Anda di halaman 1dari 1

"assalamualaikum"

suara bariton khas suamiku terdengar dari pintu utama. mengetahui kepulangannya membuat seutas
senyum tercipta dibibirku. dengan rasa bahagia yang meletup letup, aku menghampirinya.

"waalaikum salam" menjawab salam adalah kewajiban yang harus dilakukan setiap umat muslim. aku
menghampirinya yang tengah duduk di sofa ruang keluarga.

"makasih." teh manis yang ku suguhkan padanya, ia kandaskan dalam waktu yang singkat. sehaus itukah
ia?

"mau dimasakin apa?" tanyaku. dia menatapku kemudian senyum manis mengembang di bibirnya yang
tipis "apa aja, asal yang gak beracun." konyol. lagi lagi jawaban konyol seperti itu yang keluar dari mulut
manisnya itu. "oseng mercon, mau?" tanyaku menantangnya. dia terkekeh mendengarnya, kemudian ia
bangkit dan mendekatiku yang akan pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

"jangan dong, yang! itu emang ga beracun cuma bikin mulesnya berhari hari. kamu tega ngeliat aku sakit
perut terus emangnya?" kini aku yang terkekeh mendengar pernyataannya. aku menatapnya "becanda.
udah sana mandi, aku siapin makan" tutupku. aku pun kembali melangkahkan kakiku. namun..

brukk

"Jian!" teiakku kaget saat dia menarik tanganku dan menyembunyikanku dalam pelukannya. "sebentar
aja, yang.." lirihnya, membuatku diam dan membiarkannya memelukku. aku menahan nafas ketika ia
menaruh dagunya di bahu kananku. dengan susah payah aku melihat rupanya yang selalu membuatku
terpesona. wajahnya terlihat damai dengan kedua mata teduhnya yang tertutup rapat.

Anda mungkin juga menyukai