Anda di halaman 1dari 12

AL KAFI KARYA AL KULAYNI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :Studi Kitab Hadits IV

DosenPengampu: Ahmad Fajar Shodik, M.Th.I,

Disusun Oleh kelompok 2 :

Muhammad Afda Nahied Umami (U20172026)

Achmad Zamhuri Ridwan ( U20172019)

Yusuf Ramadhan (U20172004 )

Abdullah (U20172036)

PROGRAM STUDI ILMU HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

April 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah, yang berkat pertolongan-Nya kami

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AL KAFI KARYA AL KULAYN I” untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Studi Kitab Hadits IV”. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah memberikan penerang dan
ilmu pengetahuan kepada umatnya.

Tiada keberhasilan yang kami capai tanpa bantuan pihak lain, oleh sebab itu pada
kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih Ahmad Fajar Shodik, M.Th.I,
Namun dengan keterbatasan yang ada, penyusunan makalah ini amatlah jauh dari
kesempurnaan. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun
pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Perkembangan hadis dalam ilmu keislaman berkembang luas dan cepat.
Perkembangan hadis takluput dari perkembangan pemalsuannya juga, terlebih setelah Nabi
Muhammad wafat. Berbagai pendapat mulai mengkristal, ada yang melarang membukukan
hadis, juga ada yang menyarankan agar fatwa-fatwa Rasul itu segera dihimpun karena
khawatirakan lenyap dari peredaran. Akibat banyaknya sahabat yang berguguran dari medan
perang. Pada Masa Rasulullah SAW. merupakan masa pewahyuan dan
pembentukanmasyarakat Islam. Didalamnya, hadis-hadisdiwahyukan oleh Nabi Muhammad
saw. yang terdiriatasperkataan, perbuatan dan taqrir Nabi Muhammad saw.
dalammembinamasyarakat Islam. Keberadaanhadisterusdijaga oleh sahabat, orang yang
dekatdengan Nabi Muhammad saw. Dengan cara menyedikitkan periwayatan dan
pemateriannya.
Akhirnya abad ke-3 sampai abad ke-5 H. hadis-hadis Nabi Muhammad saw.
Terbukukan dalam berbagai kitab hadis dengan berbagai metode penulisannya. Oleh
karenaitu, ulama pada abad-abad tersebut disebut dengan ulama mutaqaddimin karena telah
berusaha mencari hadis ke berbagai daerah dan membukukannya.
Sementara di kalangan Shi’ah didapatkan kenyataan lain, permasalahan penulisan
hadis tidak menjadi suatu problem yang serius. Kitab hadis pertama adalah Kitab Ali ibn Abi
Talib yang di dalamnya memuat hadis-hadis yang di imla’kan langsung dari Rasulullah saw.
tentang halal haram dan sebagainya. Kemudian dibukukan oleh Abu Rafi’ al-Qubti al-Shi’i
dalam kitab al-sunan, al-ahkam dan al-qadaya.
Ulama sesudahnya akhirnya membukukannya keberbagai macam kitab. Salah
satunya adalah al-Kafi fi ilm al-Din yang di kalangan Shi’ah merupakan kitab
peganganutama di kalangan mazhab Shi’ah.
Al-Kafi al-Kulayni merupakan kitab rujukan kaum shi’ah. Meski, ada yang
menganggap bahwa kitab tersebut merupakan sucinya kaum shi’ah, akan tetapi kaum dan
ulama shi’ah tidak pernah menyatakan kedudukan al-Kafi sebagai kitab sucinya. Al-Kafi,
merupakan kitab hadis jamik pertama dan terpenting dalam Syi’ah yang menurut ungkapan
banyak ulama belum dan tidak ada kitab yang lebih bernilai darinya dalam Islam (selain al-
Quran tentunya). Kitab al-Kafi terdiri dari dua jilid Ushul, lima jilid Furu’ dan satu Raudhah.
Di dalamnya terdapat 30 Kitab, 326 bab dan total hadis yang tertulis 16199 hadis.
Dalam mukadimah kitabnya, beliau menjelaskan kalau kitab ini merupakan jawaban
dari permintaan salah seorang saudara seagama beliau. Sayang beliau tidak menyebutkan
siapa nama saudara seiman itu dalam bukunya. Namun, bisa ditebak kalau orang yang
meminta itua dalah Muhammad bin Ahmad bin Abdullah ash-Shafwaniatau Muhammad bin
Nukmani.
Dan kalau melihat kepada mukadimah kitab Kafi dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa kitab ini beliau berharap dapat menyelamatkan riwayat-riwayat Syi’ah yang tercecer
dan ingin disusun dalam sebuah kompilasi untuk menghindari perpecahan dalam agama.
Dengan demikian, makalah singkat ini akan membahas tentang kitab al-Kafi al-
Kulayni yang dimulai dari menelusuri jejak kehidupan al-Kulayni (Biografi), penjelasan
singkat tentang isi kitab dan diakhir pembahasan ini akan disuguh kanpendapat ulama terkait
kitab al-Kafi al-Kulayni ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkanlatarbelakangtersebut di atas, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1. Bagaimana biografi Al Kulayni ?
2. Bagaimana sistematika dan metode penulisan kitab Al Kafi ?
3. Bagaimana kedudukan kitab Al Kafi ?
4. Apa keistimewaan kitab Al Kafi ?
5. Bagaimana pandangan terhadapkitab al-Kafi al-Kulayni dari kalangan Sunni dan Syi’ah
BAB II
PEMBAHASAN

1. BiografiAl Kulayni
Pengarang dari kitab al-Kafi adalah Abu Ja’far Muhammad Ibnu Ya’qub Ibn Ishaq
al-Kulayni al-Razi.1 Tanggal dan tahun kelaharian al-Kulayni dalam berbagai literatur tidak
ada yang menyebutkan secara pasti, tetapi ada yang mengatakan, beliau lahir sekitar tahun
254 H atau 260 H. Beliau lahir di sebuah dusun yang bernama al-Kulai atau al-Kulin di Ray
Iran.2 Meski kelahirannya masih belum diketahui secara pasti, namun beliau wafat pada
tahun 328 H / 329 H (939/940 M). Beliau dikebumikan di pintu masuk Kufah.3
Tidak hanya tahun kelahiran al-Kulayni yang sulit dilacak secara pasti. Akan tetapi
hampir separuh awal hidupnya juga sulit dilacak karena situasi politik dibawah
kepemimpinan al-Muqtadir yang tidak banyak memberi akses pada bagi kaum shi’ah untuk
mengembangkan eksistensinya.4 Baru pada paruh kedua masa hidupnya, al-Kulayni
mendapatkan kebebasan dari Dinasti Buwaihiyah. Informasi tentang sosok al-Kulayni juga
banyak diperoleh pada masa ini.5
Tempat tinggal al-Kafi tidak hanya di Iran akan tetapi beliau juga pernah tinggal di
Baghdad dan Kufah. Ia pindah ke Baghdad karena menjadi ketua ulama atau pengikut Syi’ah
Imam dua belas disana, selama pemerintahan al-Muqtadir. Beliau hidup di zaman sufara’ al-
arba’ah (empat wakil Imam al Mahdi).6
Ayah al-Kulayni bernama Ya’qub Ibn Ishaq atau al-Salsali, seorang tokoh Syi’ah
terkemuka di Iran.7 Di kota inilah ia mulai mengenyam pendidikan. Al-Kulayni punya
pribadi yang unggul dan banyak dipuji ulama, bahkan ulama mazhab Sunni dan Syi’ah
sepakat akan kebesaran dan kemuliaan al-Kulayni.
Al-Kulayni menyusun kitab al-Kafi selama dua puluh tahun dengan melakukan
perjalanan ilmiah untuk mendapatkan hadis-hadis dari berbagai daerah, seperti Irak,
Damaskus, Ba’albak, dan Talfis. Namun bukan hanya hadis yang ia cari tetapi juga berbagai

1
H. Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: Pustaka Al-Muna), hlm. 222.
2
Al-Kulaini, MuqaddimahUshul al-Kafi al-Kulaini, ditahqiq oleh Ali Akbar al-Ghifari, Juz I (Teheran: Dar al-Kutub al-
Islamiyyah, t.th), hlm. 13.
3
H. Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: Pustaka Al-Muna), hlm. 223.
4
Agus Purnomo, TelaahEpistemologiTerhadap Hadis Hukum al-Kafi al-Kulayni, JurnalDialogia, Vol. 9 No. 2 Desember
2011, hlm. 228.
5
Ibid
6
I. K. A. Howard, “al-Kutub al-Arba’ah: Empat Kitab Hadis Utama Mazhab ahl al-Bait”, Jurnal al-Huda, vol II, no. 4, 2001,
hlm. 11.
7
H. Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: Pustaka Al-Muna), hlm. 223.
sumber dan kodifikasi hadis dari para ulama sebelumnya. Dari sini tampak adanya usaha
yang serius dan besar-besaran.8 Beliau dikenal sebagai orang yang cerdas, dapat dipercaya,
dan memiliki hafalan yang kuat, karenanya beliau dijuluki dengan thiqqat al-Islam.9
Al-Kulayni mempunyai banyak guru dari kalangan ulama ahl al-Bayt. Diantara
gurunya adalah Ahmad Ibn Abdullah Ibn Mihran, Muhammad Ibn Yahya al-Aththar dan
Muhammad Ibn Aqil al-Kulayni.10 Adapun karya-karya yang dihasilkan oleh al-Kulayni
sebagaimana dikutip oleh Zainul Arifin dari Muqaddimahnya al-Kulayni adalah sebagai
berikut:
 Kitab Tafsir al-Ra’yu
 Kitab al-Rijal
 Kitab al-Radd ‘ala Qaramitah
 Kitab al-Rasail: Rasa’il al-Aimmah Alaihi al-Salam
 Al-Kafi
 Kitab Qila fi al-Aimmah alaihi al-Salam min al-Shi’i
 Kitab al-Dawajin wal al-Rawajin
 al-Zayyu wa al-Tajammul
 al-Wasail
 Kitab al-Raudah11
2. Sistematika dan Metode Penulisan Kitab Al Kafi
Al-Kafi merupakan kitab hadis yang menyuguhkan berbagai persoalan pokok agama
(ushul), cabang-cabang (furu’) dan taman (rawdhah). Al-Kurkidalam ijazah-nya al-Qadhi
Shafi al-Din ‘Isa, mengatakan, al-Kulayni telah menghimpun hadis-hadis shar’iyyah dan
berbagai rahasi arab bani yang tidak akan didapati di luar kitab al-Kafi. Kitab ini menjadi
pegangan utama dalam mazhab Shi’ah dalam mencari hujjah keagamaan. Bahkan di antara
mereka ada yang mencukupkan atas kitab tersebut dengan tanpa melakukan ijtihad
sebagaimana terjadi dikalangan ahbariyyun.12
Jumlah hadis yang termuat dalam kitab al-Kafi al-Kulayni, ulama berbeda pendapat.
Menurut al-Khunsari, hadis yang termuat dalam kitab ini berjumlah 16.190 hadis, sementara
hitungan al-Majlisi sebanyak 16.121, Agha Buzurg al-Tihranisebanyak 15.181 dan Ali
8
M. AlfatihSuryadilaga, Kitab al-Kafi al-Kulaini, (Yogyakarta: Teras, 2003), hlm. 307
9
Agus Purnomo, TelaahEpistemologiTerhadap Hadis Hukum al-Kafi al-Kulayni, JurnalDialogia, Vol. 9 No. 2 Desember
2011, hlm. 228.
10
Al-Kulaini, MuqaddimahUshul al-Kafi al-Kulaini, ditahqiq oleh Ali Akbar al-Ghifari, Juz I (Teheran: Dar al-Kutub al-
Islamiyyah, t.th), hlm. 26.
11
H. Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: Pustaka Al-Muna), hlm. 223.
12
Ibid hlm 229
Akbar al-Ghifari sebanyak 15.176.13 Banyak perbedaan penghitungan jumlah hadis dalam
kitab ini dikarenakan matannya satu dan sanadnya berbilang.14
Kitab al-Kafiterdiriatas 8 jilid yang terbagi menjadi 35 kitab dan 2355 bab, 2 jilid
pertama berisi tentang al-Ushul (pokok) jilid pertama memuat 1.437 hadis dan jilid kedua
memuat 2.346 hadis, yang berkaitan dengan masalah akidah. 5 jilid dan selanjutnya
berbicara tentang al-Furu’ (fikih) dan 1 jilid terakhir memuat 597 hadis yang disebut al-
Rawdhah (taman) adalah kumpulan hadis yang menguraikan berbagai segi dan minat
keagamaan serta termasuk beberapa surat dan khutbah para imam.15
Untuk lebih jelasnya terkait distribusi hadis dalam kitab al-Kafi al-Kulayni akan
disajikan dalam bentuk tabel sebagai termaktub dalam buku yang dikarangZainul Arifin
sebagai berikut:
Jilid Bagian Kitab Bab Hadits
I Usul / 4 : al-Akl wa Jahl s/d al-Hujjah 71 1440
II Usul/ 4: al-Iman wa al-Kufr s/d al-Usrah 258 2346
III Furu’ / 5 : Taharah s/d Zakat 313 2079
IV Furu’ / 2 : al-Siyam s/d al-Hajj 362 2190
V Furu’ / 3 : al-Jihad s/d al-Nikah 382 2200
VI Furu’ / 9 : al-Aqiqah s/d al-Dawajin 424 266
VII Furu’ / 7 : al-Wasaya s/d al-Aiman 287 1708
VIII Al-Raudah / 1 1 597
Isi kitab yang telah dijelaskan diatas menjadi keistimewaan dalam kitab al-Kafi al-
Kulayni. Akan tetapi yang juga tidak kalah menariknya dalam kitab ini adalah tentang
peringkasan sanad. Sanad sebagai mata rantai jalur periwayat hadis dimulai dari sahabat
sampai pada ulama hadis, yang terkadang ditulis lengkap dan terkadang juga membuang
sebagian sanad atau awalnya saja.16 Sanad-sanad yang ada dalam kitab ini kadang ditulis
secara lengkap, tetapi terkadang al-Kulayni membuang sebagian sanad dengan
menggunakan kata ashhabuna, fulan, ‘iddah, jama’ah dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan
bagi periwayat-periwayat yang sudah terkenal. Contoh, dalam kitab al-Furu’ jilid keenam
bab kesembilan mengenai memerdekakan budak, al-Kulayni menegaskan bahwa yang

13
Agus Purnomo, TelaahEpistemologiTerhadap Hadis Hukum al-Kafi al-Kulayni, JurnalDialogia, Vol. 9 No. 2 Desember
2011, hlm. 231.
14
H. Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: Pustaka Al-Muna), hlm. 230.
15
M. AlfatihSuryadilaga, Kitab al-Kafi al-Kulaini, (Yogyakarta: Teras, 2003), hlm. 313.
16
Agus Purnomo, TelaahEpistemologiTerhadap Hadis Hukum al-Kafi al-Kulayni, JurnalDialogia, Vol. 9 No. 2 Desember
2011, hlm. 231.
dimaksud dengan iddatun min ashabina ialah ‘Ali Ibn Ibrahim, Muhammad Ibn Ja’far,
Muhammad Ibn Yahya, ‘Ali Ibn Muhammad Ibn ‘Abdullah al-Qummi, Ahmad Ibn
Abdillah, ‘Ali Ibn Husain, yang semuanya dari Ahmad Ibn Muhammad Ibn Khalid dari
Usman Ibn Isa.
Peringkasan sanad ini menurut analisa penulis dilandasi atas keinginan al-Kulayni
untuk tidak memperpanjang tulisan, dan dilakukan hanya pada para periwayat yang
dianggap baik, jujur dan dipercaya oleh beliau. Oleh karena itu, jika sanad telah ditulis
lengkap pada hadis sebelumnya, maka selanjutnya al-Kulayni tidak menulisnya secara
lengkap.
Selain peringkasan sanad diatas, terdapat bermacam-macam Rawi dalam hadis yang
tercantum dalam kitab itu bahkan sampai pada imam mereka dan Rawi yang lain. Jika
dibandingkan dengan hadis-hadis lain diluar Syi’ah berbeda derajat penilaiannya. Dengan
demikian, mereka masih mengakui periwayat hadis dari kalangan lain dan menganggapnya
masih dalam tataran kuat.
3. Kedudukan Kitab Al Kafi
Al-Kulayni dalam menulis hadis yang terhimpun dalam kitab al-Kafi, tidak sama
dengan saat al-Bukhari dan Muslim dalam menyusun kitab hadis. Bukhari dan Muslim
dalam menulis kitab hadis selalu menyeleksi hadis yang ia dapat agar hadis yang
dihimpunnya berkualitas sesuai dengan kriteria ilmu hadis. Di Al-Kafi, Al Kulayni
menuliskan riwayat apa saja yang dia dapatkan dari orang yang mengaku mengikuti para
Imam Ahlul Bait. Jadi al-Kulayni hanyalah sebagai pengumpul hadis-hadis dari Ahlul Bait
as. Tidak ada sedikitpun pernyataan al-Kulayni bahwa semua hadis yang dia kumpulkan
adalah otentik. Karena al-Kulayni tidak menseleksi hadis yang ia dapat, maka pada awalnya
hadis-hadis yang terangkum dalam al-Kafi belum diklasifikasikan ke dalam hadis saheh,
hasan dan lain sebagainya.
Kemudian, ulama-ulama Shi’ah menyusun dan mengklasifikasikan hadis yang
terdapat dalam al-Kafi. Salah satu ulama itu adalah Allamah al-Hilli yang telah
mengelompokkan hadis-hadis al-Kafi menjadi shahih, muwatstsaq, hasan dan dhaif. Usaha
Allamah al-Hilli ternyata mendapat tantangan keras dari kelompok shi’ah yang tergabung
dalam kelompok akhbariyah yang memandang bahwa hadis dalam al-Kafi semuanya
otentik. Hanya saja penentangan kelompok itu tidak berdasar. Oleh karena itu banyak
ulama-ulama syiah baik sezaman atau setelah Allamah al-Hilli seperti Syaikh al-Thusi,
Syaikh Mufid, Syaikh Murtadha al-Anshari dan lain-lain, lebih sepakat dengan Allamah al-
Hilli dan mereka menentang keras pernyataan kelompok Akhbaraiyah tersebut.
Hadis-hadis yang terdapat dalam al-Kafi al-Kulayni, setelah diteliti oleh Allamah al-
Hilli dan al-Majlisi, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut17:
1. 5.072 hadis Sahih
2. 144 hadis Hasan
3. 1.128 hadis Muwasaaq
4. 302 hadis Qowi (kuat)
5. 9.495 hadis Da’if
Meskipun dalam kitab itu setelah diteliti ternyata bukan hadis sahih semua, namuan
kedudukan kitab tersebut tetap kuat dan dijadikan rujukan utama oleh kalangan Shi’ah.
Bahkan kelompok Akhbariyah menganggap bahwa semua persoalan hidup sudah tercover
dalam kitab tersebut.18
4. Keistimewaan Kitab Al Kafi
Kelengkapan, al-Kafi dibandingkan dengan kitab-kitab jami’ hadis yang lain lebih
komplit dan komprehensif. Karena kitab Al-Kafitidak hanya berkaitan dengan furuuddin dan
hukum-hukum, ia juga membahas dan memuathadis-hadis tentang aqidah dan akhlak. Dua
jilid awal dari Kafi telah membawa kanriwayat-riwayat tentang dua bagian penting ajaran
agama itu.
Kerapian dan kedetailan penyususnan kitab al-Kafi menjadi keistimewaan yang
dimiliki kitab ini. Al-Kulayn ia dalah sosok pertama yang menyusun kitab hadis yang jami’
dan beliau tidak memiliki contoh kitab yang bisa dijadikan rujukan. Akan tetapi jika kita
melihat kepadaisi kitab ini kita akan terkagum-kagum dengan penataan dan penyusunan bab-
bab, pasal-pasal yang ada di dalamnya; bagaimana beliau memulai kitabnya dengan ushul
lalu dilanjutkan dengan Furu’ dan digenap kan dengan Raudah.
5. Pandangan dan Terhadap Kitab al-Kafi al-Kulayni dari Kalangan Sunni dan Syi’ah
Sebagian orang darikalangan Sunni menilai kedudukan al-Kafi di sisi Syi’ah sama
dengan Shahih Bukhari di sisi Sunni. Mereka yang mengkritik Syi’ah ini, telah membawakan
riwayat-riwayat yang ada dalam kitab rujukan Syi’ah yaitu al-Kafi dalam karya-karya
mereka, seraya mereka berkata “Kitab al-Kafi di sisi Syi’ah sama seperti Shahih Bukhari di
sisi Sunni.”
Kalangan Syi’ah memang mengakui bahwa al-Kafi, karya al-Kulayni memang
menjadi rujukan Syi’ah, namun dalam mengambil hadits sebagai rujukan ulama Syi’ah akan
menilai kedudukan haditsnya, baru menetapkan fatwa. Mereka mengatakan bahwa al-Kulayni

17
H. Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: Pustaka Al-Muna), hlm. 234.
18
Ibid hlm 235 - 236
menuliskan riwayat apa saja yang dia dapatkan dari orang yang mengaku mengikuti para
Imam Ahlul Bait as.
Sebagian dari kalangan Syi’ah sendiri terdapat perbedaan pendapat. Sebagia nada
yang mencukupkan atas kitab tersebut tanpa melakukan ijtihad. Misalnya, Abdul Husain
Syafruddin Al-Musawi, dalam kitabnya “Al-Muraja’at” dengan tegas mengatakan bahwa
keempat kitab tersebut menjadi referensi (Syi’ah) Imamiyah dalam ushul dan furu’nya, dari
zaman pertama hingga zaman kini. Riwayat keempat kitab tersebut mutawatir dan
kandungannya dipastikan keshahihannya. Dan al-Kafi yang tertua, termulia, terbaik, dan yang
paling teliti.
Sementara sebagian yang lain, mereka tidak mengklaim hadis-hadis dalam kitab
mereka (al-Kafi) sebagai sahih. Menurut mereka tidak ada sedikitpun pernyataan al-Kulayni
bahwa semua hadis yang beliau kumpulkan otentik. Maka, mereka tidak setuju jika ada orang
menilai kedudukan al-Kafi di sisi Syi’ah sama dengan Shahih Bukhari di sisi Sunni. Bahkan
mereka menuduh orang yang melakukan hal itu bertujuan untuk mengelabui orang awam
yang tidak tahu-menahu tentang al-Kafi.
Sebagiamana pendapat Al-Sayyid Muhammad al-Mujahid al-Tabataba’i (1242H) juga
mengemukakan hujah bahwa tidak semua riwayat al-Kafi sahih. Hal ini diungkapkan oleh
Hasyim Ma’ruf Husyein dalam kitabnya yaitu Dirasat Hadits. (hal.135-136). Hal yang sama
juga dikatakan oleh Ayatullah Husayn `Ali al-Muntazari mengenai ketidak sahihan riwayat
dalam al-Kafi dalam kitabnya Dirasah fiMakasib al Muharomah, juz III, hal. 123. Ia
mengatakan:“Kepercayaan al-Kulayni akan kesahihan riwayat (di dalam kitabnya) tidak
termasuk dalam hujah syar’iah karena dia bukanlah ma’sum di sisi kami.”
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengarang dari kitab al-Kafi adalah Abu Ja’far Muhammad Ibnu Ya’qub Ibn Ishaq al-
Kulayni al-Razi. Tanggal dan tahun kelaharian al-Kulayni dalam berbagai literatur tidak ada
yang menyebutkan secara pasti, tetapi ada yang mengatakan, beliau lahir sekitar tahun 254 H
atau 260 H. Beliau lahir di sebuah dusun yang bernama al-Kulai atau al-Kulin di Ray Iran.
Meski kelahirannya masih belum diketahui secara pasti, namun beliau wafat pada tahun 328
H / 329 H (939/940 M). Beliau dikebumikan di pintu masuk Kufah. Tempat tinggal al-Kafi
tidak hanya di Iran akan tetapi beliau juga pernah tinggal di Baghdad dan Kufah. Ia pindah ke
Baghdad karena menjadi ketua ulama atau pengikut Syi’ah Imam dua belas disana, selama
pemerintahan al-Muqtadir. Beliau hidup di zaman sufara’ al-arba’ah (empat wakil Imam al
Mahdi.

Sebagian orang darikalangan Sunni menilai kedudukan al-Kafi di sisi Syi’ah sama dengan
Shahih Bukhari di sisi Sunni. Mereka yang mengkritik Syi’ah ini, telah membawakan
riwayat-riwayat yang ada dalam kitab rujukan Syi’ah yaitu al-Kafi dalam karya-karya
mereka, seraya mereka berkata “Kitab al-Kafi di sisi Syi’ah sama seperti Shahih Bukhari di
sisi Sunni
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kulaini, MuqaddimahUshul al-Kafi al-Kulaini, ditahqiq oleh Ali Akbar al-Ghifari, Juz I
(Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah. 1388).
Arifin, Zainul. 2010. Studi Kitab Hadis. Surabaya: Pustaka Al-Muna.
Purnomo, Agus. 2011. TelaahEpistemologiTerhadap Hadis Hukum al-Kafi al-Kulayni.
JurnalDialogia, Vol. 9 No. 2 Desember 2011.
Suryadilaga, M. Alfatih. 2003. Kitab al-Kafi al-Kulaini. Yogyakarta: Teras.
Howard, I. K. A. al-Kutub al-Arba’ah: Empat Kitab Hadis Utama Mazhab ahl al-Bait. Jurnal
al-Huda, vol II, no. 4, 2001, hlm. 11.

Anda mungkin juga menyukai