari penerbitan wesel oleh A.
– A melaksanakan prestasinya dengan cara menerbitkan sepucuk
wesel yang bernilai Rp. 1000.000,- dalam surat wesel tersebut A
memerintahkan B untuk membayar sejumlah uang sejumlah Rp.
1000.000,- kepada C.
FUNGSI SURAT BERHARGA :

■ sebagai alat bayar yang kedudukannya


mengantikan uang;
■ Sebagai Surat Bukti Hak Tagih (Surat
Legitimasi), artinya pemegang surat berharga
tersebut berhak atas sejumlah uang tertentu yang
tercantum dalam surat berharga tersebut ;
■ Pembawa hak,
■ Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih
(diperjualkan dengan mudah dan sederhana)
KLAUSULA-KLAUSULA
SURAT BERHARGA :

SURAT BERHARGA

KLAUSULA ATAS
PENGGANTI ANDOSEMEN

KLAUSULA ATAS PERALIHAN


TUNJUK FISIK
KLAUSULA-KLAUSULA
SURAT YANG BERHARGA :

SURAT YANG BERHARGA

KLAUSULA ATAS
NAMA AKTA
CESSIE

KLAUSULA TIDAK
KEPADA PENGGANTI
SYARAT SAHNYA PERALIHAN
SURAT BERHARGA
■ untuk sahnya penyerahan hak milik atas suatu
kebendaan diperlukan 2 (dua) syarat, yaitu :
– Penyerahan harus dilakukan oleh pemiliknya yang sah;
– Penyerahan itu harus didasarkan alas hak yang sah
■ Dua syarat tersebut seharusnya juga diberlakukan
bagi penyerahan surat berharga, sebab surat
berharga termasuk salah satu dari kebendaan
yang dimaksud dalam Pasal 584 KUHPerdata .
SYARAT SAHNYA PERALIHAN
SURAT BERHARGA
■ Pasal 584 KUH Perdata menentukan :
– “Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat
diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan
cara pemilikan, karena perlekatan, karena
daluarsa, karena pewarisan, baik menurut
undang-undang maupun menurut surat wasiat,
dan karena penunjukan atau penyerahan
berdasarkan atas suatu peristiwa perdata untuk
memindahkan hak milik, dilakukan oleh orang
yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan
tersebut.”

Anda mungkin juga menyukai