Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Naseh

NIM : 12109065
Prodi : IAT 2 C

UAS FILSAFAT ILMU


1. Sederhananya sebelum saya belajar filsafat ilmu, saya belum mengetahui apa itu
Rasionalisme,Empirisme,Kritisisme dan bagaimana kontribusi Immanuel Kant
didalamnya,serta Intuisionisme.dan teori-teori di dalamnya seperti positifisme,Induksi ala
francis Bacon,teori August Comte,Karl Popper dengan falsifikasinya,Dan Thomas S.Khun.
Nah setelah mempelajari itu semua bahwa bukti empirik,berfikir logis / rasio,dan analisis
data, adalah bukti bahwa pengetahuan tanpa itu semua adalah hal yang tidak bisa disebut
sebagai pengetahuan.

2. Saya menempatkan rasio dan indrawi pada tempat yang sama ( sejajar ).secara akal saja
bahwa seseorang akan berfikir setelah dia melihat.maksudnya begini,seseorang akan
berfikir jika melihat sesuatu yang menurutnya baru dan tidak pernah terlihat olehnya.
oleh karena itu antara rasio dan indrawi adalah satu kesatuan yang menurut saya sulit untuk
dipisahkan.
Kemudian saya menempat kan intuisi pada posisi setelah keduanya, karena pengetahuan
yang didapat melalui penalaran belum cukup untuk membuktikan bahwa itu adalah sebuah
pengatahuan.Lain halnya jika intuisi ini berupa wahyu, maka sebagai seorang yang
beragama saya menempatkan wahyu sebagai puncak tertinggi sebagai sumber
pengetahuan.

3. Dalam al-quran banyak terdapat hal-hal yang menurut akal itu tidak logis sebagai
pengetahuan. Karena keterbatasan akal manusia dalam berfikir secara rasional.
Untuk itu dengan keterbatasan ini, manusia tidak boleh menuntut keterbatasan untuk
merasionalkan sesuatu yang terbatas secara logis apalagi sejatinya sesuatu itu adalah Haq
( kebenaran ) dan tidak ada keraguan di dalamnya.Oleh karena itu saya menempatkan
wahyu (AL-Qur’an) diatas akal/rasio,karena bagi seorang yang beragama islam, Al-Qur’an
adalah kitab suci yang sangat terbukti keotentikannya dan tidak akan ada kesalahan
didalamnya.
4. Karl popper berteori bahwa teori dapat dikatakan ilmiah hanya apabila memiliki
kemungkinan untuk dapat disalahkan (Falsifiable).nah kemudian timbul pertanyaan
“Apakah metafisika dan ilmu-ilmu Agama berkemungkinan untuk disangkal atau
difalsifikasi?”. Berdasarkan data yang saya dapatkan, maka metafisika maupun ilmu-
ilmu agama jelas dapat difalsifikasi. Mengapa?, karena metafisika maupun ilmu-ilmu
Agama pun mengalami berbagai pengembangan setelah adanya penyangkalan.
Misalnya saja teori ontologis tentang keberadaan Tuhan yang diajukan oleh St.
Anselm dengan analogi pulau sempurna, disangkal oleh kawannya sendiri
yakni Guanilo. Dengan begitu Anselm pun melakukan pengembangan
terhadapteorinya sendiri.Dengan begitu metafisika pun masih dapat terkategorikan
sebagai ilmu yang ilmiah sebagaimana yang didefinisikan Popper. Kemudian,
hal yang sama juga terjadi dalam ilmu-ilmu Agama khususnya Islam. Sebut saja
ilmu Kalam dan ilmu Hadis, keduanya sama-sama mengalami pengembangan yang
berkala. Tentunya juga, melalui penyangkalan-penyangkalan pada teori-teorinya.
Misalnya dalam teori mengenai sifat Tuhan. Pada awalnya mayoritas muslimin
mendukung teori bahwa Tuhan memiliki sifat-sifat yang merupakan tambahan bagi
dzat-Nya. Namun, kemudian teori tersebut disangkal dengan menyatakan bahwa
Tuhan adalah satu dalam dzat dan sifat-Nya. Sehingga sifat-sifat Tuhan bukan menjadi
tambahan bagi dzat-Nya, melainkan diri-Nya itu sendiri. Melalui penjelasan tersebut maka,
ilmu-ilmu agama pun terkhusus Islam dapat dikategorikan ilmiah (mendekati
kebenaran), karena masih dapat disangkal dandapatterus mengalami pengembangan.
Kemudian, semua penjelasan tadi hanya dapat berlaku dengan pembedaan pada
konteks doktrin dan konteks keilmuan. Sehingga setiap ilmu-ilmu agama haruslah
ditempatkan dalam konteks keilmuan dan bukan konteks doktrin atau dogma.
5. Para ulama telah mengingatkan agar umat Islam berhati-hati darimana mengambil ilmu.
Hari ini banyak pelajar yang silau dan terlalu kagum terhadap supremasi Barat. Misalnya,
tanpa bekal ilmu akidah yang kokoh dan bertahap, mereka langsung mempelajari filsafat
Barat, kemudian merasa hebat dan berbangga diri, menyerap seluruhnya tanpa bersikap
kritis. Akibatnya, mereka menjadi bingung, lalu mulai mengadopsi pandangan ala Barat
dan bersikap fanatik, menganut dualisme, dikotomisme, sekularisme, relativisme,
pluralisme, serta virus lain yang mengikutinya. Ditambah lagi seperti yang dikatakan oleh
Seyyed Hossein Nasr: “I see many muslims in the audience today, many of you, your
education is paid for by your parents or your government or some university in order
precisely to bring Western science back into the muslim world.” (“Aku melihat banyak
Muslim diantara para hadirin hari ini, banyak diantara kalian, biaya pendidikan kalian
ditanggung oleh orang tua kalian atau pemerintah kalian atau beberapa universitas
tujuannya justru untuk membawa kembali sains Barat kepada dunia umat Muslim”). Beliau
melanjutkan, banyak pemuda-pemuda Muslim yang mempelajari sains Barat dan ketika
pulang ke rumah pada malam harinya mereka berhenti berdoa. Artinya, mereka
meninggalkan agama karena terpengaruh oleh sistem ideologi Barat.
Tetapi perlu di garis bawahi bahwa menurut saya dalam hal ini adalah bagaimana cara kita
untuk memposisikan diri.tidak semua ilmu dari barat ini kemudian di cap sebagai sebuah
keburukan.sehingga menurut saya kita harus mencontoh apa yang dilakukan oleh para
ilmuwan Muslim terdahulu, mereka bukan hanya mengambil alih ilmu pengetahuan dari
Yunani, menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab, dan mempertahankan karakter
keislamannya. Imam al-Ghazali pun bersikap kritis dan selektif terhadap filsafat. Beliau
tidak menelannya secara bulat-bulat, tidak juga menolaknya mentah-mentah, Beliau pun
membantah kerancuan-kerancuan dari pemikiran para filosof dalam tulisannya yang
berjudul Tahafut al-Falasifah.
Kalaupun ingin mempelajari ilmu-ilmu dari Barat, seorang Muslim memerlukan benteng
berupa ilmu akidah dan pengetahuan tentang worldview Islam dan Barat agar tidak
terserang pemikiran-pemikiran yang menyesatkan. Agar tak mengekor kepada kebudayaan
Barat, diperlukan kesadaran untuk mengetahui sejarah, tradisi, agama, dan kultur Islam,
terutama bagi para pemimpin.

Anda mungkin juga menyukai