HK Islam Lanj - 02 Khitbah
HK Islam Lanj - 02 Khitbah
PERKAWINAN ISLAM
{ Dr. Utary Maharany B.,H.MHum.
Al-Khitbah berasal dari lafadz Khathiba, yakhthibu,
khithbatun. Terjemahannya ialah lamaran atau pinangan.
Al-Khithbah ialah permintaan seorang laki-laki kepada
seorang perempuan untuk dijadikan istri menurut cara-
cara yang berlaku di kalangan masyarakat.
Dalam pelaksanaan khithbah (lamaran) biasanya masing-
masing pihak saling menjelaskan keadaan dirinya dan
keluarganya.
Khithbah merupakan pendahuluan perkawinan,
disyari‟atkan sebelum ada ikatan suami istri dengan
tujuan agar waktu memasuki perkawinan didasarkan
kepada penelitian dan pengetahuan serta kesadaran
masingmasing pihak.
PENGERTIAN KHITBAH
Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa pinangan
(khitbah) adalah pernyataan seorang lelaki
kepada seorang perempuan bahwasanya ia
ingin menikahinya, baik langsung kepada
perempuan tersebut maupun kepada walinya.
Penyampaian maksud ini boleh secara
langsung ataupun dengan perwakilan wali
Amir Syarifuddin mendefinisikan pinangan
sebagai penyampaian kehendak untuk
melangsungkan ikatan perkawinan. Peminangan
disyariatkan dalam suatu perkawinan yang waktu
pelaksanaannya diadakan sebelum berlangsungnya
akad nikah
Sedangkan Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal
1, Bab 1 huruf a, memberi pengertian bahwa:
“peminangan ialah kegiatan upaya ke arah
terjadinya hubungan perjodohan antara seorang
pria dengan seorang wanita yang dapat
dilakukan oleh orang yang berkehendak mencari
pasangan, tetapi dapat pula dilakukan oleh
perantara yang dapat dipercaya.”
Peminangan merupakan terbentuknya hal yang utuh yang
awalnya terpisah laki-laki dan perempuan. Peminangan juga
untuk lebih menguatkan ikatan yang dilakukan sesudah
peminangan, yaitu perkawinan, karena kedua belah pihak
sudah mengenal.
Secara eksplisit, tujuan dari peminangan memang tidak
LANDASAN HUKUM
a. Peminangan dapat dilakukan terhadap seorang
perempuan yang masih perawan atau terhadap janda
yang telah habis masa ‘iddahnya.
b. Perempuan yang ditalak suami yang masih berada
dalam masa ‘iddah raj’iyyah, haram dan dilarang
untuk dipinang.
c. Dilarang juga meminang seorang perempuan yang
sedang dipinang orang lain, selama pinangan laki-
laki tersebut belum putus atau belum ada penolakan
dari pihak perempuan.
d. Putusnya peminangan untuk laki-laki, karena adanya
pernyataan tentang putusnya hubungan pinangan
atau secara diam-diam, laki-laki yang dipinang
menjauhi dan meninggalkan wanita yang dipinang