Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ikfi Harisnatul Awal Laili Firdausa

Kelas :Farmasi 7B

NIM : 19650303
Tugas Perundang-undangan Farmasi

Dosen Pengampu : apt. Fendy Prasetyawan, M. Farm

Standar Pelayanan Farmasi di Apotek – Relevansi dengan tahun 2022

Standar pelayanan farmasi di apotek didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Apotek. Selama peraturan yang mengatur
tentang Satndar Pelayanan Kefarmasian di Apotek diundangkan, tapi belum sempurna akan
relevansi antara standar yang telah ditetapkan dengan standar pelayanan yang ada di lapangan.
Beberapa diantaranya ialah:

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi


 Pengadaan dan Penerimaan
 Penyimpanan
 Penyerahan dan Penyaluran

Terkait ketiga poin diatas yang menjadi masalah adalah pengadaan dan penyimpanan
yang tidak dilakukan oleh seorang apoteker (dilakukan oleh TTK/bukan TTK).
Penyimpanan belum terstandar karena suhu tempat penyimpanan yang belum sesuai SOP.
Dan, penyerahan serta penyaluran yang diterima atau diperiksa tidak dilakukan oleh
apoteker langsung (apoteker tidak mengetahui) kebanyakan dikerjakan oleh seorang TTK
atau bukan TTK.

2. Pelayanan farmasi klinik di apotek


 Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan
dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan
lain, pasien atau masyarakat. Faktanya masih banyak apotek yang belum menerapkan
sepenuhnya yang dimaksud dengan PIO. Pelayanan informasi obat masih terbatas
seputar jenis obat dan aturan pakainya saja, belum lengkap seperti pada standar yang
telah ditetapkan meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain. Pelayanan informasi
obat ini masih terbatas bagi tenaga kesehatan lain maupun terhadap pasien.
 Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien.
Apoteker/TTK masih kurang dalam hal mengonseling pasien baik karena apoteker
yang tidak selalu berada di tempat, keterbatasan tempat dan waktu, dan alasan lainnya.
 Pelayanan Kefarmasian di Rumah (homecare)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan Pelayanan
Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Di tahun 2022 ini, pelayanan farmasi secara homecare belum sepenuhnya
terealisasikan. Apalagi bagi apotek, banyak sekali apotek yang belum menerapkan
pelayanan secara homecare.
 Pemantauan Terapi Obat
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat
yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.
Faktanya, belum banyak apotek yang melakukan pemantauan terapi obat kepada pasien
agar didapat tujuan terapi dan meminimalkan efek samping.
 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Pengidentifikasian pasien yang rawan mengalami efek samping belum banyak
dinyatakan pada beberapa apotek serta pengisian formulir MESO belum sempurna
diberlakukan.

Intinya, pelayanan yang ada di apotek belum memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Terlebih pada pelayanan klinisnya. Pelayanan masih terbatas sekedar pemberian obat saja,
belum berdasar pada patient oriented.

Anda mungkin juga menyukai