BAB I
PENDAHULUAN
Dunia perumahsakitan pada saat sekarang mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik jumlah rumah sakit yang
semakin bertambah banyak, peralatan kedokteran yang digunakan rumah sakit semakin canggih, juga kualitas
layanan rumah sakit yang semakin tinggi dengan tarif bersaing. Hal ini memberikan kesempatan dan kebebasan
pasien untuk menentukan pilihan mereka terhadap rumah sakit yang akan mereka manfaatkan, sehingga rumah sakit
yang memberikan layanan terbaik yang akan mereka pilih.
Kebijakan Pemerintah pada sektor kesehatan pada saat ini juga semakin baik, terutama kebijakan bahwa seluruh
rumah sakit harus terakreditasi dimana ada penekanan bahwa seluruh layanan rumah sakit harus berfokus pada
pasien. Oleh karenanya rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu layanan untuk memenuhi kebijakan tersebut.
Di samping itu perubahan faktor lingkungan yang dinamis dari waktu ke waktu mengharuskan rumah sakit
melakukan penyesuaian untuk menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi, seperti tingkat pendidikan masyarakat
yang makin baik sehingga mereka makin kritis terhadap mutu layanan rumahsakit, tingkat sosial ekonomi yang
makin baik juga menyebabkan mereka akan memilih rumahsakit dengan mutu layanan terbaik. Akibatnya rumah
sakit dituntut untuk memberikan mutu layanan terbaiknya agar bisa memenangkan persaingan serta memenuhi
kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan Nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau. Selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan
dan keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakatpun mulai berubah.
Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu termasuk
pelayanan kesehatan. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan rumah sakit maka
fungsi pelayanan Rumah Sakit Tiara Sella secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan
efisien serta memberi kepuasan kepada pasien, keluarga maupun masyarakat.
Agar upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Tiara Sella dapat seperti yang diharapkan, maka dibentuk
suatu struktur di Rumah Sakit yang bertugas mengelola Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit Tiara Sella yang berada langsung di bawah Direktur Rumah Sakit. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Tiara Sella bertugas dalam merencanakan dan mengkoordinir seluruh program kegiatan peningkatan mutu pelayanan
dan keselamatan pasien rumah sakit melalui upaya peningkatanmutu pelayanan Rumah Sakit Tiara Sella. Dalam
rangka kelancaran kegiatan dan pengorganisasiannya maka perlu disusun Pedoman Pengorganisasian Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Tiara Sella. Dalam buku pedoman ini diuraikan tentang gambaran umum Rumah
Sakit Tiara Sella dan secara khusus tata pengorganisasian Komite komite keselamatan pasien.
A. LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
dari Tujuan Nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau.
Pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu itu sendiri merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
diperlukan setiap orang, termasuk pelayanan di rumah sakit. Pendekatan mutu yang ada saat ini berorientasi pada
kepuasan pelanggan atau pasien. Salah satu faktor kunci sukses pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah dengan
mengembangkan mutu pelayanan klinis sebagai inti pelayanan (Wijono, 2000).
Selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka
sistem nilai dan orientasi dalam masyarakatpun mulai berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan
umum yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu termasuk pelayanan kesehatan. Dengan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan Rumah Sakit maka fungsi pelayanan Rumah Sakit
Umum Tiara Sella secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta memberi
kepuasan kepada pasien, keluarga maupun masyarakat.
Agar upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Tiara Sella dapat seperti yang diharapkan maka perlu
disusun Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Tiara Sella. Buku panduan tersebut
merupakan konsep dan program peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Tiara Sella yang disusun sebagai
acuan bagi pengelola Rumah Sakit Tiara Sella dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah
Sakit. Dalam buku panduan ini diuraikan tentang prinsip upaya peningkatan mutu, langkah-langkah
pelaksanaannya dan dilengkapi dengan indikator mutu.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Surat Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
C. LANDASAN PERATURAN
Landasan peraturan Peningkatan mutu dan keselamatan rumah sakit di Rumah Sakit Tiara Sella adalah:
1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan no 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien
3. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu tahun 1994
4. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit tahun 2007
5. Panduan Nasional Keselamatan Pasien edisi 2 tahun 2008
6. Pedoman Pelaporan Insiden keselamatan Pasien edisi 2 tahun 2008
D. TUJUAN
Tujuan Umum:
Sebagai pedoman pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RS.
Tujuan Khusus :
1. Sebagai pedoman dalam pelayanan Komite Mutu sehingga lebih terprosedur.
2. Sebagai acuan pelaksanaan sistem monitoring pelayanan rumah sakit melalui indikator
mutu pelayanan rumah sakit.
3. Sebagai acuan monitoring dan evaluasi mutu serta sasaran keselamatan pasien di rumah sakit
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT TIARA SELLA
C. MANAJEMEN
Hospital By Law : Ada
1 Status Rumah Sakit
Medical Staf By Law : Ada
Dokter : Ada
2 Perjanjian Pegawai Lain : Ada
Pemasok : Ada
Rencana Tahunan : Ada
3 Restra
Bussinees Plan : Ada
Keuangan : Ada
4 SIM (Berbasis IT)
Rekam Medik : Ada
Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Tiara Sella juga dilengkapi dengan fasilitas
penunjang seperti laboratorium 24 jam, apotik 24 jam, radiologi, fisioterapi, kamar operasi, fasilitas medical
check up, kamar jenazah, pelayanan gizi, dan sistem informasi manajemen rumah sakit.
Kebijakan umum Rumah Sakit Tiara Sella adalah setiap pasien yang datang dilayani kebutuhannya secara
tuntas dengan menyediakan keperluan perawatan dan pengobatan pasien, baik obat maupun alat yang
diperlukan,tanpa memberi resep yang harus dibeli oleh pasien tanpa uang muka. Semua baru dibayar oleh
pasien setelah pasien siap pulang.
BAB III
VISI, MISI, MOTTO, DAN TUJUAN RUMAH SAKIT TIARA SELLA
A. VISI
Menjadi Rumah Sakit pilihan dengan kualitas pelayanan dan fasilitas terbaik di provinsi Bengkulu.
B. MISI
1. Menyediakan pelayanan dan fasilitas kesehatan dengan mengutamakan kendali mutu dan keselamatan
pasien.
2. Menekan angka kematian dan meningkatkan harapan hidup masyarakat.
3. Menciptakan kesejahteraan sosial dan pengembangan karir bagi karyawan
4. Mengaplikasikan tata kelola perusahaan yang baik, serta mencapai pertumbuhan perusahaan yang stabil.
C. MOTTO
Memberikan Pelayanan Terbaik Dengan Sepenuh Hati (We deliver the best health services with hearts).
D. TUJUAN
1. Memperoleh sertifikasi standar mutu rumah sakit nasional yang terakreditasi
2. Menjadi rumah sakit pilihan pertama bagi masyarakat, perusahaan swasta, maupun asuransi di Provinsi
Bengkulu
3. Mencapai rata-rata Bed Occupancy Rate diatas 80%
4. Memiliki sumber daya manusia yang kompeten melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT TIARA SELLA
Struktur organisasi Rumah Sakit Tiara Sella disusun oleh Direktur dan disetujui oleh PT. Graha Bernoza.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Tiara Sella Nomor 266/KEP/GB/RSTS/II/2019 Penetapan
Struktur Organisasi Rumah Sakit Tiara Sella pada tanggal 01 Februari 2019 dengan rincian sebagai berikut :
Direktur
Komite Medis
Komite Keperawatan
Komite PPI
Komite PMKP
Satuan Pengawas Internal
Komite Etik dan Hukum
Laundry
Security
KETERANGAN / PENGERTRIAN
a. Unit Struktural
1. Direktur Adalah kepala atau pejabat tertinggi di Rumah Sakit Tiara Sella
2. Kepala Bagian adalah pejabat yang membantu Direktur dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sesuai dengan bidang masing- masing, yaitu :
Kepala Bagian Pelayanan Medis dan Keperawatan : membantu direktur dalam bidang pelayanan medis dan
keperawatan
Kepala Bagian Umum dan Keuangan : membantu direktur dalam bidang umum dan keuangan
3. Kepala Bidang adalah pejabat yang membantu Direktur dalam pelaksanaan satu atau lebih macam pelayanan
rumah sakit, yaitu :
Kepala Bidang Pelayanan dan mutu
Kepala Bidang Keperawatan
Kepala Bidang Umum dan Penunjang Non Medis
Kepala Bidang Keuangan
4. Unit Kerja Adalah suatu wadah struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi dan memiliki fungsi tertentu
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rumah sakit baik berfungsi pelayanan maupun pendukung
operasional rumah sakit. Unit Kerja di Rumah Sakit Tiara Sella berada dibawah tanggung jawab Kepala
Bagian Pelayanan Medis dan Keperawatan dan Kepala Bagian Umum Keuangan. Berikut adalah daftar Unit
Kerja yang berupa instalasi :
Instalasi Rawat Jalan.
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Gawat Darurat.
Instalasi Kamar Operasi dan CSSD
Instalasi Farmasi
Instalasi Fisioterapi
Instalasi Laboratorium.
Instalasi Rekam Medis
Instalasi Radiologi.
Instalasi MCU
Instalasi Gizi
Daftar unit kerja lainnya :
pelayanan keperawatan
pengembangan mutu keperawatan
laundry
kesling dan K3
Keamanan
IPRS
Cleaning service
Humas dan kepatuhan
Kepegawaian
Pengadaan
Pemasaran dan kerjasama
Akuntansi dan perpajakan
Administrasi Ranap
Kasir
Piutang BPJS
Piutang Non BPJS
Bagan struktur organisasi Rumah Sakit Tiara Sella dan kedudukan Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien (PMKP) dapat digambarkan sebagai berikut. Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
yang berada langsung dibawah Direktur.
Komite PMKP Rumah Sakit Tiara Sella bertugas dalam merencanakan dan mengkoordinir seluruh program
kegiatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien Rumah Sakit melalui upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah
Sakit Tiara Sella
Struktur organisasi Komite PMKP terdiri dari Ketua Komite, Sekretaris, subkomite peningkatan mutu dan
subkomite keselamatan pasien , dimana dimana anggotanya terdiri dari unsure-unsur medis dan non medis.
KETUA
dr. EKA RULI SAFITRI
SEKRETARIS
HERYON IZWANTO, S.Kep, Ns.
Struktur organisasi Komite PMKP terdiri dari Ketua Komite, wakil ketua, sekretaris, konsultan hukum dan
anggota, dimana anggotanya terdiri dari unsur-unsur medis dan non-medis.
a. Komite PMKP
Uraian Tugas
a) Sebagai motor penggerak penyusunan program PMKP rumah sakit
b) Melakukan monitoring dan memandu penerapan program PMKP di unit kerja
c) Membantu dan melakukan koordinasi dengan pimpinan unit pelayanan dalam memilih prioritas perbaikan,
pengukuran mutu/indicator mutu, dan menindaklanjuti hasil capaian indicator
d) Melakukan koordinasi dan melakukan pengorganisasian pemilihan prioritas program ditingkat unit kerja
serta menggabungkan menjadi prioritas rumah sakit secara keseluruhan. Prioritas program rumah sakit ini
haru terorganisasi dengan baik dalam pelaksanaannya.
e) Menetukan profil indicator mutu, metode analisis, dan validasi data dari data indicator mutu yang
dikumpulkan dari seluruh unitkerja di rumah sakit
f) Menyusun formulir untuk mengumpulkan data, menentukan jenis data, serta bagaimana alur data dan
pelaporan dilaksanakan
g) Menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak terkait serta menyampaikan masalah terkait pelaksanaan
program mutu dan keselamatan pasien
h) Terlibat secara penuh dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan PMKP
i) Bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan masalah-masalah mutu secara rutin kepada semua staf
j) Menyusun regulasi terkait dengan pengawasan dan penerapan program PMKP.
Wewenang
1. Mengelola tim manajemen resiko RS
2. Melakukan pengawasan dan melaksanakan manajemen resiko di seluruh unit kerja rumah sakit
3. Member masukan dan rekomendasi kepada direktur rumah sakit dengan tugas kegiatan manajemen resiko
Tanggung Jawab
1. Terlaksananya program manajemen resiko rumah sakit
2. Terpenuhinya prosedur-prosedur pelaksanaan dan layanan yang menjamin pelaksanaan resiko di rumah sakit
3. Terkendalinya kondisi-kondisi yang berpotensi membahayakan pasien, staf, maupun pengunjung serta
mendukung pelaksanaan manajemen resiko di rumah sakit
4. Terjaga komitmen karyawan terhadap manajemen resiko.
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA
11. Farmasi
Komite PMKP memiliki hubungan kerja dengan farmasi terkait pencatatan dan pelaporan indikator mutu
pelayanan dan keselamatan pasien (pengisian sensus harian).
12. Rekam medis
Komite PMKP memiliki hubungan kerja dengan Rekam Medis terkait pencatatan dan pelaporan indikator mutu
pelayanan dan keselamatan pasien (pengisian sensus harian).
13. Rehabilitasi Medik
Komite PMKP memiliki hubungan kerja dengan Rehabilitasi medik terkait pencatatan dan pelaporan indikator
mutu pelayanan dankeselamatan pasien (pengisian sensus harian)
14. Unit Gizi
Komite PMKP memiliki hubungan kerja dengan Gizi terkait pencatatan dan pelaporan indikator mutu pelayanan
dan keselamatan pasien (pengisian sensus harian).
15. ICU
Komite PMKP memiliki hubungan kerja dengan IPI terkait pencatatan dan pelaporan indicator mutu pelayanan
dan keselamatan pasien (pengisian sensus harian)
16. UGD
Komite PMKP memiliki hubungan kerja dengan IGD terkait pencatatan dan pelaporan indikator mutu pelayanan
dan keselamatan pasien /pengisian sensus harian2.
17. Unit Rawat Jalan
Komite PMKP memiliki hubungan kerja dengan IRJ terkait pencatatan dan pelaporan indikator mutu pelayanan
dan keselamatan pasien /pengisian sensus harian
18. Rawat Inap
Komite PMKP memiliki hubungan kerja dengan IRNA terkait pencatatan dan pelaporan indikator mutu
pelayanan dan keselamatan pasien (pengisian sensus harian)
19. Kamar Operasi
Komite PMKP memiliki hubungan kerja dengan IBS terkait pencatatan dan pelaporan indikator mutu pelayanan
dan keselamatan pasien /pengisian sensus harian.
20. SPI
Komite PMKP memiliki hubungan kerja dengan SPI terkait pencatatan dan pelaporan indikator mutu pelayanan
dan keselamatan pasien (pengisian sensus harian).
21. Komite Medis (sub komite mutu profesi)
Komite PMKP memiliki hubungan kerja dengan sub komite mutu profesi (komite medis) terkait dengan
penilaian kinerja profesi medis penyusunan, pelaporan serta monitoring dan evaluasi PPK, clinical pathway dan
atau protokol klinik.
Kualifikasi personil komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) RS Tiara Sella. Ketenagaan Komite
peningkatan mutu dan keselamatan pasien terdiri dari:
1. Ketua Komite PMKP
Kualifikasi ketua Komite PMKP adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan formal :Dokter/S 1 Tenaga Kesehatan.
b. Pendidikan non formal/pelatihan yaitu pelatihan PMKP,PPI, manajemen resiko, patient safety.
c. Memiliki bakat dan minat, berdedikasi tinggi dan dapat bersosialisasi dengan baik dan professional
d. Mempunyai integritas dan loyalitas yang tinggi.
2. Sekretaris Komite PMKP
Kualifikasi sekretaris Komite PMKP adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan formal berijazah D3 Kesehatan.
b. Pendidikan non formal/pelatihan PPI, Mutu Pelayanan, patient safety.
c. Memiliki bakat dan minat, berdedikasi tinggi dan dapat bersosialisasi dengan baik dan professional
d. Berbadan sehat jasmani dan rohani.
3. Anggota Komite PMKP
Kualifikasi anggota Komite PMKP adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan formal berijazah S1 atau D3 atau persamaannya dalam bidangnya masing-masing.
b. Pendidikan non formal/pelatihan yaitu pelatihan PPI/Patient Sefty/K3RS/Mutu Pelayanan RS sesuai dengan
unsure komite/Komite/tim/unit kerja yang diwakilkan.
c. Memiliki bakat dan minat, berdedikasi tinggi dan dapat bersosialisasi dengan baik dan professional.
d. Berbadan sehat jasmani dan rohani.
BAB IX
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
A. VISI
“Terwujudnya Mutu pelayanan dan keselamatan pasien menjadi budaya kegiatan unit”
B. MISI
1. Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien disusun dan dilaksanakan di setiap unit kerja Rumah
Sakit Tiara Sella
2. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan
3. Terselenggaranya partisipasi dan dukungan dari pimpinan rumah sakit
4. Tersosialisasinya program peningkatan mutu dan keselamatan pasien kepada staf.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Agar buku pedoman yang merupakan konsep dasar dan prinsip upaya peningkatan mutu ini dapat digunakan
oleh pimpinan dan pelaksana Rumah Sakit Tiara Sella sebagai acuan dalam melaksanakan Upaya
Peningkatan Mutu Rumah Sakit Tiara Sella
2. Tujuan Khusus :
a. Tercapainya satu pengertian tentang Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
b. Adanya acuan dalam pelaksaan program Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
c. Tercapainya budaya mutu dan keselamatan pasien diseluruh unit kerja Rumah Sakit Tiara Sella
d. Adanya dukungan dari pimpinan Rumah Sakit Tiara Sella
BAB X
KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU
RUMAH SAKIT TIARA SELLA
A. Pengertian Mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang secara sederhana melukiskan
apa hakekat mutu.
1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
2. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang selalu dicurahkan pada pekerjaan.
3. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar.
4. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
B. Definisi Mutu Rumah Sakit Tiara Sella
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit Tiara Sella untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit Tiara Sella secara wajar, efisien, efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan Rumah Sakit dan masyarakat konsumen.
D. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
1. Keprofesian
2. Efisiensi
3. Keamanan pasien
4. Kepuasan pasien
5. Aspek sosial budaya
Rumah Sakit Tiara Sella adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang komplek, padat karya dan
padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di Rumah Sakit Tiara Sella menyangkut berbagai
fungsi pelayanan, pendidikan serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar Rumah Sakit Tiara
Sella mampu melaksanakan fungsi yang demikian komplek, maka Rumah Sakit Tiara Sella harus memiliki
sumber daya manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi. Untuk menjaga dan
meningkatkan mutu, Rumah Sakit Tiara Sella harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu
di semua tingkatan.
Pengukuran mutu medis di Rumah Sakit Tiara Sella sudah diawali dengan penilaian akreditasi Rumah
Sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat struktur dan proses. Pada kegiatan ini Rumah Sakit
Tiara Sella harus melakukan berbagai standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Rumah Sakit Tiara sella
dipacu untuk dapat menilai diri (self assesment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain yaitu instrumen
mutu pelayanan Rumah Sakit Tiara Sella yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil (Outcome). Tanpa
mengukur hasil kinerja Rumah Sakit Tiara Sella tidak dapat mengetahui apakah struktur dan proses yang baik
telah menghasilkan outcome yang baik pula. Pelaksanaan indikator mutu Rumah Sakit Tiara Sella disusun
dengan mengacu pada Buku Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Rumah Sakit yang telah diterbitkan oleh
World Health Organization dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 1998.
BAB XI
UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT TIARA SELLA
A. Keselamatan Pasien
1. Definisi Keselamatan pasien / Patient Safety adalah : Pasien bebas dari Harm / cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi ( penyakit, cedera fisik / sosial /
psikologis / cacad, kematian dll ) terkait dengan pelayanan kesehatan.
2. Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah : setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan harm / cidera yang tidak seharusnya terjadi.
3. Insiden keselamatan pasien meliputi :
a. Kejadian Sentinel
Definisi kejadian sentinel adalah Kejadian yang menyebabkan kematian atau kerugian atau kecacatan
permanen yang bukan karena proses penyakit yang tidak diantisipasi yang seharusnya dapat dicegah.
Kejadian sentinel meliputi keadaan sebagai berikut :
1) Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi
yang mendasari penyakitnya
2) Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan perjalanan alamiah
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya
3) Kesalahan lokasi, salah prosedur, salah pasien dalam tindakan pembedahan
4) Kejadian penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan orang tuanya
b. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah Kejadian yang menyebabkan cedera atau komplikasi yang
tidak diharapkan sehingga menyebabkan perawatan lebih lama, kecacatan atau kematian yang bukan
oleh proses penyakit
Kejadian tidak diharapkan antara lain :
1) Reaksi tranfusi di rumah sakit
2) Kesalahan obat yang signifikan dan efek obat yang tidak diharapkan
3) Kesalahan medis ( medical error ) yang menyebabkan kecacatan dan perpanjangan hari rawat
4) Ketidak cocokkan yang besar (major) antara diagnosis pre operasi dan pasca operasi
5) Kejadian tidak diharapkan pada pemberian sedasi moderat dan anestesi
6) Kejadian lain misalnya wabah penyakit infeksi
c. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC )
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah Kejadian yang berpotensi menyebabkan kerugian atau bahaya,
akan tetapi karena faktor keberuntungan hal tersebut tidak terjadi
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) meliputi keadaan sebagai berikut :
1) Kejadian yang berpotensi menyebabkan cidera yang berkaitan dengan pelayanan kepada pasien
tetapi dapat dihindari / dicegah dan perlu dilaporkan kepada tim keselamatan pasien RS.
2) Kejadian yang berpotensi menyebabkan kerugian / bahaya yang tidak berkaitan langsung dengan
pelayanan kepada pasien tetapi dapat dihindari / dicegah dan tidak perlu dilaporkan kepada tim
keselamatan pasien RS tetapi dapat diselesaikan oleh unit terkait antara lain :
Kejadian yang berkaitan dengan administrasi keuangan
Kejadian kehilangan barang milik pasien / keluarga pasien
Kejadian komplain pasien / keluarga pasien
d. Kejadian Tidak Cedera ( KTC )
Kejadian Tidak Cedera adalah insiden yang sudah terpapar kepada pasien tapi tidak menimbulkan
cedera.
e. Kondisi Potensial Cedera ( KPC )
Kondisi Potensial Cedera adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera tapi belum
terjadi insiden.
Daftar Kondisi Potensial Cidera (KPC) Rumah Sakit Tiara Sella :
a. Bangunan
1) Atap pecah / bocor
2) Tembok retak
3) Plafon retak
4) Plafon berlubang
5) Plafon bocor
6) Ubin pecah/berlubang
7) Lantai berlumut
8) Kaca retak
9) Jendela rusak
10) Pintu rusak
11) Pipa air bocor
12) Keran air bocor
13) Talang air bocor / meluap
14) Saluran pembuangan air tersumbat
15) Lantai basah/licin
16) Tanda peringatan tidak terpasang saat lantai basah
5) Radiologi
a) Alat tidak berfungsi dengan baik
b) Tampilan gambar tidak jelas
d. Obat
1) obat high alert tidak tertandai dengan benar
2) penyimpanan obat high alert yang tidak benar
3) penyimpanan obat tidak sesuai aturan prosedur
4) tidak tersedia / tidak lengkap – nya obat emergency setelah di gunakan
5) penyimpanan obat pasien tidak dilakukan dengan benar
Kesalahan Medis (Medical errors) adalah : Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal melaksanakan
sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah : Suatu sistem untuk mendokumentasikan
insiden yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien. Sistem ini juga mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan
operasional rutin rumah sakit atau asuhan pasien.
Gambar alur pelaporan insiden Rumah Sakit Tiara Sella
Petugas yang mengetahui terjadinya insiden mengisi form pelaporan insiden. Form ini bersifat rahasia dan
tidak boleh digandakan / dikopi untuk alasan apapun. Kepala bagian memilah insiden yang dikirim ke Tim
PMKP menjadi insiden klinis dan non klinis, untuk insiden klinis menentukan risk grading matrix, kemudian
menyerahkan laporan insiden kepada Tim PMKP dengan persyaratan : untuk laporan insiden kategori low
dilaporkan paling lambat 7 x 24 jam, sedangkan untuk insiden kategori sentinel, high dan moderate selambatnya
1 x 24 jam. Untuk kategori low, maka unit yang bertindak sebagai penyebab insiden akan menganalisa dan
hasilnya dilaporkan kepada tim PMKP. Bila hasil grading Moderate, High, dan Sentinel maka tim PMKP akan
menerbitkan FTKP untuk analisa masalah melalui RCA dilakukan oleh tim RCA sesuai insiden yang terjadi.
Hasil RCA dilaporkan kepada unit terkait dan tim PMKP, dan dilakukan monitoring keefektifan dari tindak
lanjut yang sudah dilakukan. Bila tindak lanjut sudah efektif dan berkaitan dengan prosedur makan dilanjutkan
dengan pembuatan prosedur baru, bila belum efektif maka dilakukan analisa ulang terhadap insiden yang terjadi.
Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis) adalah : Suatu proses terstruktur untuk mengidentifikasi
faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan kinerja, termasuk KTD.
Manajemen Risiko (Risk Management) adalah : Dalam hubungannya dengan operasional rumah sakit,
istilah manajemen risiko dikaitkan kepada aktivitas perlindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang
nyata atau berpotensi nyata terhadap kerugian keuangan akibat kecelakaan, cedera atau malpraktik medis.
DAMPAK KLINIS/CONSEQUENCES/SEVERITY
Level DESKRIPSI CONTOH DESKRIPSI
1 Insignificant Tidak ada cedera
Cedera ringan
2 Minor
Dapat diatasi dengan pertolongan pertama,
Cedera sedang
Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis atau
3 Moderate intelektual secara reversibel dan tidak berhubungan
dengan penyakit yang mendasarinya
Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
Cedera luas / berat
Kehilangan fungsi utama permanent (motorik,
4 Major
sensorik, psikologis, intelektual) / irreversibel, tidak
berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya
Kematian yang tidak berhubungan dengan
5 Cathastropic
perjalanan penyakit yang mendasarinya
TINDAKAN
Clinical Manager / Lead Detailed review & urgent Immediate review &
Can be
Clinician should assess the treatment should be action required at
manage by
consequences againts cost undertaken by senior Board level. Director
procedure
of treating the risk management must be informed
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam table matriks grading risiko untuk
menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
a. Skor Risiko
b. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu: biru, hijau, kuning, dan
merah .
C. ANALISIS AKAR MASALAH (ROOT CAUSE ANALYSIS / RCA)
1. Pengertian
Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur yang mengidentifikasi akar masalah dari
suatu insiden, dan proses ini cukup adekuat untuk mencegah terulangnya insiden yang sama. RCA berusaha
menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :
a. Apa yang telah terjadi?
b. Apa yang seharusnya terjadi?
c. Bagaimana terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian yang sama terulang?
RCA wajib dilakukan pada :
Semua kematian yang tidak diharapkan
Semua insiden yang diduga mengakibatkan cidera permanent, kehilangan fungsi atau kehilangan bagian
tubuh.
Dalam menentukan penyebab insiden, harus dibedakan antara penyebab langsung dan akar masalah.
Penyebab langsung (immediate cause/proximate cause) adalah suatu kejadian (termasuk setiap kondisi) yang
terjadi sesaat sebelum insiden, secara langsung menyebabkan suatu insiden terjadi, dan jika dieliminasi atau
dimodifikasi dapat mencegah terjadinya insiden.
Akar masalah (underlying cause/root cause) adalah satu dari banyak faktor (kejadian, kondisi) yang
mengkontribusi atau menciptakan proximate cause, dan jika dieliminasi atau dimodifikasi dapat mencegah
terjadinya insiden. Biasanya suatu insiden memiliki lebih dari satu akar masalah.
Cara untuk mengidentifikasi akar masalah adalah :
1. Dimulai dengan mengumpulkan data penyebab langsung
2. Mengapa penyebab langsung terjadi? Sistem dan proses mana yang mendasari terjadinya penyebab
langsung.
3. Lebih menitikberatkan pada sistem daripada human errors.
4. Tim sering kali menemui masalah pada tahap ini; sering berhenti pada penyebab langsung dan tidak
terus mencari akar masalahnya.
5. Penyelidikan harus terus berlanjut sampai masalah yang ditemukan tidak dapat ditelusur lagi, inilah
yang dimaksud dengan akar masalah.
Saat suatu insiden terjadi, biasanya sudah ada tiga atau lebih penghalang yang berhasil ditembus. Hal ini sesuai
dengan teori “Swiss Cheese”
Gambar . Teori Analisis hambatan / barrier analysis
d. Fish bone
Tiap masalah dapat berkaitan dengan beberapa faktor yang dapat memberikan dampak pada timbulnya
insiden.
a. Motivasi
Stressor Fisik dan Mental
b. Stresor Mental: Efek Beban Kerja Beban Mental
c. Stresor Fisik: Efek Beban Kerja = Gangguan
Fisik
6. Failure Mode Effects & Analysis (FMEA/Analisa Modus Kegagalan dan Dampaknya)
a. Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi . Hal
tersebut didesain untuk meningkatkan keselamatan pasien
b. Proses pro aktif dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi
c. Mengantisipasi kesalahan akan meminimalkan dampak buruk
Langkah– langkah FMEA
a. Tentukan Topik proses FMEA.
b. Bentuk Tim
c. Gambarkan Alur Proses
d. Analisa Hazard Score
e. Tatalaksana dan Pengukuran Outcome
f. Standarisasi / redesign proses / design control
g. Analisa dan melakukan uji coba pada proses yang baru
h. Implementasi dan monitor proses yang baru
Langkah 1 & 2
a. Pilih Proses yang berisiko tinggi terhadap Keselamatan Pasien dan bentuk Tim
b. Tim menyesuaikan Proses yang dipilih
c. Pilih Proses yang akan dianalisa
d. Tentukan salah satu Proses / Sub Proses bila prosesnya kompleks
Langkah 3A
Gambarkan alur Proses
Jelaskan tahapan – tahapan proses kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku di Rumah Sakit. Tahapan
Proses isikan dalam kotak 1 , 2, 3, 4, 5, 6, dst.
Pada Tahapan Proses dijelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku dan jika
proses terlalu kompleks, dapat memilih satu proses atau sub proses untuk ditindak lanjuti
Kemudian masing – masing proses uraikan subprosesnya pada Tahapan Sub Proses pada baris A, B, C, D, E. dst
1 2 3 4 5 6
Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub
Proses proses proses proses proses proses
A._______ A._______ A.________ A.________ A.________ A.________
B._______ B._______ B.________ B.________ B._______ B.________
C._______ C._______ C.________ C.________ C.________ C.________
D._______ D._______ D.________ D.________ D.________ D.________
E._______ E.________ E.________ E.________ E.________ E.________
Langkah 3B
Gambarkan Alur Sub Proses
Jelaskan Sub Proses kegiatan yang dipilih untuk ditindak lanjuti, isikan pada kotak A,B,C,D,E.
Masing – masing Sub Proses sampai Sub Proses terakhir dicari modus kegagalannya, isikan pada baris 1, 2, 3,
4, 5
A B C D E
Langkah 4
Analisa Hazard Score
Isikan masing – masing modus kegagalan dan effek analisisnya pada lembar kerja
1. Modus Kegagalan
Apa yang anda amati ketika kesalahan terjadi, masing – masing beri nilai pada nomor selanjutnya
2. Akibat / Severity (S)
Bagaimana dampak kesalahan pada pelanggan, beri nilai seberapa parah dampaknya terhadap pelanggan
Nilai 1 = bila kesalahan tidak menimbulkan dampak / cidera pada pelayanan kesehatan
(perhatikan pada lembar Analisa Hazard Minor)
Nilai 5 = bila kegagalan dapat mempengaruhi proses pelayanan kesehatan tetapi menimbulkan kerugian
minor ( perhatikan pada lembar Analisa Hazard Moderat )
Nilai 7 = bila kegagalan menyebabkan kerugian yang lebih besar terhadap pasien (perhatikan pada lembar
Analisa Hazart Mayor)
Nilai 10 = bila kegagalan menimbulkan kematian atau kecacatan ( perhatikan pada lembar Analisa Hazart
Katastropik )
Langkah 5
Tata Laksana dan Pengukuran Outcome
Lembar Kerja
Modus Potensi Dukungan
RPN Peringkat Tindak lanjut KPI PIC
Kegagalan Penyebab Manajemen
Langkah 6
Melakukan Standarisasi / redesign proses / design control, antara lain dengan :
Mengeliminasi risiko bila memungkinkan
Minimalkan risiko apabila tidak dapat dieliminasi
Langkah 7
Analisa dan melakukan uji coba pada proses yang baru
1. Bila proses yang baru sudah selesai dibuat, perlu dilakukan proses FMEA yang baru untuk menguji apakah
proses tersebut masih berpotensi menimbulkan kegagalan
2. Untuk Failure mode dengan high RPN, jangan lupa mencari banyak jalan untuk mengeliminasi/
meminimalkan risiko
Langkah 8
Implementasi dan monitor proses yang baru. Ulangi beberapa waktu, sesudah beberapa failure mode di-eliminasi
C. Clinical Pathway
Clinical Pathway (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah
yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti
dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
BAB XII
METODE PENGENDALIAN KUALITAS MUTU
RUMAH SAKIT TIARA SELLA
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk menjamin tercapainya
insiden perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang diproduksi. Pengendalian kualitas mutu pada
dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan ( quality os
customers satisfaction ) yang dilakukan setiap orang dari bagian di Rumah Sakit Tiara Sella
Pengertian pengendalian kualitas mutu di atas mengacu pada siklus pengendalian (Control Cicle) dengan
memakai siklus “Plan – Do – Study – Action”( P- D – S – A ) ( rencanakan – laksanakan – pembelajaran – aksi ).
Pola P-D-S-A . Dengan P-D-S-A adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus – menerus
( continues improvement ) tanpa berhenti.
Konsep P-D-S-A tersebut merupakan pedoman bagi setiap manajer untuk proses perbaikan kualitas (quality
improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di
seluruh bagian organisasi, seperti tampak pada gambar 1.
Plan
(1)
Action (6) Menentukan
Mengambil Tujuan dan insiden
tindakan (2)
yang tepat Menetapkan
Metode untuk
Mencapai tujuan
(5) Menyelenggarakan
Pendidikan dan
Memeriksa akibat latihan
Study pelaksanaan
(4) (3)
Melaksanakan
pekerjaan Do
Gambar 2
Gambar 3
Pengendalia
n kualitas berdasarkan siklus P-D-S-A hanya dapat berfungsi jika sistem informasi berjalan dengan baik.
Pelaksanaan PDSA dengan enam langkah P-D-S-A yang terdapat dalam gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Langkah 1. Menentukan tujuan dan insiden → Plan
Tujuan dan insiden yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan. Penetapan insiden tersebut
ditentukan oleh Direktur rumah sakit.Penetapan insiden didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
Insiden ditetapkan secara konkret dalam bentuk insiden, harus pula diungkapkan dengan maksud tertentu dan
disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran
kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
b. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan →Plan
Penetapan tujuan dan insiden dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa disertai metode yang tepat
untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak
menyulitkan karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan
perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan.
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan → Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat dipahami oleh petugas
terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan →Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar kerja mungkin tidak
dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan
dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena
ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
e. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan →Study
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau tidak. Jika segala
sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan
dapat diabaikan. Hal yang harus disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan.
Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar,
tujuan, metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh
manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan
setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.
f. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat →Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan penyimpangan. Jika
penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil
tindakan yang tepat agar tidak terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah
mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam pengendalian kualitas pelayanan.
Konsep P-D-S-A dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua
bagian dan semua proses. Partisipasi semua karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan
kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri
atau menolak cara berfikir dan berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis. Dalam sikap kesungguhan tersebut yang
dipentingkan bukan hanya insiden yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk mencapai
insiden tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua jenis kelompok karyawan
yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua
proses dalam pengendalian kualitas pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi
terhadap hasil setiap proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin
dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana dalam setiap tahapan
proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok karyawan dengan manajemen,
sebagai tanggung jawab bersama untuk menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari
suatu proses.
BAB XIII
PENILAIAN KINERJA ( PERFORMANCE APPRAISAL )
Penetapan Target
1. Pemahaman mengenai Target Kerja ( SMART )
2. Atasan memberi dukungan dan bimbingan dalam pencapaian target
Penilaian Kinerja
1. Penilaian kinerja karyawan 6 bulan terakhir
2. Membandingkan target dengan realisasi ( hasil kerja )
3. Penilaian harus objektif, konsisten dan netral
Kegiatan
1. Indikator Mutu ( indikator klinis, Manajemen, Sasaran keselamatan pasien )
2. Pelaksanaan program Keselamatan Pasien ( IKP, Manajemen Resiko Klinik, FMEA )
3. Indikator Klinik pelayanan Medis
4. Audit Klinis Pelayanan Medis
5. Clinical Pathway
6. Pendidikan dan pelatihan PMKP
7. Kegiatan Quality Champion
8. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
9. Akreditasi RS
Mengadakan pertemuan
Mengadakan pertemuan tim untuk membahas insiden yang terjadi/ kejadian yang
potensial menimbulkan sentinel event.
Menyusun laporan dan rekomendasi
Dari hasil pembahasan tim disusun laporan dan diberikan kepada pimpinan RS sebagai
wujud keterlibatan pimpinan dalam proses peningkatan mutu dan kepada unit terkait.
Tindak lanjut
Hasil tindak lanjut dari unit terkait akan dimonitoring keefektifannya melalui Form
Tindakan Korektif dan Pencegahan. Bila didapatkan hasilnya tidak efektif maka akan
dilakukan RCA / FMEA ulang.
Berdasarkan hasil pengukuran, Tim Mutu dan SMF melakukan analisa dan evaluasi untuk mengidentifikasi
masalah yang ada, mencari akar permasalahan (dengan menggunakan diagram fish bone atau metode lain) dan
mengusulkan rencana perbaikan. Tim Mutu dan SMF menuliskan hasil pengumpulan data dan analisa data serta
rencana perbaikan menjadi sebuah laporan.
4. Tindak Lanjut
Berdasarkan laporan tersebut maka Komite Medis dan direksi memutuskan apakah menyetujui rencana perbaikan
yang disampaikan, bila berhubungan dengan anggaran dan proses bisnis. Bila disetujui maka rencana perbaikan
tersebut perlu didiskusikan dengan Direksi untuk persetujuan anggaran yang diperlukan. Bila diperlukan maka
Komite Medis dan Tim Mutu Pelayanan menjadi supervisor dari rencana tersebut.
Pengumpulan data kedua (re-audit) Dilakukan setelah tindak lanjut selesai dilaksanakan ( antara 3-6 bulan setelah
audit yang sebelumnya ). Metode yang digunakan sama seperti pada point C (pengumpulan data).
5. Penyusunan laporan akhir
Berdasarkan pengumpulan data kedua, Komite Medis dan Tim Mutu Pelayanan melakukan review apakah terdapat
perbaikan atau tidak. Bila ada perbaikan maka audit dinyatakan selesai. Bila tidak ada perbaikan maka perlu
dilakukan perbaikan rencana pada point E (tindak lanjut).
Tim Mutu dan SMF menyusun laporan akhir untuk disampaikan kepada Ketua Komite Medik dan Direksi.
5. Clinical Pathway
Menyusun Panduan Clinical Pathway
Pemilihan 5 area prioritas
Penyusunan Panduan Praktik Klinik, Clinical Pathway atau protokol klinik
Audit clinical pathway
6. Pendidikan staf
Pelatihan untuk karyawan baru tentang program PMKP, Program PPI, dan pelaksanaan K3
Pelatihan untuk karyawan lama program peningkatan mutu, workshop Keselamatan Pasien
Pelatihan yang dilakukan di luar rumah sakit untuk mendukung terlaksananya program peningkatan mutu
rumah sakit
7. Quality Champion
Menyusun Proposal Pembentukan Tim Quality Champion
Mengajukan SK Tim Quality Champion
Sosialisasi kepada Tim
Pelatihan untuk Tim Quality Champion
Melaksanakan kegiatan
a. Mengadakan pertemuan Tim minimal 1 x sebulan sesuai masalah – masalah yang telah diusulkan dari
kelompok
b.Mengadakan pelatihan untuk anggota sesuai kebutuhan anggota
c. Sosialisasi hasil pertemuan sesuai kasus
d.Memberikan laporan kegiatan kepada Kepala Bagian Peningkatan Mutu
Membuat pelaporan
9. Akreditasi RS
Pelatihan / Workshop akreditasi RS standar baru
Pembentukan Tim Akreditasi RS
Sosialisasi standar akreditasi baru kepada Tim akreditasi RS
Melengkapi dokumen akreditasi baru
Bimbingann akreditasi dari Tim KARS
Self assesmen persiapan akreditasi
Penilaian akreditasi dari KARS
BAB XV
PERTEMUAN / RAPAT
A. Pengertian
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki kepentingan dan tujuan
yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu masalah tertentu. Pertemuan dipimpin oleh ketua
Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien dan dihadiri oleh ketua komite, sekretaris komite, subkomite
peningkatan mutu dan subkomite keselamatan pasien. Hasil pertemuan ditulis oleh notulen rapat dan peserta
yang hadir wajib mengisi daftar hadir yang disediakan. Hasil dari pertemuan ditindaklanjuti dan evaluasi
dilakukan pada pertemuan berikutnya.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Dapat membantu terselenggaranya program kerja Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSTS
Tujuan Khusus
1. Dapat menggali segala permasalahan yang terkait dengan program kerja Komite peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
2. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait dengan program kerja Komite
peningkatan mutu dan keselamatan pasien guna peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
C. Kegiatan Rapat
Rapat diadakan oleh Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang dipimpin oleh ketua Komite
peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Rapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Rapat Rutin
Rapat rutin adalah rapat yang diadakan oleh Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien setiap bulan
sekali dengan perencanaan yang telah dibuat selama 1 (satu) tahun serta agenda rapat yang telah ditentukan
oleh ketua Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Materi yang dibahas adalah :
evaluasi kinerja mutu, Masalah dan pemecahannya serta Evaluasi dan rekomendasi
2. Rapat Insidental
Rapat incidental adalah rapat yang sifatnya incidental dan diadakan oleh Komite peningkatan mutu dan
keselamatan pasien untuk membahas atau menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul secara
incidental di pelayanan yang berhubungan dengan mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit.
BAB XVI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
8 Pencegahan dan Tiap bulan Tiap bulan Tiap akhir Melalui laporan
pengendalian tahun kegiatan
infeksi
9 Akreditasi RS Tiap bulan Tiap bulan tahunan Melalui laporan
kegiatan
Pelaporan
1. Laporan harian untuk unit yang berhubungan dengan laporan insiden dilaporkan kepada komite mutu
2. Laporan bulanan oleh unit tentang pencapaian pemantauan indikator klinis, indikator manajemen, indikator
sasaran keselamatan pasien, untuk direkap
3. Laporan Tri Wulan untuk realisasi pencapaian program peningkatan mutu dan keselamatan pasien oleh Komite
PMKP
4. Laporan tahunan evaluasi pelaksanaan program PMKP oleh Komite PMKP untuk dilaporkan kepada Pimpinan
rumah sakit dan pemilik Rumah Sakit
BAB XVII
MONITORING DAN EVALUASI
1. Monitoring
Monitoring program PMKP oleh pimpinan melalui pertemuan komite mutu dengan pimpinan secara rutin dan
beberapa kegiatan melalui Audit internal Rumah Sakit Tiara Sella
2. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi dilaksanakan setiap akhir tahun untuk ditindak lanjuti sesuai masalah / kendala yang ada . Jika
pencapaian tidak sesuai dengan target yang sudah ditetapkan, maka pimpinan (Direktur dan pemilik RS)
mengambil tindakan yang diperlukan, termasuk didalamnya melakukan perubahan terhadap program ataupun
proses / SPO yang ada saat ini
3. Dokumen Bukti
Laporan pelaksanaan program PMKP :
1. Laporan pelaksanaan pemantauan indikator klinik
2. Laporan Hasil Audit klinik
3. Laporan RCA
4. Laporan pelaksanaan Pelatihan – pelatihan internal
5. Laporan kegiatan Quality Champion
6. Laporan kegiatan Tim PPI
7. Laporan pemantauaan indikator mutu pelayanan rumah sakit
8. Laporan Realisasi pencapaian program PMKP
BAB XVIII
PENUTUP
Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien ini kami susun agar dapat digunakan sebagai acuan
Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien dalam merencanakan, melaksanakan, monitoring dan evaluasi
program upaya peningkatan mutu dan Keselamatan pasien di Rumah Sakit Tiara Sella
Namun demikian upaya – upaya ini akan lebih berhasil jika didukung oleh pimpinan rumah sakit dan kerja sama
yang baik dari seluruh unit kerja di Rumah Sakit Tiara Sella ini
.
BAB XIX
PELAPORAN
A. Pengertian
Pelaporan merupakan suatu system atau metode yang dilakukan untuk melaporkan segala bentuk kegiatan yang
ada terkait dengan program kerja Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSTS.
B. Jenis Laporan
Laporan yang dibuat oleh Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien RSTS meliputi:
1. Laporan Bulanan
Laporan bulanan adalah laporan yang dibuat oleh Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah
sakit dalam bentuk tertulis setiap bulannya dan diserahkan kepada direktur rumah sakit, berisi laporan hasil
kegiatan dan program kerja Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
2. Laporan Tahunan
Laporan tahunan adalah laporan yang dibuat oleh Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah
sakit dalam bentuk tertulis setiap tahun sekali dan diserahkan kepada direktur rumah sakit, berisi laporan
hasil kegiatan dan program kerja Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
3. Laporan Insidental
Laporan incidental adalah laporan yang dibuat oleh Komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien
rumah sakit dalam bentuk tertulis bila ada hal-hal atau permasalahan tertentu yang perlu disampaikan
kepada direktur rumah sakit yang bersifat Insidental.