Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

”KLONING DAN STEM CELL’’

Oleh:
M. SAMSUL LUTFI KHAIR (200303005)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan makalah Bioteknologi yang berjudul “kloning dan stem cell”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu yang kami miliki.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih. Sebagai makhluk tuhan
yang tidak luput dari salah dan lupa kami ucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan, penyusunan bahasa dan lainnya. Oleh karena itu, kami
berharap dan berdoa agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami selaku
penyusun dan umumnya bagi para pembaca makalah ini.

Pancor, 9 November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kloning telah menjadi ”the hottest topic” dalam studi bioteknologi
dan biomedik. Kloning yang dipelopori oleh Dreisch pada akhir tahun 1800 telah
berkembang pesat dan menyumbangkan pene- muan-penemuan baru yang sangat
menjanjikan. Secara umum kloning merupakan sejumlah proses yang dapat digunakan
untuk menghasilkan salinan suatu kesatuan biologik yang secara genetik identik tanpa
melalui reproduksi seksual. Bahan salinan ini di- sebut klon (clone) dan mempunyai
genetik ( Wangko & Kristianto, 2010). Selain itu, Stem cell mengandung banyak
kontroversi. Istilah kloning dan stem cell mengundang perspektif negatif dikalangan
masyarakat ( Atmosukarto, 2005). Oleh karena itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk
mendekstripsikan tentang kloning sel dan stem cell.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kloning sel ?
2. Apa yang dimaksud dengan stem cell ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengtahui dan memahami tentang kloning se.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang stem cell.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kloning Sel
Secara etimologi kloning berasal dari bahasa Yunani, yaitu Klonus atau kloon
artinya ranting, stek, tunas atau cangkok ( Tenriawaru, 2013). Menurut terminologi
kloning adalah langkah penggandaan ( pembuatan tiruan yang sama persis) dari suatu
makhluk hidup dengan menggunakan kode DNA makhluk hidup tersebut. Di dalam ilmu
biologi kloning adalah proses untuk menghasilkan populasi individu yang identik
secara genetik, yang terjadi di dalam alam ketika organisme seperti bakteri, insekta, atau
tumbuhan bereproduksi secara aseksual ( Wangko & Kristianto, 2010). Secara lebih
rinci Bioteknologi menjelaskan kloning sebagai proses untuk menghasilkan salinan
fragmen DNA (kloning molekular), sel (kloning sel), atau organisme.
Menurut (Wahyu Widodo, 2003) kloning terbagi menjadi tiga tipe yaitu kloning
embrio, kloning DNA dewasa dan kloning terapi. Pertama, Kloning embrio adalah teknik
medis yang memproduksi dua tau tiga monozigot (identik). Satu atau lebih dipindahkan
dari embrio yang sudah mengalami fertilisasi dan didorong untuk berkembang menjadi
satu atu lebih embrio duplikat. Kedua, kloning DNA dewasa adalah kloning yang
bertujuan untuk menghasilkan sebuah duplikat makhluk hidup yang ada. DNA dari ovum
dipindahkan dan diganti dengan DNA dari sebuah sel yang diambil dari makhluk hidup
lain. Kemudian, ovum terfertilisasi yang disebut pre-embrio, diimplantasi dalam
kandungan dan berkembang menjadi makhluk hidup baru. Ketiga, kloning terapi adalah
prosedur yang tahap permulaan identik dengan kloning DNA dewasa. Sel stem
dipindahkan dari pre-embrio dengan maksud memprroduksi jaringan atau keseluruhan
organ untuk transplantasi kembali pada seseorang yang disuplai DNA.
Menurut (Yulia Fauziyah, 2021) kloning terbagi menjadi dua yakni kloning
terapeutik dan kloning reproduksi. Kloning terapeutik adalah kloning yang melibatkan sel-
sel kloning dari orang dewasa untuk digunakan dalam kedokteran. Kloning reproduksi
adalah kloning yang melibatkan pembuatan manusia dengan genetik yang identik.
Kloning sel bertujuan menghasilkan suatu populasi sel dari satu sel tunggal
( Wangko & Kristianto, 2010). Pada organisme unisel seperti bakteri dan jamur, proses
ini relatif mudah dan hanya me merlukan inokulasi pada media yang sesuai. Pada
kultur sel dari organisme multisel baik sel dewasa maupun sel punca, kloning sel
merupakan hal yang cukup rumit karena sel-sel ini tidak dapat tumbuh pada media
standar. Teknik yang diperkenalkan adalah dengan menggunakan cincin kloning.
Suspensi sel tunggal yang telah dipapar dengan agen mutagenik atau obat tertentu
ditempatkan pada pengenceran tinggi untuk menghasilkan koloni-koloni yang
terisolasi. Setiap koloni tumbuh dari satu sel tunggal. Sel-sel klon dikumpulkan dari
dalam cincin dan dipindahkan untuk pertumbuhan lanjut.

B. Sejarah Kloning
Pada tahun 1800 Hans Dreisch mempelopori melakukan kloning pada sea
urchins dengan dasar pemikiran hewan laut ini mempunyai sel embrio yang besar dan
dapat berkembang tanpa ketergantungan pada induknya (Wangko & Kristianto, 2010).
Dreich melakukan kloning de ngan memisahkan sel embrio bersel dua. Selang 20
tahun kemudian yaitu tahun 1902 Hans Spemman berhasil melakukan pemisahan sel
embrio bersel dua dari salamander, yang selanjutnya berkembang diluar tubuh induk.
Perkembangan yang pesat terjadi pada 1951 oleh tim peneliti di Philadelphia yang
melakukan kloning embrio katak. Inti sel embrio katak dikeluarkan untuk menggantikan
inti sel telur yang belum dibuahi. Percobaan ini merupakan awal metode nuclear
transplant.
Penerobosan yang bermakna terjadi pada tahun 1986 dengan dilakukannya
koning mamalia oleh dua tim peneliti di Inggris (kloning biri-biri) dan di Amerika
(kloning sapi). Walaupun demikian, tidak satupun tim yang berpendapat bahwa
kloning mamalia dapat dilakukan dengan menggunakan sel somatik dewasa yang telah
berdiferensiasi. Percobaan kloning mamalia yang sukses menghasilkan klon Dolly
pada tahun 1996 merupakan suatu terobosan dalam bidang teknologi reproduksi. Dolly
yang namanya diambil dari nama aktris penyanyi Amerika Serikat Dolly Parton,
menerima donor nukleus berupa sel kelenjar mammae domba betina berbulu putih
(Finn Dorset) berumur 6 tahun. Sel mammae dari donor dikultur beberapa bulan
sampai mencapai beberapa generasi dan menghasilkan ribuan sel yang identik. Telur
yang berperan sebagai penerima nukleus berasal dari domba betina yang mukanya
berbulu hitam (Scottlish Blackface). Sel telur dibuang intinya menggunakan
mikromanipulator. Selanjutnya sel donor disatukan dengan sel telur yang telah
dienukleasi secara in vitro dan diberi kejutan listrik agar dapat bersatu.
Sel telur tersebut akan membelah-belah dan berkembang menjadi blastosit
( Wargasetia, 2002). Proses selanjutnya sama seperti pada teknologi bayi tabung, yaitu
sel blastosit tersebut dimasukkan kedalam rahim ibu pengganti (surrogate mother)
yaitu domba betina bernama Blackface. Dolly lahir pada bulan Juli 1996 dengan berat
badan 6,6 kg (normal 1,2-5 kg) dan kehamilannya berlangsung 148 hari ( yang
normal untuk Fin Dorset adalah 143 hari).

C. Metode Kloning Sel


Secara umum metode kloning terbagi menjadi 2 macam yaitu sebagai berikut:
1. Artificial Embrio Twinning atau Embryo splitting
Cara ini relatif lowtech, yang mencontohi proses alamiah terjadinya kembar
identik. Metode pemisahan embrio (embryo splitting ) merupakan pemisahan embrio
pada tahap perkembangan awal menjadi dua bagian atau lebih (Byrne, 2002; Troxsel,
2000). Tahap pertama ialah zigot dipacu untuk membelah secara in vitro di dalam
cawan petri atau tabung menjadi 2,4,8,16 atau sampai 32 sel. Kemudian dengan
menggunakan enzim protease, zona pelusida yang membungkus ke-16 atau ke-32 sel
tadi dihancurkan, sehingga sel-selnya satu sama lain terlepas. Kemudian tiap sel
dimasukkan ke dalam cawan petri dan dibungkus kembali oleh zona pelusida. Setelah
itu tiap sel akan membelah dan berkembang membentuk blastosit, dan dapat ditransfer
ke dalam uterus induk yang siap menerima implantasi blastosit. Blastosit akan
mengalami proses perkembangan berikutnya di dalam uterus induk (Suhana, 2002).
Pada embrio yang masih dini dilakukan separasi secara manual sehingga
menghasilkan sel-sel individu, yang selanjutnya akan membelah dan berkembang.
Embrio ini diimplantasikan pada inang subtitusi sampai cukup bulan dan kemudian
dilahirkan. Oleh karena embrio-embrio klon ini berasal dari zigot yang sama maka
mereka secara genetik identik ( Wangko & Kristianto, 2010). Metode embryo splitting
dapat dilihat pada gambar.1
Gambar. 1 Metode Embryo Spilitting atau Transfer Nukleus
Sumber: http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/kloning.html

2. Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT)


Cara ini agak berbeda dengan artificia embryo twinning tetapi memberi hasil
yang relatif sama yaitu salinan genetik yang sama. Materi nukleus dihilangkan dari
telur, kemudian nukleus sel somatis disisipkan ke dalam telur tersebut melalui
mikroinjeksi atau elektrofusi. Zigot yang terbentuk mempunyai potensi untuk
membelah menjadi blastosit yang apabila diimplantasikan ke dalam uterus induk
pengganti (surrogate mother) akan berkembang menjadi anak yang identik secara genetis
dengan donor nukleus (Wargasetia, 2002). SCNT bertujuan utama untuk menghasilkan
embrio yang akan diguna- kan pada riset, terutama riset sel punca. Sel- sel ini kemudian
dipanen untuk digunakan pada riset bioteknologi dengan harapan dapat diaplikasikan
bagi berbagai aspek yang menunjang kesejahteraan manusia, terma- suk aspek
kesehatan dan pengobatan (Wangko & Kristianto, 2010).. Menurut (Skrzyszowska &
Samiec, 2021) metode SCNT dapat menghasilkan dan memperbanyak hewan transgenik
yang berharga karena eksperesi gen yang dimodifikasi. Metode ini dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar. Metode Kloning Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT)
(sumber: Skrzyszowska & Samiec, 2021)
D. Stem Cell
Istilah stem cell atau sel punca diperkenalkan pertama kali oleh ahli histologi
asal Rusia, Alex Ander Maksimov (1874- 1928), pada kongres hematologi tahun
1908 di Berlin. Alex Ander Maksimov mengatakan bahwa didalam tubuh ada sel
induk yang membentuk sel sel darah. Pada tahun 1978 teori dari Alex Ander
Maksimov terbukti dengan ditemukannya sel punca di sumsum tulang belakang
manusia yang mempunyai kemampuan untuk membentuk seluruh jenis sel darah
yang ada dalam tubuh manusia ( Hartono, 2016).
Stem cell berasal dari kata Stem artinya batang dan cell berarti sel. Stem cell ( sel
punca) adalah sel yang menjadi awal mula dari pertumbuhan sel lain yang menyusun
keseluruhan tubuh organisme, termasuk manusia. Seperti batang pada pohon yang
menjadi tumpuan bagi pertumbuhan ranting dan daunnya, sel punca juga merupakan
awal dari pembentukan berbagai jenis sel penyusun tubuh ( Halim et al. 2010). Sel
punca merupakan sel dari embrio, fetus, atau sel dewasa yang mempunyai
kemampuan untuk memperbanyak diri sendiri dalam jangka waktu yang lama,
belum memiliki fungsi yang spesifik, dan mampu berdiferensasi menjadi tipe sel
tertentu yang membangun sistem jaringan dan organ dalam tubuh ( Rantam et al.
2009).
Padanan kata stem cell dalam bahasa Indonesia antara lain: sel punca, sel
induk, sel dasar, sel stem, sel tunas, sel promordial, dan sel batang. Hasil konsultasi
Komisi Bioetika Nasional (KBN) dengan Pusat Bahasa diusulkan bahwa istilah sel
punca atau sel batang sebagai padanan baku Bahasa Indonesia untuk stem cell.
Selanjutnya, KBN memilih sel punca sebagai padanan baku untuk stem cell dalam
Bahasa Indonesia ( Sunarso et al. 2007).

E. Karakteristik Stem cell atau sel punca


Sel punca memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi. Sebagian besar sel dalam tubuh
mempunyai bentuk dan fungsi yang tidak dapat diubah. Sebagai contoh, sel
saraf sudah berkembang sedemikian rupa sehingga mempunyai bentuk dan
fungsi yang khusus dan tidak dapat diubah bentuk dan fungsinya menjadi sel
lain. Sel punca mempunyai karakteristik yang berbeda dengan sel tubuh yang
sudah matang, sel punca merupakan sel yang berada pada stadium awal
perkembangan sel, belum mempunyai bentuk dan fungsi yang khusus. Sel punca
mampu berkembang (berdiferensiasi) menjadi sel yang lainnya. Dalam hal ini sel
punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf,
sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain (Hartono,2016).
2. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri. Sel punca
mempunyai kemampuan untuk dapat membuat salinan sel yang persis sama
dengan dirinya melalui pembelahan sel ( Alwi et al. 2012).

F. Jenis Stem Cell


Menurut ( Wobus et al. 2005) stem cell dapat dibedakan menjadi dua yaitu
berdasarkan kemampuan untuk berdiferensiasi stem cell atau sel punca dan berdasarkan
sumbernya. Berdasarkan kemampuan untuk berdiferensiasi stem cell atau sel punca dapat
dikelompok menjadi:
1) Totipotent. Sel punca yang mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi
menjadi semua jenis sel. Sel punca ini merupakan sel embrionik awal yang
masih mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel. Sel
punca jenis ini mempunyai kemampuan untuk membentuk satu individu
yang utuh. Adapun yang termasuk dalam sel punca dengan kemampuan
totipotent adalah zigot dan morula.
2) Pluripotent. Sel punca mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi 3
lapisan embrional, yaitu ektoderm, medoderm dan endoderm, tapi tidak dapat
menjadi jaringan ekstra embryonik seperti plasenta dan tali pusat. Adapun
yang termasuk sel punca pluripotent adalah sel pada innercell mass pada
stadium Blastocyst. embryonic sel punca yang didapat dari inner cell mass,
mempunyai kapasitas untuk berdiferensiasi secara in vitro menjadi semua sel
somatik.
3) Multipotent. Sel punca yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel.
Sebagai contoh, hemopoetic stem cell yang terdapat pada sumsum tulang
mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel darah
seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya neural stem cell mempunyai
kemampuan berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia. Pada jaringan
dewasa, sel punca multipotent terdapat pada jaringan dan organ untuk
menggantikan sel yang hilang atau terluka.
4) Unipotent. Sel punca yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel. Tetapi
berbeda dengan non-sel punca, sel punca unipotent mempunyai sifat dapat
memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self-renew).
Selain itu, berdasarkan sumbernya stem cell dapat dibedakan menjadi:
1. Embryonic stem cell. Sel punca ini berasal dari inner cell mass pada blastocyst
(stadium embrio yang terdiri dari 50 – 150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca
pembuahan). Embryonic sel punca biasanya didapatkan dari sisa embrio yang
tidak terpakai pada IVF (in vitro fertilization). Penelitian dengan menggunakan
embryonic sel punca masih terbatas karena isu etik Tapi saat ini telah
dikembangkan teknik pengambilan embryonic stem cell yang tidak membahayakan
embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan
hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etik terhadap embryonic stem cell.
Embryonic stem cell dapat dilihat pada gambar.
Gambar. 2 Embryionic stem cell
(Sumber: Mustikanigtyas et al. 2013)

Teknologi yang dapat membantu penyediaan embryonic stem cell khusus bila
penggunaan blastosis adalah somatic cell nuclear transfer (SCNT) atau transfer inti atau
sering disebut dengan istilah kloning (Atmosukarto, 2005). Transfer inti sel adalah
kemampuan embrio tanpa melewati fertilisasi. Pertama, sel telur dikeluarkan inti selnya
dan inti selnya diganti dengan intis sel donor. Inti sel donor berasal dari sel yang berbeda
jenisnya. Transfer inti pada stem cell dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar. 3 Transfer inti pada stem cell
( Sumber: Atmosukarto, 2005)

2. Adult stem cell. Diambil dari jaringan dewasa, antara lain dari sumsum tulang yakni
hematopoietic stem cell. Selain dari darah tali pusat dan dari sumsum
tulang, hematopoietic stem cell dapat diperoleh juga dari darah tepi. Stromal stem
cell atau disebut juga stem cell. Jaringan lain pada dewasa seperti pada: susunan
saraf pusat, adiposit (jaringan lemak), otot rangka dan pankreas. Adul stem cell
dapat dilihat pada gambar.2

Gambar. 2 Embryionic stem cell


(Sumber: Mustikanigtyas et al. 2013)
Adult stem cell adalah stem cell yang ditemukan diantara sel yang telah
berdiferensiasi (Mustikanigtyas et al. 2013). Adult stem cell mempunyai sifat plastis,
artinya selain berdiferensiasi menjadi sel yang sesuai dengan jaringan asalnya, adult
stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain. Misalnya: neural stem
cell dapat berubah menjadi sel darah, atau stromal stem cell dari sumsum tulang
dapat berubah menjadi sel otot jantung, dan sebagainya ( Saputra et al. 2006; Widowati
et al. 2013).

G. Sumber Stem Cell


Menurut ( Alwi, 2012) sel punca atau stem cell terbagi menjadi:
1. Sel punca embrionik berasal dari inner cell mass dari blastocysts, dapat berproliferasi
tak terbatas dan pluripoten.
2. Sel punca dari darah tali pusat ( umbilical cord blood) dan jaringan plasenta.
3. Sel punca dewasa multipoten dan paling banyak digunakan yaitu a) sel mononuklear
sumsum tulang yang mencakup sel punca masenkimal < 0.01%; sel progenitor
endotelial 1-2 %; sel punca hematopoitik, b) skeletal myoblasts dan adiposa tissue SCs
dan Peripheral blood SCs.7
Adult and Embryonic Stem cell (SCs) sangat baik digunakan untuk pengobatan
regeneratif, perbaikan jaringan dan terapi gen (Ivanova et al. 2012). Sel punca
hematopoietik (HSC) telah dipelajari secara ekstensif dan berfungsi sebagai model
prototipe untuk menentukan sifat biologis umum SC mamalia. Tahap perkembangan yang
berbeda dari hierarki hematopoietik dapat diidentifikasi dan diatur dalam hierarki pohon
yang dimulai dengan HSC fungsional jangka panjang (LT).
H. Sel Berkarakter Seperti Stem Cell ( Sel Punca)
Sel dengan karakter seperti sel punca adalah sekelompok sel matur yang
mendapatkan potensi seperti dengan sel punca embrionik, baik akibat rekayasa
molekuler (reprogramming) dan atau proses mutasi genetik ( Saputra, 2019). Secara
genetik sekuen DNA sel target (sel seperti sel punca) mengalami perubahan mutasi.
Lebih lanjut sel dengan karakteristik seperti sel punca dapat diklasifikasi menjadi 2
kelompok besar yaitu
1. Induce pluripotens stem cell (iPS) adalah sel punca embrionik pluripoten yang
diperoleh dari rekayasa sel matur melalui induksi faktor transkripsi
pluripoten Oct4, Sox2, Klf4 dan Nanog via lentivirus sebagai mediator
pembawa ( Saputra, 2019). Klon iPS merupakan bagian dari teknik rekayasa
molekuler berupa reprogramming yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
Teknik ini ditemukan Mr. Yamanaka yang memungkinkan induki sel matur
berubah menjadi sel punca embrionik, sehingga iPS memiliki potensi
pluripoten dan memperbaharui diri. Reprogramming iPS dijelaskan dalam
gambar.3

Gambar.3 iPS Cells


Sumber: (Saputra, 2019)

Sel matur yang diinduksi faktor transkripsi Oct4, Sox2, Klf4 dan Nanog
via lentivirus menyebabkan perubahan fenotip sel matur menjadi sel
embrionik pluripoten, dikenal sebagai iPS. Sel iPS ini mampu
berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germinal (ektoderm, mesoderm dan
endoderm), disamping memperbaharui diri.
2. Sel punca kanker (SPK)
Sel punca kanker adalah subpopulasi sel kanker dalam suatu tumor dengan
karakter seperti sel punca yaitu mampu memperbaharui diri dan
berdiferensiasi menjadi berbagai sel tumor. SPK terjadi akibat mutasi genetik
dan atau proses epigenetik, baik pada sel punca, sel progenitor dan atau sel
matur. Perubahan niche yang drastis, terutama inflamasi berperan penting dalam
memunculkan klon SPK ( Saputra, 2019). Secara rinci dapat dilihat pada
gambar.4
Gambar.4 Sel Punca Kanker
(Sumber: Saputar, 2019)

SPK terbentuk akibat paparan mutagen pada sel punca/sel progenitor/sel


matur yang menyebabkan perubahan struktur DNA (mutasi) yang diperkuat
dengan niche yang berubah akaibat proses epigenetik. Paparan kembali
mutagen dan proses epigenetik akan memicu kemunculan klon SPK baru
yang dapat menghasilkan turunan sel kanker yang heterogen dan resisten.
Proses smoldering inflamasi (inflamasi masif) paska pemberian radio-
kemoterapi menyebabkan perubahan drastis pada nichesel tumor yang dapat
memicu polarisasi makrofag menjadi tipe- 2, dikenal sebagai tumor
associated macrophage (TAM) yang dapat melepas growth factor untuk
memicu SPK baru.

I. Konsep Niche
Konsep niche terkait dengan lingkungan mikroseluler dan yang ikut menentukan
arah nasib suatu sel. Niche dapat berupa sel dengan berbagai macam tipe maupun
matrik ektraseluler. yang saling berinteraksi menuju keadaan homeostatis. Niche juga
ikut mempengaruhi status stemness sel punca. Niche sel punca adalah lingkungan
mikroseluler sekitar sel punca yang saling berinteraksi dan ikut menentukan arah nasib
suatu sel punca ( Saputra, 2019). Secara spesifik mengubah niche berkorelasi dengan
perubahan epigenetik yang berimplikasi pada perubahan pola perilaku sel punca, apakah
didorong memasuki tahapan diferensiasi, pembaharuan diri, proliferasi dan atau
apopotosis.
Struktur niche sel punca terdiri dari:
1. Komponen sel, yaitu sel radang, sel mesenkimal dan sel endotel.
2. Matriks ekstraseluler.
Kedua komponen ini nya saling berinteraksi dengan melepas soluble molecule
sehingga dapat mengubah ekspresi gen sel target.
Niche dalam sel punca memiliki peranan sebagai berikut:
a) Mendorong polarisasi sel punca
Niche berperan sentral dalam mendorong arah polarisasi suatu sel punca, apakah
menuju pembelahan simetris dan atau asimetris. Sisi lain polarisasi sel punca
juga dapat mempengaruhi aktivitas parakrin sel punca. Hal ini terlihat dengan adanya
polarisasi sel punca menjadi tipe-1 dan tipe-2 tergantung pada paparan molekul
inflamasi yang dilepas niche.
b) Mempengaruhi status sel punca
Niche ikut mempengaruhi status sel punca aktif kembali menuju keadaan
quiescence (tidak aktif) ketika nichesel punca berangsur menjadi normal.
Keadaan ini menyebabkan sel punca keluar siklus sel dan kembali memasuki fase
G0 (inaktif) untuk jangka waktu tertentu. Sekalipun demikian status quiescence sel
punca ini adalah reversibel sehingga sel punca dapat kembali memasuki putaran siklus
dan menjadi aktif ketika mendapat stimulasi soluble molecule tertentu yang
dilepas niche. Sisi lain status quiescence juga dapat berubah menjadi senescence
yang bersifat ireversibel ketika terjadi stress intraseluler yang kuat pada niche dan
berlangsung lama. Perubahan niche dalam polariasi sel punca terdapat dalam
gambar.5

Gambar.5 Perubahan Niche Terhadap Polarisasi Sel Punca


Sumber: (Saputra, 2019)

J. Pemanfaatan Sumber Stem cell


Perusahaan Singapore Cordilife menawarkan jasa penyimpanan umbilical cord
blood (UCB) untuk keperluan tranplantasi. Transplantasi UCB dikatakan mampu
menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti penyakit darah, penyakit autoimun yang
disebabkan oleh penurunan sistem kekebalan tubuh (Atmosukarto, 2005). Keuntungan
penggunaan UCB adalah tidak akan menimbulkan penolakan oleh sistem imunitas pasien
mengingat sumber stem cell adalah UCB itu sendiri. UCB sangat kaya akan hemapoietic
stem cell ( stem cell yang akan menghasilkan berbagai jenis sel darah) sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan kelainan darah.
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kloning adalah proses untuk menghasilkan populasi individu yang identik secara
genetik, yang terjadi di dalam alam ketika organisme seperti bakteri, insekta, atau
tumbuhan bereproduksi secara aseksual.
2. Macam-Macam kloning:
a. Kloning embrio
b. Kloning DNA dewasa
c. Kloning terapi
3. Stem cell adalah sel yang menjadi awal mula dari pertumbuhan sel lain yang
menyusun keseluruhan tubuh organisme, termasuk manusia. Seperti batang pada
pohon yang menjadi tumpuan bagi pertumbuhan ranting dan daunnya, sel punca juga
merupakan awal dari pembentukan berbagai jenis sel penyusun tubuh.
4. Jenis stem cell
Berdasarkan kemampuan diferensiasi stem cell terdiri dari:
a. Totipotent.
b. Multipotent
c. Unipotent
d. Pluripotent
Berdasarkan sumbernya stem cell terdiri dari:
a. Embryonic stem cell
b. Adult stem cell
DAFTAR PUSTAKA

Alwi,I. 2012. Perkembangan Terapi Sel Punca(Stem Cell) Pada Penyakit Jantung:
Masa Kini Dan Harapan Masa Depan. Medica Hospitalia 1 (2):71-79
Atmosukarto, Ines. 2005. Penelitian Berbasis Stem Cell: Harapan dan Kontroversi. Biotrent.
1(1): 13-16
Byrne, J.A. & Gurdon, J.B. 2002. Commentary on human cloning. Differentiation 69:154-
157.
Fauziah, Yulia. 2021. Repriduksi Kloning Ditinjau dari Etika dan Hukum: 162-175.
Hartono, Budiman.2016. Sel Punca : Karakteristik, Potensi dan Aplikasinya. Jurnal
Kedokteran Meditek. 22 (60): 72-75
Putra, Agung. 2019. Molekuler Stem Cell :Semarang : Unissla Press
Rantam FA, Ferdiansyah, Nasronudin, Purwati. 2009. Stem Cell Exploration
Method Of Isolation And Culture.
Saputra, V. 2006. Dasar-dasar stem cell dan potensi aplikasinya dalam ilmu
kedokteran. Cermin Dunia Kedokteran (53): 21-25
Skrzyszowska, Maria & Marcin Samiec. 2021. Generating Cloned Goats by Somatic Cell
Nuclear Transfer—Molecular Determinants and Application to Transgenics and
Biomedicine.International Journal of Moleculer Sciences. 22 (7490): 1-15
Wangko, Sunni & Erwin Kristianto. 2010. Kloning Manfaat Versus Masalah. Jurnal
Biomedik. 2(2) : 89-94

Anda mungkin juga menyukai