Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dea Firstca Dinialiyanti

Nim : 190110301069
Mata Kuliah : Perubahan Lingkungan A
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Nawiyanto, M.A.
Tugas : Membuat esai komparatif yang membandingkan 2 artikel mengenai Penambangan Pasir
Sungai Brantas.
 Penegasan
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alamnya sehingga memiliki potensi
cukup yaitu Industri Pasir penambangan. Penambangan dalam ukuran besar baik untuk perkembangan
ekonomi tetapi juga berdampak terhadap lingkungan. Dari artikel 1 yang membahas mengenai
Penambangan pasir di Sungai Brantas lebih memfokuskan terhadap sungai yang dijadikan sebagai pusat
peradaban, sumber bencana, dan pencemaran. Dalam artikel ini menggunakan sumber pada arsip, surat
kabar sejaman, dan juga wawancara. Artikel ini menegaskan bahwa krisis sungai Brantas terjadi diikuti
dengan perubahan yang cepat, penambangan pasir, yang diakibatkan tumbuhnya permintaan Galian pasir
untuk pembangunan kota dan fasilitas penggunaan teknologi modern berupa mesin penyedot pasir
mekanis. Penambangan pasir mekanis menyebabkan timbulnya kerusakan infrastruktur dan pemukiman
di berbagai tempat sepanjang sungai dari wilayah hilir yang merambat ke wilayah hulu dan juga
hilangnya kekayaan keragaman hayati. Untuk mengatasi hal tersebut sebenarnya telah berlangsung sejak
lama namun adanya kegagalan dalam mengatasi penambangan pasir tidak lain dikarenakan adanya
kesulitan implementasi regulasi di lapangan akibat keterlibatan oknum aparat dan politisi dalam bisnis
pasir Brantas serta juga adanya godaan keuntungan besar secara mudah dan cepat dari menambang di
tengah keterbatasan alternatif pekerjaan yang tersedia. Dari artikel ke-2 bersandar pada sumber deskriptif
dan kualitatif. Artikel ini membahas mengenai kerusakan lingkungan akibat eksploitasi yang terjadi di
desa Brumbung, Kabupaten Kediri. Kerusakan yang terjadi disebabkan oleh penambangan pasir yang
menimbulkan masalah yang harus diklaim oleh semua pihak yang dilatarbelakangi oleh fenomena
banyaknya penambangan pasir illegal di sungai Brantas serta dampaknya yang disebabkan oleh kegiatan
penambangan pasir pada lingkungan sekitarnya.
 Persamaan
Pada artikel 1 yang membahas mengenai penambangan pasir di sungai Brantas dari krisis hingga
menuju solusinya, dan artikel kedua membahas mengenai Penambangan pasir illegal di sungai Brantas
terhadap lingkungan hidup di desa Brumbung Kabupaten Kediri. Dari artikel 1 dan ke dua ini sama sama
membahas mengenai kualitas lingkungan sungai, dan juga pencemarannya. Dalam artikel 1 memaparkan
sungai dijadikan sebagai pusat peradaban misalnya dalam karya bunga rampai Gunawan (2008) tentang
Sungai Brantas di Jawa Timur dan Karya Asnan (2016) tentang sungai-sungai di Sumatera, tidak hanya
di Indonesia namun peradaban dunia pada masa lalu berkembang di daerah aliran sungai, misalnya sungai
Nil di Mesir, Efrat dan Tigris di Irak Indrus dan Gangga di India (Lapisan, 2008: 1). Terdapat juga kajian
yang mengangkat tema pencemaran sungai di Jawa Timur (Lucas da Djati 2000; Ridhoi, 2017;
Nawiyanto, 2018; Komalasari, 2018) serta ada isu pencemaran berkembang cepat diiringi dengan
kronisnya masalah pencemaran akibat pertumbuhan populasi dan kegiatan industry yang menyebabkan
kualitas lingkungan sungai mengalami degradasi. Pada tahun 2008 sejumlah sungai seperti Krueng
(Aceh), Kampar (Riau), Musi (Sumatera), Ciliwung (Jakarta), Citarum (Jawa Barat), Bengawan Solo
(Jawa Tengah dan Timur), Tukad Badung (Bali) Kahayan dan Martapura (Kalimantan) dilaporkan bahwa
telah tercemar parah. Sungai citarum sebagai sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat bahkan
mendapat Julukan sungai paling tercemar di dunia (idntimes.com,09 March 2018). Dalam artkel ke 2 ini
juga membahas mengenai sungai Brantas dimana terdapat kegiatan penambangan pasir di Desa
Brumbung, kecamatan Kepung, kabupaten Kediri. Didaerah tersebut dilatarbelakangi oleh kejadian
banyaknya penambangan pasir illegal di Sungai Brantas,terutama di desa yang meningkat sendiri, yang
memiliki banyak pro dan kontra di masyarakat sekitar. Lingkungan itu sendiri merupakan segala sesuatu,
kondisi dan pengaruh yang ada dalam ruang kita tempati dan mempengaruhi hal-hal yang hidup, termasuk
kehidupan manusia. Pertumbuhan populasi telah meningkatkan kebutuhan akan pakaian, makanan,tempat
tinggal, air bersih dan energi. Hal ini menghasilkan eksploitasi sumber daya alam yang lebih tinggi dan
cenderung mengabaikan aspek lingkungan. Dalam artikel kedua ini juga memaparkan bahwa kerusakan
sumber daya alam terus mengalami peningkatan baik dalam jumlah maupun dalam bentuk wilayahnya.
Kerusakan fisik tersebut disebabkan oleh tingginya eksploitasi yang dilakukan. Sehingga masalah
lingkungan seperti pencemaran, kerusakan dan bencana dari tahun ketahun tidak dapat dipungkiri.
Kondisi tersebut menyebabkan turunnya kualitas lingkungan dan juga memberikan pengaruh yang begitu
serius untuk kesehatan dan jiwa manusia, kerusakan lingkungan ini juga karena eksploitasi yang terjadi di
Sungai Brantas Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Adanya kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh penambang pasir tersebut menjadikan suatu permasalahan yang harus dituntut
kesadarannya oleh semua pihak.
Persamaan yang kedua dari 2 artikel tersebut yaitu dapat dilihat dari dampak lingkungan beserta
ekonominya. Pada artikel 1 dampak lingkungan yang ditimbulkan yaitu Penambangan Pasir Sungai
Brantas telah menyediakan sumber dan penghasilan bagi penambang dan dan bahan material penting
untuk infrastruktur. Penambangan juga mengurangi resiko banjir akibat pendangkalan sungai dari
menumpuknya kapasitas dalam menampung volume air yang melimpah pada musim penghujan sehingga
meningkatkan ancaman banjir. Penambangan pasir mencegah pendangkalan dan mempertahankan
kedalamannya sehingga sungai dapat menampung volume air lebih besar. Penambangan pasir dari tingkat
tertentu telah lama berfungsi dalam kerangka mitigasi Bencana karena meningkatkan daya tamping
sungai sehingga mengurangi resiko meluapnya aliran sungai Brantas (Faturrohman, 2012:15). Dampak
ekonomi yang ditimbulkan dari artikel 1 ini yaitu biaya untuk merehabilitasi rusaknya infrastruktur akibat
penambangan pasir mekanik tidak kecil. Perbaikan darurat atas kerusakan di Kediri disebutkan telah
menghabiskan biaya hingga 800 miliar. Rehabilitasi kerusakan secara menyeluruh dikatakan dapat
memakan dana hingga triliunan, beban dana yang tidak mungkin dapat ditanggung pemerintah (Radar
Kediri 22 Juli 2010). Sebagian kerusakan terutama menyangkut hilangnya keragaman hayati ekosistem
Sungai Brantas bahkan dikhawatirkan tidak dapat pulih kembali. Pengamatan yang dilakukan Ecoton
menemukan bahwa dalam waktu enam bulan biodiversitas ikan Sungai Brantas berkurang dari 41 jenis
menjadi 35 jenis. Jenis ikan yang hilang adalah golongan bader karena tempat berbiaknya lenyap karena
pengerukan Pasir (Radar Kediri, 16 Juli 2010). Dalam artikel ke 2 dampak terhadap lingkungannya yaitu
secara fisik kegiatan penambangan pasir merupakan solusi teknologi yang dilakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan material bangunan, dengan mengubah suatu lingkungan yang sudah pasti akan
menimbulkan pengaruh burukterhadap tipologi ekosistem lingkungan sekitar. Pengaruh penambangan
pasir dipastikan akan menimbulkan masalah lingkungan yang jauh lebih besar dan luas dibandingkan
dengan profit jangka pendek. Dalam catatan fakta sejarah perkembangan tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa penambang illegal mau memperbaiki lingkunga seperti kondisi awal. Artinya
reklamasi linhkungan mengenai mekanisme RKL dan RPL hanya ada di kertas, karena reklamasi
termasuk hight-cost yang akan menurunkan profit para pengusaha penambangan. Dampak lingkungan
fisik-kimia dan biologi yang nyata setelah tambang pasir illegal ini beroperasi beberapa tahun kemudian
yaitu rusaknya daerah aliran sungai (DAS) kuantitas air menjadi fkondisiyang tidak stabil antara musim
penghujan dan musim kemarau serta cadangan air menurun sehingga laju sedimentasi dan erosi semakin
tinggi. Dampak ekonomi yang timbul dari artikel kedua ini yaitu tidak ada gambaran yang nyata terhadap
kemajuan ekonomi rakyat yang sebenarnya. Ekonomi tambang merupakan ekonomi elitis karena seluruh
proses transaksi public dari semua ahsil kegiatan pertambangan dilakukan pada titik kekuasaan, yang
selanjutnya dimasukkan dalam area pasar global, sehingga menyebabkan tidak adanya keterlibatan dan
tidak ada kaitannya dengan ekonomi masyarakat petani.
Persamaan yang ke 3 dalam artikel 1 dan 2 ini yaitu mengenai solusi dalam menangani
pemberantasan penambangan pasir. Pada article 1 solusi untuk menangani penambangan sungai brantas
yaitu kesadaran dalam krisis lingkungan sungai tidak hanya tumnuh dikalangan pemerintah saja namun
juga dikalangan lembaga swadaya masyarakat dan terlebih warga masyarakat merasakan dampak
kerugian penambangan pasir dalam bentuk rusaknya infrastruktur transportasi.berbagai solusi untuk
mengatasi masalah penambangan pasir mekanis telah dilakukan mulai dari paying regulasi, negoisasi,
operasi penertiban hingga penuntutan secara hukum terhadap para pelanggar. Namun semua solusi yang
dilakukan ternyata belum efektif menghentikan operasi penambangan pasir. Dalam artikel ke 2 mengenai
solusi yang dilakukan yaitu tidak adanya ketegasan pemerintah daerah dalam menangani permasalahan
penambangan pasir ini dapat dilihat dari regulasi penambangan dari dua sudut pandang yaitu sisi internal
pemerintah dan sisi eksternal pemerintah. Permasalahan internal yang terjadi yaitu kurangnya koordinasi
antar kelembagaan, kurangnya sikap profesional aparatur pemerintah, anggaran pemerintah, anggaran
pemerintah yang terbatas, dan kurang optimalnya pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsi
sebagaimana yang seharusnya. Sedangkan permasalahn eksternal berasal dari pihak masyarakat sekitar,
pengusaha penambang, dan lembaga keswadayaan masyarakat. Kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap kepedulian lingkungan, tuntutan kehidupan ,serta kepentingan pribadi para pengusaha merasa
sangat menyulitkan pemerintah untuk mengambil kebijakan.
 Perbedaan
Perbedaan yang terdapat dalam dua artikel ini yaitu yang pertama mengenai Metode penelitiannya
dan Pembahasan dari masing-masing artikel. Pada artikel 1 menggunakan metode penelitian sejarah.
Metode sejarah pada dasarnya adaempat tahapan kerja, yaitu 1) heuristik (pengumpulan sumber sumber
relevan dengan subyek garap), 2) kritik sumber (perlakuan kritis atas sumber-sumber yang terkumpul
untuk menentukan otentisitas dan kredibilitas informasi untuk menjadi fakta-fakta sejarah), 3) interpretasi
(mengupas fakta-fakta sejarah untuk menyusun argumentasi historis), dan 4) historiografi (menuangkan
argumentasi sebagai sintesis sejarah dalam bentuk kisah) (Storey, 2011). Data yang dirujuk meliputi baik
sumber primer maupun sekunder. Sumber primer berupa bahan arsip dikumpulkan dari Koleksi Badan
Perpustakaan dan Arsip Jawa Timur di Surabaya dan berita-berita surat kabar yang
memuat berita tentang penambangan pasir Sungai Brantas. Untuk melengkapi
pembahasan, tulisan juga menggunakan sumber sekunder berupa buku, artikel, maupun
laporan-laporan hasil penelitian yang relevan dengan bahasan. Dalam artikel kedua menggunakan metode
penelitian Deskriptif-Kualitatif, dimana proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu kejadian. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.
Adapun jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan Acidental sampling. Purposive sampling
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Peneliti memilih orang sebagai
sampel dengan memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topic
penilitian ini. Sedangkan, Acidental sampling merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, jika
orang tersebut dianggap cocok sebagai sumber data. Kedua teknik ini digunakan pada populasi dan
sampel antara lain, Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Teknik pengumpumpulan
data menggunakan metode observasi, kuisioner, wawancara dan studi dokumentasi. Dengan melakukan
penelitian data maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja yang
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Perbedaan yang kedua terdapat pada
pembahasan, pada artikel pertama membahas mengenai Krisis lingkungan Sungai Brantas lahir sebagai
akibat perubahan dalam cara ekstraksi sedimen pasir dari penambangan tradisional ke penambangan
secara mekanis. Panambangan pasir yang awalnya memberi manfaat ekonomi dan mitigasi bencana
banjir.Sungai Brantas dalam waktu puluhan atau bahkan ratusan tahun berubah menjadi bencana. dengan
berkembangnya penambangan mekanis. Permintaan pasir yang meningkat secara
drastis seiring dengan pembangunan infrastruktur khususnya di metropolitan Surabaya dan
sekitarnya menjadikan pasir Brantas sebagai produk yang menjanjikan keuntungan besar
dan banyak diburu para pengusaha tambang pasir. Dari Mojokerto dan Jombang,
penambangan pasir mekanis meluas ke wilayah Kediri dan wilayah Sungai Brantas yang
lebih hulu yang kandungan pasirnya belum banyak dieksploitasi secara masif. Dampak
negatif yang ditimbulkan penambangan pasir mekanis segera bermunculan karena
kecepatan pembentukan sedimen pasir oleh aliran sungai yang mengangkutnya dari
sumbernya di Gunung Kelud jauh terlampaui oleh besarnya volume pasir dan kecepatan
ekstraksi mesin penyedot pasir. Bangunan yang tempatnya di atas dan di sepanjang
bantaran sungai kehilangan sedimen tanah dan pasir yang menopang dan terancam tidak
berfungsi lagi. Sebagian bangunan dan pekarangan bahkan hilang karena longsor akibat
kemiringan dan kedalaman Sungai Brantas yang terus bertambah karena disedot pasirnya.
Selain berdampak merugikan secara ekonomi, penambangan pasir mekanis menghadirkan tanda-tanda
bencana lingkungan yang tidak terpulihkan.
Pada artikel ke 2 membahas mengenai Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang
penambangan pasir ilegal sungai brantas terhadap lingkungan hidup di desa Brumbung dapat disimpulkan
bahwa kegiatan tambang pasir yang ada di desa Brumbung dapat dikategorikan sebagai tambang pasir
ilegal. Hal ini disebabkan karena penambangan pasir tersebut dilakukan melebihi batas ketentuan sebagai
tambang pasir resmi yaitu melakukan penggalian di lahan sekitar sungai. Dampak negatif yang
ditimbulkan juga membuat warga sekitar tambang mulai resah seperti jalan yang mulai rusak karena
dilalui truk-truk pengangkut pasir, rawan longsor serta rawan banjir ketika musim hujan datang.
 Kesimpulan
Dari artikel 1 yang membahas mengenai krisis lingkungan sungai brantas yang muncul sebagai
akibat perubahan dalam cara ekstraksi sedimen pasir dari penambangan tradisional ke penambangan
secara mekanis, dan juga dampaknya yang dirasakan yaitu sungai mengalami hilangnya sedimen tanah
dan pasir yang menopang dan terancam tidak berfungsi lagi bahkan sebagian bangunan dan pekarangan
hilang karena longsor akibat kemiringan dan kedalaman Sungai Brantas yang terus bertambah karena di
sedot pasirnya. Pada artikel ke 2 ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan tambang pasir didaerah desa
brumbung dikategorikan sebagai tambang pasir illegal karena penambangan pasir ini dilakukan melebihi
batas ketentuan sebagai tambang pasir resmi yaitu melakukan penggalian di daerah lahan sekitar sungai
dan dampak yang diakibatkan yaitu membuat warga sekitar tambang mulai resah seperti jalan yang mulai
rusak serta rawan longsor, banjir ketika musim hujan datang.
 Saran
Sebaiknya tindakan hukum lebih ditegaskan kembali terhadap pelaku tambang dan para
promotornya, serta pemerintah lebih tegas dan giat dalam menanggapi penambangan yang terjadi atau
Bagi pihak Dinas lingkungan Hidup dan Balai Pengelola Daerah aliran sungai agar lebih menerapkan dan
mempertegas kembali peraturan mengenai Peraturan-peraturan penambangan yang lebih baik dan juga
mengadakan penyuluhan atau sosialisasi terhadap masyarakat sekitar tambang mengenai penambangan
yang bekerja dibidang penambangan tersebut serta juga mengadakan evaluasi terhadap penambangan
yang dilakukan agar dampak dari penambangan memperoleh perubahan yang baik di lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai