91
Supardi
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL
Supardi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
Abstrak
Pendidikan multikultural merupakan konsep pendidikan yang mengakui perbeda-an/keberagaman
dalam suatu bingkai kebersamaan dan kesederajatan. Konsep pendidikan multikultural relevan
dalam konsep negara yang mempunyai keanekaragaman budaya seperti Indonesia. Pendidikan
merupakan salah satu media efektif untuk mengembangkan kesadaran multikulturalis. Pendidikan
sejarah, merupakan salah satu konsep pendidikan yang bertujuan untuk membangun sikap
demokrasi dan nasionalisme dan kesadaran multikultural. Salah satu unit sejarah yang mengkaji
heterogenitas bangsa Indonesia adalah sejarah lokal. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui 1)
peranan pendidikan sejarah lokal dalam mengembangkan kesadaran multikultural; dan 2) konsep
pengajaran sejarah lokal yang efektif untuk mengembangkan kesadaran multikultural. Kajian
sejarah lokal mampu memberikan kesadaran sejarah keberagaman masyarakat padaa siswa.
Melalui kajian perbedaan masa lalu setiap masyarakat, kesadaran multikultural dapat terbentuk.
Pengajaran sejarah lokal dapat dilakukan melalui tiga model: 1) mempelajari tentang pengalaman
masa lalu; 2) studi kasus berbagai perbedaan; 3) pengembangan strategi pembelajaran; 4)
pengembangan kurikulum; dan 5)menyisipkan pengajaran sejarah lokal dalam materi yang
berhubungan dengan sejarah nasional.
Kata kunci: sejarah lokal, pendidikan
MULTICULTURAL EDUCATION
IN LOCAL HISTORY LEARNING
Supardi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
Abstract
Multicultural education is an educational concept which admits cultural differences in the egality
and equality. This concept is still relevant to the nation concept that has cultural differences as
Indonesian. Education, is one of the effective media for multiculturalism development. History
education has concepts which aim to build democracy, nationalism, and multiculturalism
character. One of the historical units which studies Indonesians heterogenity is local history. This
article aims to identify; 1) the role of local history education to building multicultural awareness;
and 2) the concept of effective local history education to develop multicultural education. Local
history studies can give the historical awareness of society‟s diversity to students. Through the
studies of social differences in the past, multicultural awareness will develop. Local history
teaching can be done in five models; 1) learning about the past; 2) studying case of social
differences; 3) developing instructional strategies; 4) developing the curricula; 5) integrating local
history in the subjects relevant to national history.
Keywords: multicultural, local history, education
masa kini, yang mampu menum-buhkan ke- ting dalam Sejarah Nasional Indonesia. Kuri-
sadaran siswa akan keberagaman tersebut? kulum cenderung uniform, bahkan hingga
Tujuan pengajaran sejarah di sekolah materi dan soal yang diajarkan kepada siswa.
mengacu pada tujuan pendidikan nasional Kurikulum belum bisa dikembangkan dengan
yang tercantum dalam pasal 3 UU RI No 20 menonjolkan kasus-kasus lokal yang lebih
Th. 2003 tentang SISDIKNAS, bahwa tujuan dekat dan menyentuh siswa. Akibatnya, siswa
pendidikan nasional adalah “... untuk berkem- merasa jenuh, bahkan asing dengan pem-
bangnya potensi peserta didik agar menjadi belajaran yang mereka alami.
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Dalam implementasi pembelajaran di
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kelas, guru belum berhasil mengembangkan
sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan suasana pembelajaran yang variatif. Mereka
menjadi warga negara yang demokratis serta selalu mengedepankan sistem pembelajaran
bertanggungjawab.” ekspositoris yang menonjolkan pengem-
Tujuan pengajaran bukan sekedar bangan domain kognitif Tidaklah menghe-
transfer of knowledge, tetapi juga transfer of rankan kalau kemudian banyak siswa apatis
value, bukan sekedar membelajarkan siswa dan skeptis pada mata pelajaran sejarah.
menjadi cerdas, tetapi juga berakhlak mulia. Pengajaran sejarah masih berorientasi pada
Pengajaran sejarah selain bertujuan untuk penyajian fakta, belum berorientasi pada upa-
mengembangkan keilmuan, juga mempunyai ya penghayatan dan kesadaran sejarah, seperti
fungsi didaktis. Fungsi didaktis pengajaran keprihatinan Soegjatmoko yang dikutip I Gde
sejarah telah dinyatakan secara implisit dan Widja (1989, p.11) sebagai berikut:
eksplisit, seperti yang dinyatakan Sartono
“ Pengajaran sejarah hendaknya
Kartodirdjo (1992, p.252) “bahwa maksud pe-
diselenggarakan sebagai suatu avontuur
ngajaran sejarah adalah agar generasi muda
bersama dari pengajar maupun yang
yang berikut dapat mengambil hikmah dan
diajar. Dalam konsep ini maka bukan
pelajaran dari pengalaman nenek moyang-
hafalan fakta, melainkan riset bersama
nya”.
antara guru dengan siswa/mahasiswa
Secara lebih detail, Brian Garvey dan
menjadi metode utama. Dengan jalan ini
Mary Krug (1977, pp.2-5) mengidentifikasi-
maka si mahasiswa langsung dihadapkan
kan bahwa mempelajari sejarah mempunyai
dengan tantangan intelektual yang
bebe-rapa maksud, yang diantaranya:
memang merupakan ciri khas daripada
a) to acquire knowledge of historical facts
sejarah sebagai ilmu... Dia menjadi
b) to gain an understanding or appreciation
peserta, pelaku dalam usaha „penemuan
of past events or periods or people
diri‟ bangsa kita sendiri”
c) to acquire the ability to evaluate and
criticize historical writing Berkaitan dengan buku pelajaran yang
d) to learn the techniques of historical digunakan dalam pembelajaran, masih dido-
research minasi oleh penerbit dan penulis dari Jawa.
e) to learn how to write history Tidak mengherankan kalau fakta-fakta yang
ada dalam buku mata pelajaran tersebut kering
Pengajaran sejarah pada pendidikan SD
dengan kasus-kasus di berbagai daerah. Bukan
dan SMP masih mengacu pada tujuan pertama
berarti bahwa penulis dan penerbit Jawa tidak
dan kedua. Sedangkan untuk SMA telah me-
memahami sejarah daerah lain, tetapi penulis
nyentuh sebagian tujuan ketiga sampai ke-
yang lebih dekat dengan objek sejarah,
lima.
setidaknya akan lebih empatif dan diversif
Baik ditinjau dari sistem pendidikan
dalam mengembangkan bahan ajar.
maupun implementasinya, pengajaran sejarah
Pengajaran Sejarah Nasional Indonesia,
selama ini masih banyak dikeluhkan. Se-
dimaksud sebagai salah satu usaha penanaman
bagian keluhan tersebut adalah kurikulum
kesadaran sejarah bangsa Indonesia pada
pendidikan sejarah yang terlalu sarat dengan
siswa. Apa yang dikenal dengan Sejarah Na-
materi, kurang merangsang siswa berfikir
sional Indonesia, adalah sejarah bekas wilayah
kritis, atau terlalu indoktrinatif. Pengajaran
Hindia Belanda. Batasan sejarah nasional
sejarah sering dijadikan alat legitimasi pe-
bersifat politis administratif sebagai „sejarah
nguasa dengan penonjolan tokoh-tokoh pen-
bangsa Indonesia ‟ yang eksistensi politisnya
resmi sejak proklamasi 17 Agustus 1945. mena dan peristiwa nasional yang bersifat
Sejarah Nasional Indonesia selanjutnya ditu- fragmentaris. Sejarah lokal diharapkan mam-
runkan dalam sejarah daerah yang meliputi pu memberikan sumbangan berupa kesadaran
sejarah berbagai daerah di Indonesia dengan sebagai bangsa yang multi budaya, ditunjukan
batasan administratif propinsi atau kabupaten. dengan pengakuan akan kelemahan masing-
Di luar kedua batasan sejarah sejarah masing dengan membangun kesederajatan di
nasional dan daerah, muncul sejarah lokal, antara kebhinekaan.
yang menurut Taufik Abdullah (1996) didefi- Bagi kepentingan sejarah nasional,
nisikan sebagai “sejarah dari suatu tempat” , sejarah lokal tidaklah bersifat antagonis, justru
suatu locality, yang batasannya ditentukan akan memberi kontribusi positif, seperti yang
oleh perjanjian penulis sejarah. Penulis mem- disampaikan Taufik Abdullah (1990, p.243)
punyai kebebasan menentukan batasan penu- sebagai berikut:
lisannya, apakah dengan skope geografis,
“... bahwa sejarah lokal dengan pende-
etnis, yang luas atau sempit. Sejarah lokal
katan yang tidak bersifat involusi, yang
bersifat elastis, bisa berbicara mulai hanya
hanya berkisar pada dirinya, makin
mengenai suatu desa, kecamatan, kabupaten,
memberi kemungkinan untuk merintis
tempat tinggal suatu etnis, suku bangsa, yang
permasalahan baru dalam sejarah nasio-
ada dalam satu daerah atau beberapa daerah.
nal. Dengan begini bukan saja visi ten-
Penulisan sejarah lokal mempunyai
tang proses ke arah terwujudnya kesa-
makna penting baik untuk kepentingan aka-
daran nasional, sebagai syarat utama
demis maupun pembangunan masyarakat, ter-
bagi kemantapan integrasi nasional da-
utama kepentingan masyarakat dalam mem-
pat dipersegar, tetapi dan lebih penting
pelajari pengalaman masa lalu nenek moyang-
lagi, dinamika sesungguh-nya dari pro-
nya. Hal ini sejalan dengan yang diungkap-
ses terjadi itu dapat dipahami”
kan Allan J Ligthman (1978, p.169)
Corak studi sejarah lokal yang telah
“... local history conducted for their own
dilakukan tentang Indonesia menurut Taufik
sake, local history conduct to test hypo-
Abdullah (1992, p.27) dapat dibedakan men-
theses about broader jurisdictions, usu-
jadi empat golongan, yakni: (1) studi yang
ally nation states, and local history that
difokuskan pada suatu peristiwa tertentu
focus on understanding the process by
(studi peristiwa khusus atau apa yang disebut
which communities grow and develop.
evenemental l‟evenement; (2) studi yang lebih
Although analytically distinct, in actual
menekankan pada struktur; (3) studi yang
practise these lines frequently crisscross
mengambil perkembangan aspek tertentu da-
and run together”
lam kurun waktu tertentu (tematis); dan (4)
Dalam batasan spasial/waktu dalam studi sejarah umum yang menguraikan per-
sejarah lokal, penulispun bisa membuat kembangan daerah tertentu (propinsi, kota,
batasan terpendek hingga panjang. Penulisan kabupaten) dari masa ke masa.
tentang sebuah pemberontakan PETA, bisa Sejarah lokal lebih bersifat demokratis,
dibuat dalam ritme pendek maupun panjang. sebab ia berangkat dari fenomena setempat,
Dalam seminar Sejarah Lokal 17-20 berbeda dengan sejarah daerah yang dibatasi
September 1984 di Medan, telah dikemukakan secara administratif politik. Namun, bisa saja
lima tema pokok sebagai acuan penulisan se- sebuah sejarah daerah merupakan sejarah
jarah lokal seperti yang dikutip Kuntowijoyo lokal, misalnya tentang Sejarah Bali. Bali
(2003, p.145): (1) dinamika masyarakat pe- adalah wilayah administratif yang mempunyai
desaan; (2) pendidikan sebagai faktor dina- latar belakang sosial budaya yang relatif
misasi dan interaksi sosial; (3) interaksi antar- sama. Hal ini berbeda ketika kita berbicara
suku bangsa dalam masyarakat majemuk; (4) tentang Sejarah Daerah Jawa Tengah. Harus
revolusi nasional di tingkat lokal; (5) biografi diingat, bahwa Jawa Tengah bagian Barat me-
tokoh lokal. rupakan masyarakat yang mempunyai latar
Dalam bagian lain, Taufik Abdullah belakang sosial budaya suku Sunda, yang
(1992, p.239) menambahkan bahwa penulisan secara kultur berbeda dengan masyarakat
sejarah lokal begitu besar artinya dalam upaya Jawa Tengah (Solo atau Semarang). Sejarah
pembahasan yang lebih detail tentang feno- lokal mempunyai keleluasaan yang lebih
independen dalam menentukan wilayah ka- Salah satu permasalahan yang muncul
jiannya. Kajian sejarah lokal yang intensif dan adalah bahwa sebagian masyarakat lokal
diversif, akan mampu memunculkan realitas mempunyai jalan sejarah yang dianggap
lokal yang lebih heterogen dan bermakna. negatif, atau mungkin persinggungan konflik
Dengan demikian kehadiran sejarah dengan komunitas lain. Contoh sederhana
lokal tidak perlu ditakuti sebagai hal yang adalah konflik yang terjadi ratusan tahun lalu
mengancam pendidikan multikultural. Bahwa antara Suku Jawa dan Suku Sunda karena
pengungkapan sejarah lokal dikhawatirkan adanya Perang Bubad. Strategi Gadjah Mada
akan membuka luka atau justru mem- menghancurkan Pajajaran di Majapahit mem-
peruncing perbedaan tidak perlu terjadi apa- buat sakit hati dalam waktu yang lama masya-
bila pengungkapan sejarah lokal tersebut rakat Sunda masa tersebut. Demikian halnya
sebagai upaya pengungkapan kejujuran dan kasus pada masa kolonialisme Belanda. Keka-
sebagai media belajar dari masa lalu. Hal ini lahan Perang Padri salah satunya disebabkan
justru akan membantu perekatan persatuan banyaknya pasukan sewaan Belanda dari
melalui kupasan yang jujur dan demokratis. Jawa. Begitu seterusnya sampai pada masa-
Sebab suatu luka yang ditutup-tutupi justru lah-masalah kontemporer seperti konflik etnis
akan berakibat lebih fatal. Sebagai contoh Madura dan Dayak, konflik antarpemeluk
bagaimana Orde Baru menutupi masalah de- agama dan sebagainya merupakan luka masa
ngan GAM, Gerakan Timor Leste dan seba- lalu yang dikhawatirkan akan membuka luka
gainya. lebih lebar. Benarkah demikian? Bagaimana
sejarah lokal menyikapi fenomena tersebut?
Pengajaran Sejarah Lokal dalam Sejarah lokal mempunyai kerangka
Pendidikan Multikultural kebijaksanaan menyikapi masa lampau. Biar-
Dari kajian pendidikan multikultural lah masing-masing tempat mempunyai dan
dan sejarah lokal di atas, dapat dikompi- menguraikan sejarah yang berbeda dengan
lasikan bagaimana strategisnya peran sejarah lokalitas lainnya. Justru dengan begitu akan
lokal dalam pendidikan sejarah dan pendidik- muncul kesadaran „ibaratnya saling mencu-
an multikultural. Perbedaan-perbedaan pe- rahkan hati‟, bahwa tiap lokalitas mempunyai
ngalaman kelompok masyarakat tidak perlu masalah yang berbeda, sehingga bersama-
ditakuti dan ditutup-tutupi. Dengan kesadaran sama saling mencari jalan baru yang lebih
sejarah, maka masyarakat akan lebih mema- terang.
hami dan arif menyikapi perbedaan masa lalu Setiap bagian wilayah Indonesia, mem-
dan masa kini. Bagaimana mengembangkan punyai banyak perbedaan sejarah dan kebu-
pengajaran sejarah lokal dalam pendidikan dayaan. Sangat naif apabila dibuat penye-
multikultural? Strategi apa saja yang dapat ragaman sejarah dan budaya tersebut melalui
dilakukan? Siapa saja yang terlibat? kuriukulum nasional. Hendaknya perbedaan
yang terjadi, maupun pertentangan yang per-
Belajar dari kesalahan masa lalu nah dialami antara sebagian daerah tidak perlu
ditonjolkan tetapi juga jangan ditutup-tutupi,
Salah satu ciri ilmu sejarah, adalah dengan lebih mengedepankan deferensiasi
sifatnya yang diakronis (memanjang), berbeda yang sifatnya menuju akomodasi.
dengan ilmu-ilmu sosial lainnya yang cen- Pengungkapan berbagai sisi kehidupan
derung sinkronis (meruang). Selain itu fakta atau sejarah dalam lokalitas, akan semakin
sejarah mempunyai sifat einmalig (sekali ter- menggugah kesadaran betapa masing-masing
jadi). Sifat diakronis dan einmalig ini mem- budaya memiliki keanekaragaman nilai-nilai
punyai konsekuensi bahwa sejarah mem- yang luhur. Tidak mungkin memandang bah-
punyai berbagai dimensi dalam mengungkap- wa sebagian masyarakat Papua yang masih
kan berbagai fakta. Sifat keunikan sejarah menggunakan koteka dan sulit menggunakan
juga memberikan ruang untuk lebih intensif pakaian modern sebagai masyarakat terbela-
mengembangkan penulisan dan pengajaran kang dan tidak punya peradaban. Dengan
sejarah lokal. Penulisan tentang berbagai fe- berkaca pada sejarah, stereotype tersebut akan
nomena lokal, jelas akan memperkaya kha- runtuh dengan kesadaran bagaimana proses
zanah heterogenitas bangsa, sekaligus sebagai manusia menemukan peradaban melalui wak-
pijakan pendidikan multikultural yang efektif. tu panjang.
Selama ini pembelajaran sejarah telah sejarah lokal akan mendorong disintegrasi
memasukkan sejarah lokal dalam topik-topik bangsa? Tentu saja pertanyaan tersebut meru-
kajian di kelas mulai pendidikan dasar sampai pakan kekhawatiran yang bisa dimengerti.
menengah. Sebagai contoh pembelajaran se- Sebab penanaman nilai kesejarahan dengan
jarah di SMA pasti mengajarkan berbagai menonjolkan luka-luka masa lampau, akan
perlawanan di berbagai daerah, perkembang- menghidupkan semangat pertentangan. Teta-
an kerajaan-kerajaan Hindu Budna dan Islam pi, hendaknya penyajian pengajaran sejarah
di berbagai daerah di Indonesia merupakan mampu menghadirkan nilai objektif, dengan
contoh kajian sejarah lokal di dalam pembe- penuh muatan edukatif. Pendidikan Multi-
lajaran Sejarah di SMA. kultural mengembangkan kesederajatan, yang
berarti menghapus luka masa lalu dengan
Menyajikan kasus-kasus lokal menghadirkan kehidupan yang lebih egaliter.
Idealnya pembelajaran sejarah selalu Pengajaran Sejarah tidak perlu terlalu
berangkat dari masalah dan fenomena-fe- menutup-nutupi realitas sejarah yang telah
nomena lokal, agar siswa mempunyai pera- terjadi, tetapi hendaknya penyajian pengajaran
saan memiliki dan membutuhkan pelajaran sejarah mampu dihadirkan dengan penuh
yang mereka terima. Terutama pada masa muatan edukatif akan kesadaran membangun
orde baru, pengajaran sejarah terlihat begitu nilai-nilai luhur secara bersamaan. Seperti
dipaksakan uniformitasnya. Bagaimana mung- terjadinya konflik pada tahun 1960-an, aksi-
kin mengajarkan tentang kepahlawanan Pa- aksi PKI dan organisaasi onderbownya telah
ngeran Diponegoro dan Patih Gadjah Mada menimbulkan luka yang mendalam dalam
sama porsinya yang diajarkan di Jakarta de- tubuh masyarakat, terutama di Jawa, Sumatera
ngan Papua. Tidak asingkah anak-anak Papua dan Bali. Demikian juga dengan gerakan
dengan tokoh Diponegoro dan Gadjah Mada? penumpasan PKI, telah menimbulkan korban
Tentu konsep pembelajaran sejarah yang ideal ratusan ribu sebagai akumulasi konflik masa
adalah pembelajaran yang mampu menyajikan sebelumnya. Haruskah pengajaran sejarah
kesejarahan yang dekat pada lingkungan anak selamanya menutupi kasus yang sungguh
didik. Kepahlawanan lokal akan lebih mena- terjadi dalam bangsa kita? Hendaklah dengan
rik dan menyenangkan disajikan kepada para penuh kebijaksanaan dan kesadaran sejarah,
siswa di daerah. pembelajaran bisa menanamkan bahwa penga-
Pengajaran sejarah lokal mempunyai laman sejarah sebagai guru yang paling baik.
peran besar dalam upaya menghadirkan peris- Kesalahan masa lalu menjadi pengalaman
tiwa kesejarahan yang dekat pada siswa. untuk membangun masa depan bersama yang
Elastisitas sejarah lokal mampu menghadirkan lebih baik.
berbagai fenomena, baik berkaitan mulai dari
Pengembangan strategi pembelajaran
latar belakang keluarga (family history),
sejarah sosial dalam lingkup lokal, peranan Berbagai strategi pembelajaran sejarah
pahlawan lokal dalam perjuangan lokal lokal di atas akan lebih efektif apabila pem-
maupun nasional, kebudayaan lokal, asal-usul belajaran disajikan secara bervariatif. Sesuai
suatu etnis, dan berbagai peristiwa yang ter- dengan karakteristik pembelajaran sejarah
jadi pada tingkat lokal. Siswa akan diajak yang diuraikan di depan, maka idealnya
memahami realitas sejarah mulai dari yang pembelajaran sejarah lokal disajikan dengan
terkecil, hingga dalam bingkai nasional, dan strategi yang menantang peserta didik. Pem-
global. Bagaimana menyajikan pengajaran belajaran sejarah seharusnya menekankan ke-
sejarah lokal dalam mendukung pendidikan giatan belajar konstruktivistik yang terbuka
multikultural? terhadap perbedaan para siswa. Hal ini sangat
penting untuk membantu siswa memahami
Mengkomunikasikan berbagai perbedaan diri dan masa lalu dirinya sebagai bagian
Setiap masyarakat mempunyai sisi lokal, nasional, dan global seperti diungkap-
„baik‟ dan „tidak baik‟ menurut penilaian yang kan Banks (2002, p.68).
sifatnya relatif. Atau ada yang mengatakan “The knowledge construction component
„sejarah hitam‟ dan sejarah „putih‟, walaupun of multicultural education helps student
dalam akademis tidak ada istilah tersebut. understand how knowledge is construct-
Apakah tidak dikhawatirkan bahwa penyajian
ed and how it is influential by the biases, jumpai anak-anak di daerah luar Jawa me-
experiences, and perceptions of histori- ngenal Pangeran Diponegoro sebagai pahla-
ans and other researcher. It also helps wan, tetapi tidak mengenal pahlawan yang
students to construct own version of the ada di sekitar mereka. Hal ini disebabkan ter-
past, present, and future.” pusatnya sumber belajar yang digunakan di
seluruh Indonesia.
Dalam pengembangan strategi pembe-
lajaran, guru dituntut mampu merencanakan, Pengintegrasian dalam materi pembelajaran
menyajikan bahan ajar, mengembangkan me-
tode, dan menggunakan penilaian yang Waktu yang terbatas dalam pengajaran
mampu mendorong siswa untuk belajar akan sejarah, tidak memungkinkan pengajaran se-
berbagai perbedaan setiap kelompok masya- jarah lokal disajikan dalam bagian tersendiri.
rakat. Tugas-tugas yang bersifat kelompok Pengajaran topik sejarah lokal dalam pen-
dan individu untuk mempelajari masa lalu didikan dasar dan menengah dapat dilakukan
setiap kelompok masyarakat merupakan salah dalam beberapa cara. Pertama, melalui penyi-
satu contoh efektif dalam mengembangkan sipan pada beberapa topik sejarah nasional
strategi pembelajaran sejarah lokal. yang mempunyai korelasi dengan peristiwa
lokal. Misalnya dalam peristiwa revolusi
Pengembangan Kurikulum kemerdekaan, guru di Sumatera dapat menon-
jolkan peranan Pemerintahan Darurat Repub-
Pemberlakuan kurikulum 2006 atau
lik Indonesia (PDRI). Kedua, melalui studi
lebih dikenal dengan sebutan “Kurikulum
khusus terhadap perpustakaan, museum, mau-
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupa-
pun berbagai peninggalan sejarah. Hal ini
kan tantangan tersendiri bagi praktisi dan pe-
dapat dilakukan satu semester sekali untuk
ngambil kebijakan pendidikan sejarah. KTSP
mengenalkan sejarah dan budaya masyarakat
merupakan suatu konsep kurikulum yang
setempat. Ketiga, melalui team teaching guru
menekankan pada pengembangan kemampuan
IPS bisa melakukan kolaborasi untuk mem-
melakukan kompetensi atau tugas-tugas de-
bahas masalah lokal secara interdisiplin.
ngan standar perfomasi tertentu, sehingga
Pengajaran sejarah lokal di sekolah juga perlu
hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,
menghadirkan realitas fenomena pada lokal-
berupa penguasaan terhadap seperangkat
itas yang lain. Hal ini sangat penting dalam
kompetensi tertentu (E Mulyasa, 2004, p.39).
upaya mengerti dan berempati dengan kebera-
Salah satu aspek yang sangat meng-
gaman budaya lain.
untungkan dari KTSP adalah mengutamakan
pendekatan pembelajaran yang bersifat kon-
tekstual (alamiah), berangkat, berfokus, dan SIMPULAN
bermuara pada hakekat peserta didik untuk Pendidikan multikultural sebagai salah
mengembangkan kompetensinya. KTSP juga satu alternatif untuk mewujudkan kehidupan
memberikan kesempatan kepada daerah dan berbangsa dalam bingkai multikultural. Upaya
sekolah untuk mengembangkan kurikulum penanaman kesadaran multikultural salah sa-
pendidikan. Hal ini berbeda dengan beberapa tunya dilakukan melalui pendidikan Sejarah
kurikulum sebelumnya yang lebih bersifat Nasional Indonesia. Namun, pengajaran Seja-
sentralistis. Kesempatan ini bisa digunakan rah Nasional Indonesia selama ini terlalu sen-
untuk mengembangkan realitas lokal yang tralistis, cenderung politis ekspositoris, baik
lebih menyentuh anak didik yang erat ber- dalam kurikulum maupun pengembangannya.
kaitan dengan mata pelajaran yang dipelajari. Akibatnya, siswa cenderung memahami seja-
Sesuai konsep KTSP, sebebarnya pem- rah bangsa Indonesia sebagai suatu kesera-
belajaran sejarah lokal memiliki banyak tem- gaman sejarah. Padahal setiap lokalitas mem-
pat untuk dikembangkan. Seperti ditegaskan punyai keunikan perbedaan masa lalu yang
Conny Semiawan, bahwa Indonesia meng- perlu dihadirkan dalam pembelajaran sejarah.
alami kurikulum yang sentralistis sangat lama. Salah saatu alternatif pengembangan
Kurikulum terpisat ini sangat bertolak bela- sejarah dalam mendukung pendidikan multi-
kang dengan pendidikan multikultural yang kultural adalah melalui pengajaran sejaarah
sangat menekankan kesamaan (2004, pp.41- lokal. Sejarah lokal adalah suatu unit kajian
42). Dalam pembelajaran sejarah banyak di- sejarah yang mengangkat topik/tema sejarah
suatu tempat/lokalitas. Melalui studi sejarah Nieto Sonia, “Affirming Diversity: The Socio-
lokal dapat menghadirkan realitas sejarah political Context of Multicultural Edu-
masyarakat peserta didik dan masyarakat luar cation” dalam Noel, Janna. (2000). No-
lokalitas yang bisa menumbuhkan kesadaran table Selection in Multicultural Edu-
dan sikap keberagaman. Implementasi KTSP cation, Guilford:Dushkin/McGraw-Hill.
semakin memberikan ruang kepada guru dan Sartono Kartodirdjo (1992), Pendekatan Ilmu
daerah untuk memasukan kajian sejarah lokal Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Ja-
dalam mewujudkan perasaan dan kesadaran karta: Gramedia Pustaka Utama
multikultural. Taufik Abdullah, “Dari Sejarah Lokal ke
Konsep pengajaran sejarah lokal me- Kesadaran Nasional: Beberapa Prob-
lalui KTSP dapat dilakukan melalui studi di lematik Metodologis” dalam Sartono
luar kelas (out class of history teaching). Se- Kartodirdjo (1985), Dari Babat dan Hi-
lain itu dapat pula dilakukan melalui peng- kayat Dalam Sejarah Kritis, Yogya-
ajaran team teaching antara guru-guru IPS, karta: UGM Press.
dan menyisipkan materi sejarah lokal dalam _______ (1992), Sejarah Lokal di Indonesia,
membahas topik nasional yang berhubungan Yogyakarta: Gadjah Mada University
dengan permasalahan lokal. Melalui konsep press
ini, pengajaran sejarah akan lebih bermakna Jurnal, Paper, internet, dan koran
bagi siswa dan mendukung target pembel- Anhar Gonggong. “Peranan Sejarah Lokal
ajaran. Untuk Mewujudkan Multikultural dan
Demokrasi di Indonesia,” Makalah
Seminar Nasional XI Ikatan Himpunan
DAFTAR PUSTAKA
Mahasiswa Sejarah Indonesia, Bali 22-
Banks, A Jamer. (2002). An Introduction to 26 Februari 2005
Multicultural Education, 3rd-ed. Bos- I Gde Widja. “Multikulturalisme dan Peran
ton: A Pearson Education Company. Studi Sejarah Lokal”, Makalah Seminar
Conny Semiawan. (2004). “The Chalenge of a Nasional XI Ikatan Himpunan Maha-
Multicultural Education in 1 Pluralistic siswa Sejarah Indonesia, Bali 22-26
Society: The Indonesian Case” dalam Februari 2005
Jurnal Antropologi, Jakarta: FISIP UI. Hartono Kasmadi. “Multikultural Pendidik-
E Mulyasa (2004). Kurikulum Berbasis Kom- an”, Makalah Seminar Nasional XI
petensi, Bandung: Rosda Karya Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah
Garvey, Brian & Krug Mary. (1977). Models Indonesia, Bali 22-26 Februari 2005
of History Teaching in the Secondary Tim, “Pembangkangan Sipil dan Konflik Ver-
School, London: Oxford University tikal II” Kumpulan Makalah, Jakarta:
Press Departemen Pendidikan Nasional
H.A.R. Tilaar. (2004). Multikulturalisme Tan- Musa Asy‟arie. Pendidikan Multikultural dan
tangan-tantangan Global Masa Depan Konflik Bangsa. Kompas, 03 Septem-
dalam Transformasi Pendidikan Nasi- ber 2004
onal, Jakarta: Grassiondo Parsudi Suparlan. Menuju Masyarakat Indo-
Kuntowijoyo. (1993). Metodologi Sejarah, nesia yang Multikultural, Jurnal Antro-
Yogyakarta: Tiara Wacana pologi Indonesia, Simposium Inter-
__________ (1995). Pengantar Ilmu Sejarah, nasional Bali ke-3 16-21 Juli 2002,
Yogyakarta: Bentang www.scripps.ohiou.edu/news/cmdd/arti
Lichtman, Alan J & Valerie French. (1978). kel_ps.htm
Historians and The Living Past, The Undang-Undang RI No 20 th. 2003 tentang
Theory and Practice of Historical Stu- Sistem Pendidikan Nasional
dy, Arlington Heights: Harlan David-
son.