Anda di halaman 1dari 88

“ketika tirakatku di definisikan

oleh alam, petir akan berteriak,


hujan akan menangis begitu
deras. Sampai akhirnya kamu
menyuruhku diam karena tahu,
sebegitu takut nya aku akan
kehilanganmu.”
Aku & Kamu

Entah atas alasan apa semua ini


terjadi
Aku terjebak disini
Tak bisa ku terjemahkan
Apa ini takdir?
Atau mungkin ini nasib?
Karena ini terjadi begitu saja.
Ada tempat yang nyaman
Ketika ku bersamamu
Terkadang, seperti kucing
berbicara kepada seekor anjing,
Menyebalkan.
Selalu seperti itu
Tapi, dari matamu aku
mengerti
Dengan hati dan ketulusan
Aku terima dari dirimu
Dari miliaran manusia di dunia,
Tuhan pasti memiliki alasan

Kenapa.. Aku & Kamu di


pertemukan.
“Sebenarnya dalam hubungan
kita yang beruntung aku apa
kamu?”
Waktu

Bunga hatiku bisa mengenalmu


Seperti bunga yang sedang layu
Lalu,
Kamu siram dengan air
Setiap hari
Dengan sabarmu
Aku berterima kasih
Sehingga aku bisa berdiri
Tegak kembali

Kamu adalah matahari


Aku adalah bulan
Kamu memberikan cahaya
Aku membutuhkan cahaya
Meskipun kini kita di pisahkan
Oleh jarak dan waktu
Ingatlah,
Bahwa kita akan di pertemukan
Setiap waktu
Dan jarak yang begitu dekat.
“Berantaknya hatiku,
ku sembunyikan dalam senyum.
Berlinangnya air mataku,
ku tahan dalam dinginnya
jiwa”
Rindu Bahagia

Kamu, pemilik bola mata yang


menarik
Matamu indah untuk di
pandang
Membuat diriku ingin untuk
terus memperhatikanmu.
Waktu dan keadaan,
Memberikan kesempatan.
Setelah jauh..
Kemudian dekat,
Aku bahagia.
Setelah itu, waktu dan keadaan
berubah
Kita di pisahkan jarak dan
waktu
Aku terdiam
Mendengar ini dari dirimu.
Penantian,
Di kala kamu bersama terbit
dan senja
Aku bersama tenggelam dan
gelap
Kita tidak bisa bertemu
Di pisahkan oleh mereka

Ini berat
Kembali mengakrabkan ku
Dengan kerinduan
Aku berfikir aku mampu
Ternyata aku tidak bisa.
Meski tak begitu banyak waktu
ku bersamamu
Setidaknya beri aku
kesempatan sedikit waktu
Untuk berbicara kecil padamu
Bahwa aku rindu bahagia
Bersama denganmu.

“Kamu memang makhluk


ciptaan Tuhan yang sederhana
tapi mampu membuatku
melukiskan setiap kata”
Mengenalmu
Aku yang masih
memikirkanmu
Saat aku sudah jauh darimu
Aku yang sedang menjalani
hukuman
Karena terlalu mencintaimu
Maka dari itu
Tuhan menjauhkan aku darimu
Agar aku sadar
Bahwa kamu adalah miliknya
(Tuhan kita)

Saat aku kembali padamu


Itu berarti
Tuhan sudah selesai
menghukumku
Dan mempersilahkan
Untuk ku melepas rindu
Padamu
Aku sangat bahagia
Di pertemukan denganmu,
Membuat cerita baru
Dalam hidupku
Dan mengenalmu dari dunia.

Kemudian aku berdoa


Untuk bisa di pertemukan
Kembali denganmu
Di sebuah tempat terindah
Yaitu surga.
“Menyukaimu sama seperti aku
menyukai hujan.
Bahagia berlama-lama di
bawah guyuran hujan namun
akhirnya akan membuatku
sakit”
Kamu masa depanku

Kamu, yang di ciptakan Tuhan


Untuk menemani hidupku
Aku mencintaimu
Karena Tuhan memberikan
anugerahnya
Untukku
Kamu, yang tidak hadir dalam
cerita masalalu ku
Karena Tuhan ingin
Aku ceritakan tentang
masalaluku padamu
Yang telah ku lalui tanpa kamu
Kamu, adalah tambatan hatiku
Tempat berhentinya perasaan
ini
Kamu, masa depanku
Tetap disini
Bersamaku
Hingga akhir hayat kita
Semoga Tuhan
Memberikan tempat
Untuk kita
Di surga-Nya kelak.

“Entah sekuat apa aku berdo’a


untuk bisa bersamamu jika
Tuhan tidak pernah
memberikan restu nya, aku bisa
apa?”
Kenapa?

Boleh aku bertanya?


Kenapa aku bisa sangat
mencintainya?
Kenapa aku sangat
menyayanginya?
Tuhan,
Boleh aku bertanya?
Kenapa aku diam saja saat
berada di dekatnya?
Seperti bisu,

Kenapa aku diam saja saat dia


menceritakan
Masalalu nya yang buatnya
sangat bahagia?
Tuhan,
Boleh aku bertanya?
Salahkah aku jika mencintainya
Tanpa berharap dicintai?
Tuhan,
Jawab pertanyaanku
Aku menunggumu
Untuk memberikan jawaban
Bahwa engkau akan
Selalu bersama
Setiap hambamu
Yang tulus.
“Maaf bila bicara ku tentang
perasaan tidak sebaik hati yang
lain sebab hati ku rusak.
Serusak gelas kaca yang pecah
dan tidak bisa utuh kembali.”
Untuk kamu

Untuk kamu
Yang terlahir di dunia
Untuk Siapakah dirimu?
Untuk aku cintai
Atau hanya untuk ku kagumi?
Aku mencintai kamu
Tapi,
Aku takut kau terlahir
Bukan untuk aku miliki.

“Aku tidak membencimu.


Aku hanya membenci
kekasihmu karena dia bisa
membuatmu jatuh cinta
sementara aku tidak”

Boleh
Kamu boleh bahagia
Aku juga
Kamu boleh di cintai
Aku juga
Aku boleh membuatmu bahagia
Dan
Aku pun boleh memilihmu
Untuk aku cintai.
“Caramu meredakan itu
ketenanganku.
Tawamu adalah candu.
Bicaramu itu yang selalu
membuatku rindu.”
Sesak

Aku bernyanyi
Untuk menghilangkan rindu
Tapi percuma,
Hanya menambah sesak
kerinduan
Di dada.
Aku ingin menangis
Tapi aku tahan,
Setahan aku ingin bertemu
Tapi tidak juga di pertemukan.

“Jangan menjadi obat untuk


orang yang tidak mau sembuh”
Dia yang aku pilih

Dia berbeda,
Dia menarik hati
Dengan senyum dan
tatapannya.
Dia yang menghadirkan
Rindu ketika tidak bersamaku.
Dia selalu berusaha
Untuk tidak sama dengan yang
lain.
Dia bisa menyangkal apa yang
salah di diriku.
Dia yang aku pilih
Untuk menjadi tambatan hati.
“Aku merapalkan do’a untuk
kita. Bukan untuk di dunia tapi
untuk di akhirat karena di
dunia hanya sebentar,
sementara di akhirat
selamanya.”
Hai..

Hai..
Seseorang yang terlahir
Di tanggal itu
Apa kabar?
Sudah beberapa bulan ini
Aku selalu merindukanmu.
Memikirkan pertemuan
Kita terakhir kali.
Kapan kita akan bertemu lagi?
Aku berharap dan ingin
secepatnya
Kita selesaikan.
Menyelesaikan semua hal
Yang membuat kita selalu
Menumpuk rindu.
“Jika kelak kau menyatakan
mencintaiku juga, jangan
ungkapkan. Simpan saja di
ruang hatimu yang damai.
Terkadang tidak semua
perasaan harus di nyatakan
keberadaan nya.”
Pernyataan mu

Ketika kau bilang kau akan


menikah
Aku rapuh
Badanku lemas
Aku tidak tahu kalau di
belakang ku
Kau sedang dekat dengan yang
lain
Yang aku tahu
Kita sedang baik-baik saja

Atau mungkin hanya aku saja


yang merasa
Sehingga di hatimu tidak ada
aku
Yang aku tahu kau tidak sedang
bersama orang lain
Tapi tiba-tiba kau mengabariku
kalau kau akan hidup bersama
dengan orang yang kamu pilih
Harusnya aku tidak bilang
kalau aku cemburu

Agar kau tidak tahu kalau aku


menyimpan rasa kepadamu
Pernyataan mu yang bilang
kalau aku adalah sahabat
terbaik mu
Dan tidak lebih dari itu
Meruntuhkan masa depan ku
yang ku rencanakan dengan
mu.
“Di tinggal menikah secara
tiba-tiba adalah salah satu
patah hati terhebat.”
Waktu yang tidak tepat

Maafkan bila aku


mengganggumu
Aku hanya mencintaimu
Perasaan ku hanya ingin
mengetahui kabarmu
Dan selalu ingin berkabar
denganmu
Bila kau di posisi ku kau akan
tahu bagaimana aku waktu itu
Yang sedang khawatir karena
akan di tinggal pergi
Aku sendiri dan kau
bersamanya
Kau mencintainya
sama seperti aku mencintaimu
begitu lah perasaanku
Kau bilang kau akan selalu
mencintainya
Begitu pula lah aku kepadamu
Aku akan selalu mencintaimu
Kau bilang aku datang di waktu
yang tidak tepat
Memang,
Karena waktu tidak pernah
memberikan kesempatan di
waktu yang tepat untuku
Maaf atas ketergangguan mu
karena sikapku
Maaf atas waktu mu yang
mungkin sia-sia karena ku.
“Aku mati rasa untuk
mencintai yang baru lagi pun
sudah tidak bisa.”
Jauh

Sekarang aku jauh darimu


Tidak sedekat waktu itu
Kabar mu sudah tidak ada lagi
di ponselku
Aku tersiksa sendiri
Jauh darimu bukan perkara
yang baik untuku
Aku mengurung diri karena
menenangkan kerinduan

Yang tidak bisa lagi semudah


dulu untuk bertemu
Mungkin jauh disana kau
sedang bahagia
Tanpa memikirkanku
Sedangkan aku hanya bisa
mendoakan mu
Semoga tidak ada luka yang
menyelimutimu.
“Jarak kita memang dekat
Masih bisa di jangkau
Tapi hati kita yang jauh
Sehingga sudah tidak ada arti
lagi raga untuk bertemu.”
Menunggu

Kamu tahu apa yang aku


tunggu
Bukan kapan kita akan bertemu
lagi
Tapi menunggu hari pernikahan
mu dengannya
Aku sengaja tidak datang
Tapi bukan berarti aku
membencimu

Aku hanya tidak ingin merusak


hatiku
Aku menunggu waktu sebelum
kau resmi menjadi milik orang
lain
Ketika aku menunggu,
aku memantaumu
Melihat setiap perkembangan
mu dengannya
Foto prewedding mu aku tahu
Hari pernikahan mu aku tahu
Menunggu kabar yang sudah
tidak lagi berkabar
Adalah menyakitkan.

“Aku tidak pergi.


Jika nanti kamu butuh bantuan
ku, aku ada.
Aku hanya menjauh.
Karena untuk apa bertahan
cuma menambah luka.”

Melihat mu bahagia
Ketika masa depan membawa
kita ke jalan yang berbeda
Aku yang masih sendiri dengan
perasaan yang masih sama
Kamu yang sudah bahagia
dengan pasangan barumu
Melihat mu bahagia
Aku juga bahagia walaupun
ada rasa sakit yang ku rasakan
Tidak apa-apa
Aku masih kuat
Meski tak berhasil memilikimu
seutuhnya
Melihat mu bahagia
Bersama buah hati kecilmu
Aku juga ikut bahagia
Tak jarang aku ikut tersenyum
Melihat mu bahagia
Itu sudah cukup kabar baik
untukku
Aku disini masih sama
Masih mencintaimu
Abadi..
“Pernahkah kamu mencintai
seseorang seperti memiliki?
Ketika dia bicara, suara itu
milik kita.
Ketika dia tertawa, tawa itu
milik kita.
Ketika dia tersenyum, senyum
itu milik kita.
Padahal isi hati dia tidak ada
kita di dalam nya.
Pernah kah?
Aku pernah dan parahnya..
Aku masih.”
Aku yang tanpamu

Sekarang aku sudah terbiasa


tanpa melihatmu
Tanpa kabar darimu
Tidak mendengar lagi suaramu
Tidak Menceritakan hal dulu
yang pernah kita cerita kan
Aku yang tanpamu sekarang
sudah terbiasa
Tapi kamu harus tahu
Rindu selalu aku rasakan setiap
waktu

Doa selalu aku panjatkan untuk


kebaikanmu
Akan bertemu lagi tanpa
sengaja atau tidak nanti
Aku sudah tidak mengharapkan
lagi
Biarkan waktu yang bergerak
Aku mulai sibuk dengan dunia
ku
Dan kamu sibuk dengan dunia
mu
Menjadi asing adalah kita yang
sekarang
Salam dari aku untuk kita yang
tak pernah bertemu
Salam dari aku untuk mu yang
selalu ku rindu
Aku yang tanpamu.
“Terima kasih dengan
mengenalmu, aku bisa belajar
mencintai dalam proses yang
lama. Mencintai yang selama-
lamanya, meski tanpa di cintai
kembali.”
Kita yang sekarang

Mungkin kita yang sekarang


Tidak seperti dulu
Tidak sering bertemu
Seperti dulu
Tapi tidak apa-apa
Sudah mengenal mu saja
Itu sudah cukup
Cukup membuat ku bahagia.

“Teruslah membanggakan nya,


memuji kebaikan nya,
tunjukkan seberuntung apa
kamu memiliki nya.
Aku terima dengan senang hati
meski tidak membuat ku dalam
keadaan baik, biarkan
selamanya menjadi terbiasa.

Terbiasa terluka.”

Tentang mu

Sejak aku mengenalmu


Yang aku tahu
Kamu sedang menyembuhkan
hati
Dari masa lalu
Yang aku tahu
Dia pernah menyakitimu
Padahal kamu menyayangi nya
Yang aku tahu
Dia pergi begitu saja
meninggalkanmu
Ketika kamu sedang sayang-
sayang nya
Biarlah,
Biarkan dia menjadi pelajaran
untukmu
Yang aku tahu tentang mu
Sekarang kamu menemukan
pengganti dari rasa sakit mu
di masa lalu
Tetap bahagia
Karena itu yang aku pinta.

“Mencintaimu adalah seni,


seni melukis kata. Seni dalam
irama rasa dan juga seni
menyakiti diri sendiri.”
Tanpa Alasan

Kamu bertanya apa alasan ku


Mencintaimu
Sebenarnya tidak ada
Aku mencintaimu tanpa alasan
Jika ada alasan
Itu hanya di buat-buat
Agar setidaknya kamu percaya
Bahwa aku benar-benar
Mencintaimu

Untuk yang kali ini


Aku berbohong
Aku minta maaf.
“Bertriliun puisi tidak mampu
menerjemahkan betapa
bahagianya aku jika berhasil
memiliki seorang sepertimu.”
Kecewa

Maaf jika aku salah


Maaf jika aku marah
Marahku bukan karena
Membencimu
Marahku karena kecewa.
Kecewa padamu.
Sekali lagi,
Aku hanya kecewa.
“Aku pikir dengan sibuk bisa
melupakan luka, ternyata luka
bisa kapan saja datang kembali
dengan membawa air mata.”
Aku tak mampu

Tidak di cintaimu
Aku masih mampu
Tidak bisa hidup bersamamu
Aku masih mampu
Bahkan kehilanganmu
Aku masih mampu
Hanya saja,
Untuk membencimu
Aku tak mampu.

Egois

Egois..
Itu yang kamu bilang padaku

Ya, aku seegois itu


Jika perihal perasaan
Di matamu

Aku tidak tahu siapa aku


Dimatamu
Sepenting apa aku di hidupmu
Aku tidak tahu
Seperti apapun aku
Di matamu
Aku tidak peduli..
Yang aku pedulikan
Adalah
Kamu pemenang
di hatiku

“Bila seseorang ingin


mengetahui apa duniaku?
Mereka pasti akan mengenalmu
karena duniaku ada di kamu.”
Kita ini apa?

Kamu bertanya
Kita ini apa?
Kita adalah
Dua orang yang saling memilih
Aku memilih kamu
Sedangkan
Kamu memilih dia
Dia..
orang yang kamu sayang itu
Dan yang bukan aku

“Tidur di sapamu lewat mimpi


Terjaga di bayangimu dalam
kepala
Diam di ganggu rindumu
Lalu bagaimana bisa kamu
lepas di hatiku?”

Luka
Kau yang melukai
Aku yang mencintai
Kau tinggalkan aku
Bersama kepingan luka
Di bawah guyuran air mata.
Kau yang pergi
Aku yang tinggal
Tinggal yang tak akan
meninggalkan
Bila kau ingin kembali
Temuilah aku di tempat
Kau melukai
Maka kau tak akan kecewa
Karena aku yang tidak pernah
pergi.
“Tatapanku kosong, tak ada
obat untuk mengisi kembali
kosong nya. Sebab obat nya
telah pergi meninggalkan yang
dulu pernah menatap.”
Ibarat

Kita ibarat
Langit
Dan bumi
Jauh..
Hatiku ibarat hujan untukmu
Hatimu ibarat badai
Untukku
Aku yang selalu datang
Meski tahu akan terus terjatuh
Kamu selalu berikan kesulitan
Agar aku menjauh
Hatiku
Ibarat bulan untuk bumi
Tidak pernah meninggalkan
Hatimu
Ibarat pelangi
Yang datang memberikan
Keindahan
Namun sesaat.
“Kita mungkin bisa saling
memaafkan tapi untuk akrab
kembali seperti dulu. Aku tidak
bisa karena luka tetaplah luka,
kecewa tetaplah kecewa tidak
bisa di sembuhkan dengan
memberi maaf.”
Tentang penulis
Nina Lestari makhluk individu
spesies vegetarian terkecuali
kalau daging ayam hehe..
berasal dari Kabupaten
Tangerang tanggal lahir 14
April 1998. Suka menulis,
membaca, jalan-jalan tapi lebih
banyak melamun dan rebahan
nya. Bekerja sebagai karyawan
swasta, lulus sekolah dengan
jurusan Ilmu Pengetahuan
Alam akan tetapi mapel favorit
nya Sejarah, pernah menjadi
wakil ketua organisasi pencak
silat dan anggota OSIS sewaktu
SMA. Tidak berpengalaman
sama sekali dalam sastra tapi
mencoba terus belajar untuk
menulis buku, silahkan di
follow akun sosial media nya
untuk mengetahui karya-karya
selanjutnya...
Instagram : @nina_lestari14
Twitter : @melukiskankata
Facebook : Nina Lestari
Kata pengantar

Puji syukur selalu kami


panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami
mampu menyelesaikan buku
Tentang mu , Di dalam menulis
buku Tentang mu , Kami sadar
bahwa kami tidak akan bisa
menyelesaikan tanpa ada
bantuan dari berbagai pihak.
Mereka telah menyumbangkan
energi dan pikirannya di dalam
penyusunan buku ini sehingga
memiliki alur seperti ini.
Sebagai manusia kami sadar
bahwa buku Tentang mu Yang
kami buat masih belum pantas
jika di sebut sebagai sebuah
karya yang sempurna. Kami
sadar tulisan kami masih
banyak memiliki kekurangan,
baik dari tata bahasa maupun
teknik penulisan itu sendiri.
Terima kasih untuk semua yang
mendukung sehingga terbitnya
buku Tentang mu.
Selamat membaca...

Anda mungkin juga menyukai