Anda di halaman 1dari 2

Sabtu, 24 April 2021.

Tak terasa sudah 3 hari lamanya aku duduk diam termangu di ruang tamu, sesekali ku
lirik pintu utama sembari berharap sosokmu hadir di balik buket bunga seperti yang kamu janjikan. Selama
itu pula aku memutuskan untuk tidak percaya pada apa-apa lagi --- kecuali janjimu untuk kembali tepat
waktu.

Kamu tau Juanda? Di sini, aku merasa risih sekaligus keheranan berada diantara orang-orang yang
menatapku iba sembari berkata, "Ikhlaskan nak." Memangnya apa yang lepas dari genggamanku sampai-
sampai aku harus mengikhlaskan? Apakah ada yang tidak ku sadari? Apa otakku sedang dalam mode lemot
sampai terlihat bingung sendirian seperti ini?

Aku tahu. Kamu pasti akan menertawan otakku yang lemot ini Juanda. Mengaku saja kamu tidak usah
mengelak sembari tertawa!

Juanda, matahari sekarang sudah mulai beranjak menuju singgasananya. Sementara kamu masih belum
juga menampakan batang hidung.

Apakah kamu masih tengah berbaring ria di kasur mes karena kelelahan?
Apakah kamu tengah terjebak macet?
Ah atau jangan-jangan kamu sedang kesana kemari membeli barang untukku agar marahku reda yaa??

Sial. Kali ini sepertinya kamu tengah bermanifestasi sebagai kotak pandora yang menghadiahiku dengan
beragam kecemasan ya?

Juanda cepat pulang! Aku sudah naik pitam menunggumu dan semakin mendidih ketika orang-orang di
sekitarku -keluarga kita, mereka mendadak datang ke rumah- dan suara para reporter di televisi yang
senang meriup kemungkinan-kemungkinan jelek tentang kapal selam yang tengah kamu tumpangi. Aku
marah karena mereka kentara sekali berusaha untuk memisahkan kita yang hendak berbaikan di hari
peringatan upacara pernikahan kita yang kelima.

Juanda jika boleh jujur sebenarnya aku tidak semarah dan sebenci itu padamu. Aku hanya tidak tahan
dengan aroma tubuh kamu yang biasanya tercium manis namun semenjak aku memasuki trimester kedua
aromanya membuat mual sekali.

Seharusnya ini ku katakan nanti saat kamu pulang tapi siapa tau saja setelah aku mengatakan hal ini kamu
mendadak muncul di hadapanku.

"Juanda maafin aku yaa aku udah ngusir kamu dari kamar. Jaga jarak dari kamu hanya karena bau kamu
bikin aku enek." Kejujuran ini buat dadaku sesak sekali, mataku terasa panas. Aku menangis kencang,
Juanda. Tidak peduli dengan tatapan iba orang lain, yang jelas aku menyesal karena udah bersikap absurd
kayak gitu ke kamu.

"Juanda maafin aku!!"


"Aku janji ga akan gitu lagi. Ga akan ngusir kamu, ga akan jauhin kamu. Aku janji!"
"Cepet pulang bee, aku kangen!!" Teriakku kencang sampai tenggorokanku rasanya perih. Berharap kamu
denger dan cepat-cepat lari ke aku buat meluk, nenangin.

Mama peluk aku erat sambil nangis, ngebisikin banyak kalimat penenang. Sayang sekali bukan kamu ya,
bee. Padahal aku maunya kamu. Aku maunya Juanda Maharendra Raditya yang meluk dan nenangin aku.

Bee...
Kamu udah terlalu lama patroli di laut sana. Pulang sekarang ya?
Tolong...
kembalilah dalam bentuk apapun kamu.
Zia_End
24 April 2021_22.31_Nanggala 402

Anda mungkin juga menyukai