Anda di halaman 1dari 5

Macam-macam gangguan yang terjadi pada usus halus

1.infeksi
Infeksi usus adalah peradangan yang dapat terjadi di usus kecil atau usus besar. Kondisi ini
umumnya ditandai dengan demam, diare, dan muntah-muntah. Infeksi usus atau enterokolitis dapat
disebabkan oleh bakteri, parasit, virus atau jamur. Bakteri, virus, parasit, dan jamur, merupakan
mikroorganisme yang dapat ditemukan di air, tanah, bahkan makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
Jika sampai masuk ke dalam tubuh apalagi berkembang tidak terkendali, mikroorganisme tersebut
dapat menyebabkan gangguan kesehatan, termasuk infeksi usus.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-masing penyebab infeksi usus dan cara
penyebarannya:
1. Bakteri
Beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi usus adalah:

 E. coli
 Shigella
 Salmonella
 Campylobacter
 Clostridium
 Yersinia

Seseorang dapat terinfeksi bakteri tersebut jika mengonsumsi makanan, seperti telur dan
daging, yang tidak dimasak matang atau mengonsumsi air yang terkontaminasi.

2. Parasit
Jenis parasit yang menyebabkan infeksi usus antara lain Entamoeba histolytica dan Balantidium
coli. Parasit ini umumnya menyebar melalui air, misalnya akibat berenang di kolam renang umum
serta minum air dari sumur atau tangki air yang terkontaminasi.

3. Virus
Cytomegalovirus merupakan salah satu jenis virus penyebab infeksi usus. Virus ini umumnya
menyebar melalui kontak dengan air liur dan urine penderita, atau melalui transfusi darah. Infeksi
virus Cytomegalovirus dapat menimbulkan kondisi yang lebih serius pada penderita HIV/AIDS dan
penerima transplantasi organ.

4. Jamur
Jamur Candida hidup di dalam usus dalam jumlah yang terkendali. Namun, jika berkembang terlalu
banyak, jamur ini dapat menyebabkan infeksi usus.
Selain beberapa penyebab di atas, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena infeksi usus, yaitu:

 Bekerja di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain


 Tidak mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau sebelum makan
 Minum atau makan dari air dan makanan yang terkontaminasi
 Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita diabetes atau HIV/AIDS
 Menjalani kemoterapi atau radioterapi
 Pernah menjalani transplantasi organ
Gejala infeksi usus dapat muncul dalam hitungan jam atau beberapa hari setelah terjadi infeksi.
Beberapa gejala infeksi usus yang umum terjadi adalah:

 Kram perut
 Diare
 Demam
 Kembung
 Hilang nafsu makan
 Mual dan muntah
 Terdapat darah pada tinja

Diagnosis Infeksi Usus


Untuk mendiagnosis infeksi usus, dokter akan mengajukan pertanyaan terkait gejala yang dialami
pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

 Tes darah, untuk memastikan tanda-tanda adanya infeksi usus.


 Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi jenis mikroorganisme penyebab infeksi usus
 Kolonoskopi, untuk melihat kondisi usus besar dan ujung usus besar (rektum) dengan
menggunakan selang khusus yang dilengkapi kamera dan lampu

Pengobatan Infeksi Usus


Penanganan infeksi usus dapat berupa pemberian obat-obatan hingga operasi. Berikut adalah
penjelasannya:

Pemberian obat-obatan
Jenis obat-obatan yang diberikan tergantung pada penyebab infeksi usus, antara lain:

 Obat antiradang, seperti aminosalisilat atau kortikosteroid untuk mengurangi peradangan di


usus
 Obat antibiotik, seperti ciprofloxacin, ampicillin, dan rifaximin untuk mengatasi infeksi usus
yang disebabkan bakteri
 Obat imunosupresan, seperti mercaptopurine, azathioprine, atau cyclosporine
 Obat pereda nyeri, seperti acetaminophen, ibuprofen, dan naproxen
 Obat antijamur untuk menangani infeksi jamur
 Obat antidiare, seperti loperamide
 Obat pereda asam lambung, kembung, atau mual, seperti lansoprazole, metoclopramide, atau
ondansentron

Operasi
Jika pemberian obat-obatan tidak efektif untuk mengatasi infeksi usus atau bila infeksi usus makin
memburuk, dokter akan menyarankan prosedur operasi untuk mengangkat usus yang bermasalah.
Selain metode pengobatan di atas, dokter juga akan menyarankan pasien menjalani perawatan mandiri
untuk mempercepat proses pemulihan, seperti:

 Minum air putih lebih sering atau oralit bila perlu


 Makan dengan porsi sedikit, tetapi sering
 Mengonsumsi makanan rendah lemak dan rendah serat ketika diare
 Menghindari konsumsi susu dan produk olahannya, minuman berkafein, dan minuman yang
mengandung gula tinggi

Komplikasi Infeksi Usus


Infeksi usus dapat meningkatkan risiko munculnya masalah kesehatan lain, terutama bila tidak
ditangani dengan tepat. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi antara lain:

 Robekan di usus besar


 Perdarahan hebat
 Dehidrasi berat
 Kanker usus besar
 Radang otak (ensefalitis) atau radang selaput otak (meningitis)
 Kejang
 Gagal ginjal
 Radang pankreas (pankreatitis)
 Penurunan kadar gula darah dan elektrolit darah
 Sindrom Guillain- Barré
 Radang sendi reaktif (Sindrom Reiter)
 Sepsis

Pencegahan Infeksi Usus


Infeksi usus merupakan penyakit yang dapat dicegah. Caranya antara lain dengan melakukan hal-hal
berikut:

 Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap sebelum atau setelah makan,
menyajikan makanan, dari toilet, serta setelah menyentuh hewan.
 Jangan minum air dari sumber yang tidak terjamin kebersihannya.
 Gunakan peralatan masak atau makan yang sudah dicuci bersih.
 Bersihkan bahan makanan menggunakan air mengalir.
 Masak makanan, seperti telur, daging, dan seafood sampai benar-benar matang.
 Simpan bahan makanan di lemari pendingin.
 Tutupi hidung dan mulut saat bersin atau batuk.
 Jangan melakukan kontak dengan orang lain bila Anda sedang sakit infeksi, atau ketika orang
lain sedang sakit infeksi.
2. PERDARAHAN

Usus halus kita memiliki panjang sekitar enam meter bahkan lebih. Usus halus memiliki
peran penting dalam penyerapan nutrisi dari makanan. Dibandingkan dengan bagian
saluran cerna lainnya, usus halus adalah tempat yang jarang untuk terjadi perdarahan.
Namun, perdarahan di usus halus dapat menjadi penyebab paling umum dari perdarahan
saluran cerna yang tidak jelas asalnya. Sekitar 5% dari perdarahan saluran cerna
disebabkan karena perdarahan pada usus halus. Pendarahan pada usus halus memiliki
banyak penyebab yang mendasari dan mungkin menjadi penyebab adanya darah pada
tinja atau anemia pada beberapa pasien. Karena usus halus sangat panjang dan
pergerakannya tinggi, maka untuk menemukan sumber perdarahan di usus halus tentunya
merupakan tantangan yang besar.

Dalam beberapa tahun terakhir, ketersediaan inovasi alat pemeriksaan penunjang untuk
mendeteksi perdarahaan usus halus semakin canggih, seperti kapsul endoskopi, double-
balloon enteroscopy (DBE), dan CT Enterografi. Dengan pemeriksan penunjang tersebut
tentunya telah membantu para klinisi untuk memahami lebih baik tentang penyebab
perdarahan usus halus. Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab, gejala, dan
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi perdarahan usus halus, serta pilihan terapi
apa saja yang tersedia untuk pasien.

Berbagai jaringan yang tidak normal pada dinding usus halus dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan. Penyebab paling sering yang ditemui adalah kelainan vaskular atau
kelainan pembuluh darah pada dinding usus halus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan
pendarahan usus halus antara lain tumor jinak, tumor ganas, polip, penyakit Crohn, dan
adanya luka pada dinding usus halus. Kelainan vaskular dan adanya luka pada usus halus
akibat konsumsi obat anti-nyeri golongan Nonsteroidal Anti-Inflammatory
(NSAID) adalah penyebab umum perdarahan usus halus yang ditemui pada orang tua.
Sedangkan tumor dan penyakit Crohn adalah penyebab umum perdarahan usus halus
yang terjadi pada pasien di bawah usia 40 tahun.

Pendarahan usus halus bisa menimbulkan gejala bisa tidak. Umumnya, perdarahan usus
halus yang bergejala akan terjadi pada kondisi perdarahan yang banyak. Gejala yang sering
ditemui adalah adanya darah pada tinja, tinja berwarna hitam, nyeri perut, dan gejala anemia
atau kurang darah seperti mudah lelah. Jika terjadi perdarahan yang banyak dan tidak
diketahui, maka gejala yang dirasakan akan lebih berat seperti pusing, lemas, dan sesak
napas. Gejala bisa saja tidak nampak pada perdarahan yang berlangsung lambat.
.

Untuk mendiagnosis perdarahan usus halus, pertama-tama dokter akan menanyakan


mengenai keluhan dan riwayat penyakit Anda saat ini maupun terdahulu. Pertanyaan lain
yang juga ditanyakan antara lain mengenai riwayat penggunaan obat anti-nyeri, obat
pengencer darah, riwayat trauma, terapi menggunakan radiasi, riwayat operasi sebelumnya,
dan apakah sudah dilakukan pemeriksaan teropong atau belum. Begitu pula riwayat penyakit
keluarga penting untuk ditanyakan. Setelah mengumpulkan data dari pasien, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik dan bisa dilanjutkan dengan  pemeriksaan penunjang sesuai
dengan kondisi Anda.
Selain pemeriksaan laboratorium darah dan tinja, terdapat beberapa pemeriksaan
penunjang lain untuk mengetahui sumber perdarahan usus halus. Dalam banyak
kasus, pemeriksaan endoskopi dan enteroskopi adalah merupakan langkah awal yang dilakukan
untuk menentukan letak perdarahan. Endoskopi dan enteroskopi merupakan alat teropong
yang lentur menyerupai tabung yang panjang dengan lampu dan kamera diujungnya.
Gambar yang diperoleh dapat kita lihat melalui monitor. Selain untuk menentukan letak
perdarahan, endoskopi dan enteroskopi juga dapat digunakan untuk membantu
menghentikan perdarahan, mengambil jaringan untuk diperiksakan lebih lanjut, dan
menandai lokasi perdarahan untuk membantu ahli bedah dalam menentukan letak
perdarahannya.

ika gagal untuk menemukan sumber perdarahan menggunakan endoskopi dan


enteroskopi, langkah umum berikutnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
endoskopi kapsul. Endoskopi kapsul adalah pemeriksaan penunjang pada saluran cerna
yang menggunakan kamera dalam sebuah kapsul. Pasien akan diminta untuk menelan
kapsul ini sehingga kamera dapat mengambil gambar pada saluran cerna secara
menyeluruh. Kapsul endoskopi akan keluar dengan sendirinya bersamaan dengan tinja
melalui anus setelah beberapa jam atau hari. Selain endoskopi, masih ada beberapa
pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dikerjakan seperti pemeriksaan radiologis yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Pendarahan usus halus dapat dikelola dengan berbagai metode seperti observasi dan
pemantauan, terapi obat-obatan, radiologis, endoskopi, maupun bedah yang dipilih sesuai
dengan indikasi, keahlian, dan ketersediaan alat. Pasien dengan perdarahan akut banyak
membutuhkan pemberian cairan dan darah, pemberian obat-obatan, pencarian lokasi
perdarahan, dan penghentian perdarahan. Tentunya, terapi yang akan diberikan oleh
dokter akan disesuaikan dengan penyebab perdarahan saluran cerna.

Penting untuk diingat, apabila Anda mengalami keluhan nyeri perut, adanya darah atau tinja


berwarna hitam, dan keluhan lemas serta pusing yang tidak kunjung membaik hingga
merasa napas menjadi sesak, maka konsultasikan diri Anda segera ke dokter untuk
mengetahui penyebab dan mendapatkan tatalaksana yang sesuai. Konsumsilah makanan
sehat dan berserat untuk menjaga kesehatan usus Anda. Gunakan obat anti-nyeri dengan
bijak dan obat pengencer sesuai dengan saran dokter.

Anda mungkin juga menyukai