Anda di halaman 1dari 5

AKuntansi Kewajiban Satuan Kerja dan Desa/Kelurahan

Kewajiban pemerintah daerah adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.
Kewajiban daerah meningkat dan dapat dipaksakan secara hukum sebagai konsekuensi atas
kontrak atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban pemerintah daerah muncul sebagai
akibat hal-hal berikut.
1. Melakukan pinjmanan kepada pihak ketiga
2. Perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah
3. Kewajiban kepada masyarakat
4. Alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya
5. Kewajiban kepada pemberi jasa
1. Klasifikasi Kewajiban Pemerintah Daerah
Kewajiban pemerinahan daerah dicatat menggunakan basis akuntansi akrual dan
diklasifikasikan berdasarkan waktu jatuh tempo penyelesaiannya, yaitu kewajiban jangka
panjang dan jangka pendek.
a. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu
paling lama 12 bulan setelah tanggal pelaporan seperti utang perhitungan pihak ketiga,
utang bunga, bagian lancar utang jangka panjang, pendapatan diterima di muka, dan
utang belanja.
b. Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu lebih
dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan seperti utang dalam negerisektor perbankan,
utang dari lembaga bukan bank, utang obligasi, dan utang kepada pemerintah pusat.
Kewajiban Pemerintah Daerah dan Pihak yang Memiliki Kewenangan
Uraian Kewajiban Kewenangan
Kewajiban Jangka Pendek Utang Perhitungan Pihak Ketiga SKPD
(PFK)
Utang Bunga SKPD
Bagian Lancar Utang Jangka SKPD
Panjang
Utang Belanja SKPD
Utang Jangka Pendek Lainnya SKPD
Kewajiban Jangka Utang Dalam Negeri PPKD
Panjang
Utang Jangka Panjang Lainnya PPKD
Penyajian utang pemerintah di neraca dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang. Utang dicatat sebesar nilai nominal. Namun
demikian, SKPD secara umum tidak berwenang melakukan pinjaman/utang yang bersifat
jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hutang yang dimungknkan ada di
SKPD adalah hutang dikarenakan adanya pemotongan pajak yang dilakukan namun belum
dilakukan penyetoran ke kas negara. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, dalam proses
belanja barang dan jasa seringkali terdapat potongan pajak oleh bendahara pengeluaran
sebagai wajib potong/pungut sehingga dana yang diterima pihak ketiga adalah jumlah neto
(setelah dikurangi potongan pajak). Potongan/pungutan pajak oleh bendahara pengeluaran
tersebut dicatat sebagai utang.
Adapun kewenangan SKPD dalam akuntansi kewajiban yang akan dibahas pada buku ini
meliputi utang belanja (baik belanja barang/jasa, belanja pegawai, maupun belanja modal),
utang PFK, dan pendapatan diterima di muka.
a. Utang Belanja
Pada saat menerima hak atas barang, termasuk barang dalam perjalanan yang telah
menjadi haknya, pemerintah daerah harus mengakui kewajiban atas jumlah yang
dibayarkan untuk barang tersebut. Apabila kontraktor membangun fasilitas atau
peralatan sesuai dengan spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah
daerah, jumlah yang dicatat harus sesuai dengan berita acara kemajuan pekerjaan.
Jumlah kewajiban yang disebabkan transaksi antarunit pemerintah daerah harus
dipisahkan dengan kewajiban kepada unit nonpemerintah daerah.
b. Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa perhitungan pihak ketiga
(PFK) yang belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan keuangan
sebesar jumlah yang masih disetorkan.
c. Pendapatan Diterima di Muka
Pada saat pemerintah daerah menerima uang muka atas suatu transaksi yang akan
direalisasikan di masa mendatang, pemerintah derah harus mengakui penerimaan
tersebut sebagai kewajiban. Apabila transaksi tersebut nantinya terealisasi, uang muka
tersebut akan dilakukan sebagai pengurang nilai pembayarannya.
2. Dokumen Terkait
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi kewajiban SKPD antara lain
peraturan kepala daerah tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah, nota pesanan,
berita acara serah terima, kuitansi, surat perjanjian kerja, 2P2D UP/GU/TU, SP2D LS, dan
surat pernyataan pengguna anggaran tentang tanggungjawab pengguna anggaran terhadap
laporan keuangan SKPD.
3. Jurnal Standar Akuntansi Kewajiban Satuan Kerja
Berikut ini jurnal standar untuk akuntansi kewajiban satuan kerja.
a. Pengakuan Utang Belanja
Pada saat terdapat belanja barang/jasa, belanja pegawai, atau belanja modal yang telah
dimanfaatkan dan pembayaran belum dilakukan pembayaran pada akhir periode
pelaporan, maka bendahara pengeluaran membuat bukti memorial. Selanjutnya
berdasarkan bukti memorial tersebut, bendahara pengeluaran membuat jurnal sebagai
berikut.
Beban xxx
Utang Belanja xxx
Jurnal yang dibuat saat pembayaran utang tersebut adalah sebagai berikut .
Utang belanja xxx
Kas di bendahara pengeluaran xxx
Ilustrasi
Pada tanggal 9 April 2019, PPTK Kegiatan SKPD N melakukan pemesanan ATK
dengan menggunakan nota pesanan untuk pengadaan ATK untuk digunakan segera.
Pada tanggal 11 April 2019 diterima barang dan dibuatkan Berita Acara serah Terima
Barang senilai Rp 4.000.000,00. Tanggal 16 April 2019 dilakukan pembayaran
menggunakan mekanisme UP/GU. Transaksi-transaksi tersebut dicatat oleh bendahara
pengeluaran dalam jurnal sebagai berikut.
11 April 2019 Beban – alat tulis kantor 4.000.000
Utang belanja bahan habis pakai 4.000.000
16 April 2019 Utang belanja bahan habis pakai 4.000.000
Kas di bendahara pengeluaran 4.000.000

b. Pengakuan Utang PFK


Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) terjadi karena bendahara pengeluaran memotong
pajak asuransi/BPJS/iuran dari pihak lain (misalnya pegawai/rekanan) untuk disetorkan
kepada pihak ketiga (misalnya pemerintah/Taspen/BPJS). Jurnal saat memotong pajak
dari belanja yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Kas di bendahara pengeluaran xxx
Utang PFK xxx
Jurnal yang dibuat saat pajak tersebut disetorkan adalah sebagai berikut.
Utang PFK xxx
Kas di bendahara pengeluaran xxx
Ilustrasi
Pada bagian ini akan diilustrasikan contoh pencatatan transaksi belanja yang ada di satua
kerja.
 Tanggal 15 April 2019 Dinas Kesehatan melakukan pmeotongan pajak atas
pembelian kendaraan bermotor (UP/GU/TU) senilai Rp 4.000.000,00.
 Tanggal 17 April 2019 Dinas Kesehatan melakukan penyetoran pajak atas
pembelian kendaraan bermotor (UP/GU/TU) senilai Rp 4.000.000,00.
Jurnal untuk transaksi-transaksi tersebut adalah sebagai berikur.
15 April 2019 Kas di bnedahara pengeluaran 4.000.000
Utang PFK 4.000.000
17 April 2019 Utang PFK 4.000.000
Kas di bendahara pengeluaran 4.000.000

c. Pengakuan Pendapatan Diterima di Muka


Pendapatan diterima di muka diakui berdasarkan pendekatan kewajiban. Adapun bentuk
jurnalnya sebagai berikut.
Kas di bendahara pengeluaran xxx
Pendapatan diterima di muka xxx
Ilustrasi
Pada tanggal 1 September 2019 SKPD N menerima pendapatan sewa kos pasar untuk 1
tahun sebesar Rp 24.000.000,00. Jurnal untuk transaksi ini adalah sebagai berikut.
1 Januari 2019 Kas di bnedahara pengeluaran 24.000.000
Pendapatan diterima di muka 24.000.000
31 Januari Pendapatan diterima di muka 24.000.000
2019 Kas di bendahara pengeluaran 24.000.000
Pencatatan pada tanggal 31 Januari 2019 merupakan pencatatan pengakuan pendapatan
yang harus dilakukan di tiap-tiap bulan selama 11 bulan ke depan (tiap sebulan sekali).
Hal ini harus dilakukan karena keseluruhan nilai perjanjian sewa kios Rp 24.000.000,-
untuk satu tahun sehingga pengakuan pendapatan sewa kiosnya pun dilakukan selama
setahun dengan dibagi proporsional tiap bulan.

Anda mungkin juga menyukai