Anda di halaman 1dari 2

Nama : Winda Marlina

NIM : 2004551177
Mata Kuliah : Sistem Peradilan Pidana (D)

Kajian Analisis terkait pandangan/pendekatan system menurut Romli Atmasasmita dan


Apakah benar KUHP mencerminkan suatu system atau belum?
Romli Atmasamita mengatakan bahwa sistem peradilan pidana tidaklah hanya berbicara
tentang putusan lembaga peradilan di dalam memberikan pidana, melainkan lebih dari itu yang
dibicarakan adalah persoalan mekanisme ataupun manajemen dari bekekerjanya Pengadilan

tersebut, guna melahirkan suatu keputusan yang adil. Sehingga dapat pula dikemukakan bahwa
sistem peradilan pidana, merupakan mekanisme dan/atau manajemen proses peradilan (Justice
Processes) di dalam melahirkan suatu keputusan serta di dalam menjatuhkan pidana.
Menurut Romli Atmasasmita, ciri pendekatan system dalam peradilan pidana yaitu:
a. Titik berat pada koordinasi dan sinkronisasi komponen peradilan pidana (kepolisian,
kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan).
b. Pengawasan dan pengendalian penggunaan kekuasaan oleh komponen peradilan pidana.
c. Efektifitas sistimpenanggulangankejahatanlebih utama dari efisiensi penyelesaian
perkara.
d. Penggunaan hukum sebagai instrumen untuk memantapkan “The administration of
justice”
Landasan atau dasar daripada sistem peradilan pidana di Indonesia secara umum yaitu
pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
(selanjutnya disebut KUHAP). Apabila ditelaah secara teliti isi ketentuan Undang-Undang No. 8
tahun 1981 tentang KUHAP, maka di dalam Integrated criminal justice system Indonesia
menggunakan empat komponen aparat penegak hukum, yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan
dan lembagapemasyarakatan. Komponen sistem peradilan pidana sebagai salah satu pendukung
atau instrumen dari suatu kebijakan kriminal, termasuk pembuat undang-undang.
Komponen-komponen dalam sistem peradilan pidana baik dalam perspektif pengetahuan
mengenai kebijakan kriminal (Criminal Policy) maupun dalam praktek penegakan hukum dalam
hukum pidana terdiri dari : unsur Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lemabaga
Pemasyarakatan. Instansi-instansi tersebut masing-masing menetapkan hukum dalam bidang dan
wewenangnya. Pandangan penyelenggaran tata hukum pidana demikian itu disebut model
kemudi (stuur model). Terkait dalam hal ini adalah bagian-bagian dari kegiatan dalam rangka
penegakan hukum, atau dalam suasana kriminologi disebut “crime control” suatu prinsip dalam
penanggulangan kejahatan ini ialah bahwa tindakan-tindakan itu harus sesuai dengan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat.
Selain itu jika mengacu pada KUHAP, terdapat salah satu prinsip yaitu Prinsip Saling
Koordinasi, Polisi sebagai system Penyidik, Jaksa sebagai system Penuntut Umum dan pelaksana
eksekusi putusan Pengadilan, Hakim sebagai system yang berwenang memeriksa dan mengadili
suatu perkara yang dilimpahkan ke Pengadilan. Prinsip ini diarahkan untuk terbinanya suatu tim
system penegak hukum yang dibebani tugas tanggung jawab saling mengawasi dalam system
checking antara para system penegak hukum. Dalam system ini juga diperluas sampai dengan
pejabat Lapas, Penasihat Hukum dan keluarga tersangka/terdakwa.
Sistem peradilan pidana di Indonesia dalam KUHAP menganut “due process of law” (proses

hukum yang layak) yang mengedepankan hak asasi manusia dalam sistem peradilan pidananya
melalui hak-hak tersangka atau terdakwa sebagai berikut:
1) Berhak segera diproses perkaranya, yakni tingkat penyidikan, tingkat penuntutan maupun
tingkat persidangan (Pasal 50 KUHAP);
2) Berhak mengetahui dengan jelas yang disangkakan / didakwakan padanya (Pasal 51
KUHAP);
3) Berhak mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan (Pasal 54, 55, 56, dan
114 KUHAP);
4) Berhak memberi keterangan secara bebas (Pasal 52 KUHAP);
5) Tersangka/terdakwa yang ditahan berhak:
a. Menerima kunjungan dokter;
b. Menerima kunjungan rohaniawan;
c. Menerima kunjungan sanak keluarga;
6) Berhak mengajukan saksi-saksi yang menguntungkan dirinya;
7) Berhak ganti rugi dan rehabilitasi (melalui lembaga pra-peradilan) jika ternyata tidak
bersalah.

Anda mungkin juga menyukai