Anda di halaman 1dari 14

BAHAN AJAR (HANDOUT)

Bahan Kajian : Administrasi dan Supervisi Pendidikan


Sks : 2 (dua)
Program Studi : UNP (Kependidikan)
Fakultas : UNP (Kependidikan)
Minggu ke : 8 (delapan)
Kode :

Learning Outcomes (capaian pembelajaran) mata kuliah terkait KKNI


Mengerti dan menguasai konsep dasar administrasi keuangan sekolah dan
mampu mengelola keuangan sekolah dengan benar
Soft Skills/Karakter : Religius, Berfikir kritis, disiplin, jujur dan kreatif

Materi :
1. Konsep dasar administrasi keuangan sekolah
2. Ruang lingkup administrasi keuangan sekolah

A. KONSEP ADMINISTRASI KEUANGAN SEKOLAH


1. Pengertian Administrasi Keuangan
Setiap kegiatan perlu diatur agar kegiatan berjalan tertib, lancar,
efektif dan efisien. Kegiatan di sekolah yang sangat kompleks membutuhkan
pengaturan yang baik. Keuangan di sekolah merupakan bagian yang amat
penting karena setiap kegiatan butuh uang. Keuangan juga perlu diatur
sebaik-baiknya. Untuk itu perlu Administrasi Keuangan yang baik.
Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada
umumnya, kegiatan Administrasi Keuangan dilakukan melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,pengawasan
atau pengendalian. Beberapa kegiatan Administrasi Keuangan yaitu
memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan
dana (Lipham, 1985; Keith, 1991), pelaporan, pemeriksaan dan
pertanggungjawaban.
Di dalam Administrasi Keuangan sekolah terdapat rangkaian aktivitas
terdiri dari perencanaan program sekolah, perkiraan anggaran, dan
pendapatan yang diperlukan dalam pelaksanaan program, pengesahan dan
penggunaan anggaran sekolah. Administrasi Keuangan dapat diartikan
sebagai tindakan pengurusan/ ketatausahaan keuangan yang meliputi
pencatatan , perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan
(Depdiknas Ditjen Dikdasmen, 2000). Dengan demikian Administrasi

89
Keuangan sekolah merupakan rangkaian aktivitas mengatur keuangan
sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan
dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah.

2. Tujuan Administrasi Keuangan Sekolah


Melalui kegiatan Administrasi Keuangan maka kebutuhan pendanaan
kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya,
dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai
pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan
Administrasi Keuangan adalah:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan
sekolah
2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala
sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan
yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan
serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.

3. Prinsip-Prinsip Administrasi Keuangan


Administrasi Keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip.
Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa
pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping itu prinsip efektivitas
juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip
tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.
a. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang
manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan.
Di lembaga pendidikan, bidang Administrasi Keuangan yang transparan
berarti adanya keterbukaan dalam Administrasi Keuangan lembaga
pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian
penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa
memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan
dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan
seluruh program pendidikan di sekolah. Disamping itu transparansi
dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah,
90
masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi
yang akurat dan memadai.
Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga
sekolah dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan
belanja sekolah (RAPBS) bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru
atau di depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang
membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah mendapatkannya. Orang
tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang yang diterima sekolah dari
orang tua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan
informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah.
b. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain
karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk
mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di
dalam Administrasi Keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan
peraturan yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang secara
bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang
tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang menjadi
prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya transparansi
para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan
mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah , (2)
adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, (3) adanya partisipasi
untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan
pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah
dan pelayanan yang cepat
c. Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Garner(2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi,
karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai
tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi
lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”. Efektivitas
lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Administrasi Keuangan
dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan
dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka

91
mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

d. Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency
”characterized by quantitative outputs” (Garner,2004). Efisiensi adalah
perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran(out put)
atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga,
pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal:

1) Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya:


Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga
dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.
Ragam efisiensi dapat dijelaskan melalui hubungan antara penggunaan
waktu, tenaga, biaya dan hasil yang diharapkan dapat dilihat pada
Gambar 2.1 berikut ini:
Banyak menggunakan
waktu, tenaga, dan
biaya A

Penggunaan
waktu, tenaga,
dan biaya lebih B D
sedikit
Hasil
Paling sedikit Tertentu
menggunakan C
waktu, tenaga,
dan biaya

Gambar 2.1 Hubungan Penggunaan Waktu, Tenaga, Biaya dan Hasil


yang Diharapkan
Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan daya C dan hasil D
yang paling efisien, sedangkan penggunaan daya A dan hasil D
menunjukkan paling tidak efisien.

2) Dilihat dari segi hasil


Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu,
tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik
kuantitas maupun kualitasnya. Ragam efisiensi tersebut dapat dilihat
dari Gambar 2.2 berikut ini:

92
B
Hasil terkecil

Penggunaan
waktu, biaya, A C Hasil sedang
dan tenaga
tertentu

D Hasil besar

Gambar 2.2 Hubungan Penggunaan Waktu, Tenaga, Biaya tertentu dan


Ragam Hasil yang Diperoleh

Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan waktu, tenaga, biaya A


dan hasil B paling tidak efisien. Sedangkan penggunaan waktu, tenaga,
biaya A dan hasil D paling efisien.
Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan
terselenggaranya pelayanan terhadap masyarakat secara memuaskan
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggung jawab.

B. PERENCANAAN DAN SUMBER-SUMBER PENDAPATAN SEKOLAH


1. Proses Perencanaan Keuangan Sekolah
Secara umum proses Administrasi Keuangan sekolah meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan pertanggung-
jawaban. Perencanaan merupakan langkah awal dalam proses Administrasi
Keuangan. Perencanaan adalah suatu proses yang rasional dan sistematis
dalam menetapkan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian tersebut
mengandung unsur-unsur bahwa di dalam perencanaan ada proses, ada
kegiatan yang rasional dan sistematis serta adanya tujuan yang akan
dicapai.
Perencanaan sebagai proses, artinya suatu kejadian membutuhkan
waktu, tidak dapat terjadi secara mendadak. Perencanaan sebagai kegiatan
rasional, artinya melalui proses pemikiran yang didasarkan pada data yang
riil dan analisis yang logis, yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tidak
didasarkan pada ramalan yang intuitif. Perencanaan sebagai kegiatan yang
sistematis, berarti perencanaan meliputi tahap-tahap kegiatan. Kegiatan
yang satu menjadi landasan tahapan berikutnya. Tahapan kegiatan tersebut

93
dapat dijadikan panduan sehingga penyimpangan dapat segera diketahui
dan diatasi. Sedangkan tujuan perencanaan itu sendiri arahnya agar
kegiatan yang dilaksanakan tidak menyimpang dari arah yang ditentukan.
Yang perlu diperhatikan di dalam perencanaan keuangan sekolah antara
lain menganalisis program kegiatan dan prioritasnya, menganalisis dana
yang ada dan yang mungkin bisa diadakan dari berbagai sumber
pendapatan dan dari berbagai kegiatan.
Perencanaan keuangan sekolah disesuaikan dengan rencana
pengembangan sekolah secara keseluruhan, baik pengembangan jangka
pendek maupun jangka panjang. Pengembangan jangka pendek berupa
pengembangan satu tahunan. Pengembangan jangka panjang berupa
pengembangan lima tahunan, sepuluh tahunan, bahkan dua puluh lima
tahunan. Berdasarkan rencana pengembangan sekolah, baik jangka pendek
maupun jangka panjang, maka dibuatlah perencanaan keuangan sekolah
baik perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
Kalau dianalisis pembuatan perencanaan keuangan, Garner( 2004)
merumuskan sikuensi perencanaan keuangan yang strategis sebagai
berikut: 1) misi (mission), 2) tujuan jangka panjang(goals), 3) tujuan jangka
pendek(objectives), 4) program, layanan, aktivitas(programs, services,
activities), tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek berdasarkan
kondisi riil unit sekolah(site-based unit goals & objectives), 5) target: baik
outcomes maupun outputs, 6) anggaran(budget), dan 7) perencanaan
keuangan yang strategis (strategic financial plan). Selanjutnya proses
penyiapan perencanaan keuangan yang strategis dapat dilihat pada Gambar
di bawah ini:
Misi, tujuan jangka perencanaan
panjang dan jangka keuangan yang
pendek Strategis

tujuan jangka perencanaan


panjang, pendek dan keuangan yang
target Strategis
berdasarkan kondisi berdasarkan kondisi
riil unit sekolah riil unit sekolah

Gambar . Perencanaan Keuangan yang Strategis

94
Siklus tersebut menunjukkan bahwa pembuatan rencana strategis
memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Misi, tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek perlu
dirumuskan pimpinan sekolah
2. Tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, dan target yang ingin
dicapai berdasarkan kondisi riil sekolah perlu dipahami oleh seluruh
warga sekolah.
3. Berdasarkan kondisi riil sekolah, maka dirumuskan perencanaan
keuangan yang strategis.
4. Perencanaan keuangan strategis sudah dirumuskan, menjadi bahan
masukan pada pengembangan misi dan tujuan sekolah pada periode
berikutnya.

Proses perumusan perencanaan keuangan yang strategis, memerlukan


kajian secara cermat tentang evaluasi diri lembaga pendidikan yang
bersangkutan, visi, misi, tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek
lembaga pendidikan. Kemudian ditetapkan program kegiatan dan berbagai
layanan yang dilaksanakan lembaga pendidikan yang sesuai dengan tujuan
jangka panjang dan pendek serta target yang akan dicapai baik output
maupun outcomes-nya, dan disusunlah anggaran sehingga jadilah
perencanaan keuangan yang strategis sesuai dengan kondisi sekolah.
Disamping memperhatikan program pengembangan sekolah,
perencanaan keuangan sekolah juga mengacu pada penyelenggaraan
pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kepmendiknas Nomor
056/U/2001 menyebutkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah meliputi
(1) pelayanan yang bersifat teknis edukatif untuk proses belajar mengajar
baik teori maupun praktek untuk seluruh mata pelajaran dan penilaian
hasil belajar; (2) pelayanan yang bersifat penunjang untuk operasionalisasi
ruang belajar dan kegiatan ekstra kurikuler; (3) pengadaan dan perawatan
buku pelajaran, peralatan pendidikan, alat pelajaran, peralatan
laboratorium, perpustakaan dan peralatan praktik keterampilan serta bahan
praktik laboratorium dan keterampilan; (4) pengadaan dan perawatan
sarana kegiatan penunjang seperti sarana administrasi, gedung sekolah,
ruang kelas, fasilitas sekolah dan lingkungan; (5) penyediaan daya dan jasa
seperti listrik, telepon, gas dan air; (6) perjalanan dinas kepala sekolah dan
guru; (7) pelayanan kemasyarakatan, pemberdayaan Komite Sekolah,
kegiatan sosial; (8) penyelenggaraan lomba yang diikuti siswa dan atau guru;
(9) pelayanan habis pakai untuk keperluan sekolah seperti surat kabar; (10)
penyediaan gaji guru dan non-guru, tunjangan, honorarium, lembur,
transportasi, insentif dan lainnya yang menunjang pendidikan. Berdasarkan

95
komponen penyelenggaraan pendidikan tersebut, tiap kepala sekolah
menentukan program prioritas yang perlu dilaksanakan dalam satu tahun
anggaran, kemudian dijadikan program kegiatan yang perlu mendapatkan
dana.
Pada tahap perencanaan, analisis kebutuhan pengembangan sekolah
dalam kurun waktu tertentu menjadi fokus utama yang perlu diperhatikan.
RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai
sumber pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari
sejumlah kegiatan rutin serta beberapa kegiatan lainnya disertai rincian
rencana pembiayaannya dalam satu tahun anggaran. Dengan demikian
RAPBS berisi tentang ragam sumber pendapatan dan jumlah nominalnya
baik rutin maupun pembangunan, ragam pembelanjaan dan jumlah
nominalnya dalam satu tahun anggaran.
Penyusunan RAPBS perlu memperhatikan asas anggaran antara lain:
1. Asas kecermatan
Anggaran harus diperkirakan secara cermat, baik dalam hal
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian sehingga
dapat efektif dan terhindar dari kekeliruan dalam penghitungan.
2. Asas Terinci
Penyusunan anggaran dirinci secara baik sehingga dapat dilihat
rencana kerja yang jelas serta dapat membantu unsur pengawasan.
3. Asas Keseluruhan
Anggaran yang disusun mencakup semua aktivitas keuangan dari
suatu organisasi secara menyeluruh dari awal tahun sampai akhir
tahun anggaran.
4. Asas Keterbukaan
Semua pihak yang telah ditentukan oleh peraturan atau pihak yang
terkait dengan sumber pembiayaan sekolah dapat memonitor
aktivitas yang tertuang dalam penyusunan anggaran maupun dalam
pelaksanaannya.
5. Asas Periodik
Pelaksanaan anggaran mempunyai batas waktu yang jelas.
6. Asas Pembebanan.
Dasar pembukuan terhadap pengeluaran dan penerimaan anggaran
perlu diperhatikan. Kapan suatu anggaran pengeluaran dibebankan

96
kepada anggaran ataupun suatu penerimaan menguntungkan
anggaran perlu diperhitungkan secara baik.

Dalam penyusunan RAPBS, kepala sekolah sebaiknya membentuk tim


yang terdiri dari dewan guru dan pengurus komite sekolah. Setelah tim dan
Kepala Sekolah menyelesaikan tugas, merinci semua anggaran pendapatan
dan belanja sekolah, Kepala Sekolah menyetujuinya. Pelibatan para guru
dan pengurus komite sekolah ini akan diperoleh rencana yang mantap, dan
secara moral semua guru, kepala sekolah dan pengurus komite sekolah
merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana tersebut.
Proses penyusunan RAPBS yang partisipatif dapat dilihat pada Gambar
sebagai berikut:

Kepala sekolah Kepala sekolah mengundang


mempelajari visi, guru dan Pengurus Komite
misi, program Sekolah untuk menyusun draft
utama sekolah RAPBS
yang telah ada
Kepala sekolah bersama guru
dan Pengurus Komite Sekolah
membahas draft dan
menetapkan RAPBS

RAPBS sudah siap dilaksanakan

Gambar. Proses Penyusunan RAPBS

Dalam menetapkan jumlah anggaran, dua hal yang perlu


diperhatikan yaitu unit cost (satuan biaya) dan volume kegiatan.
Secara rinci langkah penyusunan RAPBS, yaitu:
1. Inventarisasi kegiatan untuk tahun yang akan datang, baik kegiatan
rutin maupun kegiatan pembangunan/ pengembangan berdasarkan
evaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun sebelumnya, analisis

97
kebutuhan tahun berikutnya, dan masukan dari seluruh warga
sekolah maupun Komite Sekolah.
2. Inventarisasi sumber pembiayaan baik dari rutin maupun
pengembangan.
3. Penyusunan Rencana Kegiatan Sekolah(RKS) yang lengkap
berdasarkan Langkah poin (1) dan (2). Kepala Sekolah membuat tabel
RKS yang terdiri dari kolom-kolom nomor urut, uraian kegiatan,
sasaran, kolom-kolom perincian dana dari berbagai sumber, dan
kolom jumlah. Tabel tersebut diisi sesuai kolom yang ada.
4. Penyusunan RAPBS. Kepala Sekolah membuat tabel RAPBS yang
terdiri dari kolom-kolom, yaitu kolom rencana penerimaan dan
jumlahnya, kolom rencana pengeluaran dan jumlahnya. Tabel
tersebut diisi kemudian ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan
Ketua Komite Sekolah dan diketahui oleh Kepala Dinas Pendidikan
setempat.
2. Sumber-Sumber Pendapatan Sekolah
Kebutuhan dana untuk kegiatan operasinal secara rutin dan
pengembangan program sekolah secara berkelanjutan sangat dirasakan
setiap pengelola lembaga pendidikan. Semakin banyak kegiatan yang
dilakukan sekolah semakin banyak dana yang dibutuhkan. Untuk itu
kreativitas setiap pengelola sekolah dalam menggali dana dari berbagai
sumber akan sangat membantu kelancaran pelaksanaan program sekolah
baik rutin maupun pengembangan di lembaga yang bersangkutan.

Pasal 46 Undang-undang No 20 Tahun 2003 menyatakan pendanaan


pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
Sumber-sumber pendapatan sekolah bisa berasal dari pemerintah,
usaha mandiri sekolah , orang tua siswa, dunia usaha dan industri, sumber
lain seperti hibah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan
yang berlaku, yayasan penyelenggara pendidikan bagi lembaga pendidikan
swasta, serta masyarakat luas. Berikut ini disajikan rincian masing-masing
sumber pendapatan sekolah.
Sumber keuangan dari pemerintah bisa berasal dari pemerintah pusat,
pemerintah kabupaten/ kota. Sumber keuangan pendidikan yang berasal
dari pemerintah pusat dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), sedangkan yang berasal dari pemerintah kabupaten
dan kota dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
98
Daerah(APBD). Selanjutnya melalui kebijakan pemerintah yang ada, di
tahun 2007 di dalam pengelolaan keuangan dikenal sumber anggaran yang
disebut Dana Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA meliputi
Administrasi Umum, yaitu alokasi dari Pemerintah yang bersumber APBN
penerimaan dari pajak , dan Penerimaan Negara Bukan Pajak(PNBP) yang
bersumber dari dana masyarakat
Beberapa kegiatan yang merupakan usaha mandiri sekolah yang bisa
menghasilkan pendapatan sekolah antara lain : (1) pengelolaan kantin
sekolah, (2) pengelolaan koperasi sekolah, (3) pengelolaan wartel, (4)
pengelolaan jasa antar jemput siswa, (5) panen kebun sekolah, (6) kegiatan
yang menarik sehingga ada sponsor yang memberi dana, (7) kegiatan
seminar/ pelatihan/ lokakarya dengan dana dari peserta yang bisa
disisihkan sisa anggarannya untuk sekolah, (8) penyelenggaraan lomba
kesenian dengan biaya dari peserta atau perusahaan yang sebagian dana
bisa disisihkan untuk sekolah.
Pelaksanaan pengeluaran anggaran di sekolah disesuaikan dengan
sumbernya, yaitu dana rutin, OPF, BP3 dan sebaginya. Contoh rincian
penggunaan anggaran tersebut diuraikan sebagai berikut:
Anggaran rutin digunakan untuk:
1. gaji dan tunjangan (M.a. 5110)
2. tunjangan beras (M.a. 5120)
3. uang lembur (M.a. 5150)
4. keperluan sehari-hari perkantoran (M.a. 5210)
5. inventaris kantor (M.a. 5220)
6. langganan daya dan jasa (M.a. 5230)
7. pemeliharaan gedung kantor (M.a. 5310)
8. lain-lain yang berupa pengadaan kertas dll
(M.a. 5250)
9. lain-lain yang berupa pemeliharaan/ perbaikan
ruang kelas/gedung sekolah (M.a. 5350)

C. PENGAWASAN, PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN


KEUANGAN SEKOLAH

1. Konsep Pengawasan Keuangan Sekolah


Pengawasan keuangan di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah dan
instansi vertikal di atasnya, serta aparat pemeriksa keuangan pemerintah.
Terkait dengan pengawasan dari luar sekolah, kepala sekolah bertugas

99
menggerakkan semua unsur yang terkait dengan materi pengawasan agar
menyediakan data yang dibutuhkan oleh pengawas. Dalam hal ini kepala
sekolah mengkoordinasikan semua kegiatan pengawasan sehingga kegiatan
pengawasan berjalan lancar.
Kegiatan pengawasan pelaksanaan anggaran dilakukan dengan maksud
untuk mengetahui: (a) kesesuaian pelaksanaan anggaran dengan ketentuan
yang telah ditetapkan dan dengan prosedur yang berlaku, (b) kesesuaian
hasil yang dicapai baik di bidang teknis administratif maupun teknis
operasional dengan peraturan yang ditetapkan, (c) kemanfaatan sarana yang
ada (manusia, biaya, perlengkapan dan organisasi) secara efesien dan efektif,
dan (d) sistem yang lain atau perubahan sistem guna mencapai hasil yang
lebih sempurna.
Tujuan pengawasan keuangan ialah untuk menjaga dan mendorong
agar: (a) pelaksanaan anggaran dapat berjalan sesuai dengan rencana yang
telah digariskan, (b) pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan
instruksi serta asas-asas yang telah ditentukan, (c) kesulitan dan kelemahan
bekerja dapat dicegah dan ditanggulangi atau setidak-tidaknya dapat
dikurangi, dan (d) pelaksanaan tugas berjalan efesien, efektif dan tepat pada
waktunya.
2. Sasaran dan Jenis Pengawasan
a. Sasaran Pengawasan
Sasaran pengawasan dapat dikelompokkan berdasarkan dimensi berikut
ini.

1) Dimensi kuantitatif, yaitu untuk mengetahui sampai seberapa jauh


maksud program atau kegiatan dalam ukuran kuantitatif telah
tercapai.
2) Dimensi kualitatif, yaitu sampai seberapa jauh mutu dan kualitas
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ukuran dan rencana.
3) Dimensi fungsional, yaitu ukuran untuk mengetahui seberapa jauh
kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan tujuan atau fungsi
yang telah direncanakan semula.
4) Dimensi efisiensi, yaitu seberapa jauh kegiatan pelaksanaan pekerjaan
dapat dikerjakan secara hemat dan cermat.

b. Jenis Pengawasan
Pengawasan dapat dilakukan dalam beberapa jenis, yaitu:

100
1) Berdasarkan subyeknya, meliputi:
a) Pengawasan intern, yaitu pengawasan terhadap semua unit dan
bidang kegiatan yang ada di dalam organisasi.
b) Pengawasan ekstern, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh
aparatur pengawasan dari luar organisasi yang mempunyai
wewenang mengawasi.
2) Berdasarkan waktunya, meliputi:
a) Pengawasan terus menerus, yaitu pengawasan yang tidak
tergantung pada waktu tertentu, lebih merupakan kegiatan
pengawasan rutin.
b) Pengawasan berkala, yaitu pengawasan yang dilakukan setiap
jangka waktu tertentu, berdasarkan rencana yang ditujukan
terhadap masalah umum.
c) Pengawasan insidental, yaitu pengawasan yang dilaksanakan
secara mendadak di luar rencana kerja rutin atau berdasarkan
keperluan.

Pengawasan keuangan memiliki fungsi mengawasi perencanaan


keuangan dan pelaksanaan penggunaan keuangan. Walaupun perencanaan
yang baik telah ada, yang telah diatur dan digerakkan, belum tentu tujuan
dapat tercapai, sehingga masih perlu ada pengawasan. Pada dasarnya
pengawasan merupakan usaha sadar untuk mencegah kemungkinan-
kemungkinan penyimpangan pelaksanaan dari rencana yang telah
ditetapkan. Apakah pelaksananya telah tepat dan telah menduduki tempat
yang tepat, apakah cara bekerjanya telah betul dan aktivitasnya telah
berjalan sesuai dengan pola organisasi. Kalau terdapat kesalahan dan
penyimpangan, maka segera diperbaiki. Oleh sebab itu setiap manajer pada
setiap tingkatan organisasi berkewajiban melakukan pengawasan.

3. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah


Penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah harus dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan secara rutin sesuai peraturan yang berlaku.
Pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari orang tua
siswa dan masyarakat dilakukan secara rinci dan transparan sesuai dengan
sumber dananya. Pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran yang berasal
dari usaha mandiri sekolah dilakukan secara rinci dan transparan kepada
dewan guru dan staf sekolah.

101
DAFTAR RUJUKAN

Campbell, Roald F., Edwin M.Bridges, dan Raphael O.Nystrand. 1983.


Introduction to Educational Administration. 5th edition. Boston: Allyn
and Bacon, Inc
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Administrasi Keuangan. Materi
Pelatihan Terpadu untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen,
Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama
Direktorat Pendidikan Dasar. 1995/1996. Pengelolaan Sekolah di Sekolah
Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar. Ditdikdasmen
Depdikbud
Gorton, Richard A. & Schneider, Gail T. 1991. School-Based Leadership:
Callenges and Opportunities. Dubuque, IA: Wm. C. Brown Publishers
Imron, Ali. 2004. Administrasi Keuangan Berbasis Sekolah. Dalam
Maisyaroh dkk, 2004. Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis
Sekolah. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Kadarman, A.M. dan Udaya, Jusuf. 1992. Pengantar Ilmu Manajemen: Buku
Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
056/U/2001 tentang Pedoman Pembiayaan Penyelenggaraan
Pendidikan di Sekolah. Jakarta: CV Tamita Utama
Koontz, Harold dan O’Donnel, Cryill. 1984. Principles of Management: An
Analysis of Managerial Functions. Third Edition. New York: McGraw-
Hill Book Company.
Manullang, M. 1990. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pemerintah Kota Malang. 2002. Kutipan Buku Pedoman Kerja dan
Penekanan Tugas. Malang: Dinas Pendidikan Kota Malang
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Supriadi, Dedi. 2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sutarsih, Cicih. Tanpa tahun. Administrasi Keuangan Skolah. Jakarta:

102

Anda mungkin juga menyukai