Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SKPLB (surat keterangan pajak lebih bayar)


D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
ANGGOTA :
1.SITI AISYAH ZAHRA
2.SINTA INDAH
3.NUR FITHRIYANI
4.ZAHARNI DINATA
5.SITI NUR KHODIJAH

KELAS : XI AKL 2
JURUSAN : AKUNTANSI
BAB I

PENGERTIAN DAN JENIS SKPLB


Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) merupakan
bentukpenetapan pajak oleh Direktur Jenderal Pajak yang
diterbitkan apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang. Dengan memperhatikan ketentuan tersebut,
SKPLB dapat diterbitkan untuk:
1 Pajak Penghasilan (PPh) apabila jumlah kredit pajak lebih
besar daripada jumlah
pajak yang terutang
2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) apabila jumlah kredit pajak
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. Jika
terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN, jumlah
pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak
Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh
Pemungut PPN tersebut
3 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) apabila
jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang.
Penerbitan SKPLB
Penerbitan SKPLB dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan
atas Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan oleh Wajib
Pajak, baik SPT yang menyatakan kurang bayar, nihil, atau
pun lebih bayar, yang tidak disertai dengan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
Namun, SKPLB dapat pula diterbitkan tanpa melalui proses
pemeriksaan. Berdasarkan permohonan Wajib Pajak,
Direktur Jenderal Pajak, setelah meneliti kebenaran
pembayaran pajak, menerbitkan SKPLB apabila terdapat
pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
Penambahan Jumlah Lebih Bayar dalam SKPLB
SKPLB masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih
dibayar jumlahnya lebih besar daripada kelebihan
pembayaran pajak yang telah ditetapkan.

Referensi:
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP s.t.d.t.d.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan.
Berdasarkan Pasal 2 PMK 187/PMK.03/2015 permohonan
pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak yang
seharusnya terutang dapat diajukan dalam hal:

1. Terdapat pembayaran pajak yang bukan merupakan objek


pajak yang terutang atau yang seharusnya tidak terutang,
berupa:

Pembayaran pajak yang lebih bayar dari pajak yang


terutang;Pembayaran pajak atas transaksi yang
dibatalkan; Pembayaran pajak yang seharusnya tidak dibayar;
atau Pembayaran pajak terkait dengan permintaan
penghentian penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan2. Terdapat kelebihan pembayaran pajak oleh WP
yang terkait dengan pajak dalam rangka impor;

3. Terdapat kesalahan pemotongan atau pemungutan yang


mengakibatkan pajak yang dipotong atau dipungut lebih
besar dari pada pajak yang seharusnya dipotong atau
dipungut, berupa:

Pemotongan atau pemungutan PPh yang mengakibatkan PPh


yang dipotong atau dipungut lebih besar daripada PPh yang
seharusnya dipotong atau dipungut;Pemotongan atau
pemungutan PPh atas penghasilan yang diterima oleh bukan
subjek pajak;Pemungutan PPN terhadap bukan PKP yang
lebih besar daripada pajak yang seharusnya
dipungut;Pemungutan PPnBM yang lebih besar daripada
pajak yang seharusnya dipungut;4. Terdapat kesalahan
pemotongan atau pemungutan yang bukan merupakan objek
pajak, berupa:

Pemotongan atau pemungutan PPh yang seharusnya tidak


dipotong atau tidak dipungut;Pemungutan PPN yang
seharusnya tidak dipungut; atauPemungutan PPnBM yang
seharusnya tidak dipungut; 5. Terdapat kelebihan
pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan terkait
penerapan P3B bagi Subjek Pajak Luar negeri, berupa:

Kesalahan penerapan P3B Keterlambatan pemenuhan


persyaratan administratif untuk menerapkan P3B setelah
terjadi pemotongan atau pemungutan; atau Persetujuan
Bersama;

TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN


PAJAK

Berikut adalah tata cara pengembalian atas kelebihan


pembayaran pajak berdasarkan PMK 187/PMK.03/2015:

a. Pihak Pembayar bersangkutan mengajukan permohonan;


b. Pihak pembayar meliputi WP orang pribadi, WP badan,
dan orang pribadi atau badan yang tidak diwajibkan memiliki
NPWP;

c. Permohonan pengembalian diajukan secara tertulis dalam


bahasa Indonesia;

d. Permohonan ditandatangani oleh pihak pembayar atau


oleh bukan pihak pembayar dengan dilampiri surat kuasa
khusus;

e. Dokumen yang harus dilampirkan:

KeteranganDokumen yang Harus Dilampirkan1Terdapat


pembayaran pajak yang bukan merupakan objek pajak yang
terutang atau yang seharusnya tidak terutang
Berdasarkan Pasal 4 PMK Nomor 187/PMK.03/2015,
dokumen yang harus dilampirkan yaitu:

Asli SSP atau sarana administrasi lain yang dipersamakan


dengan SSP;Pengitungan pajak yang seharusnya tidak
terutang;Alasan permohonan pengembalian atas kelebihan
pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.2Terdapat
kelebihan pembayaran pajak oleh WP yang terkait dengan
pajak dalam rangka impor
Berdasarkan Pasal 9 ayat (6) PMK Nomor 187/PMK.03/2015,
dokumen yang harus dilampirkan yaitu:

FC bukti pembayaran pajak berupa SSPCP atau sarana


administrasi lain yang dipersamakan dengan SSPCP;FC
SPTNP, SPKNTP, SPKPBM, SPP, atau dokumen lain berisi
pembatalan impor yang telah disetujui oleh pejabat yang
berwenang;FC keputusan keberatan, putusan banding, dan/
atau PK terkait SPTNP, SPKNTP, SPKPBM, SPP, dalam hal
diajukan keberatan, banding dan/atau peninjauan kembali
terhadap SPTNP, SPKNTP, SPKPBM, SPP;Pengitungan pajak
yang seharusnya tidak terutang; dan Alasan permohonan
pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang.3 &4Terdapat kesalahan
pemotongan atau pemungutan yang mengakibatkan pajak
yang dipotong atau dipungut lebih besar dari pada pajak yang
seharusnya dipotong atau dipungut.Terdapat kesalahan
pemotongan atau pemungutan yang bukan merupakan objek
pajak.
Berdasarkan Pasal 14 PMK Nomor 187/PMK.03/2015,
dokumen yang harus dilampirkan yaitu:

Asli bukti pemotongan atau pemungutan pajak, atau Faktur


Pajak, atau dokumen lain yang dipersamakan dengan Faktur
Pajak;Penghitungan pajak yang seharusnya tidak terutang;
danAlasan permohonan pengembalian atas kelebihan
pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

Tambahan dokumen jika permohonan diajukan oleh SPLN


yang memiliki BUT di Indonesia:

Surat pernyataan SPLN bahwa pajak yang dimintakan


pengembalian belum diperhitungkan dengan pajak yang
terutang di luar negeri dan/ atau belum dibebankan sebagai
biaya dalam penghitungan penghasilan kena pajak di luar
negeri.

Tambahan dokumen jika permohonan diajukan oleh WP


pemotong atau pemungut yang bertindak untuk dan atas
nama SPLN:

Surat kuasa; danSurat pernyataan SPLN bahwa pajak yang


dimintakan pengembalian belum diperhitungkan dengan
pajak yang terutang di luar negeri dan/atau belum
dibebankan sebagai biaya dalam penghitungan penghasilan
kena pajak di luar negeri.

Tambahan dokumen jika permohonan diajukan oleh WP


pemotong atau pemungut atau PKP pemungut yang
bertindak untuk dan atas nama OP atau badan yang tidak
diwajibkan memiliki NPWP:
Surat kuasa

Tambahan dokumen jika permohonan diajukan langsung oleh


SPLN karena tidak memiliki BUT di Indonesia dan pemotong
atau pemungut tidak dapat ditemukan:

Surat pernyataan SPLN bahwa pajak yang dimintakan


pengembalian belum diperhitungkan dengan pajak yang
terutang di luar negeri dan/ atau belum dibebankan sebagai
biaya dalam penghitungan penghasilan kena pajak di luar
negeri. 5.Terdapat kelebihan pemotongan atau pemungutan
pajak penghasilan terkait penerapan P3B bagi SPLN.
Berdasarkan Pasal 20 PMK Nomor 187/PMK.03/2015,
dokumen yang harus dilampirkan dalam hal permohonan
diajukan oleh SPLN melalui BUT di Indonesia yaitu:

Asli bukti pemotongan atau pemungutan


pajak; Penghitungan pajak yang seharusnya tidak
terutang;Alasan permohonan pengembalian atas kelebihan
pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang; Surat
pernyataan SPLN bahwa pajak yang dimintakan
pengembalian belum diperhitungkan dengan pajak yang
terutang di luar negeri dan/ atau belum dibebankan sebagai
biaya dalam penghitungan penghasilan kena pajak di luar
negeri; SKD SPLN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan; FC Persetujuan
Bersama, dalam hal kelebihan pemotongan atau
pemungutan disebabkan adanya Persetujuan
Bersama;Dokumen pendukung bagi SPLN yang menerima
atau memperoleh penghasilan terkait dengan P3B.

Tambahan dokumen jika permohonan diajukan oleh WP


pemotong atau pemungut yang bertindak untuk dan atas
nama SPLN:

Surat permohonan dari SPLN;Surat kuasa;

f. Permohonan pengembalian disampaikan secara langsung


ke:

Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dan


kepadanya diberikan bukti penerimaan surat;Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan, dalam
hal orang pribadi atau badan tersebut tidak diwajibkan
memiliki NPWP dan kepadanya diberikan bukti penerimaan
surat;Melalui pos dengan bukti pengiriman surat;
atauPerusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.g. Bukti penerimaan surat atau bukti
pengiriman surat merupakan bukti penerimaan surat
permohonan.
Berdasarkan Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang KUP, Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau data baru
ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih besar dari
pada kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan.

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan


Pajak Lebih Bayar (SKPLB) apabila setelah melakukan
pemeriksaan atau setelah meneliti kebenaran pembayaran
pajak yang seharusnya terutang terdapat pembayaran jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2009, SKPKB


adalah surat yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administrasi, serta jumlah pajak yang
masih harus dibayar. Jenis surat ketetapan pajak ini
diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.

Secara garis besar, terbitnya SKPKB ini karena wajib pajak


kurang atau tidak membayar pajak terutang, telat
menyampaikan SPT Masa dari waktu yang telah ditentukan,
adanya salah hitung terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang
dikenai tarif 0%, tidak diketahuinya besar pajak terutang.
Selengkapnya tentang SKPKB dapat Anda baca di artikel
berikut.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar memiliki fungsi penting,
sebagai berikut ini:
Berfungsi untuk mengoreksi atas jumlah pajak yang terutang
berdasarkan dengan Surat Pemberitahuan (SPT). Sebagai
sarana administrasi yang dapat mengenakan sanksi bagi
wajib pajak terkait. Berfungsi sebagai alat yang digunakan
untuk menagih pajak.

Anda mungkin juga menyukai