Anda di halaman 1dari 8

JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)

Volume 3, Nomor 2, Mei 2020 (489-496)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams


Games Turnament untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar siswa Mata Pelajaran Matematika di SMK
Negeri 1 Kempo
Asni
Guru SMK Negeri 1 Kempo, Dompu, Nusa Tenggara Barat
E-mail: asnispd5202@gmail.com
Article Info Abstract
Article History The background of this study is because (1) the average semester test scores obtained
Received: 2020-05-09 by students at Vocational High School Number 01 Kempo in the last three years is
Revised: 2020-05-11
Published: 2020-05-16 getting lower; (2) the teacher has difficulty in growing student motivation in learning
mathematics and the learning process used is teacher-centered learning (teacher
oriented) so that the teacher is unable to create an interesting learning atmosphere;
Keywords: This type of research used in this study is Classroom Action Research. Researchers
Teams Games used four data collection methods including observation, interviews, tests and
Tournament (TGT);
documentation. The instruments used were observation sheets, interview sheets and
Cooperative Learning
Model; test questions. Based on the results of this study, Increasing Student Learning Activities
Student Activities; in the subject Factor of Algebraization in Third Class Computer and Network
Student Learning. Engineering Programs at Vocational High School Number 1 Kempo in 2017/2018
akademic years, namely in the first cycle meeting 1 by 60% and meeting 2 by 66.7%
which is categorized ENOUGH Whereas in the second cycle meeting 1 was 76.7% and
meeting 2 was 78.3% which was categorized active. Student Learning Outcomes in the
subject Factor of Algebraization in Third Class Computer and Network Engineering
Programs at Vocational High School Number 1 Kempo in 2017/2018 akademic years,
based the classical learning completeness criteria. in the first cycle that is 70.58%
experienced an increase in student learning outcomes in the second cycle 97.05%.
Artikel Info Abstrak
Sejarah Artikel Latar belakang penelitian ini diantaranya adalah karena (1) nilai rata-rata ulangan
Diterima: 2020-05-09 semester yang didapat siswa di SMKN 1 Kempo pada tiga tahun terakhir semakin
Direvisi: 2020-05-11
Dipublikasi: 2020-05-16 rendah; (2) guru mengalami kesulitan dalam menumbuhkan motivasi siswa dalam
mempelajari matematika dan proses pembelajaran yang digunakan adalah
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher oriented) sehingga guru tidak mampu
Kata kunci: untuk membuat suasana pembelajaran yang menarik; Jenis penelitian yang digunakan
Teams Games Turnament dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti menggunakan empat
(TGT);
metode pengumpulan data diantaranya, observsi, wawancara, tes dan dokumentasi.
Model Pembelajaran
Kooperatif Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, lembar wawancara dan soal tes.
Aktivitas Siswa; Berdasarkan hasil penelitian ini, Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi
Hasil belajar Siswa. Faktorisasi Suku Aljabar Kelas XII TKJ SMKN 1 Kempo Tahun Pembelajaran
2017/2018 yaitu pada siklus I pertemuan 1 sebesar 60 % dan pertemuan 2 sebesar
66,7 % yang dikategorikan cukup aktif. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 sebesar
76,7 % dan pertemuan 2 sebesar 78,3 % yang dikategorikan AKTIF.. Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Faktorisasi Suku Aljabar Kelas XII TKJ SMKN 1 Kempo Tahun
Pembelajaran 2017/2018 yaitu pada kriteria ketuntasan belajar secara klasikal pada
siklus I yaitu 70,58% mengalami peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II 97,05%.

I. PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu ilmu dasar


Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu
Indonesia yang seutuhnya. Manusia yang tidak hanya pengetahuan dan teknologi pada umumnya. Oleh
mempunyai pengetahuan dan keterampilan, tetapi karena itu matematika merupakan salah satu mata
juga mempunyai kemampuan berfikir rasional, kritis pelajaran pokok di sekolah baik di Sekolah Dasar,
dan kreatif. Untuk mencapai harapan tersebut, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas
berbagai cara telah ditempuh, salah satu diantaranya bahkan sampai dengan Perguruan Tinggi. Mengingat
adalah perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pentingnya matematika, siswa yang merupakan tunas
serta adanya model pembelajaran inovatif khususnya dan harapan bangsa sudah semestinya sejak dini
dalam bidang studi matematika. dilatih untuk mengetahui dan menyukai matematika.
http://jiip.stkipyapisdompu.ac.id 489
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 3, Nomor 2, Mei 2020 (489-496)
Namun pada kenyataannya, sekarang ini tidak sedikit Dari tabel yang ada di atas dapat disimpulkan
siswa yang kurang berminat terhadap bidang studi bahwa nilai rata-rata ulangan semester yang didapat
matematika. Matematika adalah mata pelajaran yang siswa di SMKN 1 Kempo pada tiga tahun terakhir
sulit dan membosankan, bahkan matematika dianggap adalah dilihat dari materi pembelajaran semester
sebagai monsternya mata pelajaran. Hal ini ganjil dari Tahun Pembelajaran 2017/2018,
berdampak pada kurangnya motivasi dan rendahnya 2016/2017 dan 2017/2018 yaitu bahwa pada materi
hasil belajar matematika hampir pada semua jenjang pembelajaran faktorisasi suku aljabar nilai rata-rata
pendidikan. yang didapat siswa masing rendah dan makin
Pembelajaran matematika bersifat abstrak, maka menurun nilai rata-ratanya, padahal sekolah sudah
belajar matematika memerlukan daya nalar yang menentukan kriterial kentuntasan minimum adalah
tinggi. Demikian pula dalam mengajar matematika 65. Oleh karena itu nilai rata-rata siswa di SMKN 1
guru harus mampu mengabstraksikan obyek-obyek Kempo dari tahun ke tahun makin menurun yaitu
matematika dengan baik sehingga siswa dapat dengan nilai rata-rata pada tahun 2017/2018 adalah
memahami obyek matematika yang diajarkan. Hudoyo 60, sehingga nilai tersebut kurang dari nilai kriteria
(2009:8) menyatakan bahwa belajar matematika ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah yaitu 65.
merupakan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep
lebih tinggi yang dibentuk apa yang telah terbentuk Tabel 2. Rata-Rata hasil belajar Matematika Semester
sebelumnya. Sehingga dalam mengajar matematika II Siswa Tahun Pembelajaran 2017/2018
guru harus mampu memberikan penjelasan dengan KKM 65
baik. Oleh karena itu untuk melatih agar siswa JMl
N Jmlh Siswa Rata-
memiliki kecakapan-kecakapan terhadap materi yang Kelas sis %
o rata
dipelajari perlu diadakan latihan-latihan melalui wa T TT
penerapan medel diskusi. Digunakannya model XII 90,63
pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan. 1 APAT 1
32 29 3 71 %
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di XII 93,33
2 APAT 2
30 28 2 71,16 %
SMKN 1 Kempo, permasalahan yang ditemukan
adalah masalah dalam pembelajaran matematika, XII 86,67
3 APAT 3
30 26 3 70,7 %
dimana guru mengalami kesulitan dalam
menumbuhkan motivasi siswa dalam mempelajari XII
84,37
matematika dan proses pembelajaran yang digunakan 4 2017/2 34 27 7 69,67 %
018
adalah pembelajaran yang berpusat pada guru XII TKJ 86,67
(teacher oriented) sehingga guru tidak mampu untuk 5 2
30 26 4 70,33 %
membuat suasana pembelajaran yang menarik, dari
permasalahan tersebut maka yang sering dijumpai Berdasarkan tabel hasil ulangan semester II pada
pada siswa antara lain adalah kurangnya motivasi matapelajaran matematika di kelas XII SMKN 1
dalam diri siswa sehingga malas dalam pembelajaran, Kempo Tahun Pembelajaran 2017/2018, dapat dilihat
tidak ada inisiatif siswa untuk bertanya atau bahwa kelas yang nilai rata-rata dari XII APAT 1, XII
mengemukakan pendapat, siswa berbicara sendiri APAT 2, XII APAT 3, XII TKJ 2 itu mencapai ketuntasan
ketika guru sedang berbicara atau mengajar, siswa klasikal dibandingkan di kelas XII TKJ 2 yang paling
tidak berani menjawab pertanyaan guru secara rendah nilai rata-ratanya dengan jumlah siswa adalah
individual, kemandirian dalam mengerjakan soal 34 siswa dimana siswa yang tuntas adalah 27 siswa
masih sangat kurang, dan hasil belajar siswa rendah. dan yang tidak tuntas adalah 7 siswa yang tidak tuntas
Hal ini dapat dilihat pada tabel materi yang didapat dengan nilai rata-rata kelas 69,67 dan ketuntasan
oleh siswa selama semester ganjil di SMKN 1 Kempo belajar secara klasikal 84,37 % di bawah dari
sehingga menjadi alasan memilih materi adalah ketuntasan klasikal yang ditentukan yaitu 85 %.
sebagai berikut: Pembelajaran Koopertif tipe team games
tournament (TGT) merupakan salah satu model
Tabel 1. Pemilihan Materi Pada Semester Ganjil di
pembelajaran koopertif dengan dibentuk kelompok-
SMKN 1 Kempo Tiga Tahun Terakhir
kelompok kecil dalam kelas yaang terdiri dari 4-5
siswa yang heterogen, baik prestasi akademik, jenis
Nilai Rata-Rata Ulangan
Materi kelamin, ras atau etnis. Dalam team games tournament
N Semester Ganjil
Semester (TGT) digunakan turnamen akademik dimana siswa
o 2017/ 2016/2 2017/2
Ganjil berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan
2018 017 018
angota tim yang lain yang mencapai hasil serupa pada
Faktorisasi
1 65 60 60 waktu lalu.
Suku Aljabar
Menurut pendapat Sagala (2003:11) bahwa
Relasi dan
2 80 70 80 ‘‘Team games tournament (TGT) adalah model
Fungsi
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
Persamaan melibatkan aktivitas seluruh siswa tampa harus ada
3 70 80 80
Garis perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan

http://jiip.stkipyapisdompu.ac.id 490
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 3, Nomor 2, Mei 2020 (489-496)
reinforcement. Sedangkan menurut Purwanto pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa
(2000:22) bahwa pembelajaran kooperatif team yang menjawab benar pertanyaan itu akan
games tournament (TGT) merupakan salah satu model mendapat skor. Skor ini yang nantinya
pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok- dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
kelompok kecil dalam kelas yang terdiri dari 4-5 siswa d) Tournamen
yang heterogen, baik prestasi akademik, jenis, ras Biasanya tournamen dilakukan pada akhir
ataupun etnis. Dalam team games tournament (TGT) minggu atau pada setiap unit setelah guru
digunakan turnamen akademik dimana siswa melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
berkopotensi sebagai wakil dari timnya melawan menyerjakan lembar kerja. Turnamen pertama
anggota tim yang lain yang mencapai hasil atau guru membagi siswa beberapa meja turnamen.
prestasi serupa pada waktu lalu. Tiga siswa tertiggi prestasinya dikelompokan
Berdasarkan pada kedua pendapat tersebut di pada meja 1, tiga siswa selanjutnya pada meja 2
atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa dan selanjutnya.
pembelajaran kooperatif tipe Team games tournamen e) Team recognize (penghargaan kelompok)
(TGT) adalah pembelajaran yang dilakukan secara Guru mengumumkan kelompok yang menang,
bersama-sama atau berkelompok, siswa dalam satu masing masing team akan mendapat sertifikat
kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi
dari 4-5 orang untuk memahami konsep yang kriteria yang ditemukan.
difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif
tipe Team games tournamen (TGT) adalah model Langkah Langkah Penerapan Model Pembelajaran
pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT).
kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota Dalam implementasinya secara teknis teknis
kelompok sebagai wadah, siswa bekerja sama dan Dimiati (2009:88) mengatakan bahwa ada beberapa
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial langkah utama dalam penerapan model pembelajaran
dengan teman sebayangnya, memberikan kesempatan kooperatif tipe team games tournament (TGT) adalah:
pada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik a) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok belajar
pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara yang beranggotakan 4-5 orang yang memiliki
sumber bagi teman yang lain. kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang
berbeda.
Komponen pembelajaran kooperatif tipe team b) Guru memberikan soal tes kepada setiap
games tournament (TGT). kelompok.
Menurut pendapatnya Slavin (2008:84) bahwa c) Siswa bekerja soal bersama-sama dengan anggota
ada lima Komponen pembelajaran kooperatif tipe kelompoknya.
team games tournament (TGT) d) Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak
a) Penyajian Kelas mengerti dengan tugas yang diberikan, maka
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan anggota kelompok yang lain bertanggung jawab
materi dalam penyajian kelas, biasanya untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya,
dilakukan dengan pengajaran langsung atau sebelum menyajukan pertanyaan tersebut kepada
dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. guru.
Pada saat penyajian ini siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang Kelebihan dan Kelemahan Penerapan Model
disampaikan guru, karena akan membantu siswa Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan Tournament (TGT).
pada saat games karena skor games akan a) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
menentukan skor kelompok. adalah sebagai berikut:
b) Kelompok (team) 1) Model pembelajaran koperatif tipe TGT tidak
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang hanya membuat siswa yang cerdas
siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari (berkemampuan akademis tinggi) lebih
prestasi akademik, jenis kelamin ras atau etnik. menonjol dalam pembelajaran, tetapi siswa
Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami yang berkemampuan akademik lebih rendah
materi bersama teman kelompoknya dan lebih juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang
khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok penting dalam kelompoknya.
agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat 2) Dengan model pembelajaran ini, akan
games. menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling
c) Games menghargai sesama anggota kelompoknya.
Games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang 3) Dalam model pembelajaran ini, membuat siswa
dirancang untuk menguji pengetahuan yang lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar Karena dalam pembelajaran ini, guru
kelompok. Kebanyakan games terdiri dari menjanjikan sebuah penghargaan pada siswa
pertanyaan-pertanyaan yang bernomor. Siswa atau kelompok terbaik.
memiliki kartu bernomor dan coba menjawab

http://jiip.stkipyapisdompu.ac.id 491
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 3, Nomor 2, Mei 2020 (489-496)
4) Dalam pembelajaran siswa ini membuat siswa Menurut Joni (dalam Iskandar, 2012:70)
menjadi lebih senang dalam mengikuti penelitian tindakan kelas bertujuan untuk
pelajaran karena ada kegiatan permainan memperbaiki praktisis secara langsung, di tempat itu
berupa tournamen dalam model ini. dan saat itu juga. Selain itu penelitian tindakan kelas
b) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe juga mengungkap penyebab pembelajaran atau
TGT adalah sebagai berikut: pelatihan dan sekaligus memberikan pemecahan
1) Sulitnya pengelompokan siswa yang terhadap masalah. Upaya tersebut dilakukan secara
mempunyai kemampuan heterogen dari segi bersiklus dan berkolaborasi antara dosen-dosen dan
akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika mahasiswa, guru-guru dan siswa, serta instruktur-
guru yang bertindak sebagai pemegang kendali instruktur peserta latihan.
teliti dalam menentukan pembagian kelompok Ditinjau dari pengertian dan tujuan penelitian
2) Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh tindakan kelas di atas, maka peneliti mengamati
siswa cukup banyak sehingga melewati waktu penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe TGT
yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
diatasi jika guru mampu menguasai kelas di SMK Negeri 1 Kempo. Menurut Nedler (2014)
secara menyeluruh model yang baik adalah model yang dapat menolong
3) Masih adanya siswa berkemampuan tinggi pengguna untuk mengerti dan memahami suatu
kurang terbiasa dan sulit memberikan proses secara mendasar dan menyeluruh. Dari
penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk beberapa model penelitian tindakan kelas, secara
mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui,
membimbing dengan baik siswa yang yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3)
mempunyai kemampuan akademik tinggi agar Pengamatan, (4) Refleksi, langkah pada siklus
dapat dan mampu menularkan berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi,
pengetahuannya kepada siswa yang lain. tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun model
PTK yang menggambarkan empat langkah, yang
Peningkatan motivasi dan hasil belajar akan disajikan dalam bagan berikut ini.
tercapai apabila terjadi pembelajaran yang bermakna,
yakni pembelajan yang mampu melibatkan secara
aktif siswa baik fisik, mental intelektual dan Perencanaan
emosional. Hal ini tergantung pada kemampuan guru
dalam mengajar. Guru akan memiliki kompetensi Refleksi
SIKLUS I Pelaksanaan
mengajar, jika guru paling tidak memiliki pemahaman
dan penerapan secara taktis berbagai model Pengamatan
pembelajaran serta hubungannya dengan belajar
disamping kemampuan-kemampuan lain yang
Perencanaan
menunjang.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Turnament (TGT) untuk Meningkatkan Pengamatan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Faktorisasi Suku Aljabar Kelas XII TKJ 1 SMKN 1 Kempo
Tahun Pembelajaran 2017/2018”. ?

II. METODE PENELITIAN


Menurut Sanford (dalam Iskandar, 2012:65) Gambar 1. Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas
penelitian tindakan merupakan suatu kegiatan (Arikunto, dkk, 2010:16)
siklustis yang bersifat menyeluruh, yang terdiri dari
analisis, penemuan fakta, konseptualisasi, Penelitian ini mencakup empat tahapan. Empat
perencanaan, pelaksanaan dan penemuan fakta tahapan dari masing-masing siklus dapat dilihat pada
tambahan serta evaluasi. Senada dengan Sanford, gambar di atas. Jika pada siklus I ketuntasan hasil
menurut Kemmis (dalam Iskandar, 2012:65) belajar siswa telah mencapai ketuntasan klasikal yang
penelitian tindakan merupakan sebuah inkuiri yang ditetapkan sekolah, siklus II akan tetap dilaksanakan
bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh sebagai pemantapan dari siklus I dan dengan berbagai
partisipan dalam situasi sosial termasuk kependidikan perbaikan setelah mengadakan refleksi pada siklus I.
dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan Apabila pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa
rasionalitas dari (a) praktik-praktik sosial maupun belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan
pendidikan, (b) pemahaman terhadap praktik-praktik sekolah, siklus II harus dilaksanakan dengan berbagai
tersebut, dan (c) situasi pelaksanaan praktik-praktik perbaikan setelah mengadakan refleksi pada siklus I.
pembelajaran/ pelatihan.

http://jiip.stkipyapisdompu.ac.id 492
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 3, Nomor 2, Mei 2020 (489-496)
Perencanaan diteliti. Metode observasi yang digunakan dalam
Tahap ini merupakan tahap merencanakan penelitian ini adalah observasi langsung, yaitu
segala sesuatu yang akan dilakukan dalam penelitian. pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya
adalah sebagai berikut: dan langsung diamati observer. Hal-hal yang diamati
a) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam observasi yaitu aktivitas guru (peneliti),
(RPP); aktivitas siswa selama proses mengajar berlangsung.
b) menyusun daftar kelompok secara heterogen Kegiatan observasi mengenai aktivitas siswa selama
berdasarkan nilai hasil belajar siswa yang proses pembelajaran dilakukan bersama 2 observer,
diberikan guru bidang studi sebelumya; dimana setiap observer akan melakukan observasi 1–
c) membuat bahan pembelajaran berupa LKS, 2 kelompok. Observasi terhadap guru (peneliti).
pekerjaan rumah (PR); Menurut Sudjana (2011:35) tes pada umumnya
d) menyusun lembar observasi untuk mengamati digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar
aktivitas siswa dan penilaian diri sendiri selama siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan
proses pembelajaran; dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
e) menyusun pedoman wawancara; tujuan pendidikan dan pengajaran. Tes yang
f) membuat soal tes akhir (tes siklus). digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dibuat
peneliti dengan bentuk uraian. Tes yang diberikan
Pelaksanaan guru (peneliti) adalah tes yang disusun berdasarkan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada tahap pokok bahasan geometri dan pengukuran serta
ini adalah melaksanakan pembelajaran pemecahan dilakukan tiap akhir siklus.
masalah. Tindakan yang dilakukan pada upaya Data yang diperoleh dengan metode
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dari dokumentasi adalah data siswa (nama siswa), dan
rendah menjadi tinggi dengan menerapkan Model nilai matematika siswa pada materi sebelumnya. Hal
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games ini dapat memberi informasi kepada peneliti untuk
Turnament (TGT). Pada siklus ini peneliti mengetahui kemampuan siswa, sehingga peneliti
melaksanakan tindakan dengan pokok bahasan dapat membagi kelompok secara heterogen.
Faktorisasi suku aljabar. Adapun langkah-langkah Dokumentasi lainya yaitu foto pada saat penelitian
penerapannya secara garis besar sebagai berikut . berlangsung.
a) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 4-5 orang yang memiliki Refleksi
kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang Refleksi merupakan upaya untuk mengkaji segala
berbeda. yang terjadi dan telah dilaksanakan atau yang belum
b) Guru memberikan soal tes kepada setiap dicapai pada tahap sebelumnya. Refleksi dilakukan
kelompok. berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama dan
c) Siswa bekerja soal bersama-sama dengan anggota setelah pembelajaran berlangsung. Peneliti
kelompoknya. melakukan refleksi dengan cara mengevaluasi
d) Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan
mengerti dengan tugas yang diberikan, maka Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
anggota kelompok yang lain bertanggung jawab Turnament (TGT) yang telah dilaksanakan. Tujuan
untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, dari refleksi ini adalah mengetahui kekurangan
sebelum menyajukan pertanyaan tersebut kepada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan peneliti
guru. sehingga dapat digunakan untuk menentukan
tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Hasil dari
Pengamatan refleksi ini digunakan untuk memperbaiki tindakan
Observasi dilakukan bersamaan dengan pembelajaran pada siklus II agar lebih baik daripada
pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini mengamati siklus I.
aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran Analisis data merupakan cara yang paling
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi menentukan untuk menyusun dan mengelola data
yang telah disediakan. Pada tahap ini peneliti dibantu yang terkumpul dalam penelitian agar dapat
dua observer yaitu satu guru kelas dan satu observer menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat
untuk melakukan observasi. Observer ini mengamati dipertanggungjawabkan. Analisis data yang digunakan
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan
berlangsung dan juga aktivitas guru (peneliti). Metode kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif berupa hasil
yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian observasi aktivitas siswa yaitu aktivitas individu,
ini adalah metode observasi, metode wawancara, aktivitas kelompok dan penilaian diri sendiri.
metode tes, dan metode dekomentasi. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan pada hasil
Observasi merupakan teknik mengumpulkan LKS, PR dan tes.
data dengan cara mengamati setiap kejadian yang
sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat
observasi tentang hal-hal yang akan diamati dan

http://jiip.stkipyapisdompu.ac.id 493
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 3, Nomor 2, Mei 2020 (489-496)
Teknik Analisis Data
Adapun data yang dianalisa adalah sebagai berikut.
a) Aktivitas belajar siswa (Sahlan, 2007: 178).
Pada saat proses belajar mengajar berlangsung,
aktivitas siswa belajar siswa akan diamati. Keterangan :
Aktivitas siswa yang diamati yaitu penilaian NA = Nilai akhir hasil belajar siswa
aktivitas individu, kelompok dan penilaian diri N1 = Nilai rata-rata LKS 1 dan LKS 2
sendiri. Presentase aktivitas siswa dicari dengan N2 = Nilai rata-rata PR 1 dan PR 2
rumus: N3 = Nilai tes tulis
Dari rumus nilai akhir hasil belajar siswa, maka
dilanjutkan dengan menghitung ketuntasan hasil
belajar siswa secara klasikal. Presentase
(Hobri, 2007:166)
ketuntasan hasil belajar secara klasikal
menggunakan rumus:
Keterangan:
Pa = Presentase aktivitas siswa
A = Jumlah skor yang dicapai
M = Jumlah skor maksimal (Hobri, 2007:167)
Keterangan:
Dari rumus di atas maka didapatkan hasil E = Presentase ketuntasan hasil belajar secara
perhitungan berupa presentase aktivitas klaksikal
individu, kelompok dan penilaian diri sendiri. n = Jumlah siswa yang tuntas belajar
Untuk mengelompokkan kategori kedalam N = Jumlah seluruh siswa
kriteria presentase aktivitas siswa, terlebih
dahulu menghitung nilai akhir dari aktivitas Kriteria kesuksesan yaitu berupa angka atau skor
siswa. Nilai akhir aktivitas siswa dicari dengan yang merupakan batas minimal siswa. Kriteria
rumus: ketuntasan diperoleh dari ketuntasan hasil
belajar di SMK Negeri 1 Kempo. Kriteria
x 100% ketuntasan belajar dapat dinyatakan sebagai
(Sahlan, 2007: 178). berikut.
Ketuntasan hasil belajar individual, seorang
Keterangan : siswa akan dikatakan tuntas apabila mencapai
NA = Presentase nilai akhir aktivitas siswa skor ≥ 70 dari skor maksimal 100. Ketuntasan
N1 = Nilai rata-rata aktivitas individu 1 dan hasil belajar klasikal, suatu kelas dinyatakan
aktivitas individu 2 tuntas apabila minimal 75% siswa telah
N2 = Nilai rata-rata aktivitas kelompok 1 dan mencapai skor ≥ 70 dari skor maksimal 100.
aktivitas kelompok 2
N3 = Nilai rata-rata penilaian diri sendiri 1 dan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
penilaian diri sendiri 2 Peningkatan hasil belajar akan tercapai apabila
terjadi pembelajaran yang bermakna, yakni
Dari rumus presentase nilai akhir aktivitas siswa pembelajaran yang mampu melibatkan secara aktif
di atas maka didapatkan hasil perhitungan siswa baik fisik, mental intelektual dan emosional. Hal
berupa presentase pengelompokan kategori ini tergantung kemampuan guru mengajar. Guru akan
sebagai berikut: memiliki kompetensi kemampuan mengajar, jika guru
Tabel 3. Pengelompokan kategori Aktivitas paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan
siswa secara taktis berbagai metode maupun model
Presentase Kategori aktivitas pembelajaran serta hubungan dengan belajar
disamping kemampuan-kemampuan lain yang
Pa ≥ 80% Sangat aktif menunjang.
70% ≤ Pa < 80% Aktif Salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa adalah model
60 ≤ Pa < 70 Cukup Aktif pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games
Pa < 60 Tidak Akif Tournament). Menurut Purwanto (2000:22) bahwa
pembelajaran kooperatif team games tournament
b) Ketuntasan hasil belajar siswa (TGT) merupakan salah satu model pembelajaran
Secara individu dalam pembelajaran Model kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games dalam kelas yang terdiri dari 4-5 siswa yang
Turnament (TGT) dapat dilihat dengan nilai akhir heterogen, baik hasil akademik, jenis, ras ataupun
yang diperoleh siswa. Nilai akhir yang dicapai etnis. Dalam team games tournament (TGT) digunakan
siswa dinyatakan dengan NA: turnamen akademik dimana siswa berkopotensi
sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang

http://jiip.stkipyapisdompu.ac.id 494
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 3, Nomor 2, Mei 2020 (489-496)
lain yang mencapai hasil atau hasil serupa pada waktu Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
lalu. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sudah Faktorisasi Suku Aljabar Kelas XII TKJ 1 SMK
diterapkan pada kelas TKJ 1 SMKN 1 Kempo sehingga Negeri 1 Kempo Tahun Pembelajaran 2017/2018
mampu membawa perubahan peningkatan hasil yaitu pada kriteria ketuntasan belajar secara
belajar siswa maupun pada aktivitas siswa. Hal ini klasikal pada siklus I yaitu 70,58% mengalami
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan yaitu: peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II
a) Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas TKJ 1 97,05%.
SMKN 1 Kempo b) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Pada siklus I indikator keberhasilan masih Teams Game Turnament (TGT) untuk
belum tuntas, hal ini dapat dilihat dengan nilai Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi
rata-rata kelas pada pelaksanaan tes awal pada Faktorisasi Suku Aljabar Kelas XII TKJ 1 SMKN 1
siklus I dalam penerapan pembelajaran kooperatif Kempo Tahun Pembelajaran 2017/2018 yaitu
tipe TGT sebesar 64,26 dengan ketuntasan pada siklus I pertemuan 1 sebesar 60 % dan
klasikalnya adalah 70,58%. Dari hasil perhitungan pertemuan 2 sebesar 66,7 % yang dikategorikan
dapat diketahui bahwa pada pelaksanaan tes awal CUKUP AKTIF. Sedangkan pada siklus II
pada siklus I jumlah siswa yang memperoleh skor pertemuan 1 sebesar 76,7 % dan pertemuan 2
≥ 65 adalah 23 ssiwa atau 70,58%. sebesar 78,3 % yang dikategorikan AKTIF.
Pada siklus II indikator keberhasilan sudah
tuntas, hal ini dapat di lihat bahwa nilai rata-rata B. Saran
yang diperoleh siswa untuk bahan materi yang Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas XII TKJ
sama adalah sebesar 72,87 dan dapat 1 SMKN 1 Kempo Tahun Pembelajaran 2017/2018,
diprosentasekan menjadi 97,05% sehingga maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:
prosentasi kenaikan dari siklus I adalah 26.47%. a) Kepada pihak sekolah diharapkan dapat merapkan
dari hasil pelaksanaan pada siklus II jumlah siswa model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
yang memperoleh skor ≥ 65 adalah 33 siswa atau Games Tournament) karena model pembelajaran
97,05%. ini berdasarkan pada hasil peneliti menunjukan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka adanya peningkatan hasil belajar, aktivitas guru,
dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model dan motivasi belajar siswa.
pembelajaran kooperatif tipe team games b) Kepada guru matematika khususnya diharapkan
tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil agar dapat memanfaatkan model pembelajaran
belajar siswa, hal ini dilihat dari perbandingan dari kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament)
siklus I dan siklus II. Dimana siklus I untuk nilai sebagai salah satu model pembelajaran yang
rata-rata hasil belajar siswa 64,26 meningkat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
14,56 pada siklus II sehingga menjadi 78,82 atau c) Kepada siswa, penulis sarankan agar lebih
dilihat dari ketuntasan klasikal dari siklus I adalah meningkatkan aktivitasnya walaupun guru tidak
70,58% meningkat 26,47% sehingga menjadi memanfaatkan model pembelajaran kooperatif
ketuntasan klasikal pada siklus II adalah 97,05%. tipe TGT (Team Games Tournament) ini.
Sehingga hasil yang dicapai di dalam penelitian ini
tingkat ketuntasan belajar yang dicapai lebih dari DAFTAR RUJUKAN
85% jumlah siswa yang mengikuti tes. Agung, Iskandar. 2012. Panduan Penelitian Tindakan
b) Aktivitas Belajar Siswa Kelas Bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana Murni.
Berdasarkan hasil observasi Aktivitas belajar
siswa pada siklus I dengan pertemuan 1 tingkat Ahadiyah, N., (2006). Pengaruh Penggunaan
prosentse Aktivitas siswa sebesar 60%, kemudian Pembelajaran Kooperatif Model TGT. Yokyakarta:
dilanjutkan pada pertemuan ke 2 prosentase yang Andi Offset.
diperoleh sebesar 66,7 % yang dikategorikan
CUKUP AKTIF. Sedangkan pada siklus II meningkat Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
prosentsenya yaitu sebesar 76,7 % sedangkan Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
pada pertemuan ke 2 meningkat menjadi 78,3 %
Budiningsing, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
dan dikategorikan AKTIF. Maka Aktivitas belajar
Jakarta: Rineka Cipta.
siswa pada penelitian ini dapat dinyatakan
memenuhi indikator keberhasilan penelitian Depdiknas. 2004. Pedoman Pembelajaran Tuntas.
tindakan kelas. Jakarta:Depdiknas.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran.
A. Simpulan Jakarta: Rineka Cipta
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai Dimiyati. (2009). Penerapan Pembelajaran Kooperatif.
berikut: Semarang: UNNES
a) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Game Turnament (TGT) dapat

http://jiip.stkipyapisdompu.ac.id 495
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 3, Nomor 2, Mei 2020 (489-496)
Firdaus, Taman. (2008). Pembelajaran Aktif. Nasution. 2012. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta:
Yokyakarta: Genta Pres Bumi Aksara

Hamiyah & Jauhar. 2014. Strategi Belajar Mengajar di Nuraini dan wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan
Kelas. Jakarta:Prestasi Pustaka. Aplikasinya. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Hobri. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru dan
Praktisi. Jember: Pena Salsabila Purwanto, Ngalim, M. (2000). Media Pembelajaran
(Model-Model Pembelajaran). Jakarta: Proyek
Hudoyo, Anni. (2009). Metode Pembelajaran yang peningkatan mutu SLTP
Berhasil. Bandung: Rosdakarya.
Sahlan. 2007. Penilaian Berbasis Kelas. Jember: Jaya
Jihad & Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Makmur.
Yogyakarta: Multi Pressindo.
Sadirman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar
Kamdi, W. (2007). Model-Model Pembelajaran Mengajar. Jakarta Utara: Raja Grafindo Persada.
Inovatif. Universitas Negeri Malang. Malang
Sagala. (2003). Teori Pembelajaran. Jakarta: Grasindo
Keller, J.M., (1983). Motivational design
instruction.instructionaldesign theories and Slavin, R.E. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta:
models. Pp (383-433). New York. Lawrence Rineka Cipta
Elbaum Associates
Sudjana, Nana. (2011). Penilaian Hasil Belajar
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Matematika. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional


Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Rosda

http://jiip.stkipyapisdompu.ac.id 496

Anda mungkin juga menyukai