Anda di halaman 1dari 1

STUDI KASUS PENENTUAN LOKASI BANJIR

(i). LATAR BELAKANG


Berdasarkan data yang tercatat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan
kejadian banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia. Potensi terjadinya
banjir dipengaruhi oleh faktor topografi, hidrometeorologi, geologi, tanah dan aktivitas manusia
(Maidment, 1992). Faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Sedangkan, Topografi
merupakan salah satu kontrol penting dalam distribusi spasial kondisi hidrologi (Sorensen dkk.,
2006). Perbedaan kondisi topografi akan mempengaruhi respon terhadap hujan yang jatuh di suatu
daerah (Diakakis, 2011). Banjir merupakan kejadian hidrologi yang juga berhubungan dengan
faktor topografi. Kejadian banjir berasosiasi dengan topografi tertentu. Sebagian besar kejadian
banjir terjadi pada topografi datar, landai dan cekungan.

(ii). METODOLOGI
Penentuan area/lokasi terjadinya banjir menggunakan metode Topographic Wetness Index (TWI).
TWI menilai efek topografi lokal terhadap runoff yang dihasilkan (Wilson and Gallant, 2000).
Penilaian TWI dapat digunakan secara luas dalam pemodelan proses hidrologi, proses biologi,
pola vegetasi dan kehutanan (Sorensen dkk., 2006). Panduan perhitungan TWI mengacu pada
penelitian Nucifera dan Putro (2017) dan Putra dan Wisyanto (2016).

(iii). DATA DAN SKENARIO


Data-data yang digunakan:
1) Data DEM,
2) Batas administrasi.

Skenario yang dilakukan adalah


A. DEM dari citra ASTER (USGS) dengan resolusi 10 meter.
B. DEM dari BIG.

(iv). LANGKAH PEMODELAN GEOSPASIAL


1) Menentukan langkah kerja (diagram alir yang akan dilakukan).
2) Mengolah masing-masing data/parameter kajian.
3) Menghitung dan memetakan area penentuan lokasi banjir.
4) Menganalisa hasil pemetaan dan saran apa yang bisa diberikan pada pemerintah setempat.

Anda mungkin juga menyukai