Proposal Skripsi Brilian Brega Pradana RSTJ B
Proposal Skripsi Brilian Brega Pradana RSTJ B
Disusun Oleh:
BRILIAN BREGA PRADANA
Notar : 18.1.0517
Disusun Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
i
HALAMAN PENGESAHAN
Pada Tanggal :
Mengetahui
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Notar : 18.01.0517
Dengan demikian saya menyatakan bahwa laporan Skripsi ini bebas dari
unsur-unsur plagiasi dan apabila Skripsi ini di kemudian hari terbukti merupakan
plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan
karyaatau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis
bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku
Yang menyatakan,
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena dengan rahmatnya dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudu; “Evaluasi Kinerja Rambu Batas Kcepatan Sebagai Pengatur Batas
Kecepatan Kendaraan Bermotor ( Studi Kasus Jalan Suparjo Rustam, Kecamatan
Sokaraja) dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
beberapa pihak yang berperan penting, yaitu;
1. Ibu Dr. Siti Maemunah. S.Si. M.S.E, M.A., Selaku Direktur Politeknik
Keselamatan Transportasi Jalan;
2. Bapak Hanendyo Putro. ATD., MT., selaku Ketua Jurusan Program Studi
DIV Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan (DIV MKTJ);
3. Ibu Nurul Fitriani. S.Pd., M.T., selaku dosen pembimbing penyusunan
skripsi;
4. Bapak Riza Phahlevi Marwanto. S.T., M.T., selaku dosen pembimbing
penyusunan skripsi;
5. Orang tua yang telah membesarkan serta mendidik dengan penuh kasih
sayang hingga saat ini;
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
Dalam skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Hormat Saya
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
III.3 Metode dan Jenis Penelitian................................................................21
III.4 Variabel Penelitian..............................................................................22
III.5 Populasi dan Sampel...........................................................................22
III.5.1 Populasi.......................................................................................22
III.5.2 Sampel........................................................................................22
III.6 Metode Pengumpulan Data.................................................................23
III.6.2. Alat Pengumpulan Data...............................................................23
III.6.3 Data Primer.................................................................................25
III.6.4 Data Sekunder.............................................................................27
III.7. Teknik Analisis Data...........................................................................28
III.8 Rencana Jadwal Penelitian..................................................................33
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 111 Tahun 2015
Tentang Tata Cara Penetapan Batas Kecepatan, batas kecepatan adalah
aturan umum atau khusus untuk menurunkan kecepatan bagi pengemudi
karena alasan keramaian, di sekitar sekolah, banyaknya aktivitas di sekitar
jalan, hemat energi atau karena alasan geometrik jalan. Berdasarkan UU
RI No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tiap jalan
mempunyai batas kecepatan maksimum yang ditetapkan secara nasional
serta batas kecepatan maksimum diatur berdasarkan kawasan pemukiman,
kawasan perkotaan, jalur antarkota, serta jalan bebas hambatan. Tujuan
adanya pembatas kecepatan yaitu sebagai batas kecepatan maksimum
pada pengemudi untuk menurunkan angka kecelakaan lalu lintas. Dalam
fasilitas pengendali kecepatan lalu lintas mempunyai peranan penting pada
sistem transportasi modern. Dalam fungsinya, rambu batas kecepatan
menginformasikan kepada pengguna jalan tentang batas kecepatan yang
sesuai di jalan raya.
2
khususnya kawasan perkotaan Purwokerto menyebutkan bahwa Jalan
Suparjo Rustam memiliki kecepatan rata-rata tertinggi yaitu 54,15 km/jam
dari daerah rawan kecekaan lainnya di purwokerto. Jalan Suparjo Rustam
merupakan jalan perkotaan dengan fungsi jalan Arteri Primer yang berada
di Kabupaten Banyumas, memiliki karakteristik yaitu terdapatnya mobilitas,
kawasan sekolah, pemukiman, perdagangan, serta perindustrian. Mengacu
pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 111 Tahun 2015, jalan arteri
primer yang tidak dipisahkan median dan berada pada kawasan pusat
kegiatan maka penentuan batas kecepatan paling tinggi 40 km/jam. Karena
itu, pada Jalan Suparjo Rustam mempunyai penetapan batas kecepatan
maksimal 40 km/jam. Namun kenyataannya pengemudi sering kali
pengemudi menggunakan kecepatan diatas 40 km/jam saat melewati jalan
tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengemudi yang sering
melanggar batas kecepatan adalah kondisi jalan yang lurus dan jalan yang
lebar. Tak jarang pula kecelakaan disebabkan pengemudi yang berkendara
melebihi batas kecepatan dan kehilangan keseimbangan sehingga terjadi
kecelakaan.
3
pemahaman pengguna jalan terhadap rambu batas kecepatan dan
memberikan solusi untuk meningkatkan keselamatan bagi pengguna jalan
yang melintas. Maka dari itu perlu adanya penelitian dengan judul :
“EVALUASI KINERJA RAMBU BATAS KECEPATAN SEBAGAI
PENGATUR BATAS KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR (Studi
kasus: Jalan Suparjo Rustam, Kabupaten Banyumas, Kecamatan Sokaraja)
4
4. Mengukur tingkat pemahaman pengguna jalan terhadap rambu batas
kecepatan yang terpasang di Jalan Suparjo Rustam.
5
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan mengenai sumber-sumber atau referensi yang digunakan
untuk mendukung penulisan skripsi ini. Sumber-sumber referensi
tersebut dapat berupa buku maupun materi-materi yang ada pada
internet.
I.1.
I.2.
I.3.
I.4.
I.5.
6
lintas tertinggi di kedua arah ruas
jalan tersebut.
Penelitian tentang efektivitas
Variabel Rambu Batas Kecepatan.
Effects of Posted Chao Lokasi studi diambil di jalan tol
Limit on the Gao, Qinghai yang mempunyai batas
3 Dispersion of Traffic Jinliang kecepatan tetap 80 km/jam. Metode
Flow Speed (Case Xu, pengambilan data menggunakan dua
Study Qinghai Qunshan sensor berpasangan yang dipasang
Expressway)(2019) Li, Jie di lokasi studi. sensor berlokasi lebih
Yang dari 1 km dari rambu batas
kecepatan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Evaluasi
Menurut Wirawan (2012), evaluasi merupakan studi yang digunakan
untuk mengumpulkan, menganalisis, serta menyajikan data yang berguna
sebagai objek penelitian, menilainya dengan membandingkan dengan
indikator-indikator penliaian serta hasilnya dipergunakan untuk mengambil
keputusan dalam objek penelitian.
Kesimpulannya adalah evaluasi merupakan objek evaluasi yang
menampilkan proses penelitian, dimana hasilnya dideskripsikan dalam
wujud informasii untuk mengenali kondisi suatu objek yang berikutnya data
tersebut digunakan untuk memastikan alternatif yang sesuai dalam
mengambil keputusan lainnya.
II.1
8
4. Kendaraan tidak bermotor (UM), adalah kendaraan yang menggunakan
tenaga manusia atau hewan (misalnya becak, sepeda, kereta kuda, dan
kereta dorong)
Secara umum, kendaraan yang melintas di jalan mempunyai jenis
kendaraan yang bervariasi, maka dalam menentukan volume lalu lintas
dapat dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp). Untuk
mendapatkan volume kendaraan dalam smp, diperlukan faktor konversi
dan berbagai jenis kendaraan menjadi mobil penumpang, yaitu faktor
ekivalen mobil penumpang (emp). Besaran smp yang di rekomendasikan
sesuai dengan hasil penelitian (Manual Kapasitas Jalan Indonesia
( MKJI ), 1997) dapat diilihat pada Tabel II.1
9
II.3.1. Kecepatan
Kecepatan merupakan ukuran menunjukkan jarak yang
ditempuh kendaraan dibagi waktu tempuh, biasanya dinyatakan
dalam kilometer per jam (km/jam). Julianto (2010) menyatakan
dalam arus lalu lintas, tiap kendaraan berjalan dengan kecepatan
yang bervariasi. Karena itu, pada arus lalu lintas tidak dikenal
karakteristik kecepatan tunggal akan tetapi disebut sebagai
distribusi dari kecepatan tunggal. Selanjutnya dapat diketahui
karakteristik lalu lintas dari jumlah rata-rata dari distribusi tersebut.
Dalam perhitungannya kecepatan rata-rata dibedakan menjadi dua
(bambang, 2006), yaitu:
1. Time Mean Speed (TMS), merupakan kecepatan rata-rata dari
seluruh kendaraan yang melewati suatu titik dari jalan selama
periode tertentu.
2. Space Mean Speed (SMS), merupakan kecepatan rata-rata dari
seluruh kendaraan yang menempati penggalan jalan selama
periode waktu tertentu.
II.3.1.
10
Tabel II. 2 Pembagian Batas Kecepatan Kendaraan
Jenis Jalan Kecepatan Maksimal (km/jam)
Bebas hambatan 60-100
Jalan antar kota 80
Jalan perkotaan 50
Jalan permukiman 30
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 111
Tahun 2015
11
2. Untuk Jalan kelas III B dalam jaringan jalan primer untuk mobil
penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk
kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta
tempelan adalah 80 kilometer per jam.
3. Pada Jalan Kelas III C dalam jaringan jalan primer untuk mobil
penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk
kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta
tempelan adalah 60 kilometer per jam.
4. Pada Jalan Kelas II dan III A dalam jaringan jalan sekunder
untuk:
a. Mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang adalah 70
kilometer per jam.
b. Kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau
tempelan adalah 60 kilometer per jam.
5. Pada Jalan Kelas III B dalam jaringan jalan sekunder untuk
mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk
kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta
tempelan adalah 50 kilometer per jam.
6. Pada Jalan Kelas III C dalam jaringan jalan sekunder untuk
mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk
kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta
tempelan adalah 40 kilometer per jam.
12
Untuk pemilihan lokasi, surveyor harus teliti sebab harus
bisa melihat jelas ketika survei dilapangan. Untuk posisi
surveyor harus lebih tinggi dari lokasi survey dan melihat
kebawah saat pengamatan berlangsung. Surveyor juga harus
menggunakan titik referensi untuk membantu mengumpulkan
data kecepatan berdasarkan kendaraan yang berjalan melalui
area survei yang telah ditentukan. Titik referensi untuk waktu
awal mungkin harus tiang vertikal yang berwarna terang.
Sedangkan titik akhir bisa menggunakan pohon atau bisa juga
tiang vertikal berwarna terang.
3. Mencatat hasil pengamatan pada form survei spot speed
dengan Stopwatch
Pada form data spot speed dengan stopwatch, surveyor
mencatat tanggal, lokasi, batas kecepatan yang ditentukan,
kondisi cuaca, waktu awal, waktu akhir, dan waktu henti. Untuk
ban depan pada kendaraan, ketika melintasi garis yang sudah
ditandai sebagai waktu awal survei, surveyor memulai
stopwatch. Waktu henti ketika ban depan kendaraan melintasi
haris penanda di depan surveyor. Hasilnya dicatat pada form
data sesuai waktu yang diamati.
4. Menghitung kecepatan kendaraan
Untuk menghitung kecepatan kendaraan, menggunakan
panjang survei yang sudah ditentukan sebelumnya dan catatan
waktu kendaraan yang membutuhkan kendaraan untuk
berpindah melewati perjalanan dengan rumus Roess dan
Mcshane (2011).
s
V=
t
13
II.3.5. Kecepatan Persentil 85 dan 50
Kecepatan persentil merupakan rumus untuk menentukan
efektivitas dan memadai pada batas kecepatan. Metode yang
digunakan pada kecepatan persentil ada dua, yaitu persentil 85 dan
50. Persentil 50 adalah kecepatan rata-rata dari data yang sudah
terkumpul. Persentil ini menunjukkan pada kecepatan yang mana
setengah dari kecepatan diamati dibawah dan setengah lagi yang
diamati ada di atas. Kecepatan persentil 50 menunjukkan kecepatan
rata-rata pada arus lalu lintas. Persentil 85 yaitu kecepatan yang
mana 85% dari kendaraan yang diamati. berjalan pada di atas atau
di bawah. Persentil ini digunakan untuk mengevaluasi atau
merekomendasikan rambu batas kecepatan yang ada yang terikat
dengan asumsi bahwa pada 85% pengendara mengemudi dengan
kecepatan yang dirasa cukup aman. Dengan kata lain, kecepatan
persentil 85 normalnya diperkirakan menjadi kecepatan yang paling
aman untuk penerapanya di lalu lintas. Kecepatan diasumsikan
berdistribusi normal yang hasil distribusinya ditunjukkan pada
Gambar II.2.
14
dasar acuan untuk menetapkan batas kecepatan dengan
mempertimbangkan karakter jalan (kondisi bahu jalan, kelas jalan,
alinyemen, dan jarak pandang). Kecepatan segmen, penggunaan
lahan di sekitar jalan, perparkiran, aktivitas pejalan kaku dan
catatan kecelakaan.
Distribusi kecepatan yang normal pada 85th percentile
memungkinkan untuk menghitung tingkat pelanggaran. Perbedaan
antara kecepatan kendaraan dan kecepatan rata-rata akan
meningkatkan resiko kecelakaan. Untuk menentukan batas
kecepatan harus didasarkan pada data teknis dan data lalu lintas
yang memadai dalam kuantitas maupun kualitas. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah :
1. Kecepatan aktual kendaraan saat ini:
a. Kecepatan dimana 85% kendaraan berjalan pada atau kurang
dari kecepatan 85 persentil
b. Kecepatan rata-rata dari hasil pengamatan
c. Distribusi data kecepatan
2. Data fisik
a. Kecepatan rencana
b. Kecepatan yang masih nyaman di tikungan, jarak antara
persimpangan, jumlah pusat kegiatan di kanan kiri jalan.
c. Karakteristik dan kondisi permukaan jalan, angka kekerasan
permukaan jalan, adanya alat pengendali kecepatan yang
dipasang melintang, kondisi bahu dan median jalan.
1) Data kecelakaan
2) Volume lalu lintas
3) Parkir dan bongkar muat
4) Kendaraan umum
5) Pengaturan arus belok
6) Lampu pengatur lalu lintas dan rambu serta marka yang
memperngaruhi atau dipengaruhi oleh kecepatan
7) Konflik kendaraan dengan pejalan kaki
15
Berdasarkan laporan Legislative Audit Division In Montana
(1997) penetapan batas kecepatan berbeda-beda pada setiap
negara. Proses penetapan batas kecepatan yang diketahui secara
coba-coba oleh pengemudi yang akan memilih kecepatan yang
sama maka peluang terjadinya kecelakaan dapat dikurangi. Alasan
utama menggunakan kecepatan 85th percentile adalah:
1. Karena secara umum dapat diterima oleh pengguna lalu lintas
2. Probabilitas terjadi kecelakaan rendah untuk kendaraan yang
melaju di bawah kecepatan 85th percentile
3. Kecepatan 85th percentile diketahui oleh semua pengendara
sebagai kecepatan yang dapat digunakan
4. Merupakan contoh kecepatan yang mudah diperoleh dan
dianalisis
Kecepatan 85th percentile adalah salah satu faktor yang sangat
penting digunakan untuk menerapkan batas kecepatan di jalan
raya, selain juga faktor-faktor antara lain kondisi permukaan jalan,
kondisi bahu jalan, kelas jalan, alinyemen dan jarak pandang, serta
penggunaan lahan dan data kecelakaan lalu lintas setidaknya dalam
kurun waktu 6 bulan terakhir.
II.1
II.2
II.3
16
sedikit maka akan menimbulkan rasa nyaman kepada pengemudi untuk
berkendara dengan kecepatan tinggi karena dirasa aman. Kondisi jalan
yang buruk juga dapat memicu kecelakaan, jika kondisi jalan tersebut
buruk seperti lubang, amblas, retak dan sebagainya. Jika pengemudi
berkendara dalam kecepatan yang tinggi akan sulit untuk bereaksi pada
jalan yang rusak tersebut dan kecelakaan tidak dapat dihindarkan.
Ketika mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi, akan
mendapatkan penghargaan atau sensasi bagi pengemudi. Hal ini
disebabkan pemikiran dari pengemudi yang menilai diri mereka memiliki
keterampilan mengemudi di atas rata-rata. Sejumlah survei yang dilakukan
di berbagai negara di dunia menunjukkan bahwa hampir 90% pengemudi
merasa bahwa mereka terampil dan berisiko rendah, karena itu mereka
merasa bahwa mereka dapat melaju di atas batas kecepatan dan tidak
menempatkan diri mereka pada risiko tinggi (Global Road Safety
Partnership).
II.1
II.2
II.3
II.4
17
pengetahuan lama yang telah mereka terima (Susanto, 2013).
Kemampuan dalam memahami suatu hal tidak dapat dimiliki oleh semua
individu, karena pemahaman memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-
beda yang sesuai dengan pemahaman yang dimiliki individu itu sendiri.
Dalam penelitian Sudjana (2016) mengungkapkan ada tiga indikator
tingkat pemahaman, yaitu:
1. Tingkat yang paling rendah adalah memahami makna, mulai dari
makna dalam arti yang sebenarnya, dimulai dengan mengartikan dan
menerapkan aturan atau prinsip.
2. Tingkat kedua adalah memahami maksud dari makna, yakni
menghubungkan bagian makna dengan yang diketahui berikutnya atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
3. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu
melihat dibalik yang tertulis. Dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperluas persepsi arti waktu, dimensi,
kasus ataupun masalahnya.
18
Dikatakan sampel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen (Sugiyono, 2013).
2. Proportionate Strafied Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang
mempunyai pendidikan yang berstrata, maka pegawai itu berstrata.
Misalnya jumlah pegawai populasi yang lulus S1=45, s2=30, STM=800,
ST=900, SMEA=400, SD=300. Jumlah sampel yang harus diambil
meliputi strata pendidikan tersebut (Sugiyono, 2013).
3. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel jumlah sampel bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit
kerja tertentu mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2 90
orang S1 800 orang SMU dan 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan
S3 dan empat orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel.
Karena dua kelompok ini terlalu kecil (Sugiyono, 2013).
4. Area Sampling
Teknik sampling digunakan untuk menentukan sampling obyek yang
akan diteliti atau sumber sangat luas misal penduduk suatu negara,
provinsi.
19
BAB III
Metode penelitian
20
Gambar III.1 Lokasi Penelitian
III.1
III.2 Bagian Alir
Diagram alir yang digunakan pada penelitian ini sebagaimana gambar
dibawah ini:
Mulai
Persiapan
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan
21
Rekomendasi
Selesai
22
Rustam, Kabupaten Banyumas. Analisis dilakukan dengan membagikan
kuesioner terhadap responden di sekitar daerah penelitian tersebut.
III.2
III.3 Metode Dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode survei kuantitatif adalah
metode salah satu jenis penelitian yang dilakukan dengan cara
mengambil sampel dari suatu populasi sedangkan dalam menganalisis
data menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Kemudian menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Karena
pada penelitian ini menghitung jumlah volume lalu lintas, melakukan
survei kecepatan sesaat pada kendaraan, dan melakukan kuesioner
terhadap tingkat pemahaman pengguna jalan terhadap rambu batas
kecepatan maka pada penelitian ini menggunakan metode survei
deskriptif kuantitatif.
23
kendaraan yang melewati ruas Jalan Suparjo Rustam, Kabupaten
Banyumas. Untuk menentukan jumlah sampel kendaraan menggunakan
rumus slovin. Sedangkan dalam pengambilan sampel kuesioner dengan
teknik probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara
bertingkat. Hal ini dilakukan karena subyek penelitian dalam populasi
terdiri dari berbagai kelompok usia, gender, pendidikan, sim dan jenis
kendaraan yang digunakan.
24
Untuk mendapatkan data kecepatan kendaraan didapatkan dengan
cara melakukan survei kecepatan sesaat (spot speed). Dengan cara
memberi tanda untuk titik awal dan titik akhir, kecepatan kendaraan
dihitung dari titik awal ke titik akhir dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan kendaraan untuk melewati titik awal dan akhir. Survei
dilakukan dengan alat bantu stopwatch dengan panjang lintasan 100
meter dari titik awal ke titik akhir. Tujuan dari pelaksanaan survei
kecepatan ini adalah untuk mengetahui kecepatan kendaraan di Jalan
Suparjo Rustam.
3. Counter
Counter digunakan
untuk menghitung jumlah kendaraan yang melewati lokasi penelitian di
Jalan Suparjo Rustam untuk memudahkan surveyor dalam mengisi
formulir survei.
4. Alat tulis
25
Alat tulis digunakan untuk mencatat data pada formulir survey dan
informasi lainnya.
5. Kamera
26
Dalam pengumulan data primer yang dilakukan di Jalan Suparjo
Rustam dengan melaksanakan pengambilan data langsung di lapangan
dengan cara survei dan kuesioner. Tahap pengumpulan data primer
pada penelitian ini untuk mendukung penelitian ini adalah:
1. Survei inventarisasi jalan
Survei inventarisasi jalan dilakukan sepanjang jalan suparjo
rustam untuk mengetahui kondisi eksisting pada ruas jalan yang
dilaksanakan dengan mengamati, mengukur data yang dibutuhkan
dan mencatat hasil survei ke dalam formulir inventarisasi. Survei ini
bertujuan untuk memperoleh data-data teknis dan non teknis dari
jalan dan jembatan (termasuk kondisinya), antara lain:
a. Panjang, lebar dan kontruksi jalan
b. Kondisi jalan
c. Bangunan pelengkap yang ada di sebelah kanan/kiri jalan
Survei dilakukan pada off peak supaya dalam pelaksanaan
survei tidak terganggu dan mengganggu arus lalu lintas.
2. Survei volume lalu lintas
Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati
suatu titik atau garis tertentu. Untuk jenis kendaraan dibedakan
menjadi kendaraan berat, kendaraan ringan, sepeda motor, dan
kendaraan tidak bermotor. Selanjutnya digunakan untuk penentuan
jumlah sampel kecepatan kendaraan dengan secara acak. Peralatan
yang diperlukan untuk pelaksanaan survei volume lalu lintas adalah
counter, clip board, alat tulis, kamera, dan formulir survei.
3. Survei kecepatan kendaraan sebelum melewati rambu
Berdasarkan data kecepatan sesaat ( spot speed) dengan
menghitung kecepatan kendaraan didahului dengan menghitung
waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan untuk melintas di masing-
masing area dan dilakukan pada jalur arah barat ke timur dan arah
timur ke barat.
4. Survei kecepatan kendaraan setelah melewati rambu
Survei kecepatan dilakukan setelah kendaraan melewati batas
kecepatan. Survei ini bertujuan untuk mengetahui perubahan
27
kecepatan kecepatan kendaraan yang melintas setelah rambu batas
kecepatan.
5. Survei kecepatan kendaraan saat simulasi pemasangan rambu
berulang
Pengambilan data dilakukan dengan jarak masing-masing 15
meter, 30 meter, 45 meter, 55 meter, dan 70 meter setelah rambu
batas kecepatan dan dilakukan pada saat off peak. Survei kecepatan
dilakukan pada jalur yang memiliki karakteristik kecepatan yang lebih
tinggi.
28
kepemilikan sim dan jenis kendaraan yang digunakan dengan
menyilangkan tanda silang pada kotak di depan pilihan yang ada.
c. Responden diminta mengisi formulire kuesioner terkait
pemahaman responden mengenai arti atau makna dari rambu
batas kecepatan.
d. Responden akan mengisi 12 pertanyaan pada formulir kuesioner
untuk mengetahui tingkat pemahaman responden terhadap rambu
batas kecepatan.
III.6.4 Data Sekunder
Data sekunder berupa data kecelakaan lalu lintas di jalan suparjo
rustam selama 3 tahun terakhir (2019, 2020, 2021) dengan cara
mendatangi intansi terkait yaitu unit laka satlantas Polres Banyumas
serta data peta wilayah Kabupaten Banyumas.
III.4.
III.5.
III.6.
29
hasil pengolahan data inventarisasi jalan berupa lebar jalan, lebar
bahu jalan, lebar drainase, panjang jalan, tata guna lahan dan lainnya.
III.7.2 Penghitungan Volume Lalu Lintas Kendaraan (Traffic Counting)
perhitungan data volume lalu lintas digunakan untuk memperoleh
data yang akurat mengenai jumlah kendaraan disertai dengan jenis
kendaraanya yang melintas untuk mengetahui jam sibuk / puncak ( peak
hour). Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung jumlah kendaraan
yang melintasi titik yang disurvei dengan waktu 15 menit. Dalam 15 menit
dihitung jumlah kendaraan yang di klasifikasikan menjadi mobil pribadi,
truk dan bus. Setelah diperoleh jumlah kendaraan yang melintas tiap 15
menit, maka jumah kendaraan tersebut dikalikan ekivalensi mobil
penumpang (emp) dengan berdasarkan dari manual kapasitas jalan
indonesia (mkji). Hasil dari survei volume ini digunakan sebagai sample
yang nantinya digunakan untuk survei selanjutnya.
III.7.3 Kecepatan Persentil
1. Setelah melakukan pengambilan data kecepatan, kemudian dilakukan
perhitungan persentil 85 dari ruas jalan pada masing-masing jenis
kendaraan. Untuk mengetahui perhitungan 85th percentile yaitu:
2. Menentukan kecepatan maksimal dan minimal masing-masing
kendaraan pada tiap arah jalur.
3. Mencari Kelompok kecepatan berdasarkan nilai minimal dan maksimal
kecepatan.
4. Setelah mencari kelompok kecepatan, selanjutnya menghitung rata-
rata kelompok kecepatan (nilai tengah) masing-masing nilai kelompok.
5. Lalu mencari jumlah kendaraan per kelompok dari data kecepatan
serta mencari kumulatif dari frekuensi tersebut.
6. Langkah terakhir mencari total observasi per kelompok dan mencari
kumulatif total observasi.
7. Selanjutnya membuat grafik berdasarkan kumulatif total observasi dan
rentang kelas kecepatan. Hasilnya didapatkan kecepatan persentil 85
pada setiap jenis kendaraan.
8. Dari hasil penelitian dan perhitungan data menggunakan metode
persentil 85, dapat diketahui jika kecepatan sesaat di lapangan apakah
melampaui kecepatan desain atau tidak, jika kecepatan di lapangan
30
tidak melampaui batas kecepatan/ kecepatan desain jalan suparjo
rustam dapat mempresentasikan bahwa jalan tersebut memiliki
jaminan keselamatan yang masih tergolong aman, namun jika melebihi
batas kecepatan maka perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk
menjamin pengguna jalan akan keselamatan dan keamanannya.
III.7.4 Uji Normalitas Data Secara Visul PP Plots dan QQ Plots
Uji normalitas merupakan bagian dari uji asusmi klasik (Uji persyaratan)
dalam analisis regresi. Dalam uji paired sample t test, persyaratan
utamanya adalah data berdistribusi normal dengan melakukan uji
normalitas. Teknik dalam uji normalitas ini, dilakukan pada nilai residual
dalam model regresi dan bukan untuk masing-masing data variabel
penelitian. model regresi yang baik seharusnya memiliki nilai residual
yang normal. Untuk melihat kenormalan dari nilai residual ini, maka dapat
berpedoman pada titik-titik ploting yang terdapat dalam hasil output
SPSS. adapun ketentuannya adalah sebagai berikut.
1. Jika titik-titik atau data berada di dekat atau mengikuti garis
diagonalnya maka dapat dikatakan bahwa nilai residual berdistribusi
normal.
2. jika titik-titik menjauh atau tersebar dan tidak mengikuti garis diagonal
maka hal ini menunjukkan bahwa nilai residual tidak berdistribusi
normal (Imam Ghozali, 2011: 160-161).
III.7.5 Uji Perbandingan
Uji paired sample t test merupakan bagian dari statistik parametrik
yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rata rata dua sampel yang
berpasangan berasal dari subjek yang sama, setiap variabel diambil saat
situasi dan keadaan yang berbeda. Uji ini juga disebut uji t berpasangan.
Dalam hal ini data yang akan dibandingkan adalah kinerja rambu batas
kecepatan dalam mereduksi kecepatan kendaraan bermotor berdasarkan
jenis kendaraan, yaitu sepeda motor, kendaraan ringan, dan kendaraan
berat sebelum dan sesudah melintasi rambu batas kecepatan dengan
selisih jarak masing-masing 100 meter serta kecepatan kendaraan saat
pemasangan rambu batas kecepatan berulang. Untuk melakukan uji
paired sample t-test, data yang digunakan harus berdistribusi normal.
31
Sehingga hipotesis yang dibuat dapat dilakukan analisis dengan uji paired
sample t-test.
1. Langkah-langkah melakukan uji paired sample t-test menggunakan
aplikasi spss:
a. Klik analyze > compare means > paired-samples t test.
b. Memasukkan variabel dari sampel berpasangan
Setelah kita melakukan langkah di atas, akan terbuka jendela
paired samples t-test. Masukkan variabel dari sampel berpasangan
pada kotak paired variable. Pada kolom variable 1 masukkan
variabel pada kondisi pertama, dan variable 2 pada kondisi kedua.
c. Klik ok
Setelah kita klik ok, maka hasil analisis ditampilkan pada
jendela output.
2. Cara membaca hasil uji paired sample t-test
a. Kolom pertama menunjukkan pengujian pasangan, pada contoh
pada baris 1 berisi data pair 1, jika kita melakukan pengujian
dengan banyak pasangan maka baris yang dihasilkan akan lebih
banyak.
b. Mean menunjukkan rata-rata perbedaan nilai dari 2 variabel yang
diuji yang merupakan selisih mean test awal dan tes akhir.
c. Std. Deviation menunjukkan standard deviasi dari skor perbedaan.
d. Std. Error mean menunjukkan standard error dari perbedaan nilai
digunakan dalam menghitung statistic uji dan interval kepercayaan
(lower and upper bound).
e. T menunjukkan statistic uji (dilambangkan dengan t) untuk uji
berpasangan (paired test).
f. Df menunjukkan derajat kebebasan dari pengujian
g. Sig (2-tailed) menunjukkan p-value atau signifikansi hasil pengujian
yang bersesuaian dengan statistic uji (t) dan derajat kebebasan
(df).
III.7.6 Analisis efektivitas
Analisis efektivitas dilakukan dengan metode n-gain score.
Normalized gain atau N-Gain-Score bertujuan untuk mengetahui
efektivitas penggunaan suatu metode atau perlakuan (treatment) tertentu
32
dalam penelitian one group pretest posttest design (eksperimen design
atau pre-experimental design) maupun penelitian menggunakan
kelompok kontrol (quasi eksprimen atau true eksperimen). Uji N-Gain
Score dilakukan dengan cara menghitung selisih antara nilai pretest (tes
sebelum diterapkan metode perlakuan) dan nilai posttest (nilai setelah
dilakukan metode perlakuan tertentu). Dengan menghitung selisih antara
nilai pretest dan posttest atau gain score tersebut, maka akan dapat
diketahui apakah penggunaan atau penerapan suatu metode tertentu
dapat dikatakan efektif atau tidak. Rumus menghitung n-gain score
adalah sebagai berikut:
Skor posttest−Skor Pretest
N Gain=
Skor Ideal−Skor Pretest
Sumber:
Melzer
Sementara pembagian kategori perolehan n-gain dalam bentuk persen
(%) dapat mengacu pada Tabel III.2
Tabel III.2 kategori perolehan nilai n-gain score dalam %
Kategori tafsiran efektivitas n-gain
Presentase (%) Tafsiran
33
< 40 Tidak efektif
40 – 55 Kurang efektif
56 – 75 Cukup efektif
> 76 Efektif
Sumber:
Hake, R.R,
III.7.7 Analisis Tingkat Pemahaman Rambu
Pedoman kuesioner pada penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut : a.)
pengetahuan tentang rambu batas kecepatan, b.) Kesadaran akan
dampak pelanggaran berupa kecelakaan, c.) sarana prasana lalu lintas.
Pengolahan data dilakukan dengan tiga tahapan yaitu tahap pemeriksaan
(editing), proses penamaan identitas (coding), dan proses pembeberan
(tabulating). Editing dilakukan dengan memeriksa hasil pengumpulan
data penelitian. Editing dimulai dengan memberi identitas pada instrumen
penelitian dilanjutkan dengan memeriksa satu persatu lembaran
instrumen penelitian dilanjutkan dengan memeriksa satu persatu
lembaran instrumen pengumpulan data kemudian memeriksa poin-poin
jawaban yang tersedia. Coding dilakukan dengan pengkodean frekuensi
dengan memberikan bobot tertentu pada masing-masing poin jawaban.
Sebelum penelitian dilakukan maka diperlukan uji coba instrumen
penelitian melalui validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas Dan Reliabilitas
Uji validitas merupakan uji yang berfungsi untuk melihat apakah
suatu alat ukur tersebut valid atau tidak valid dan yang diuji adalah
pertanyaan – pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Dalam
ketentuannya pengujian validitas yang mengkorelasikan antar masing-
masing skor item indikator dengan total skor. Tingkat signifikansi yang
digunakan yaitu 0,05. Berikut merupakan kriteria pengujian dalam
melakukan uji validitas. Sampel yang akan digunakan dalam survey
pendahuluan kuesioner adalah sebesar 50 sampel.
a. Kriteria pengujian:
1) H0 diterima apabila r hitung > r tabel, alat ukur yang digunakan
valid
34
2) H0 ditolak apabila r hitung < r tabel, alat ukur yang digunakan
tidak valid.
b. Menentukan besar nilai r tabel
1) R tabel = df (n-2)
2) Untuk mendapatkan nilai r tabel harus melihat di tabel r dengan
hasil rumus diatas.
c. Langkah melakukan uji validitas
1) Buka aplikasi spss. Atur format data di variabel view. Sesuaikan
dengan data yang telah didapatkan.
2) Selanjutnya, mencari nilai r statistik atau r hitung. Caranya klik
analyze>correlate>bivariate.
3) Lalu pindahkan semua item variabel ke kotak variables. Pada
correlation coefficients beri centang pada pearson, dibawahnya
centan two-tailed dan juga centang flag significant correlation.
Lalu klik ok.
d. Langkah melakukan uji reliabilitas metode Cronbach’s alpha
1) Buka spss, kemudian klik analyze>scale>reliability analysis.
2) Lalu akan muncul tampilan reliability anaylis. Pindahkan seluruh
data variabel berupa skala.
3) Klik statistics dan muncul tampilan reliability analysis; statistics,
kemudian pada bagian desciptive for centang scale dan scale if
item deleted. Lalu klik continue.
4) Untuk mengetahui data tersebut dipercaya atau tidak. Maka jika
perhitungan r hitung > r tabel 5% dimana r hitung dilihat dari
tabel hasil perhitungan yang akan didapatkan pada spss.
Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = a + b1 x1 + b2 x2 + … + bn xn
diketahui :
35
3. Menentukan sampel untuk survey kuesioner tingkat pemahaman
rambu batas kecepatan
Dalam penelitian ini menggunakan Non Probability Sampling
dengan jenis purposive sampling. pemelihan responden sebagai
sampel dalam penelitian ini didasarkan pada metode kuota sampling
dimana responden merupakan pengguna jalan atau masyarakat di
sekitar Jalan Suparjo Rustam. Teknik purposive sampling akan
digunakan dalam penelitian ini, teknik ini memiliki arti yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2016:85).
Menurut kriteria atau syarat yang telah dijelaskan, maka teknik
sampel yang digunakan yaitu Quota sampling. Teknik ini menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
yang diinginkan (Sugiyono, 2016:85). Dalam tahapan pengambilan
sampel kuota harus mengikuti prosedur sesuai aturan. Langkah-
langkah dalam pengaplikasian teknik pengambilan sampel kuota
sampling di antarannya.
a. Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam teknik pengambilan
sampling berjatah adalah dengan membagi populasi ke dalam unit-unit
kelompok ekslusif. klasifikasi tersebut didasrkan pada karakteristik
masing-masing individu dalam populasi terpilih.
b. setelah populasi terbagi dalam sub-bab, peneliti diharuskan untuk
mengidentifikasi proposi masing-masing kelompok dengan
pertimbangan keseluruah populasi. tahapan proposi ini nantinya
berpengaruh langsung pada proses pengerjaan sampling.
c. langkah terakhir peneliti melakukan analisa akhir perbandingan
proporsi sub-grup dengna total populasi. Analisa bersangkutan harus
mempelajari dan memahami secara detail karakteristik tiap kelompok
sebagai perwakilan dari keseluruhan populasi sampel.
Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang ditentukan akan diteliti
sebanyak 120 sampel.
36
III.8 Rencana Jadwal Penelitian
Penyusu
nan
1 proposal
Seminar
2 proposal
Pengambil
3 an data
Analisa
4 data
Penyusun
an Bab IV
5 dan V
Sidang
tugas
6 akhir
37
DAFTAR PUSTAKA
Gao, C., Xu, J., Li, Q., & Yang, J. (2019). The effect of posted speed limit on the
dispersion of traffic flow speed. Sustainability (Switzerland), 11(13).
Kawulur, C. I., Sendow, T. K., Lintong, E., & Rumayar, A. L. E. (2013). ANALISA
KECEPATAN YANG DIINGINKAN OLEH PENGEMUDI (STUDI KASUS RUAS
JALAN MANADO-BITUNG). Jurnal Sipil Statik, 1(4), 289–297.
Kementerian Perhubungan. (2014). Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2014. Jakarta.
Kementerian Perhubungan. (2014). Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2014. Jakarta.
Keselamatan, M., Untuk, J., Keputusan, P., Praktisi, D., & Kecepatan, M. (n.d.).
Manajemen Kecepatan : manual keselamatan jalan.
Murti, R. T., & Muthohar, I. (2012). EVALUASI KINERJA RAMBU PEMBATASAN
KECEPATAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG AKSI KESELAMATAN JALAN.
In Jurnal Transportasi Vol (Vol. 12, Issue 3).
Marsaid, Hidayat, M., & Ahsan. (2013). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGENDARA SEPEDA
MOTOR DI WILAYAH POLRES KABUPATEN MALANG. In Jurnal Ilmu
Keperawatan (Vol. 1, Issue 2).
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Yulianggi Trisya Pramesti, & Budiharjo, A. (2020). Efektivitas Rambu Batas
Kecepatan di Jalan Kolektor. Jurnal Teknik, 18(2), 73–81. 98
Wilmot, C. G., & Khanal, M. (1999). Effect of speed limits on speed and safety: A
review. Transport Reviews, 19(4), 315–329.
38