Pembahasan
Surveilance gizi berperan dalam menghasilkan informasi tentang situasi pangan dan
gizi penduduk serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Informasi yang dihasilkan berguna
sebagai bahan dasar dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan pengolahan program
yang berkaitan dengan perbaikan gizi masyarakat. Tanpa data dan informasi yang memadai,
kejadian gizi akan masih terus berlangsung dan menimbulkan ketidaksiapan
menanggulanginya.
Pada jurnal pertama juga dijelaskan bahwa hasil dari kajian Bappenas (2006)
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan surveilance di tingkat puskesmas masih ditemukan
beberapa masalah, yaitu kualitas dan kuantitas tenaga surveilance masih rendah, dana yang
terbatas, SOP surveilance yang belum tersedia, sarana yang belum memadai, serta ketepatan
dan kelengkapan laporan dari puskesmas masih rendah. Berdasarkan sistem informasi
kesehatan di Kabupaten Lombok Barat tersebut diketahui bahwa terjadi ketidaksesuaian
antara format yang disediakan dengan kemampuan SDM dalam menggunakan teknologi
khususnya dalam situs. Hal ini dijelaskan bahwa kemampuan SDM lah yang tidak memadai
sehingga tidak terjadinya keberhasilan dalam dilakukannya surveilance.
Pada kedua jurnal juga sama-sama membahas tentang perbaikan gizi buruk pada bayi
dan balita. Gangguan gizi pada bayi dan balita dapat menyebabkan gangguan tumbuh
kembang anak, misalnya stunting, wasting, dan gangguan perkembangan mental anak. Anak
dibawah umur lima tahun termasuk salah satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami
gangguan perkembangan fisik apabila ada gangguan gizi. Oleh karena itu dilakukanlah
pelatihan kader dalam menyiapkan perbaikan gizi pada tiap tingkat puskesmas dan pelatihan
kader dalam pendataan dan surveilance terkait bidang gizi.
Ada satu perbedaan yang membedakan antara jurnal pertama dan jurnal kedua. Pada
jurnal pertama membahas jika sebelum dilakukan surveilance, biasanya rtenaga kader
dilakukan uji atau tes untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan kader terkait bidang
yang dilakukannya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kader sudah berpengalaman atau
tidak dalam menyelesaikan tugasnya. Namun, berbeda halnya dengan jurnal kedua, yaitu
tidak dilakukannya tes atau uji kemampuan kepada setiap kader yang melaksanakan
perbaikan gizi. Jurnal ini hanya mengacu tentang teknik pendataan yang tercakup dalam
semua puskesmas di Kabupaten Lombok Barat.
Teknik pengambilan data dan sumber data pada jurnal pertama meliputi wawasncara
pengetahuan petugas surveilance gizi dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan pada
jurnal kedua meliputi wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Untuk
perbandingan analisis yang digunakan, analisis jurnal pertama menggunakan analisa
univariat, dengan menunjukkan tingkat kinerja petugas surveilance. Diketahui sebanyak 16
orang petugas surveilance gizi (53,3%) memiliki kinerja baik sedangkan yang lain memiliki
kinerja kurang. Ternyata hal ini disebabkan karena pengiriman hasil surveilance yang tidak
tepat waktu dikarenakan kendala biaya sehingga petugas tidak dapat mengirimkannya. \