Anda di halaman 1dari 10

Hukum Kepailitan

Permasalahan Konsep Insolvensi di Indonesia

Gladys Vania Gracia


( 2004551168 )
Latar Belakang
Pendahuluan
Insolvensi adalah istilah yang kerap dikaitkan dengan istilah pailit. Pasalnya, kedua istilah tersebut jika
dilihat-lihat memang memiliki kemiripan. Namun sebenarnya ada perbedaan diantara kedua istilah
tersebut. Pailit adalah suatu kondisi di mana suatu perusahaan yang bertindak sebagai debitur
dinyatakan bangkrut (pailit) akibat tidak mampu untuk membayar utang kepada kreditur.

Sedangkan perusahaan dikatakan mengalami insolvensi apabila berada dalam kondisi tidak bisa
membayar utangnya pada kreditur. Pada dasarnya kepailitan dan insolvensi itu merupakan dua hal
yang berbeda. Dimana debitur dinyatakan pailit apabila debitur memiliki paling sedikit dua kreditur
dan ada sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Jadi dalam hal pailit, belum tentu harta debitur tidak cukup untuk membayar utang-utangnya. Definisi
insolvensi tertera di dalam pasal 57 ayat (1) UU KPKPU, di mana di situ tertulis: “...yang dimaksud
insolvensi adalah keadaan tidak mampu membayar” Singkatnya, seseorang atau sebuah perusahaan
dinyatakan berada dalam kondisi insolven apabila tidak dapat melunasi utang kepada pihak-pihak
yang menjadi krediturnya, bukan hanya 1 (satu) kreditur, namun semua kreditur sebagai pemberi
pinjaman.

Lalu bagaimana konsep insolvensi di Indonesia? Apakah ada permasalahan terkait konsep insolvensi di
Indonesia?
Rumusan Masalah
Bagaimana konsep
insolvensi di Indonesia?

Apa saja permasalahan


terkait konsep insolvensi
di Indonesia?
PEMBAHASAN

Konsep Insolvensi di Indonesia


Arti insolvensi dapat kita temukan dalam Penjelasan Pasal 57 ayat (1) UU KPKPU
yang berbunyi: Yang dimaksud dengan "insolvensi" adalah keadaan tidak mampu
membayar. Lebih luas lagi, jika mengacu pada pendapat Sutan Remy, yang dikatakan
dengan debitur dalam keadaan insolven adalah ketika debitur tidak dapat melunasi
utang kepada semua krediturnya dan debitur yang memiliki jumlah utang yang
melebihi seluruh jumlah harta kekayaannya.
Jenis - Jenis insolvensi
Menurut kajian teoritik dalam perspektif kepailitan pada umumnya terdapat
dua jenis insolvensi yang dikenal, yaitu :

Balance Sheet
Insolvency

Cash Flow Insolvency


Ketentuan Insolvensi dalam
Hukum Kepailitan di Indonesia

Pembahasan mengenai konsep insolvensi dalam hukum kepailitan di Indonesia berangkat dari
serangkaian koreksi tentang kelemahan-kelemahan hukum kepailitan.

Kedua, Pembuktian sederhana. Pasal 1 ayat (1) jo. Pasal 6 ayat (3) mensyaratkan pembuktian
sederhana dalam menentukan dikabulkan atau tidaknya suatu permohonan kepailitan. Namun UUK
tidak memberikan penjelasan yang rinci mengenai bagaimana pembuktian sederhana ini dilakukan
dalam memeriksa permohonan pailit, kecuali menyatakan bahwa pembuktian sumir pada umumnya.
Ketiga, Pemeriksaan yang terlalu cepat dan efisien. Putusan atas permohonan
pernyataan pailit harus ditetapkan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak permohonan pernyataan pailit didaftarkan

Keempat, Tidak adanya perbedaan antara debitor insolven dan solven. UUK
tidak mencantumkan keadaan insolven asal syarat pailit sebagaimana Pasal 1
ayat (1) Jo. Pasal 6 ayat (3) UUK terpenuhi, maka debitor tersebut dinyatakan
pailit.
PERMASALAHAN TERKAIT KONSEP
INSOLVENSI DI INDONESIA

Terhambatnya iklim Investasi di Indonesia


Tidak tercapainya perlindungan kreditor, debitor
dan stakeholder scara seimbang
Beresiko mengancam stabilitas pembangunan
ekonomi Indonesia
KESIMPULAN
Ketentuan insolvensi di indonesia di dasarkan pada pasal 2 ayat (1) yaitu ketika
debitor “tidak membayar lunas” utangnya. Harta pailit akan masuk ke dalam fase
insolvensidengan dua kemungkinan yaitu setelah dinyatakan pailit dan melalui
PKPU. Ketentuan insolvensi dan hukum kepailitan di Indonesia masih menimbulkan
ketidakpastian hukum yang menimbulkan permasalahan - permasalahan yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi Indonesia, yaitu terhambatnya iklim
investasi di Indonesia, tidak tercapainya perlindungan kreditor, debitor,dan
stakeholdersecara seimbang, dan beresiko mengancam stabilitas pembangunan
ekonomi Indonesia
Thank
you!!

Anda mungkin juga menyukai