Anda di halaman 1dari 24

TEKNIK KLONING

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah BIOTEKNOLOGI
FARMASI

Yang Di Ampu Oleh Bapak : Mujtahid Bin Abd.Kadir., M.Farm., Apt

Disusun Oleh :

1. Diaz Akbar Azrielriady 19650278


2. Muhammad Taufik 19650294
3. Subhki Ma’rifatul Hudha 19650295
4. Ikfi Harisnatul Awallaili Firdausa 19650303

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

PRODI FARMASI 5B

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah
dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan sehat wal’afiat. Serta
salam dan shalawat kami kirimkan kepada Muhammad SAW, dimana nabi yang membawa
ummat-Nya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan telah menjadi
suri tauladan bagi ummat-Nya.

Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai” TEKNIK


KLONING “ karena merupakan suatu kemajuan yang revolusioner dalam bidang
bioteknologi reproduksi maupun kedokteran. Penemuan-penemuan baru yang berkaitan
dengan kloning telah membawa para saintis untuk memikirkan kloning manusia dan
mengkombinasikannya dengan teknik transgenik

Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan setelah membaca makalah ini. Saran dan kritik yang membangun tetap kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu juga
dengan manusia sendiri.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Kediri, 1 Oktober 2021

Penulis

ii | T e k n i k K l o n i n g
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................................1
Tujuan Dan Manfaat............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kloning...................................................................................................3
2.2 Mekanisme Kerja.................................................................................................3
2.3 Contoh Teknik Kloning........................................................................................9
2.4 Fungsi Sediaan.....................................................................................................17
2.5 Manfaat KLoning.................................................................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................20
3.2 Saran.....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................21

iii | T e k n i k K l o n i n g
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kloning adalah proses pembentukan satu atau sejumlah individu, tanaman, atau hewan
yang mempunyai susunan genetik yang sama. Sebenarnya terbentuknya kloning merupakan
hal yang biasa terjadi pada tanaman, hewan, dan manusia. Pada manusia, dengan
probabilitas satu dari 75 kehamilan, satu zigot dapat berkembang menjadi kembar identik
yang mempunyai susunan gen yang sama. Jadi sebenarnya kembar identik adalah klon yang
terjadi secara alamiah. Proses kloning buatan dapat dilakukan melalui metode pemisahan
embrio (embryo splitting) atau transfer nukleus (nuclear transfer) (Byrne, 2002).

Metode pemisahan embrio merupakan pemisahan embrio pada tahap perkembangan awal
menjadi dua bagian atau lebih. Tahap pertama ialah zigot dipacu untuk membelah secara in
vitro di dalam cawan petri atau tabung menjadi 2,4,8,16 atau sampai 32 sel. Kemudian
dengan menggunakan enzim protease, zona pelusida yang membungkus ke-16 atau ke-32 sel
tadi dihancurkan, sehingga sel-selnya satu sama lain terlepas. Kemudian tiap sel dimasukkan
ke dalam cawan petri dan dibungkus kembali oleh zona pelusida. Setelah itu tiap sel akan
membelah dan berkembang membentuk blastosit, dan dapat ditransfer ke dalam uterus induk
yang siap menerima implantasi blastosit. Blastosit akan mengalami proses perkembangan
berikutnya di dalam uterus induk (Suhana, 2002). Proses ini mirip dengan proses
pembentukan kembar monozigot yang identik secara genetis.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Definisi Dari Teknik Cloning ?
1.2.2 Bagaimana Mekanisme Kerja Dari Teknik Cloning Tersebut ?
1.2.3 Sebutkan Contoh Hasil Dari Teknik Tersebut !
1.2.4 Apa Saja Fungsi Sediaan Dari Teknik Tersebut ?
1.2.5 Apa Saja Manfaat Yang Diperoleh Dari Teknik Tersebut ?
1.3 Tujuan Dan Manfaat
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami tentang teknik kloning.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami tentang mekanisme kerja teknik kloning.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami hasil dari teknok kloning.
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami sediaan dari teknik kloning.
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami manfaat dari teknik kloning

2|Teknik Kloning
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teknik Kloning

Kloning merupakan proses pembentukan satu atau sejumlah individu, tanaman, atau
hewan yang mempunyai susunan genetik yang sama. Sebenarnya terbentuknya kloning
merupakan hal yang biasa terjadi pada tanaman, hewan, dan manusia.

Pada manusia, dengan probabilitas satu dari 75 kehamilan, satu zigot dapat
berkembang menjadi kembar identik yang mempunyai susunan gen yang sama. Jadi
sebenarnya kembar identik adalah klon yang terjadi secara alamiah. Proses kloning
buatan dapat dilakukan melalui metode pemisahan embrio (embryo splitting) atau transfer
nukleus (nuclear transfer) (Byrne, 2002).

Metode pemisahan embrio merupakan pemisahan embrio pada tahap perkembangan


awal menjadi dua bagian atau lebih. Tahap pertama ialah zigot dipacu untuk membelah secara
in vitro di dalam cawan petri atau tabung menjadi 2,4,8,16 atau sampai 32 sel. Kemudian
dengan menggunakan enzim protease, zona pelusida yang membungkus ke-16 atau ke-32 sel
tadi dihancurkan, sehingga sel-selnya satu sama lain terlepas. Kemudian tiap sel dimasukkan
ke dalam cawan petri dan dibungkus kembali oleh zona pelusida. Setelah itu tiap sel akan
membelah dan berkembang membentuk blastosit, dan dapat ditransfer ke dalam uterus induk
yang siap menerima implantasi blastosit. Blastosit akan mengalami proses perkembangan
berikutnya di dalam uterus induk (Suhana, 2002). Proses ini mirip dengan proses
pembentukan kembar monozigot yang identik secara genetis.

2.2 Cara Kerja Teknik Kloninng

2.2.1 Kloning Manusia Untuk Reproduksi

Pada tahun 1993 di Amerika Serikat pernah dilakukan pembuatan klon


manusia dengan menggunakan sel zigot manusia yang difertilisasi oleh 2 spermatozoa
(sehingga secara teoritis, zigot tidak mungkin berkembang menjadi embrio normal).
Kemudian sel zigot tersebut dirangsang untuk membelahbelah dalam cawan petri,
3|Teknik Kloning
menjadi 2, 4 blastomer, dan tiap blastomer dirangsang untuk membelah lagi menjadi
beberapa sel sampai 32 sel, kemudian dihentikan perkembangannya (Suhana, 2002).
Percobaan kloning mamalia yang sukses menghasilkan klon Dolly pada tahun
1996 merupakan suatu terobosan dalam bidang teknologi reproduksi. Dolly yang
namanya diambil dari nama aktris penyanyi Amerika Serikat Dolly Parton, menerima
donor nukleus berupa sel kelenjar mammae domba betina berbulu putih (Finn Dorset)
berumur 6 tahun. Sel mammae dari donor dikultur beberapa bulan sampai mencapai
beberapa generasi dan menghasilkan ribuan sel yang identik. Telur yang berperan
sebagai penerima nukleus berasal dari domba betina yang mukanya berbulu hitam
(Scottlish Blackface).

Sel telur dibuang intinya menggunakan mikromanipulator. Selanjutnya sel


donor disatukan dengan sel telur yang telah dienukleasi secara in vitro dan diberi
kejutan listrik agar dapat bersatu. Sel telur tersebut akan membelahbelah dan
berkembang menjadi blastosit. Proses selanjutnya sama seperti pada teknologi bayi
tabung, yaitu sel blastosit tersebut dimasukkan kedalam rahim ibu pengganti
(surrogate mother) yaitu domba betina bernama Blackface. Dolly lahir pada bulan
Juli,1996 dengan berat badan 6,6 kg (normal 1,2-5 kg) dan kehamilannya berlangsung
148 hari ( yang normal untuk Fin Dorset adalah 143 hari). Namun teknik Dolly
tersebut tidak efisien dalam memproduksi klon karena hanya satu yang berhasil hidup
dari 277 percobaan kloning (Suhana, 2002; Farnsworth, 2000).

Keberhasilan para ilmuwan membuat Dolly mendorong beberapa ilmuwan


ingin melangkah lebih jauh untuk membuat klon manusia. Tujuan utama para
ilmuwan tersebut adalah untuk membuat kloning manusia agar pasangan infertil
dapat mempunyai keturunan. Pasangan infertil selalu mencoba untuk mencari
pengobatan yang acapkali membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak
sedikit, namun tidak menunjukkan hasil.

Salah satu cara ialah menggunakan teknik fertilisasi in vitro. Namun teknik
tersebut tidak dapat menolong semua pasangan infertil, seperti seorang ibu yang tidak
dapat memproduksi telur atau seorang pria yang tidak dapat menghasilkan sperma.
Teknik kloning merupakan hal yang revolusioner karena seseorang yang tidak dapat
menghasilkan sperma atau telur dapat mempunyai keturunan. Mereka hanya
memerlukan sejumlah sel dari bagian manapun dari tubuh suami atau istri untuk
4|Teknik Kloning
digunakan dalam proses kloning dan mereka dapat mempunyai keturunan yang
mengandung gen-gen dari suami atau istrinya. Meskipun saat ini sebagian besar
masyarakat menentang kloning manusia, para ilmuwan yakin bahwa keadaannya akan
sama dengan persoalan bayi fertilisasi in vitro 20 tahun yang lalu. Sebelum Louise
Brown lahir, 85% rakyat Amerika menentang bayi tabung, namun sekarang sebagian
besar masyarakat tidak lagi menentangnya (Suhana, 2002). Hal yang sama akan
terjadi pula pada persoalan kloning manusia, walaupun pada saat ini masih banyak
yang menentang, namun para ahli yakin jika telah terbukti bahwa teknik kloning
dapat menolong pasangan infertil mempunyai anak yang normal, maka masyarakat
akan dapat menerimanya.

2.2.2 Kloning Manusia Untuk Terapi

Kloning untuk terapi adalah pembuatan klon blastosit yang identik secara
genetis dengan pasien penderita penyakit degeneratif. Blastosit dikultur menjadi stem
cell line dari embrio. Stem cells adalah selsel yang dapat berploriferasi dan
berdiferensiasi menjadi berbagai macam sel. Untuk menumbuhkan stem cells di
tabung reaksi, peneliti harus membuang lapisan luar dari sel blastosit. Sel-sel dari
lapisan luar tersebut penting untuk perkembangan plasenta. Dengan menghilangkan
lapisan luar tersebut maka inner cells tidak akan berkembang apabila diimplantasikan
ke dalam uterus (Pedersen, 1999). Stem cells yang diperoleh dari blastosit tidak
berdiferensiasi dan dapat diinduksi untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel prekursor,
yang dapat disuntikkan kepada pasien untuk menyembuhkan gejalagejala penyakit
degeneratif (Byrne, 2002).

Gambar 1 memberikan gambaran proses pembuatan stem cells untuk tujuan


terapi. Sel-sel hasil kultur tersebut identik secara genetis dengan pasien sehingga
tidak terjadi respon penolakan imunologis dari pasien ketika terapi dilakukan.
Penyakit yang mempunyai potensi diobati oleh prosedur ini adalah penyakit jantung,
diabetes, Parkinson’s dan penyakit - penyakit degeneratif lainnya.

Pada tanggal 13 November 2001, Cibelli et al. yang bekerja di


laboratorium Advanced Cell Technology berhasil membuat kloning embrio manusia
yang pertama melalui teknik transfer nukleus.

5|Teknik Kloning
Gambar 1 Pembuatan stem cells untuk tujuan terapi (AHRP Presents, 1997).

Para ilmuwan tersebut berharap dapat membuat embrio muda tersebut


membelah dan berkembang hingga menjadi blastosit. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa hanya satu dari embrio berhasil mencapai tahap 6 sel dan kemudian berhenti
membelah, namun mereka berhasil merangsang sel telur manusia untuk berkembang
secara partenogenesis menjadi blastosit. Mereka berencana untuk mengisolasi stem
cells manusia dari blastosit untuk dijadikan starter stock untuk menumbuhkan
jaringan saraf, otot dan jaringan lainnya yang suatu saat dapat digunakan untuk terapi
pasien. penggunaan stem cells dari embrio untuk tujuan terapi. Namun
sebagian orang menolak penghancuran dan manipulasi terhadap embrio manusia.
Terdapat tiga cara lain untuk terapi dengan menggunakan stem cells tanpa adanya
destruksi embrio yaitu (Byrne, 2002):

A. Penggunaan stem cells tanpa kloning


Embryonic stem cells dibuat dari embrio normal. Masalah yang muncul adalah
sel-sel tersebut tidaklah identik secara genetis dengan pasien dan akan dibutuhkan obat
imunosupresif yang kuat dengan harga yang mahal, juga menimbulkan rasa tidak
nyaman dan efek samping.

B. Stem cells dari orang dewasa


Stem cells pada orang dewasa terdapat pada sumsum tulang belakang dan
beberapa jaringan lain. Stem cells itu diisolasi dan dirangsang untuk berploriferasi.

6|Teknik Kloning
Kelompok prolife menyarankan agar penelitian stem cells hanya terbatas pada
penggunaan stem cells orang dewasa dan tidak melibatkan kloning dan perusakan
embrio manusia. Namun stem cells orang dewasa mempunyai kelemahan, yaitu sulit
diisolasi, mempunyai kemampuan berploriferasi yang terbatas, dan hanya
berdiferensiasi menjadi sejumlah sel yang terbatas.
C. Dediferensiasi stem cells secara in vitro
Situasi ideal adalah memdapatkan stem cells embrionik melalui dediferensiasi sel
tubuh normal secara in vitro. Namun penelitian yang mengarah pada hal tersebut belum
menunjukkan hasil yang memuaskan.

2.2.3 Kombinasi Kloning dan Transgenik

Sebenarnya, kloning dan transgenik merupakan merupakan dua hal yang berbeda.
Namun kombinasi teknik transgenik dengan kloning akan menghasilkan klon yang
susunan gennya sesuai dengan keinginan ilmuwan. Organ, jaringan dan darah untuk
transplantasi pada manusia dapat dihasilkan melalui kombinasi teknik transgenik dan
kloning. Sebagai contoh jantung babi banyak persamaan dengan jantung manusia,
sehingga ada kemungkinan ditransplantasikan untuk menggantikan jantung manusia yang
rusak.

Transplantasi organ hewan kepada manusia dinamakan xenotransplantasi. Namun


xenotransplantasi dalam kenyataan sulit sekali dilaksanakan, karena memang organ
tersebut secara imunologis adalah protein asing bagi resepien. Dengan menggunakan
teknologi transgenik, diharapkan gen-gen pembentuk jantung manusia dapat ditransfer
kedalam zigot babi, sehingga jantung babi tidak lagi ditolak sebagai benda asing. Namun
harus disadari pula kemungkinan terjadinya zoonoses yaitu tertularnya penyakit hewan
kepada manusia.

Pada tahun 1997, Ian Wilmut dari Roslin Institute dan PPL Therapeutics
Ltd. Edinburgh Scotlandia berhasil membuat klon yang setiap selnya mengandung gen
manusia dengan menggunakan kombinasi teknik transgenik dan kloning. Gen manusia
yang menghasilkan faktor IX, yaitu faktor pembekuan darah, dimasukkan ke dalam
kromosom biri-biri. Biri-biri yang seluruh selnya mengandung gen manusia faktor IX tadi
diharapkan akan menghasilkan susu yang mengandung faktor pembekuan darah
(Worldbook, 2002). Setelah diisolasi dari susu biri-biri, maka faktor pembekuan darah

7|Teknik Kloning
tersebut dapat digunakan oleh para penderita haemofilia yang tidak mempunyai faktor
pembekuan darah. Dalam proses pembuatan klon khusus tersebut, 62 embrio yang
mengandung gen manusia melalui teknik transgenik diimplantasikan ke dalam uterus
induk pengganti dan menghasilkan 6 anak domba. Dari 6 anak domba tersebut hanya 3
yang mengandung gen yang dimaksud, tapi kemudian satu anak domba mati, sehingga
hanya 2 domba (Polly dan Molly) yang sekarang sedang diternakkan supaya menjadi
dewasa dan dapat menghasilkan susu yang diharapkan mengandung faktor pembekuan
darah (Suhana, 2002).

Pada Januari 1998, para ahli bioteknologi dari University of Massachusetts and
Advanced Cell Technology mengumumkan kelahiran tiga anak sapi hasil transgenik yang
dibuat dengan metode yang sama dengan pembuatan Polly dan Molly, namun gen yang
disisipkan tidak memberikan efek pada sapi-sapi tersebut. Dalam waktu dekat, para ahli
tersebut akan membuat klon sapi yang membawa gen untuk produksi serum albumin
manusia (Worldbook, 2002).

Kombinasi teknik kloning dan transgenik yang telah dicobakan pada hewan, juga
dapat dilakukan pada manusia. Ilmuwan melakukan rekayasa genetika dengan cara
menaruh gen baru yang diinginkan ke dalam organisme sebangsa virus yang membawa
gen baru dan menyisipkannya ke dalam sel (ARHP Presents, 1997). Rekayasa genetika
manusia melibatkan dua macam aplikasi

8|Teknik Kloning
Gambar 2. Proposal untuk rekayasa germline (ARHP Presents, 1997).

1. Rekayasa genetika somatis, yaitu rekayasa genetika dengan gen-gen pada


organ tertentu pada tubuh manusia tanpa mempengaruhi gengen pada telur
atau sperma. Pada saat ini sedang dilakukan eksperimen transfer gen
somatis dalam percobaan klinis.
2. Rekayasa genetika germline adalah rekayasa genetik dengan gen target pada
telur, sperma, atau embrio pada tahap awal. Perubahan mempengaruhi setiap
sel dalam tubuh individu yang dihasilkan dan diturunkan pada generasi
berikutnya. Rekayasa germline dilarang di banyak negara, tetapi tidak di
Amerika. Gambar 2 memperlihatkan rekayasa genetika germline yang
mengkombinasikan penggunaan stem cells, teknik transgenik dan kloning
embrio.

2.3 Contoh

2.3.1 Pengkloningan C DNA

9|Teknik Kloning
Sebagian besar, metode-metode yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan
pengklonan gen untuk memperoleh DNA rekombinan yang terdiri dari gen yang
diinginkan dalam vektor ekspresi, adalah sama yang digunakan dalam laboratorium-
laboratorium penelitian.

Karena banyak protein yang bernilai komersil hanya terdapat dalam jumlah
kecil dalam sel-sel dan jaringan hewan, dan karena ekspresi gen flon itu sangat
penting, maka banyak pekerjaan komersial itu terpusat pada pengklonan c DNA dari
mRNA-mRNA yang terdapat dalam jumlah sangat kecil didalam sel. Pendekatan lain
yang digunakan untuk memperoleh insulin manusia, adalah sintesis kimia dari suatu
gen.

Hampir setiap molekul mRNA eukariot pada ujung 3’-nya mempunyai


rangkaian resedu nukleotida adenin yang disebut ekor poli-A. Apapun fungsinya,
poli-A itu memberikan jalan yang mudah untuk mensintesis suatu untaian DNA yang
komplementer terhadap mRNA-nya. JIKa rantai-rantai pendek dari oligo –dT
dicampur dengan mRNA, rantai tersebut berhibridasiasi ke ekor poli-A untuk
memberikan suatu primer untuk aksinya enzim transfriptase balik. Enzim ini, yang
disolasikan dari virus-virus tumor RNA tertentu dapat menggunakan RNA sebagai
cetakan untuk mensintesis suatu untaian DNA. Hasil reaksinya adalah suatu hibrida
RNA-DNA, untaian DNA yang baru itu mempunyai lingkaran tusuk konde pada
ujungnya, tampaknya sebagai hasil dari enzim “ memutari sudut “ dan mulai
mengkopi dirinya sendiri. Lingkaran tusuk konde itu mungkin merupakan suatu
artefak ( sesuatu yang buatan ) ‘in vitro’ tetapi ia memang memberikan suatu primer
yang sangat mudah untuk pembuatan untaian DNA yang kedua. cDNA ( DNA
komplementer ) berantaian ganda yang dihasilkan mempunyai lingkaran tusuk konde
yang utuh ini dapat dibelah oleh S1 nuklease, yaitu suatu nuklease spesifik yang
beruntaian tunggal.

10 | T e k n i k K l o n i n g
Molekul cDNA yang beruntaian ganda yang diperoleh dengan cara tersebut,
lalu disiapkan untuk disisipkan kedalam pBR 322, dengan jalan pemberi ekor dengan
terminal transferase atau dengan menambahkan tempat-tempat enzim restriksi buatan
pada ujung-ujung cDNA-nya. Tempat-tempat restriksi ini yang kita sebut
‘penyambung” ( “linker”) adalah oligunekloitida-oligunekloitida dari 8 sampai 10
pasangan basa yang dibuat secara kimia.Penyambung-penyambung itu ditambahkan
pada cDNA beruntaian ganda dengan menggunakan DNA ligase, lalu penyambung-
penyambung itu digunting hingga terbuka dengan enzim restriksi, dan cDNA-nya,
yang sekarang mengandung ujung-ujung lekat yang dihasilkan oleh enzim tadi,
dimasukkan ke dalam pBR 322 yang telah di belah dengan enzim yang sama.
Kemudian plasmid rekombinan yang mengandung cDNA yang di hasilkan itu,
dimasukkan ke dalam strain “ E. coli “ yang sesuai dan dikembangbiakkan.
2.3.2 Gen pengklonan : DNA rekombinan
Bakteri merupakan mesin-mesin efesien untuk untuk menciptakan turunuan
identik DNA bacterifogdalam jumlah. Begitu masuk dalam sel imangnya. DNA fag
tersebut berlipat ganda berkali-kali, turunan dikemas kedalam partikel-partikel
berdaya tulang, baru dilepas dari sel inangnya sehingga siap mengulangi daur
infeksitersebut. Jika kita adapat menempelkan gen eukariotik kepada molekul DNA
fag seperti itu, maka dapat direflikasi dengan cara yang sama sekali lagi endonukliase
restriksi memungkinkan musliaht itu. Ekori adalah endonuklease resttriksi yang
dihasilkan oleh “E. koli” . enzim ini membelah DNA hanya ditempat yang meliputi
rangkaiannya.

Setiap utusan pilihan ganda itu dipotong diantara buangin dan adenin. Setiap
kali hal ini terjadi ujung-ujung belahan filman ganda itu membaawa panjang
tambahan emapt nukleotida. DNA yang berpasangan (berhelai tunggal), yang
dinamai ujung “lengket” karena mapu berpasangan basa dengan molekul DNA yang
manapun mengandung ujung lengket pelengkap. Gagasannya adalah memperlakukan
kedua DNA eukariotik dan DNA bakteriopag dengan endonuklease retriksi yang sama
sehingga tercipta ujung-ujung pelengkap pada masing-masing. Dalam keadan yang
sesusai, secara bercampur molekul-molekul DNA eukariotik akan menempel pada
molekul-molekul DNA dengan ujung-ujung lengketnya masingmasing. Kemudian
DNA ligase dapat dipakai untuk mengaitkan secara kovalen molekul-molekul itu
bersama. Beberapa dari hibrid atau molekul-molekul rekombinan ini akan tetap
11 | T e k n i k K l o n i n g
berdaya infeksi pada inang bakteriofognya (ekoli) sebagaimana bakteriofog yang
normal. Hal ini dapat dideteksi dengan membiarkan ekoli terbuka bagi campuran
molekul DNA rekombinan dan selanjutnya menabur selsel pada cawan fetri berisi
agar. Sel-sel bakteri itu mulai berkembang biak, membentuk selaput sel-sel
dipermukaan agar. Akan tetapi, setiap sel yang secara berhasil diinfeksi oelh
molekul-moleku DNA rekombinan akan membentuk banyak turunan baru DNA
rekombinan tersebut sebelum dibunuh dan dilisis.

Molekul-molekul yang infektif dilepas, menginfeksi sel-sel terdekat, dan


proses itu diulang. Akibatnya segara nampak pada mata dengan mata telanjang
sebagai zona atau plak sikular yang jernih pada “padang” sel-sel . setiap plak
merupakan suatu “flon” molekul-molekul DNA dan dapat diriakkan secara tak
terbatas dengan meninfeksi lebih banyak sel ekoli.

Walau setiap plak (plague) menghasilkan ikon unit molekul-molekul DNA


rekombinan, potongan “dari DNA” eukariotik yang ada pada plak tertentu merupakan
kebetulan semata-mata. Pencernaan semua DNA dalam sel-sel organisme eukariotik
seperti mencit atau tikus oleh oleh endonuklease restriksi menghasilkan kumpulan
fragman DNA yang sangat beragam. Fragman-fragman ini tergabung pada DNA
bakteriofag secara acak semata-mata. Pengklonan fragmen yang merupakan seluruh
genam suatu organisme dinamakan pengklonan “senapan”.

Kini masalahnya adalah salah satu temuan dari satu atau lebih plag (mungkin
dari beberapa ribu ) yang mengandung gen edukariotik yang menarik perhatian kita.
Untuk ini diperlukan suatu “tolok”. Misalnya kitya mencari DNA kelinci yang
menjadikan lantai-lantai hemoklobinnya. Sebagaimana kita ketahui, RNA pesuruh
untuk rantai-rantai ini dapat diisolasi dari prekursor sel-sel darah merah kelinci.
Pesuruh-pesurh ini dapat diisolasi dari prekursor dan dapat diberi label isotop radio
aktif dan digunakan untuk mencari plak-plak yang mengandung rangkaian DNA
pelengkap, yaitu rangkaian DNA yang dari pada pesuruh-pesuruh hemoglobin ini
ditranskripsi. Inilah prosedurnya, sehelai kertas saring yang dibuat dari nitro selulosa
secara perlahan ditekan pada permukaan lempengan agar yang berplak. Beberapa dari
DNA pada setiap plak diserap oleh kertas saring tadi. DNA yang terserat itu
kemudian diubah sifatnya menjadi pelayan tunggal, dan kertas saring yang dicelupkan
kedalm kedalam larutan yang berisikan molekul-molekul DNA rekombinan yang
12 | T e k n i k K l o n i n g
menyatakan rangkaiannya yang dicari itu. Karena plak-plak asal tidak menjadi rusak
karena prosedur ini, maka molekul-molekul tambahan sampel khusus DNA
rekombianan itu dapat dibiakkan dalam sel-sel “koli” tambahan untuk memproduksi
sebanyak turunan sampelnya yang diinginkan.

Maka inilah satu cara (namun bukan satu-satunya cara) untuk mencapai tujuan
terdekatnya yaitu sampel murni suatu gen eukariotik. Prosesnya mungkin tanpak
rumit, tetapi sungguh sangat langsung dan akhirnya tujuan dapat diacapai.

2.3.3 Pengklonan Individu Kromosom

Karena sekarang terdapat kemungkinan untuk menyortir kromosom-


kromosom manusia secara fisik kedalam klas-klas ukurang yang terpisah dengan
suatu prosedur yang dikenal sebagai sortasi sel yang teraktifasi fluoresens (FACS :
fluoresende-activa-ted celsorting). Maka terbukti kemungkinan untuk mengkon DNA
dari individu kromosom. Misalnya, mulai dengan suatu galur sel manusia dengan
kariotip yang abnormal (empat kromosom X) terdapat kemungkinan mensortir cukup
banyak kromosom X manusia yang bebas dari autosom untuk dapat membuat suatu
perpustakaan fag X dari DNA kromosom X itu. Bersama-sama, pag-pag rekombinan
dalam perpustakaan itu mempunyai sebagian besar, jika tidak dapat dikatakan semua,
DNA kromosom X.

Maka dari itu semua tehnik yang telah dilukiskan dari itu semua tehnik yang
dilukiskan sebelumnya dapat digunakan untuk menganalisis DNA kromosom X,
memetakan tempat-tempat restriksi, mengidentifikasi rangkaian-rangkaian alu yang
berulang, dan mancari gen-gen yang diketahui akan terbawa pada kromosom X
tersebut. Satu tugas yang sekarang dapat dilakukan adalah mencari polimorpisme
tempat restriksi untuk menentukan adakah yang terapuaut erat dengan salah satu
pemyakit genetik yang terpeta kadar kromos X. jika, misalnya dapat ditunjukkan
bahwa suatu pola tertentu dari tempat-tempat enzim restriksi terpaut erat pada
distropi otot Duchenne dan tidak terdapat pada individu-individu normal, maka da
kemungkinan besar untuk mendiagnosis penyakit, genetik yang umum dan letal ini,
bahkan sebelum kita mengetahui gentermutasi dimana yang bertanggung jawab untuk
hal itu.

2.3.4 Pengkloningan Onkogen Manusia

13 | T e k n i k K l o n i n g
Sekarang ini 3 onkogen manusia yang diduga telah diklon dengan
menggunakan teknik penyaringan alu dan teknik banntuan tRNA. Sudah emapt
laboratorium yangh berlainan yang cecara sendiri-sendiri telah mengklon gen-gen
kangker kandung kemih. Semua gen ini tampak sama (berukuran mendekati 5,4 kb),
tetapi kesamaan ini mungkin mencerminkan kenyataan, bahwa galur-galur sel yang
dianggap berlainan ini mempunyai sumber yang sama. Gen neuroblastoma sekarang
juga telah diklon secara lengkap dengan menggunakan metode bantuan TRNA yang
memperlihatkan gen mendekati 13,5 kb mengklon gen kangker kolon (paru-paru)
terbukti lebih sukar mencapai, karena ia teralu besar untuk diklon dalam sepotong fag.
35 macam fag, yang masing-masing mengandung rangkaianrangkaian varsail yang
tumpang tindih, mula-mula diisolasi lalu dianalisis dengan menggunakan tehnik-
tehnik penyaring Alu dan homologi pada rangkaian gen ras virus sarcoma Kirsten,
prosedur gen ini berkembang yang kemudian digunakan untuk menentukan struktur
gen 45 kb.

Meskipun variasi ukurannya besar, namun gen-gen kanker kandung kemih,


neuroblastoma, dan kanker kolon ( paru-paru ) mempunyai susunan dasar exonintron
yang sama, dengan empat exon yang digunakan untuk mengklode protein yang serupa
tetapi berlainan dengan berat molekul masing-masing sekitar 21.000 (p21). Protein-
protein p21 itu ditemukan terikat dalam jumlah kecil pada membran plsma luar sel-sel
kanker, dan mereka secara homolog erat dengan produk dari gen-gen kanker yang
ditemukan sebelumnya pada retrovirus onkogen. Gen kanker kandung kemih manusia
sangat serupa dengan ras onkogen virus sarkoma Harvey, sedangkan gen kanker paru-
paru sangat mirip dengan ras onkogen virus sarkomi Kirsten. Seperti onkogen-
onkogen retro virus, gen-gen kanker manusia ini mempunyai ekuivalen sel normal
mereka, memang gen-gen kanker itu diduga berasal dari ekuivalen-ekuivalen sel
normal mereka melalui mutasi yang dengan cara tertentu membawa onkogen yang
potensial kepada produk-produk proteinnya. Langkah berikutnya yang masuk akal
adalah merangkai onkogen-onkogen manusia maupun ekuivalen-ekuivalen normal
mereka.Hasil pertama semacam itu menunjukkan bahwa gen kanker pada sel-sel
tarsinoma kandung kemih manusia berbeda dari imbangannya dalam sel-sel normal
dalam satu mutasi titik tunggal. Mutasi itu mengubah sisa glesin pada posisi 12 dalam
produk protein normal (protein p12) menjadi paling dalam protein sel-sel carcinoma
tersebut. Akan tetapi, pada saat ini belum ada bukti bahwa perubahan sederhana ini
14 | T e k n i k K l o n i n g
merupakan satu-satunya penyebab carcinoma kandung kemih, dan kita juga tidak
mengetahui peranan protein p12 itu dalam keadaan normal maupun keadaan mutasi.

2.3.5 Pengkloningan hewan


Klon-klon yang ditangani oleh para ahli biologi molekular, biasanya klon-klon
dari bakteri atau organisme lain, sel-sel dalam kultur jaringan dan akhir-akhir ini
molekul-molekul DNA. Para ahli taman dan pemulia tanaman sebaiknya, secara
teratur menangani dan memproduksi organisme-organisme tinggat lebih tinggi yang
diklon, tanaman-tanaman yang mereka biakkan dengan pemangkasan, enten,
pembelahan umbi dan rhizoma (akar rimang) dan sebagainya.

Tumbuhan tinggi memberi kemungkinan untuk reproduksi aseksual dan klon;


untuk banyak spesies liar, pembiakan aseksual lebih penting daripada pembiakan
seksual. Sebaiknya hewan-hewan tingkat alami tidak bereproduksi secara aseksual.
Untuk mengklon seekor binatang perlu untuk mengambil nukleus dalam telur yang
telah dibuahi, baik melalui pembedahan, maupun menonaktifkannya secara total
dengan radiasi dan menggantikannya dengan nukleus yang diambil dari individu lain.
Ini memerlukan transplankasi suatu nukleus utuh yang tidak rusak dan mampu untuk
berkembang.

Demikianlah, nukleus-nukleus yang dicangkokkan dari sel-sel embrio katak


yang sangat muda, yang masih totipoten, dapat melahirkan katak-katak dewasa.
Sebaliknya, nukleus-nukleus yang ditransplantasi dari katak ‘dewasa’ sampai kini
sekian jauh belum pernah mampu meningkatkan perkembangan hewan dewasa ;
proses perkembangannya selalu gagal pada tahap embrional atau larva tertentu.
Transplantasi nukleus dengan telur-telur katak pertama kali dicapai dalam tahun 1952,
tetapi tentu saja akan lebih menarik untuk membiakkan mamalia secara aseksual
daripada katak. Masalah-masalah teknis dari reproduksi mamalia dengan transplantasi
nukleus, sebaliknya adalah jauh lebih besar karena sangat sukar untuk memanipulasi
telur-telur mamalia tanpa merusaknya. Pada tahun 1981, serangkaian percobaan
semacam itu dengan tikus, telah dilaporkan, tetapi belum diulangi dan diperbuat
secara bebas. Sebelum metode-metode itu dapat direproduksi, mereka tidak akan
memberi sumbangan yang berarti pada pengertian kita tentang perkembangan
mamalia.

15 | T e k n i k K l o n i n g
Dalam masa dekat hanya terdapat kemungkinan kecil bahwa transplantasi
nukleus dicoba pada spesies mamalia lain. Jika efisiensi dan reproduksibilitasnya
dapat ditingkatkan, maka mungkin metode itu akan mendapat tempat di bidang
penangkaran hewan. Dalam teori ia dapat dicoba pada telur-telur sel embrio manusia,
tetapi untuk alasan apa? Tidak ada penerapan praktis. Dan perlu ditekankan bahwa
belum terbukti ada kemungkinan bahwa dengan katak sekalipun untuk menghasilkan
suatu individu dewasa yang diklon melalui pencangkokan nukleus sel dewasa ke
dalam sebuah telur. Komplotan jutawan tua golongan gothik yang membujuk para
dokter untuk mengklon beberapa kopi dari dirinya sendiri dengan pencangkokan
nukleus-nukleus selnya kedalam telur-telur yang dibuahi dan kemudian
menanamkannya pada wanita, tetapi merupakan fantasi murni, untuk katak tua sekali
pun, hal itu tidak dapat dilakukan.

2.3.6 Pengkloningan Hormon Pertumbuhan Manusia


Produksi hormon pertumbuhan manusia dalam ‘E.coli’ menarik perhatian
orang pada beberapa prilaku rekayasa genetika. Hormon pertumbuhan manusia
(HGH= Human Growth Hormone) adalah suatu rantai polipeptida tunggal yang
mempunyai 191 asam amino dan diproduksi dalam kelenjar pituiteria (kelenjar pada
infundibulum otak). Seperti insulin, ia tidak terglirosilasi. Hormon pertumbuhan
mengendalikan pertumbuhan tubuh kita ; tubuh kecil orang kerdil disebabkan karena
kekurangan hormon pertumbuhan.

Dengan menggunakan kombinasi dari sintesis kimia DNA dan sintesis


enzimatik c DNA, telah diproduksi suatu rangkaian yang mengkode asam-asam
amino 1-14 telah disintesis secara kimia.Langsung di depan kodon pertama,
ditambahkan suatu trio (triplet) basa (ATG) yang menspesifikasi asam amino
metionin.Bila permulaan dari gennya telah disintesis secara kimia untuk menjamin
permulaan yang tepat dari proteinnya, maka diperoleh suatu rangkaian DNA yang
mengkode sisa dari rantai polipeptida yaitu, residu asam amino 25-19,1 dengan
membuat kopikopi cDNA dari preparat-preparat nRNa darii sel-sel pituitaria manusia.

Kedua fragmen DNA ini kemudian dikonkan secara terpisah.


Fragmenfragmen DNAnya dimurnikan kembali dan disambung menjadi satu untuk
menghasilkan rangkaian DNA lengkap untuk horman pertumbuhan manusia mulai
dengan suatu prodon inisiator yaitu metionin, diikuti oleh rangkaian untuk 191 asam
16 | T e k n i k K l o n i n g
amino dalam frotein masak, dan berakhai dengan sinyal untuk menghentikan sintesisi
frotein. Kemudian “gen”dimasukkan kedalam suatu fektor ekspresi dan dimasukkan
kedalam “ekoli” diaman diarahkan untuk membaut pertumbuhan manusia.

2.4 Fungsi Sediaan

2.4.1 Kloning Katak

Penelitian tentang kloning pada katak pertama kali dilakukan oleh John
Gordon pada tahun 1970. Teknik ini dilakukan dengan mengambil sel telur katak
yang belum dibuahi dan menghancurkan nukleusnya dengan radiasi. Kemudian inti
sel telur diganti dengan inti dari sel-sel tubuh. Dalam percobaan, inti sel diambil dari
nukleus sel-sel usus dari katak betina dari jenis yang sama, setelah itu individu-
individu baru terbentuk. Zigot ini nanti akan dipelihara dalam medium pembiakan,
yaitu benih katak betina.

2.4.2 Kloning Tumbuhan

Kloning dapat dilakukan dari sel-sel tumbuhan, baik dari akar, daun dan
batangnya. Sel yang dikloning dapat ditempatkan pada media yang sesuai dapat
ditumbuhan menjadi individu baru yang sempurna. Proses yang dilakukan adalah
pemotongan organ tumbuhan yang diinginkan. Kemudian kita mencari kultur jaringan
(eksplan), mengambil sel dan memindahkan ke media yang mengandung nutrisi
sehingga mereka tumbuh dengan cepat. Eksplan ini akan menggumpal menjadi
gumpalan yang disebut kalus. Kalus adalah cikal bakal dari akar, batang dan daun.
Kalus kemudian ditanam di media tanah dan menjadi tanaman baru.

2.5 Manfaat

Kloning memberi banyak manfaat dalam berbagai bidang kehidupan. Berikut ini beberapa
manfaat kloning, diantaranya :

2.5.1 Ilmu Pengetahuan

Kloning terutama dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan,


khususnya reproduksi-embriologi dan diferensiasi.

17 | T e k n i k K l o n i n g
2.5.2 Mengembangkan dan Memperbanyak Bibit Unggul

Kloning dalam upaya mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul tidak


dianjurkan dilakukan pada manusia. Tujuan kloning ini sering kita lihat pada hewan
ternak dan juga upaya menghasilkan susu yang mengandung nutrisi ekstra. Contoh
hewan ternak yang dilakukan kloning ialah sapi. Dimana diambil nuklues sel sapi
bibit unggul kemudian disuntikkan ke dalam nukleus zigot sapi yang dikehendaki.
Akhirnya didapatkan klon dengan gen tambahan yang lebih unggul seperti yang
diharapkan.

2.5.3 Tujuan Diagnostik dan Terapi

Kloning dapat berkontribusi untuk pengobatan suatu penyakit. Contohnya,


pasangan suami istri yang diduga thalasemia mayor tidak dianjurkan punya anak
karena ditakutkan gen tersebut akan diwariskan pada keturunannya. Sehingga, dengan
adanya kloning pasangan dianjurkan melakukan terapi gen dengan dibuatkan klon
pada tingkat blastomer. Apabila salah satu blastomer tersebut mengandung gen
thalasemia mayor, maka dianjurkan untuk terapi gen tingkat blastomer selalu
dikembangkan menjadi blastosit. Begitu seterusnya, sehingga dapat dihasilkan gen
yang bebas dari thalasemia.

2.5.4 Mengatasi Infertilitas

Kloning yang dilakukan pada manusia dapat menolong pasangan infertil.


Namun, pasangan infertil yang dimaksud bukanlah pasangan yang tidak dapat
memproduksi sel telur ataupun menghasilkan sperma. Melainkan, salah satu pasangan
harus ada yang mampu menghasilkan sel reproduksi. Sehingga proses kloning ini
dapat dilakukan dengan sejumlah sel somatik dari manapun diambil, yang akhirnya
dapat menghasilkan keturunan yang mengandung gen dari suami atau istri pasangan
bersangkutan.

2.5.5 Bidang Ekonomi

Keberhasilan suatu kloning yang dilakukan, akan menyumbangkan devisa


dalam meningkatkan perekonomian suatu negara. Negara-negara yang gagal dalam
penelitian klonning akan menderita kerugian secara ekonomi yang bahkan dapat
menyebabkan negara tersebut jatuh miskin.
18 | T e k n i k K l o n i n g
19 | T e k n i k K l o n i n g
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teknik kloning merupakan suatu kemajuan yang revolusioner dalam bidang


bioteknologi reproduksi maupun kedokteran. Penemuan-penemuan baru yang berkaitan
dengan kloning telah membawa para saintis untuk memikirkan kloning manusia dan
mengkombinasikannya dengan teknik transgenik. Namun resiko-resiko yang menyertai
kloning reproduksi merupakan masalah yang perlu dipertimbangkan. Kloning manusia
mempunyai potensi yang besar untuk terapi, namun terdapat pro dan kontra di kalangan
masyarakat ilmiah dan juga masyarakat luas terhadap rencana-rencana yang dibuat untuk
merealisasikan kloning manusia. Oleh karena itu perlu diberlakukan masa penundaan
(moratorium) sebelum kloning manusia dilakukan hingga berbagai masalah keamanan dan
etika yang timbul dapat ditemukan pemecahannya.

3.2 Saran

20 | T e k n i k K l o n i n g
DAFTAR PUSTAKA

Normile, D. 2000. Human Cloning Ban Allows Some Research. Science vol.

290(5498):1872.

Pedersen, R.A. 1999. Embryonic Stem Cells for Medicine. Scientific American vol. 280
(4):44-49.

Pickrell, J. 2001. Experts Assail Plan to Help Childless Couples. Science vol.
291(5511):2061-2063.

Suhana, N. 2002. Perkembangan Biologi Sel dan Biologi Molekuler, Dahulu,


Sekarang dan di Masa Datang. Seminar Peningkatan Aplikasi
Biologi Molekuler Dalam Ilmu Kedokteran di Unika Atmajaya, 27 April
2002.
Vogel, G. 2001. Human Cloning Plans Spark Talk of U.S. Ban. Science vol. 292 (5514):31
Byrne, J.A. & Gurdon, J.B. 2002. Commentary on human cloning.
Differentiation 69:154-157.

Cibelli, J.B., Lanza, R.P. & West, M.D. 2001. The First Human Cloned Embryo.
August Gribbin, "Senate to debate cloning penalties," Washington Times, at:
http://www.washingtontimes.com/national/ "Cloning Proponent 'clearly unhinged, '
scientist says", Reuters News Agency, 1998-JAN-7

David Brody, "Cloning Ban Vote Delayed, Perhaps Permanently," Family News in Focus,
at: http://www.farnily.org/cforum/

21 | T e k n i k K l o n i n g

Anda mungkin juga menyukai