A. Pengertian
Transfusi darah merupakan salah satu bentuk transplantasi dimana seluruh atau sebagian
komponen darah seseorang diberikan kepada orang lain yang dilakukan untuk mempertahankan
kemampuan darah membawa oksigen ke jaringan, mencegah kekurangan cairan. Transfusi darah
hanya dilakukan atas dasar indikasi dan kedaruratan, jika dilakukan secara tidak tepat dan tidak
rasional dapat menimbulkan berbagai akibat yang fatal. Transfusi darah dapat berupa darah utuh dan
komponen darah saja. Untuk pemisahan komponen darah dibutuhkan alat Mesin Aferesis, dimana di
daerah kita belum tersedia karena membutuhkan banyak hal yang kompleks, sehingga komponen
darah yang bisa dilakukan adalah sel darah merah (Pack Red Cell) sedangkan untuk transfusi
trombosit, harus diambil dari beberapa orang, padahal kalau dialkukan dengan mesin aferesis hanya
dibutuhkan 1 orang saja sehingga kemungkinan reaksi transfusi darah lebih kurang. Transfusi darah
dapat merangsang kekebalan tubuh dan efek lain pada pasien.
Reaksi transfusi adalah semua kejadian ikutan yang terjadi karena transfusi darah. Setiap respon
negatif terhadap komponen transfusi darah dianggap sebagai reaksi transfusi. Kebanyakan reaksi
transfusi terjadi dalam waktu 15 menit di awal pemberian transfusi karena itu pemantauan ketat
tanda-tanda dan status vital dapat mencegah reaksi yang lebih parah. Reaksi transfusi membutuhkan
pengenalan gejala yang cepat, penyelidikan laboratorium, dan manajemen klinis. Jika diduga terjadi
reaksi transfusi selama pemberian darah, penanganan pertama yang paling aman adalah
menghentikan transfusi dan menjaga jalur intravena terbuka dengan infus cairan natrium klorida 0,9%
(normal saline). Sebelum dilakukan transfuse, informasi pada label darah dan identitas pasien harus
disesuaikan, hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa unit darah diberikan kepada pasien tepat.
Secara umum reaksi transfusi dapat dibagi dalam beberapa cara, yaitu menurut jenis dan waktu
terjadinya. Berdasarkan jenisnya, reaksi transfusi dibagi menjadi 1). reaksi imunologi dan reaksi non
imunologi, 2). reaksi infeksius dan non infeksius. Berdasarkan waktu terjadinya, reaksi transfusi
dibedakan menjadi reaksi akut dan reaksi lambat.
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah transfusi, reaksi
lambat terjadi antara 24 jam sampai 2 minggu setelah transfusi. Kebanyakan reaksi terjadi pada awal
atau selama transfusi.
B. Indikasi pemberian transfusi darah
Lima indikasi umum transfusi darah:
Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah hilang dan perdarahan masih terus
terjadi.
Anemia berat
Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai
tambahan dari pemberian antibiotik)
Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan, karena komponen darah
spesifik yang lain tidak ada
Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat.
Golongan darah donor sama dengan golongan darah resipien dan nama anak serta nomornya
tercantum pada label dan formulir (pada kasus gawat darurat, kurangi risiko terjadinya
ketidakcocokan atau reaksi transfusi dengan melakukan uji silang golongan darah spesifik atau
beri darah golongan O bila tersedia)
Kantung darah transfusi tidak bocor
Kantung darah tidak berada di luar lemari es lebih dari 2 jam, warna plasma darah tidak merah
jambu atau bergumpal dan sel darah merah tidak terlihat keunguan atau hitam
Tanda gagal jantung. Jika ada, beri furosemid 1mg/kgBB IV saat awal transfusi darah pada anak
yang sirkulasi darahnya normal. Jangan menyuntik ke dalam kantung darah.
Lakukan pencatatan awal tentang suhu badan, frekuensi napas dan denyut nadi anak.
Jumlah awal darah yang ditransfusikan harus sebanyak 20 ml/kgBB darah utuh, yang diberikan
selama 3-4 jam.
Selama transfusi
Jika tersedia, gunakan alat infus yang dapat mengatur laju transfusi (lihat gambar)
Periksa apakah darah mengalir pada laju yang tepat
Lihat tanda reaksi transfusi (lihat di bawah), terutama pada 15 menit pertama transfusi
Catat keadaan umum anak, suhu badan, denyut nadi dan frekuensi napas setiap 30 menit
Catat waktu permulaan dan akhir transfusi dan berbagai reaksi yang timbul.
Setelah transfusi
Nilai kembali anak. Jika diperlukan tambahan darah, jumlah yang sama harus ditransfusikan dan
dosis furosemid (jika diberikan) diulangi kembali.
Lambatkan transfusi
Beri klorfenamin 0.1 mg/kgBB IM, jika tersedia
Teruskan transfusi dengan kecepatan normal jika tidak terjadi perburukan gejala setelah 30 menit
Jika gejala menetap, tangani sebagai reaksi hipersensitivitas sedang (lihat bawah).
Urtikaria berat
Kulit kemerahan (flushing)
Demam > 38°C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
Menggigil
Gelisah
Peningkatan detak jantung.
Tatalaksana:
Stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
Beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfenamin 0.25 mg/kgBB IM, jika tersedia
Beri bronkodilator, jika terdapat wheezing (lihat halaman 100-102)
Kirim ke bank darah: perlengkapan bekas transfusi darah, sampel darah dari
tempat tusukan lain dan sampel urin yang terkumpul dalam waktu 24 jam
Jika terjadi perbaikan, mulai kembali transfusi secara perlahan dengan
darah baru dan amati dengan seksama
Jika tidak terjadi perbaikan dalam waktu 15 menit, tangani sebagai reaksi
yang mengancam jiwa (lihat bagian bawah) dan laporkan ke dokter jaga
dan bank darah.
Reaksi yang mengancam jiwa (karena hemolisis, kontaminasi bakteri dan syok septik, kelebihan cairan
atau anafilaksis)
Tanda dan gejala:
demam > 380 C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
menggigil
gelisah
peningkatan detak jantung
napas cepat
urin yang berwarna hitam/gelap (hemoglobinuria)
perdarahan yang tidak jelas penyebabnya
bingung
gangguan kesadaran.
Catatan: pada anak yang tidak sadar, perdarahan yang tidak terkontrol atau syok mungkin merupakan
tanda satu-satunya reaksi yang mengancan jiwa.
Tatalaksana
stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
jaga jalan napas anak dan beri oksigen
beri epinefrin 0.01 mg/kgBB (setara dengan 0.1 ml dari 1 dalam larutan 10 000)
tangani syok beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfeniramin 0.25 mg/kgBB IM, jika tersedia
beri bronkodilator jika terjadi wheezing lapor kepada dokter jaga dan laboratorium sesegera
mungkin
jaga aliran darah ke ginjal dengan memberikan furosemid 1 mg/kgBB IV
beri antibiotik untuk septisemia
1. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen (transfusi darah dapat meningkatkan
kadar Hb dalam darah, fungsi dari Hb adalah mengangkut oksigen)
2. Memperbaiki volume darah tubuh.
3. Memperbaiki kekebalan dalam tubuh. Pemberian transfusi darah dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh kita, hal ini karena dalam darah mempunyain komponen leukosit yang berperan
sebagai makrofag (pemakan antigen atau zat asing)
4. Memperbaiki masalah pembekuan. Pemberian transfusi dapat meningkatkan fungsi trombosit
yang berperan penting dalam pembekuan darah, sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan.