2
2. Rendahnya Tingkat Penyediaan Air Minum.
a. Berdasarkan data bahwa produksi air minum hanya mencapai 50,6 % tahun 2004,
tingkat sedangkan kriteria yang dianjurkan adalah 80 - 90 %, kondisi tersebut masih
jauh dari standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
b. Sedangkan masyarakat yang tidak mendapatkan akses pelayanan serta tidak mampu
membeli air minum cenderung malakukan pencurian air minum.
c. Selain itu turunnya kualitas dan kuantitas air bersih dapat memicu berbagai kasus
protes masyarakat yang diikuti oleh berbagai tindak pencurian air minum di berbagai
wilayah.
3. Keterbatasan Sumber Air Baku
Di kota besar dan metropolitan, fenomena keterbatasan air baku seperti mata air, sungai,
danau maupun ar tanah. Keterbatasan air baku untuk air minum memunculkan kebutuhan
pengolahan air bersama secara regional, namun masih terkendala dengan banyak faktor
seperti rigiditas otonomi daerah. Keterbatasan pengolahan air juga memaksa
dikeluarkannya kebijakan desentralisasi pengolahan dan pengelolaan air bersih.
3
2. Rendahnya Investasi Swasta
Upaya untuk menarik pihak swasta kedalam komponen kegiatan sistem penyediaan air
minum belum dilakukan secara memadai termasuk memberikan insentif baik berupa
pengurangan pajak bea masuk bahan atau instalasi yang berkaitan dengan proses
pengolahan air bersih seperti menggunakan bahan pengolahan air bersih yang tepat guna,
pada sistem perpipaan menggunakan ukuran atau dimensi pipa yang sesuai dengan
standard pada pendistribusian air minum dan lain-lain.
5
3.6.3. Tantangan Dan Peluang Dalam Mengatasi Masalah Air Bersih/Air Minum
3.6.3.1. Tantangan
Beberapa tantangan yang menjadi penghambat dan kendala dalam melaksanakan
penyedaan air minum adalah :
1. Peningkatan cakupan pelayanan ar bersih pada masyarakat atau konsumen selain
memerlukan investasi prasarana dan sarana air bersih yang cukup besar juga harus
didukung oleh kesiapan manajemen dan dukungan peraturan perundang-undangan baik di
tingkat pusat maupun di daerah.
2. Peningkatan kelembagaan yang memungkinkan dilaksanakannya pengelolaan air minum
secara lebih profesional dengan dukungan SDM ahli yang memadai serta dimungkinnya
kerjasama antar kota untuk melaksanakan pola pengolahan dan pengelolaan regional
merupakan tantangan dalam era otonomi daerah. Demikian juga dengan perlunya
pemisahan peran operator dan regulator.
3. Penggalian sumber dana untuk investasi dan biaya O/M terutama dari pihak swasta yang
harus sinergi dengan penerapan pola cost recovery secara bertahap merupakan tantangan
yang harus segera dicarikan solusinya secara “win-win solution”.
4. Inovasi teknik untuk peningkatan kualitas air bersih/air minum terutama berkaitan dengan
pengelolaan dan pengolahan sehingga kualitas badan air tetap terjaga.
5. Lemahnya penegakan hukum atas pelanggaran pembuangan sampah dan limbah
merupakan tantangan aparat hukum bagaimana penerapan perda dapat dilaksanakan secara
sungguh-sungguh.
3.6.3.2. Peluang
Dalam rangka meningkatkan kondisi penyediaan air minum untuk penyehatan PDAM di
Indonesia menuju era globalisasi, beberapa peluang yang ada, meliputi :
1. Adanya peraturan PP no 16 tahun 2006 tentang pengembangan sistem penyediaan air
minum yang dapat digunakan sebagai payung hukum
2. Adanya peraturan menteri no 294/PRT/M/2005 tentang badan pendukung pengembangan
sistem penyediaan air minum dengan demikian maka penyediaan air minum menjadi lebih
bagus
3. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap masalah kesehatan lingkungan karena
bantuan media yang sudah sangat terbuka dan dapat diakses sampai ke pelosok desa