Anda di halaman 1dari 2

KONSEP ILMU PENGETAHUAN

Realitas dan kebenaran adalah ruang lingkup ilmu pengetahuan. Sedangkan


semua pengetahuan adalah berasal dari Tuhan dan merupakan suatu kesatuan.
Maka dari itu, Seyyed Muhammad Naquib Al-Attas dan Seyyed Hossein Nasr,
beberapa dari filsuf Muslim kontemporer, menggagas konsep ilmu
pengetahuan, sebagai upaya mengatasi masalah yang ada dalam ilmu
pengetahuan sekarang ini.
Terjadinya cara pandang dikotomi ilmu, ilmu agama berdiri sendiri, ilmu dunia
berdiri sendiri, bahkan tidak ada hubungannya sama sekali di antara keduanya.
Kemudian yang lebih menghawatirkan adalah pengkosongan ilmu dari
spiritualitas atau unsur ke-Ilahi-an. Hal tersebut menimbulkan cara pandang
ilmu yang tidak sesuai dengan apa yang dibingkai dalam khazanah keilmuan
Timur, khususnya Islam. Atas tersebut, maka Al-Attas dan Nasr, mencoba
menggunakan cara pandang masing-masing, untuk mengatasi cara pandang
terhadap ilmu yang kurang tepat tersebut.
Berawal dari perannya masing-masing, sebagai pemikir Muslim kontemporer
dan juga seorang agamawan. Al-Attas dan Nasr, yang tidak melepaskan bahwa
ilmu itu syarat akan nilai, terutama nilai spiritualtas dan ke-Ilahi-an,
kemungkinan besar terdapat persamaan dan perbedaan di antara keduanya
dalam hal konseptualisasi ilmu pengetahuan.
Kajian terhadap pemikiran kedua tokoh tersebut terkait konsep ilmu, di
antaranya: jika ditinjau dari hakikat ilmu pengetahuan, Al-Attas mengatakan
bahwa ilmu itu berasal dari Allah Swt, dan merupakan suatu kesatuan, baik hasil
pemberian atau perolehan. Jika ditinjau dari sumber ilmu, Al-Attas
menyebutkan bahwa ilmu itu diperoleh melalui: 1) Indera. 2) Akal. 3) Intuisi
dan 4) Otoritas. Jika ditinjau dari tujuan ilmu, Al-Attas menyatakan bahwa
manusia yang baik adalah prioritas utama.
Beralih kepada Nasr, Jika ditinjau dari hakikat ilmu, ia mengatakan bahwa
semua ilmu itu merupakan suatu kesatuan dan puncaknya adalah scientia
sacra. Jika ditinjau dari sumber ilmu, Nasr menyebutkan sumber diperolehnya
ilmu ialah melalui: 1) Wahyu. 2) Intuisi intelektual. 3) Rasio. Jika ditinjau dari
tujuan ilmu, Nasr menyatakan untuk mewujudkan manusia suci dalam totalitas
kehidupannya.
Beralih pada perpaduan di antara konsep pemikiran kedua tokoh tersebut,
dengan mencari titik persamaan dan perbedaannya. Mengenai persamaan:
1. jika ditinjau dari hakikat ilmu, keduanya sama-sama menyatakan bahwa
ilmu itu merupakan suatu kesatuan dan berasal dari Tuhan.
2. Jika ditinjau dari sumber ilmu, keduanya sama-sama menyebut bahwa
wahyu, akal, intuisi sebagai sarana diperolehnya ilmu.
3. Jika ditinjau dari tujuan ilmu keduanya sama-sama ingin menjadikan
manusia secara individual terlebih dahulu, membentuk insan yang baik atau
suci, dengan orientasi duniawi dan ukhrawi.
Sedangkan perbedaan mendasar, di antara keduanya terletak pada cara
pandang yang mereka gunakan. Al-Attas menggunakan worldview Islam,
sedangkan Nasr menggunakan worldview tradisional yang meliputi berbagai
agama, aliran kepercayaan dan penganut mistisisme.
Kemudian keunggulan dan kelemahan konsep ilmu kedua tokoh tersebut di
antaranya:
1. Al-Attas lebih detail dan rinci dalam menyusun konsep ilmu, sedangkan Nasr
hanya secara global, meskipun semua unsur-unsur konsep ilmunya saling
terkait.
2. Secara epistemologi proses inteleksi Al-Attas terkait indera internal dan
indera eksternal, meskipun penjabaranya secara detail, tetapi cukup rumit,
sehingga sulit untuk memberikan contoh yang kongkrit dalam realitas,
khususnya bagi orang yang ingin mempelajarinya. Sedangkan Nasr tidak
menyebut secara tegas fakultas indera dalam proses diperolehnya ilmu.
3. Kemudian jika dihubungkan dengan cara pandang keberagamaan, konsep
ilmu Al-Attas lebih relevan dengan eksklusivisme, sedangkan Nasr lebih
relevan dengan inklusivisme dan pluralisme.
Jika konsep ilmu yang dibangun oleh Al-Attas dan Seyyed Hossein Nasr
diimplementasikan oleh peradaban timur, khususnya Islam, pada zaman
sekarang. Maka dalam hal mengkaji ilmu, seseorang akan semakin dekat dengan
Tuhan dan ia akan semakin religious. Bukan semakin mengkaji ilmu, seseorang
kemudian semakin jauh dari Tuhan dan tidak religius. Juga konsep ilmu Al-Attas
dan Nasr tersebut juga bisa dijadikan sebagai varian dari konsep kesatuan ilmu.

Anda mungkin juga menyukai