STUDI PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN
(PURSE SEINE) DI PPS LAMPULO PROVINSI ACEH
Disusun oleh:
Muhamad Ramadhan Pratama
17.1.09.009
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN DUMAI
PROGRAM STUDI PERIKANAN TANGKAP
2020PERNYATAAN MENGENAI PRAKTIK DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktik Akhir dengan
judul “Studi Produktivitas Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) di PPS
Lampulo Provinsi Aceh” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
dan pihak manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah discbutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir laporan
Dumai, Juli, 2020
Muhamad Ramadhan Pratama
17.1.09.009RINGKASAN
MUHAMAD RAMADHAN PRATAMA. Studi Produktivitas Alat Tangkap
Pukat Cincin (Purse Seine) di PPS Lampulo Provinsi Aceh. Dibimbing oleh
Muhammad Nur Arkham, S.Pi, M.Si dan Sri Yenica Roza, S.Pi, M.Si
Pemanfaatan sumber daya perikanan, khususnya perikanan tangkap di
Perairan Lampulo Provinsi Aceh, sampai saat ini hanya terdapat dua alat tangkap
yaitu purse seine (pukat cincin) dan pancing (rawai tuna). Salah satu alat tangkap
yang dominan digunakan nelayan Lampulo di Provinsi Aceh saat ini adalah purse
seine, Penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine banyak dipengaruhi
oleh fungsi-fungsi produksi yang mana untuk mengatur pengelolaan. Tujuan
Kerja Praktik Akhir (KPA) ini adalah mengetahui konstruksi dan pengoperasian
alat tangkap pukat cincin (Purse Seine) di perairan barat sumatera di PPS
Lampulo; mengetahui jumlah produksi dan jenis ikan dominan hasil tangkapan
alat tangkap pukat cincin; dan mengetahui produktivitas alat tangkap pukat cincin.
Kerja Praktik Akhir ini dilaksanakan perairan Lampulo dengan basis
pengambilan data di PPS Lampulo Provinsi Aceh. Waktu Kerja Praktik Akhir
(KPA) selama 1 (satu) bulan dimulai dari bulan 1 Maret - 30 Maret. Data yang
dikumputkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer berupa spesifikasi
teknis purse seine di PPS Lampulo yang diperoleh berdasarkan observasi dan
wawancara langsung terhadap nelayan dan pelaku usaha perikanan purse seine
yang terkait, sedangkan data sekunder berupa data jumlah kapal yang masih aktif
kelayakan lautnya, hasil tangkapan dan produktivitas. Metode yang digunakan
dalam Kerja Praktik Akhir (KPA)ini terdiri dari analisis teknis, data deskriptif dan
analisis kuantitatif, CPUE dan Produktivitas. Konstruksi alat tangkap purse seine
terdiri dari badan jaring, kantong, selvedge, pelampung, pemberat, tali ris atas, tali
ris bawah, tali kerut dan cincin, Metode pengoperasian purse seine yaitu setting
(penurunan alat tangkap), hauling (penaikan alat tangkap), dan penaikan hasil
tangkapan. Sepuluh jenis ikan hasil tangkapan purse seine yaitu ikan banyar,
cakalang, kakap, kambing-kambing, layang, lisong, siro, tongkol komo, tongkol
krai, tuna. Produktivitas purse seine tabun 2019 terjadi peningkatan dari 5,640
ton sampai 10,440 ton, produksi meningkat sebesar 4,800 ton pada bulan Mei.
Pada bulan juni produktivitas menurun dari bulan Juni sebesar 1,091 schingga
produktivitas pada bulan Juni menjadi 9,349 ton. Produktivitas secara umum
‘menunjukan tren meningkat.
Kata kunci: Aceh, Konstruksi, PPS, Produktivitas, Purse Seine.‘SUMMARY
MUHAMAD RAMADHAN PRATAMA. Study of Productivity of Purse Seine in
PPS Lampulo, Acch Province. Guided by Muhammad Nur Arkham, S.Pi, M.Si
and Sri Yenica Roza, S.Pi, M.Si.
Utilization of fisheries resources, specifically capture fisheries in the
Lampulo Waters of Aceh Province, to date there are only two fishing gear namely
purse seine (trawl ring) and fishing line (longline tuna). One of the dominant
fishing gear used by Lampulo fishermen in Aceh Province today is purse seine.
Catching fish with purse seine fishing gear is much influenced by the production
functions which are to regulate management. The purpose of this Final Practice
Work (KPA) is to find out the construction and operation of purse seine on PPS
Lampulo; know the number of production and types of dominant fish catches of
trawl fishing gear; and know the productivity of trawl ring fishing gear.
This Final Practice Work is carried out on Lampulo waters on the basis of
data collection in Lampulo PPS Acch Province. The Final Practice Working Time
(KPA) for 1 (one) month starts from March I - March 30. The data collected
consists of primary and secondary data. Primary data in the form of technical
specifications for purse seine in Lampulo PPS were obtained based on direct
observations and interviews with fishermen and related purse seine fisheries
businesses, while secondary data were in the form of data on the number of ships
that were still active on sea worthiness, catch and productivity. The method used
in the Final Practice Work (KPA) consists of technical analysis, descriptive data
and quantitative analysis, CPUE and Productivity. The construction of purse seine
fishing gear consists of net body, pouch, selvedge, buoy, ballast, upper ris rope,
lower ris rope, wrinkle and ring rope, purse seine operation method which is
setting (decreasing fishing gear), hauling (raising fishing gear), and raising
catches. Ten species of fish caught by Purse Seine are banyar fish, skipjack,
snapper, goat, fly, lisong, siro, komo cobs, krai cobs, tuna. Purse Seine
productivity in 2019 increased from 5,640 tons to 10,440 tons, production
increased by 4,800 tons in May. In June productivity decreased from June by
1,091 so that productivity in June became 9,349 tons. Productivity in general
shows an increasing trend.
Keywords: Aceh, Construction, PPS, Productivity, Purse Seine.STUDI PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN
(PURSE SEINE) DI PPS LAMPULO PROVINSI ACEH
Disusun oleh:
Muhamad Ramadhan Pratama
17.1.09.009
Laporan Kerja Praktik Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma Il
dan mendapatkan gelar Ahli Madya
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN DUMAI
PROGRAM STUDI PERIKANAN TANGKAP,
2020LEMBAR PENGESAHAN
Judul ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP
PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DI PPS LAMPULO
DAN SPESIFIKASI TEKNIS PADA KM. FORNIA
Nama Muhamad Ramadhan Pratama
NIT 17.1.09.009
‘Tanggal Ujian 13 Juli 2020
Disetujui oleh,
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
Chale
Muhammad Nur Arkham, §.Pi., M.Si Sri Yenica Roza/S.Pi., M.Si
NIDN, 3919029001 NIDN. 1026068701
Ketua Progam studi
Perikanan Tangkap
iF
Roma YF Hutapea, S.Pi., M.Si
NIDN. 39080790001
Diketahui oleh,
Direktur
Politeknik .Kelautan dan Perikanan Dumai
Riu
Iskandar: Mhsa A.Pi., MM.
NID¥.3914036001
.
Penguji luar komisi pada ujian akhir: :s
1. Tyas Dita Pramesthy, $.Pi., Msi (QOB-
2. Roma Yuli F Hutapea, S.Pi., M.Si (pe )KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah serta Inayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik Akhir dengan judul “Studi
Produktivitas Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) di PPS Lampulo Provinsi
Aceh” tepat pada waktunya,
Kerja Praktik Akhir merupakan salah satu bentuk kegiatan Praktik Akhir
taruna/i pada semester VI sesuai dengan kurikulum. Penulis menyadari bahwa
dalam penyelesaian laporan Kerja Praktik Akhir tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan ini penuli
juga bermaksud menyampaikan terimakasih kepada:
1. Iskandar Musa, A.Pi, MM selaku Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan
Dumais
2. Roma Yuli F Hutapea, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Perikanan
Tangkap;
3. Muhammad Nur Arkham, S.Pi, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing;
4. Sri Yenica Roza, S.Pi, M.Si sclaku Anggota Komisi Pembimbing;
5. Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo yang telah memberikan fasilitas
akademik maupun praktik; dan
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin namun jika masih terdapat
kesalahan, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini
Penulis juga berharap laporan yang telah disusun dapat memberikan sumbangsih
‘untuk menambah pengetahuan para pembaca.
Dumai, Juli 2020
Muhamad Ramadhan Pratama
17.1.09.009
viiDAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..
DAFTAR ISI.
DAFTAR GAMBAR....
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN,
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...
1.2 Tujuan
1.3 Manfuat..... a
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemanfaatan Optimal Sumber Daya Ikan..
2.2 Produktivitas ..
2.3 Alat Tangkap Purse Seine dan Konstruksi Kapal..
2.4 Pengoperasian Alat Tangkap.
2.5 Distribusi Hasil Perikanan...
BAB 3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat.
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Prosedur Kerja.
3.4 Metode Analisis Data.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Alat Tangkap Purse Seine ....
4.2 Distribusi Hasil Tangkapan.
4.3 Produktivitas Hasil Tangkapan Purse Seine di Lampulo..
4.4 Produksi Dominan Ikan Purse Seine
4.5 Produksi Ikan PPS Lampulo
BAB § KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..
5.2 Saran,
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN
ew kee
2
2 20
2
vilDAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Lokasi Praktik. a)
Gambar 2. Diagram Alir Pengambilan Data... 13
Gambar 3. Alat Tangkap Purse Seine .. 14
Gambar 4, Konstruki Alat Tangkap Purse Seine ..... 1S
Gambar 5. Konstruksi Alat Tangkap Purse Seine Bae 16
Gambar 6. Kapal Purse Seine it : serene 16
‘Gambar 7. Diagram Alir Distribusi Hasil Perikanan ....-eceeneenereee 20
Gambar 8, Perkembangan Produktivitas Tangkapan Purse Seine Lampulo
Tahun 2019...cccnnneennnnninne ertiremrsneesersy |
Gambar 9. Perkembangan Jumlah Produksi Hasil Tangkapan alat tangkap
purse seine di PPS Lampulo dari tahun 2015-2019... dete
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kegunaan Alat dan Bahan.
Tabel 2. Jenis Data.
9
MW
Tabel 3. Jenis Data Sekunder yang digunakan........--- ed
Tabel 4, Panjang jaring Purse Seine Pelagis Kecil . 14
Tabel 5, Produksi dominan Ikan Purse Seine . .21
Tabel 6. Jumlah Produksi, Trip (Upaya Tangkapan) dan Produktivitas alat
tangkap purse seine pada tahun 2019 ..
2
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1, Data Mentah Perhitungan Data.
Lampiran 2, Surat Pengambilan Data...
Lampiran 3. Kegiatan Menjurai Jaring diatas Kapal
Lampiran 4, Penaikan Hasil Tangkapan diatas Kapal....BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Aceh memiliki wilayah pesisir terbesar di Pulau Sumatera, Provinsi
Aceh dikelilingi wilayah pesisir sepanjang 1.660 km dengan Iuas perairan laut
295,370 km?, terdiri atas luas wilayah perairan teritorial dan kepulauan seluas
56,563 km? dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 238,807 km? (Juanda &
Martunis, 2014). Provinsi Aceh terletak antara 06%04°33,6"LU dan
98°17'13,2”BT. Batas wilayah Provinsi Acch yaitu sebelah Utara dan Timur
berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatra Utara
dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia (BPS Aceh, 2016).
Potensi lestari sumber daya ikan laut Aceh diperkirakan sebesar 272,700 ton
per tahun, yang tersebar di perairan wilayah Aceh dan perairan (ZEE). Seluruh
sumber daya ikan tersebut baru dimanfaatkan sebesar 208 ribu ton pada tahun
2017 atau bara 76%
pelagis besar dan kecil seperti tuna, tongkol, cakalang, tenggiri, kembung, layang,
Komoditas unggulan yang ada di Aceh adalah jenis ikan
sero dan tembang; ikan demersal seperti kurisi, bawal putih, gulamah, kuro, dan
udang; dan ikan karang seperti kerapu, ckor kuning, dan ikan kakap; lobster,
kepiting, rajungan,dan juga cumi-cumi menghiasi sepanjang perairan Aceh (Dinas
Kelautan dan Perikanan Aceh, 2018).
Fajri (2018), perairan Lampulo Provinsi Aceh bethubungan langsung
dengan Samudera Hindia yang berada di sebelah Barat Sumatera. Perairan
Lampulo ini merupakan daerah perikanan laut yang potensial, terutama untuk
ikan pelagis besar (seperti tuna, tongkol, cakalang, dan layang). Pemanfaatan
sumber daya perikanan, khususnya perikanan tangkap di Perairan Lampulo
Provinsi Aceh, sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan purse
seine. Data statistik produksi perikanan Aceh pada tahun 2012-2016 mengalami
peningkatan tertinggi pada tahun 2015 dengan produksi 11,56 ton, dengan nilai
produksi sekitar 157 milyar.
Jumlah produksi purse seine yang mendominasi selama 5 tahun terakhir di
PPS Lampulo yaitu pada tahun 2015 dan 2016, ini mungkin dikarenakan
bertambahnya jumlah unit dan trip pada penangkapan purse seine . Seiring
dengan meningkatnya jumlah produksi, nilai produksi juga terus meningkat.
Produktivitas unit penangkapan purse seine di PPS Lampulo dimana upayaberupa jumlah trip tiap bulan dari tahun 2011 ~ 2016. dimana selama akhir 2015
hingga pertengahan 2016 jumlah trip meningkat hingga rata - rata 230 trip
perbulannya (Fajri, 2018). Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil judul
Studi Produktivitas Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) di PPS Lampulo
Provinsi Acch.
1.2
13
Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktik Akhir ini adalah:
Mengetahui konstruksi dan pengoperasian alat tangkap pukat cincin (Purse
Seine) di PPS Lampulo;
Mengetahui jumlah produksi dan jenis ikan dominan hasil tangkapan alat
tangkap pukat cincin di PPS Lampulo dari tahun 2015-2019; dan
Mengetahui produktivitas alat tangkap pukat cincin di PPS Lampulo pada
tahun 2019.
Manfaat
Manfaat dari Kerja Praktik Akhir ini adalah:
Bagi penulis adalah menambah pengalaman penggunaan alat tangkap purse
seine dan informasi tentang sumberdaya ikan pelagis dan pemanfaatan
secara optimumnya;
Bagi pemerintah adalah sebagai bahan pertimbangan untuk membuat
kebijakan dalam aktivitas perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan
dengan mengetahui kelimpahan ikan dan sumberdaya perikanan optimum di
lokasi praktik; dan
Bagi masyarakat adalah sebagai bahan tambahan informasi dan bacaan
masyarakat baik untuk nelayan dan masyarakat secara umum_ tentang
pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di lokasi praktik.BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemanfaatan Optimal Sumber Daya Ikan
Susilo (2009), pemanfaatan sumberdaya perikanan laut harus memenuhi
persyaratan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan (sustainable
natural resources use). Aspek ekologi pemanfaatan ini mensyaratkan terjaminnya
kelestarian sumberdaya ikan, walaupun sumberdaya ikan laut merupakan
sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) tetapi sumberdaya ikan ini
bukan tidak terbatas. Guna menjamin kelestarian sumberdaya maka
pemanfaatannya tidak boleh melebihi potensinya.
Nikijuluw (2002), Potensi sumberdaya ikan di lautan nusantara baik di
perairan toritorial, diperkirakan ada sekitar 6.1 juta ton ikan yang dapat ditangkap
secara lestari sepanjang tahun, Pemanfaatan potensi ini sudah sckitar 60%.
Persentase ini merupakan lampu kuning karena berdasarkan tanggung jawab
Komitmen internasional mengenai perikanan yang dibuat Food and Agriculture
Organization (FAO) dan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF).
Sekitar 80% ikan yang boleh ditangkap, itu berarti hanya tersisa ruang sekitar
20% penambahan produksi penangkapan ikan sepanjang tahun,
Widodo (1998), Gejala over-eksploitasi dapat ditandai dengan menurunnya
hasil tangkapan per satuan upaya, semakin kecil ukuran ikan yang ditangkap dan
bergesemya daerah penangkapan ke daerah yang lebih jauh dari pantai.
Menganalisis sumberdaya ikan, penentuan ukuran stok merupakan langkah
penting dalam mempelajari berbagai stok terutama yang telah diusahakan, Hasil
analisis akan sangat berguna bagi perencanaan pemanfaatan, pengembangan dan
perumusan strategi pengelolaan. Mengestimasi besarnya kelimpahan (bio massa)
dan estimasi potensi dari suatu jenis atau kelompok jenis sumberdaya ikan dapat
digunakan metode Surplus Produksi. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa
CPUE (C/f) merupakan fungsi dari effort (f) baik bersifat linear (model Schaefer)
‘maupun eksponensial (mode! Fox).
Baskoro (2004), Secara umum sumberdaya perikanan dapat dikelompokan
kedalam empat kelompok yaitu sumberdaya ikan demersal, sumberdaya pelagis
kecil, sumberdaya pelagis besar dan sumberdaya biota laut. Sumberdaya ini
apabila dalam eksploitasinya tidak memenuhi aturan atau melampaui_ produksi
aetahunan bersih, maka kehancuran sumberdaya menjadi tinggi. Hal ini berarti
bahwa sumberdaya tersebut akan menipis atau terkuras dengan berjalannya
waktu. Pada analisis CPUE Maunder (2001), menyatakan bahwa yang terpenting
adalah CPUE dari semua tipe alat tangkap yang dioperasikan pada areal yang
sama harus dibandingkan tethadap tipe alat tangkap standar. Model surplus
produksi banyak digunakan dalam pengelolaan perikanan dalam lingkup yang
besar Karena model ini didasarkan pada data tangkapan dan data upaya
penangkapan yang relatif mudah diperoleh.
2.2 Produktivitas
Produktivitas dan ketersediaan ikan untuk perikanan bervariasi dari tahun ke
tahun dengan perubahan kondisi lingkungan laut dan kondisi ini tidak dapat
dihindarkan sehingga menjadikan perikanan tangkap sebagai suatu yang sulit
diprediksi atau bersifat ketidakpastian Produktivitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu, Produktivitas kapal penangkap ikan menurut Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 38 Tahun 2003 merupakan tingkat
kemampuan kapal penangkap ikan untuk memperoleh hasil tangkapan ikan per
tahun, Upaya penangkapan yang tidak terkontrol karena meningkat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi, maka perikanan tangkap akan mengalami penurunan
produktivitas (Nelwan, 2015). Produkti
menggunakan alat tangkap purse seine terkait dengan pengaruh kesesuaian
jtas hasil tangkapan ikan dengan
dimensi alat tangkap, kapasitas kapal dan alat bantu penangkapan. Beberapa studi
mengenai analisis aspek teknis kaitannya dengan desain dan konstruksi purse
seine, Produktivitas merupakan kemampuan suatu lat tangkap dalam
menghasilkan produksi berdasarkan periode waktu tertentu. Produktivitas siang
dan malam dibandingkan untuk melihat periode waktu yang memiliki
produktivitas paling tinggi antara lain (Widagdo, 2015).
2.3. Alat Tangkap Purse Seine dan Konstruksi Kapal
2.3.1 Alat tangkap (Purse Seine)
Penelitian yang dilakukan oleh Limbong, Wiyono, & Yusfiandayani,
(2017), alat tangkap purse seine terdiri dari badan jaring, kantong, selvedge,
pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah, tali kerut dan cincin. Bentukkonstruksi alat tangkap ini adalah trapesium. Purse Seine mempunyai ukuran
yang relatif besar. Komponen alat tangkap purse seine terdiri dari jaring
(webbing), pelampung, pemberat, serta dilengkapi dengan tali kolor (purse line)
yang dilewatkan melalui cincin-cincin (rings) yang diikatkan pada bagian bawah
jaring. Bahan jaring mendapat pethatian penting, hal ini dikarenakan agar jaring
dapat membentang dengan baik serta dapat membentuk kantong sewaktu ditarik.
Tali ris merupakan tali pengikat tali pelampung dan pemberat terhadap jaring, tali
is bawah berfungsi
sebagai pengikat tali pemberat. Tali ris yang digunakan adalah jenis tali
ris atas berfungsi sebagai pengikat tali pelampung dan tali
polyethylene dengan panjang + 500 m, Tali ris berfungsi sebagai tempat untuk
‘menggantungkan jaring bagian atas dan bawah agar jaring dapat terbentang secara,
sempuma dan juga merupakan penghubung antara tali pelampung dan tali
pemberat (Sudirman, & Mallawa, 2012).
Pelampung adalah alat untuk mengapungkan seluruh jaring ditambah
dengan kelebihan daya apung (extra buoyancy), schingga tetap mengapung
walaupun didalamnya ada ikan hasil tangkapan. Banyak pelampung harus sesuai
dengan perbandingan yang ditentukan, schingga daya apung dari pelampung lebih
besar dari total berat jaring dalam air (Sudirman, & Mallawa, 2012). Pemberat
berfungsi supaya jaring bagian bawah cepat tenggelam pada saat dioperasikan,
semakin berat pemberatnya maka akan semakin cepat tenggelamnya jering,
pemberat dibuat dari benda yang berat jenisnya lebih besar dari berat jenis air laut
Bahan yang biasa digunakan adalah timah, jika menggunakan jenis yang lain
harus dipergunakan bahan yang tidak mudah berkarat. Pemberat yang digunakan
pada alat tangkap purse seine terbuat dari bahan timah yang berukuran panjang +
3 em dengan diameter 5 om. Sayap terletak di kiri dan kanan pada bagian terluar
jaring dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1% inchi dan 1 ‘/4 inchi. Sayap
berfungsi sebagai penggiring ikan agar masuk ke bagian badan jaring dan juga
mempermudah pengambilan tali Kerut untuk di tarik (Johannes, Wisudo, &
‘Nurani, 2015).
Cincin pada umumnya berbentuk bulat, dimana pada bagian tengahnya
merupakan tempat untuk lewatnya tali kerut, agar cincin berkumpul sehingga
jaring bagian bawah berbentuk kerucut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat
dari besi dan kuningan, Cincin pada alat tangkap purse seine memiliki diameterrongga 220 mm, diameter luar 260 mm dengan ketebalan 16 mm . Jarak antar
cincin pada alat tangkap purse seine adalah 3 meter (Pratama, Hapsari, & Triarso,
2016). Tali cincin pada alat tangkap purse seine memiliki panjang 30 cm dengan
diameter 10 mm, arah pintalan Z terbuat dari bahan polyethylene. Penggunaan tali
cincin yang lebih panjang berguna untuk memudahkan proses penaikan cincin ke
atas kapal dan mencegah tersangkumya cincin dengan tali ris bawah pada saat
proses penurunan alat tangkap. Tali kerut berfungsi untuk menyatukan cincin
yang terdapat di bagian bawah sehingga jaring berbentuk kerucut atau mangkok,
kemudian ikan akan terkurung di dalam jaring, Tali kerut memiliki panjang sesuai
dengan panjang tali ris, tali kerut merupakan tali yang paling besar diantara tali
yang lain karena tali kerut memerlukan kekuatan yang cukup besar di banding
dengan tali yang lainnya, Tali kerut pada purse seine terbuat dari bahan
polyethylene (PE) dengan diameter 26 mm (Pujianto, Boesono, & Wijayanto,
2013).
2.3.2 Kapal
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang
perikanan. Pasal 1, kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang
Gipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung _operasi
penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,
pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Kapal atau perahu
penangkapan merupakan sarana pendukung dalam operasi penangkapan ikan, dan
berfungsi sebagai alat transportasi di perairan.
Kapal pukat cincin (Purse Seine) adalah kapal yang secara khusus dirancang
an dibangun untuk menangkap ikan dengan jenis alat tangkap pukat cincin
(Purse Seine) dan sckaligus menampung, menyimpan, mendinginkan dan
‘mengangkut hasil tangkapannya, Secara umum karakteristik purse seine yaitu di
atas dek terdapat power block dengan tiangnya di bagian depan ruang nahkoda,
Dek bagian Jambung hingga haluan luas untuk kegiatan operasional (Diniah,
2008).
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah melingkari suatu
gerombolan ikan dengan jaring. Tali ditarik dan jaring bagian bawah akan
berbentuk Kerucut, sehingga ikan-ikan terkumpul dibagian kantong dan suli
keluar dari jaring. Memperkecil ruang lingkup gerak ikan maka ikan tidak akanmelarikan diri dan akhirnya tertangkap, purse seine adalah alat penangkapan
ikan yang berbentuk kantong dilengkapi dengan cincin dan tali purse line yang
terletak dibawah, tali ris bawah berfungsi menyatukan bagian bawah jaring
sewaktu operasi dengan cara menarik tali purse seine tersebut sehingga jaring
membentuk kantong. Alat penangkapan purse seine ini termasuk ke dalam
Klasifikasi pukat kantong (Nadelec, 2000).
24 Pengoperasian Alat Tangkap
Menurut Kepmen KP Nomor 6 tahun 2010, pengoperasian alat penangkap
ikan jaring lingkar (Purse Seine) dilakukan dengan cara melingkari grombolan
ikan yang menjadi sasaran tangkap untuk menghadang arah renang ikan schingga
terkurung di dalam lingkaran jaring. Pengoperasiannya dilakukan pada permukaan
sampai dengan kolom perairan yang mempunyai kedalaman yang cukup, umunya
untuk menangkap ikan pelagis. Tahapan proses pengoperasian alat tangkap
terbagi dua cara yaitu proses setting dan hauling. Tahapan proses pada setting dan
Hauling adalah sebagai berikut:
Menurut Pujianto e¢ al. (2013) Sebelum melakukan operasi penangkapan
ikan menuju fishing ground, terlebih dahulu menyiapkan sesuatu yang
berhubungan dengan operasi penangkapan seperti menyiapkan bahan bakar,
perbekalan, dan pengecekan peralatan. Tahap sclanjutnya saat tiba di daerah
penangkapan adalah sebagai berikut:
> — Tahap setting (penurunan jaring)
Penurunan lampu, posisi bangkrak lampu harus tetap ditengah area lingkar
jaring, Proses setting dimulai dengan melakukan pelemparan pelampung tanda
kemudian tali selambar pertama di lambung kanan kapal, kemudian juru mudi
melakukan pelingkaran ke arah kiri kapal dengan kecepatan tinggi (+ 9 knot)
sambil dilakukan penurunan pelampung utama, jaring, cincin, dan pemberat oleh
ABK. Posisi jaring yang ditebarkan adalah mengelilingi area sekitar lampu yang
diduga terdapat gerombolan ikan.
% — Tahap hauling (penarikan jaring)
Penarikan jaring dilakukan dengan menarik tali kolor kemudian badan
jaring dan pemberat. Hal ini dimaksudkan agar bagian bawah jaring mengkerut
dan membentuk kantong.Penarikan jaring ini melibatkan hampir seluruh ABK.
Penarikan masih berlangsung sampai bagian jaring membentuk kantong,
| 7
eekemugian bagian tengah tali kolor dililitkan pada roller sebagai alat bantu untuk
menaikkan cincin ke geladak, bagian dasar jaring akan menutup dan ikan-ikan
akan terkumpul pada bagian kantong, selanjutnya jaring dan ikan diangkat ke atas
kapal.
> Pengumpulan hasil tangkapan
Hasil tangkapan diangkat dengan bantuan serok dan diletakkan di atas dek
kapal untuk kemudian disortir berdasarkan ukuran dan jenis hasil tangkapan, Hasil
tangkapan ini kemudian diletakkan dalam basket dan diberi es agar tetap segar
saat sampai di darat untuk dijual.
2.8 Distribusi Hasil Perikanan
Menurut Salim (2000), distribusi adalah istilah yang biasa digunakan dalam
pemasaran untuk menjelaskan bagaimana suatu produk atau jasa dibuat secara
fisik tersedia bagi Konsumen. Distribusi meliputi kegiatan pergudangan,
transportasi, persediaan, penanganan pesanan. mengemukakan bahwa dalam
industri terdapat dua kategori, yaitu :
1. Pemindahan bahan-bahan dan hasil-hasil produksi dengan menggunakan
alat-alat angkut.
2. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain,
Berdasarkan kategori tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi distribusi
adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat
ke tempat lain. Distribusi secara umum adalah rangkaian kegiatan memindahkan
‘atau mengangkut barang dari produsen ke konsumen dengan menggunakan salah
satu transportasi yang meliputi transportasi darat, laut, sungai maupun udara.
Rangkaian kegiatan yang dimulai dari produsen sampai ke konsumen lazim
disebut rantai transportasi (chain of transportation). Distribusi adalah
menyebarkan produk atau jasa melalui jalur distribusi yang terdiri dari seluruh
institusi atau pihak-pihak yang terlibat dalam pemindahan dan pertukaran produk
atau jasa tersebut. Institusi atau pihak-pihak di dalam proses distribusi adalah
perantara. Distribusi merupakan suatu cara memperluas tersedianya suatu produk,
distribusi juga merupakan alat yang dapat digunakan oleh manajemen pemasaran
untuk meningkatkan atau memperluas persaingan keuntungan antara permintaan
Konsumen dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan (Bangun, 2010)BAB 3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan pelaksanaan Praktik Kerja Akhir (KPA) dilaksanakan mulai
tanggal 01 Maret sampai dengan 30 Maret 2020, di Pelabuhan Perikanan
Samudera Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Acch, Provinsi Acch.
Gambar 2 merupakan peta lokasi praktik.
PETA LOKASI PENELITIAN
Gambar 1. Peta Lokasi Praktik
‘Sumber: Salmarika, 2019
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk pengumpulan data antara lain: telepon
genggam, 1 unit kapal pukat cincin, 1 set alat tangkap pukat cincin, 1 set alat
navigasi kapal perikanan, buku jurnal harian, buku panduan laporan. Kegunaan
dari alat dan bahan terdapat pada tabel 2.
Tabel 1. Kegunaan Alat dan Bahan
Peralatan Kegunaan
lat tulis Mencatat data
Telepon genggam Dokumentasi di lapangan
Kapal pukat cincin ‘Tempat praktik
‘Alat tangkap pukat cincin Mengetahui alat tangkap
Buku junal harian Data primer di lapangan
Buku panduan laporan Buku petunjuk penulisan laporan
Bahan yang digunakan sesuai dengan tujuan praktik yaitu tentang kapal
Purse Seine dan produksi alat tangkap Purse Seine 5 tahun terakhir yang diambildari dinas perikanan, dan pengambilan data juga dari Pelabuhan Perikanan
Samudera Lampulo.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pengambilan data yang dilakukan dalam kerja praktik akhir
ini dilakukan dalam berbagai cara antara lain:
3.3.1 Observasi lapangan
Observasi lapangan dengan cara partisipatif. Partisipatif yaitu pelaksanaan
secara langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pekerjaan di atas kapal baik
dari persiapan di darat dan di laut, meliputi: daerah penangkapan, hasil tangkapan,
kondisi fisik kapal dan permesinan serta alat tangkapnya, awak kapal beserta
tugas dan tanggung jawabnya
3.3.2 Wawancara dengan pihak terkait
Wawancara dilakukan dengan pengisian form yang telah disiapkan,
‘Wawancara dilakukan kepada berbagai pihak terkait dengan kegiatan penyusunan
Kerja Praktek Akhir, antara lain kepada Manajer perusahaan, Nahkoda, dan para
awak kapal. Wawancara melalui pertanyaan bersifat langsung dan terbuka untuk
mendapatkan informasi yang sesuai dengantujuan praktik. Wawancara merupakan
cara pengambilan data yang dilakukan secara lisan dalam bentuk struktur maupun
tidak terstruktur.
3.3.3 Studi lit
Studi literatur (desk study) dilakukan dengan mengumpulkan data dan
informasi dari berbagai sumber tertulis, baik berupa buku-buku, jurmal, atau
atur
dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Jenis data
dalam studi ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari Dinas Kelautan dan
Perikanan dan para petugas pencatat perikanan yang berada di Pelabuhan
Perikanan, Jenis data yang diperlukan adalah data sekunder. Jenis data sekunder
yang dikumpulkan meliputi: (1) data jumlah nelayan; (2) jumlah perahu/kapal
penangkap ikan; (3) jumlah alat penangkap ikan; (4) jumlah produksi ikan hasil
tangkapan menurut jenis ikan dan data jumlah ikan hasil tangkapan untuk setiap
‘upaya penangkapan. Satuan upaya penangkapan (effort) yaitu unit “trip operasi
penangkapan ikan””
10Tabel 2. Jenis Data
No. Jenis Data Teknik/Cara Pengambilan Data Sumber Data
Data Primer WawancaraLangsung -—=—-Nelayan, ‘Data
Pribadi
2, DataSekunder Mengambil data dari Dinas Dinas Kelautan dan
Kelautan dan Perikanan Perikanan
‘Mengambil data dari PPS Pelabuhan Perikanan
Samudera
is Data Sekunder yang digunakan
Jenis Data Sekunder
1. _ Laporan Stastistik Perikanan Tangkap Tahun 2015
2. Laporan Stastistik Perikanan Tangkap Tahun 2016
3. Laporan Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2017
4, Laporan Stastistik Perikanan Tangkap Tahun 2018
5. Laporan Stastistik Perikanan Tangkap Tahun 2019
Data primer dikumpulkan melalui kegiatan wawancara secara in-depth
interview dengan staf dinas kelautan dan perikanan kabupaten/kota, penyuluh
perikanan lapangan (PPL) dan nelayan dengan dipandu daftar pertanyaan
(kuisioner). Wawancara dengan beberapa pelaku usaha penangkapan ikan
dilakukan sebagai salah satu bentuk verifikasi data sekunder yang diperoleh serta
untuk nilai ikan hasil tangkapanjdan untuk melihat perkembangan tren produksi
dari sebuah data dibutubkan minimal 5 tahun data series. Pengambilan data
sekunder untuk indikator tren produktivitas membutuhkan data produksi selama 5
tahun terakhir yang diperoleh melalui Dinas Perikanan (Salmarika, 2019).
3.4.1 Analisis teknis
Aspek teknis yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui keefektifan operasi
penangkapan dengan Purse Seine antara lain konstruksi Purse Seine , metode
penangkapan, komposisi hasil tangkapan, musim dan dacrah penangkapan ikan.
Penilaian aspek teknis lebih dititik beratkan pada penilaian produktivitas alat
tangkap yang dilihat dari data sekunder. Produktivitas merupakan suatu alat ukur
cryuntuk mengetahui apakah sebuah alat tangkap itu sudah efesicn secara teknis atau
tidak (Aminah 2010).
3.4.2 Ani data deskriptif dan anali
kuantitatif
Metode analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif dan analisis
kuantitatif, Analisis deskriptif bertujuan mengubah data mentah menjadi mudah
dipahami dalam bentuk yang lebih sederhana, dengan merubah data deskriptif
menjadi tabulatif atau tabel, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan memahami
‘apa yang terdapat dibalik semua data tersebut, dengan mengelompokannya,
meringkasnya menjadi suatu yang kompak dan mudah dimengerti, serta
menemukan pola umum yang timbul dari data tersebut. Analisis tersebut
dihasitkan dari kuesioner dan wawancara yang ditabulasikan dalam tabel
kemudian dianalisis (Alhuda, 2016).
3.4.3 Analisis produkivitas alat tangkap
Produktivitas merupakan kemampuan suatu unit penangkapan ikan untuk
‘mendapatkan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (trip). Produktivitas
adalah suatu alat untuk melihat efisiensi teknik dan suatu proses produksi yang
merupakan perbandingan antara hasil yang ingin dicapai dengan keseluruhan
input sumberdaya yang digunakan. Produktivitas alat tangkap Purse Seine yang
diukur dalam Kerja Praktik Akhir (KPA) ini adalah produktivitas per alat tangkap.
Rumus dalam mencari produktivitas per alat tangkap menurut Aminah, (2010)
yaitu:
Hasil Tangkapan
Produktivitas = 7
12¥
Pengambilan Data
Input : <<
Jumlah Catch (time series)
Jumlah Effort (time series)
Hitung CPUE
Analisis Teknis
Analis Produktivitas
¥
Anal
Trend
t
Output: Produktivitas
Gambar 2. Diagram Alir Pengambilan data
13BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Alat tangkap Purse Seine
Jaring Purse Seine dibuat dari bahan nylon berwama biru dengan ukuran
mata jaring pada bagian badan 1,5 inchi dan pada bagian kantong 1 inchi.
Pelampung jaring terbuat dari bahan polyvinylchloride berbentuk bola dengan
diameter pelampung jaring 10 cm, jumlah pelampung beragam tergantung ukuran
kapal. Pemberat terbuat dari bahan timah hitam (Pb) seberat 300 gr jarak antar
pemberat 30 cm, Tali-temali dibuat dari bahan PE dan terbagi menjadi 2 bagian;
tali ris atas dan tali ris bawah, tali ris atas di ikatkan dengan pelampung dan tali ris
bawah di ikatkan dengan pemberat dan juga di ikatkan pada cincin yang terbuat
dari besi dengan diameter lubang 12 cm, digantungkan pada tali pemberat dengan
tali yang panjangnya 1 m dengan jarak 3 m setiap cincin. Kedalaman cincin ini
digunakan tempat lewatnya tali kolor/tali kerut untuk menarik Purse Seine pada
saat mengurung ikan, ukuran panjang jaring dapat dilihat pada tabel 5.
Gambar 3. Alat tangkap Purse Seine
‘Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020
Tabel 4. Panjang Jaring Purse Seine Pelagis Kecil
‘Komponen Ukuran Kapal (GT) Satuan
20-30 30-40 _40-50__ 50-60
1. Mesh size 234 254 254 254 Milimeter
kantong
2. Panjang total 650 «85010501250 Meter
jaring
3. Jumlah 1800 2400 3000 3600 Buah
pelampung
4, Float rope 600 800-1000 1200 Meter
5. Siker line 600 800 1000-1200 Meter
6._Purse line 6508501050250 Meter
Sumber : Kesyahbandaran PPS Lampulo 2017)Gambar 4. Konstruksi alat tangkap Purse Seine
Sumber: Data Pribadi, 2020
Keterangan :
A. Kantong F. Pelampung
B. Badan jaring G. Tali kolor
C. Sayap H. Pemberat
D. Salvadge 1. Tali kolor
E. Tal iris atas J. Cincin
Penelitian yang dilakukan oleh Limbong, Wiyono, & Yusfiandayani
(2017), umunya alat tangkap Purse Seine terdiri dari badan jaring, kantong,
selvedge, pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah, tali kerut dan cincin,
Bentuk konstruksi alat tangkap ini adalah trepesium. Konstruksi alat tangkap
Purse Seine terdiri dari beberapa bagian yang dapat dilihat pada Gambar 5. Alat
penangkapan ikan pukat cincin adalah kelompok alat penangkapan ikan berupa
jaring berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari sayap, badan, dilengkapi
pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah dengan atau tanpa tali
kerut/pengerut dan salah satu bagiannya berfungsi sebagai kantong yang
pengoperasiannya melingkari gerombolan ikan pelagis. Bagian-bagian pada Purse
Seine adalah sebagai berikut:
100m
Gambar 5. Konstruksi alat tangkap Purse Seine
‘Sumber: Data Pribadi, 2020
15Keterangan :
1. Pelampung Tanda 6. Tali kolor
2. Tali Pelampung 7. Tali ris bawah
3. Pelampung 8. Cincin
4, Tali ris atas 9. Tali pelampung
5. Tali cincin 10. Sayap, badan, dan pelampung
4.1.1 Kapal purse seine
Kapal purse seine pelagis kecil yang beroperasi di PPS Lampulo adalah
kapal berbahan dasar kayu (jenis : Manee, Bungor, Meranti batu dan Ulim) dan
kayu berlapis fiber dengan ukuran 20 - 120 GT. Kapal 20 - 30 GT memakai
mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 120~ 140 PK. Dimensi kapal 13,9 m
x 4,9 mx 1,8 m hingga 20 m x 4,5 mx 1,4 m. Kebutuhan bahan bakar per trip
rata-rata sebesar 1500 — 2000 liter. Kapal 30 — 40 GT memakai mesin motor
inboard dengan kekuatan mesin 120 - 170 PK. Dimensi kapal yaitu 20,6 m x 4,45
m x 1,65 m hingga 21,25 m x 5,35 m x 1,52 m. Kebutuhan bahan bakar per trip
sebesar 2000 - 3500 liter. Kapal 40 - 50 GT memakai mesin motor inboard
dengan kekuatan mesin 160 ~ 220 PK. Dimensi kapal yaitu 18,3 m x 5,9 mx 1,9
m hingga 20,25 m x 6 mx 2m.
Kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 3500 — 4000 liter. Kapal 55-60 GT
memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 150 — 350 PK. Dimensi
kapal 20,9 m x 5,9 m x 2,1 m hingga 22 m x 6,5 m x 2,2 m. Kebutuhan bahan
bakar per trip sebesar 3500 — 7000 liter. Kapal dengan ukuran 98 GT (hanya 1
unit) memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 350 PK. Dimensi
kapal yaitu 23,30 m x 7,60 m x 2,75 m, Kebutuhan bahan bakar per trip sebesar
8500 liter. Kapal 120 GT (hanya 1 unit) memakai mesin motor inboard dengan
kekuatan mesin 350 PK. Dimensi kapal yaitu 23,90 m x 7,70 m x 2,06 m.
Kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 10,000 liter. Banyak trip per bulan 2 - 4
kali tergantung pada musim.
PERMEN KP No. 5 tahun 2019, kapal penangkap ikan adalah kapal yang
secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk menampung,
menyimpan, mendinginkan dan mengawetkan. Pendaftaran kapal perikanan
adalah kegiatan pencatatan kapal perikanan yang dimuat dalam buku kapal
perikanan, Menurut Harahap (2006), bahan utama pembuat kapal tersebut adalah
dari kayu yang terdapat di sckitar daerah Sibolga, Adapun jenis-jenis kayu yang
16digunakan adalah kayu meranti, damar laut dan kayu rasak. Umumnya kapal
purse seine yang ada disana memiliki panjang 15 - 22 meter dengan lebar 3,5 ~ 5
meter dan tinggi (dalam) 2 meter. Kapal-kapal tersebut memiliki tonase 30 -50 GT
dengan mesin utama kapal berkekuatan 120 sampai 300 PK, dengan merek yang
berbeda seperti Yanmar, Nissan, dan Mitsubishi,
Gambar 6. Kapal Purse Seine
‘Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020
4.1.2 Nelayan
Jumlah nelayan yang ikut dalam sekali trip operasi penangkapan ikan
dengan menggunakan alat tangkap pukat cincin di setiap kapal berbeda-beda.
Jumlah awak kapal yang ikut dalam setiap trip melaut sangat bervariasi, yaitu
berkisar 12-20 orang, dengan sistem pambagian kerja sebagai berikut.
a, Nakhoda : I orang, berfungsi untuk juru mudi dan orang dipercaya untuk
bertanggung jawab dalam pengoperasian kapal dan kelancaran kegiatan
penangkapan ikan
b. Wakil nakhoda : 1 orang, tugasnya adalah pengganti nakhoda dalam
kelancaran pengoperasian kapal pukat cincin
c. Kepala kamar mesin ; 1 + 2 orang yang paling berpengalaman dalam
‘merawat mesin dan memperbaiki mesin, Juru mesin kapal memiliki
pendidikan formal pada bidangnya, atau hanya _mengandalkan
pengalaman,
4. Juru lampu: terdiri dari 1 + 2 orang, menjaga dan merawat instalasi listrik.
Jura pelampung : terdiri 3-4 orang mengatur dan merapikan pelampung
setelah melakukan operasi penangkapan pukat cincin,
f, Juru pemberat : terdiri 3 + 4 orang mengatur dan merapikan pemberat
setelah melakukan operasi penangkapan pukat cincin.
7g.Nelayan biasa : 3-6 orang tugasnya menarik, merapikan, dan memperbaiki
alat ketika mengalami kerusakan
fh, Juru masak : 1 2 orang menyediakan makanan pada seluruh awak kapal
Aktivitas nelayan/ABK diatas kapal purse seine dibagi 3 yaitu: pada saat
sebelum pengoperasian purse seine , pengoperasian purse seine, dan setelah
pengoperasian purse seine. Aktivitas pada saat sebelum pengoperasian yaitu
dengan memeriksa dan memperbaiki alat tangkap yang rusak atau dalam keadaan
bisa digunakan, pada saat pengoperasian yaitu menyusun tali-tali untuk setting
(penurunan jaring), melakukan proses penurunan jaring, melakukan hauling
(penaikan alat tangkap), dan penaikan hasil tangkapan yang akan dipindahkan ke
dalam palka, Pengoperasian alat tangkap ini biasanya terdapat jaring yang putus
akibat pergerakan ikan yang melawan jaring, pada seat itu nelayan yang bisa
menjurai jaring memperbaiki jaring, sebagian mengisi coban dengan benang, dan
menggulung benang untuk mengisi coban, Aktivitas nclayan/ABK. setelah
pengoperasian yaitu dengan membersihkan kapal dan merapihkan alat tangkap ke
posisi semula seperti pada saat berangkat, setelah sampai dipelabuhan melakukan
bongkar muat hasil tangkapan.
4.1.3 Pengoperasian purse seine
4.13.1 Persiapan
Operasi penangkapan ikan menggunakan purse seine diawali dengan
tahap persiapan. Persiapan dimulai dengan; pawang (nahkoda) menyuruh para
ABK untuk memeriksa jaring dan tali-temali dan memperbaiki jaring yang rusak,
kemudian jaring dan tali-temali disusun dengan rapih pada sebelah kanan kapal.
Untuk menycimbangkan kapal, pada sebelah kiri kapal di letakkan drum air tawar
yang sudah terisi penuh. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan terhadap mesin oleh
masinis Guru mesin) dan pengisian bahan bakar, pengisian bahan bakar
dimudahkan dengan adanya pom bensin Pertamina yang berada di tepi sungai (di
PPP Lampulo lama). Balok-balok es dimasukkan ke dalam kapal dengan di
bungkus dengan goni. Setelah persiapan selesai maka kapal akan berangkat pada
pukul 14,00 atau 15.00 WIB.
4.1.3.2 Metode penangkapan
> Setting (Penurunan alat tangkap)
Sesampainya di fishing ground, sambil menunggu penurunan jaring para
18nelayan mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan untuk keperluan
setting. Matahari tenggelam menandakan kapal menghidupkan lampu sebagai
daya tarik ikan fototaksis positif. Penurunan jaring saat Kerja Praktik Akhir
(KPA) pertama kali adalah pada waktu 04.00 dini hari dan lama pelingkaran alat
tangkap membutuhkan 50 menit. Setting diawali dengan penurunan tali
pelampung tanda dilepas dari tumpukan jaring keperairan hingga mengapung
dipermuken, Setelah itu diturunkan pelampung disusul bersamaan penurunan
jaring (waring), pemberat dan cincin, sehingga bagian jaring mengikut turun
bersamaan dengan tali kerut yang sudah tertata, bergerak melingkari terus sampai
selesai disusul ujung belakang kantong hingga menarik tali kerut hingga
membentuk tangguk.
> Hauling (Penaikan alat tangkap)
Pengangkatan jaring diawali dengan menarik tali selembar kanan dan tali
kerut. Menarik tali selembar dan tali kerut di tarik dengan kapstan pada proses
hauling alat tangkap berlangsung, Penarikan tali kerut berfungsi untuk mengurung
arah renang ikan dari bawah sehingga tangkapan akan membentuk sepereti
tangguk dan cincin-cincin tempat lewatnya tali kerut akan tergantung pada haluan
kanan kapal, proses pengangkatan tali kerut membutuhkan waktu + 40 menit,
adalah bagian pekerjaan 3 orang ABK juru haluan kapal, 2 orang ABK juru
lampung menarik pelampung, 2 orang ABK juru batu untuk menyusun pemberat,
10 orang ABK belayan menarik dan menyusun waring. Jaring yang mengalami
kerusakan diperbaiki padasaat siang hari setelah aktifitas pengoperasian selesai.
Lamanya proses sekitar 90-120 menit, Setelah badan jaring tersusun dan ikan
akan berkumpul di bagian kantong tempat berkumpulnya hasil tangkapan.
194.2 Distribusi Hasil Perikanan
Nelayan menjual ikan hasil tangkapannya di tempat pelelangan ikan,
Tempat Pelelangan Ikan (TP!) merupakan tempat para penjual (nelayan) dan
pembeli melakukan transaksi jual beli ikan melalui pelelangan dimana proses
penjualan ikan dilakukan di hadapan umum dengan cara penawaran bertingkat.
Lelang adalah proses membeli dan menjual barang dengan cara menawarkan
kepada penawar, dan kemudian menjual barang kepada penawar harga
tertinggi. Penjualan ikan dengan sistem lelang tersebut diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan nelayan serta pada akhimya dapat memacu dan
menunjang perkembangan kegiatan penangkapan ikan di laut, namun ada juga
yang menggunakan metode jual berdasarkan bakul ikan, bakul yang berisi ikan
tersebut diletakkan dan terjadi aktivitas tawar-menawar antara nelayan dan
pembeli
Nelayan
q
Tempat Pelelangan
Ikan
(Agen pasar)
a “.
Cold Storadge ekspor
Konsumen |_|
Gambar 7. Diagram alir distribusi hasil perikanan
Sumber: Data Pribadi, 2020
Pengangkutan berarti memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan media atau sarana angkut yang dapat mempermudah
pemindahan ke tempat lain, tkan hasil tangkepan tidak hanya dipasarkan di
wilayah lokal namun juga diangkut ke luar kota bahkan ke Ivar negeri untuk
diekspor. Hal ini tentu akan membutuhkan perlakuan berbeda dari ikan-ikan yang
didistribusikan hanya di dalam daerah tersebut, biasanya ikan-ikan yang akan
didistribusikan ke luar daerah/negara, dan diangkut menggunakan alat transportasi
laut dan udara, serta digunakan pula kontainer yang dilengkapi pendingin untuk
‘menjaga mutu ikan. Ikan-ikan yang akan diekspor terlebih dahulu dimasukkan ke
dalam cold storage sebclum diangkut menggunakan transportasi yang dimaksud.
204.3 Produktivitas Hasil Tangkapan Purse Seine di Lampulo
Produktivitas merupakan kemampuan suatu lat tangkap dalam
menghasilkan produksi berdasarkan periode waktu tertentu, Produktivitas sering
disalahartikan dengan produksi, tetapi terdapat perbedaan, dalam arti bahwa
Produksi menunjukkan volume oufput, sedangkan produktivitas adalah output
yang dihasilkan dari sumber daya yang digunakan. Berikut merupakan jumlah
produksi, trip (upaya penangkapan) dan produktivitas alat tangkap purse seine
pada tahun 2019 di Pelabuan Perikanan Samudera Lampulo tahun 2019, dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Produksi, Trip (Upaya Tangkapan) dan Produktivitas alat tangkap
purse seine pada tahun 2019
No Bulan Trip Volume (Ton) _ Produktivitas (Ton/Trip)
1 Januari 136 975 77
2. Februari 301 1.976 6,56
3 Maret 206 1715 8,32
4 April 217 1.832 8.44
5 Mei 136 1.685 12,39
6 Juni 8 1.001 10,21
7 Joli 180 1,792 9,96
8 Agustus 4 1.130 991
9 September 257 1,892 7,36
10 Oktober 216 1,784 8,26
It November 249 2.225 8,93
12 Desember 2u1 2.026 9,60
Produktivitas purse seine tahun 2019 terjadi peningkatan dari 7,17 ton
sampai 12,39 ton, produksi meningkat sebesar 3,95 ton pada bulan Mei. Pada
bulan juni produktivitas menurun sebesar 2.18 sehingga produktivitas pada bulan
Juni menjadi 10,21 ton, kemudian pada bulan Juli turun kembali dan tahun
berikutnya naik kembali (PPS Lampulo, 2019). Nilai produktivitas hasil
tangkapan ikan alat tangkap purse seine pada tahun 2019 cenderung meningkat.
Hal ini ditunjukkan oleh persamaan y = 0,/21x + 8,1401 (Gambar 8). Dilihat dari
persamaan Y=ax+b menunjukkan bahwa nilai a positif, schingga tren
penangkapan cenderung meningkat. Atmadja dan Nugroho dalam Wiyono (2010)
2a‘menyatakan bahwa nilai produktivitas yang besar menggambarkan stok tertinggi
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Saputra (2011), dimana CPUE merupakan
indek kelimpahan stok ikan di perairan. Besarnya tonnage kapal dapat dijadikan
tolok ukur dalam menentukan produktivitas hasil tangkapan (Fauziyah, 2011).
Disamping didasarkan atas teknologi alat tangkap dan jumlah kapal, juga di
tentukan oleh tonnage kapal yang dimiliki (Ditjen Perikanan Tangkap, 2005),
Sumber daya ikan melimpah dan upaya penangkapan yang meningkat akan
meningkatkan hasil tangkapan per trip, namun sebaliknya apabila sumber daya
ikan terdegradasi maka peningkatan upaya penangkapan akan menurunkan hasil
tangkapan per trip (Suryaman, 2017).
Produktivitas Purse Seine
ona
012
—_ Grafitytahun
o10
—— Trentine
).121x+ 8.1401
R?=00741
Produktivitas (Ton/trip)
Gambar 8. Perikembangan Produktivitas Purse Seine di PPS Lampulo tahun 2019
Sumber: PPS Lampulo, 2020
44 Produksi Dominan Ikan Purse Seine
Volume produksi penangkapan ikan di PPS Lampulo Aceh pada tahun
2015-2019 tercatat sebesar 1,147,337 ton dengan nilai produksi sekitar Rp. 180
milyar. Hasil tangkapan alat tangkap purse seine pada KM. Fornia yaitu: Banyar
(Rastrelliger Sp), Cakalang (Katsuwonus pelamis), Layang (Decapterus Sp),
Lemadang (Coryphaena hippurus), Kakap (Lutjaniae), Kambing-kambing
(Abalistes stellaris), Lisong (Auxis rochei), Siro (Sardinella lemurui), Sunglir
(Elagatis bipinnulta), Tongkol komo (Euthynnus affinis), Tongkol Krai (Auxis
22thazard), Tuna (Thunnus albacares). Dominan sepuluh jenis ikan hasil
tangkapannya yaitu Ikan Banyar (Rasirelliger Sp), Cakalang (Kaisuwonus
pelamis), Kakap (Lutjaniae), Kambing-kambing (Abalistes stellaris), Layang
(Decapterus Sp), Lisong (Auxis rochei), Siro (Sardinella lemuru), Tongkol komo
(Euthynnus affinis), Tongkol krai (Auxis thazard), Tuna (Thunnus albacares).
Rincian data selengkapnya mengenai volume dan nilai produksi serta harga rata-
rata ikan hasil tangkapan di laut di PP Lampulo Aceh tahun 2015-2019 dapat
dilihat pada tabel 6, Terlihat bahwa volume dominan tangkapan yang tinggi
adalah Ikan Cakalang (Katswwonus pelamis), dengan rata-rata 513,496 Ton
pertahunnya dan terendah pada Ikan Kakap dengan rata-rata 694 Ton
pertahunnya. Target utama Purse Seine di Lampulo adalah kelompok ikan pelagis
kecil, dan pelasis besar. Jumlah hasil tangkapan selama 5 tahun terakhir (2012 —
2016) terbanyak yaitu pada Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan rata-rata
3.515.839,2 kg pertahunnya dan terendah pada ikan Tongkol Komo (Euthynnus
affinis) dengan rata-rata 67.451,8 kg pertahunnya (Fajri, 2018).
Tabel 6. Produksi Dominan Ikan Purse Seine
No Namatkan Volume Rata- Harga
rata 2015-2019 Rata-rata
(Tony (Rp) Nilai Produksi
1 Cakalang 513,49 Rp. 16.094,- Rp. 8.264.204.624,-
2 Layang 334,17 Rp. 13.000,- Rp. 4.344.301.000,-
3 Tuna(Yellow 127,23
Fin) Rp.24.751,- Rp. 3.149.143.983,-
4 Lisong 86,55, Rp. 13.000- Rp. 1.125.241,000,-
5 Siro 82,45 Rp.8.500- Rp. 70.082.500,-
6 — Tongkol Komo — 68,42 Rp. 12.377,- Rp. 84.683.434,-
7 Tongkol Krai 46,87 Rp.13.851,- Rp. 64.925.177,-
8 Banyar 41,68 Rp. 12.000 Rp. 50.016.000,-
9 Kambing— 19,05
Kambing Rp. 15.000,- Rp. 28.576.500,-
10 Kakap 6,94 Rp. 22.000,- Rp. 15.268,000,-
Sumber :PPS Lampulo, 2020
4.5 Produksi Ikan PPS Lampulo
Jenis ikan yang didaratkan di PPS Lampulo diantaranya kelompok pelagis,
kecil, pelagis besar, dan demersal. Jumlah produksi tiap bulan dan tiap tahunnya
pun selalu berubah-ubah bergantung pada musim ikan, jumlah armada
penangkapan yang melakukan operasi penangkapan dan jumlah trip penangkapandilakukan nelayan. Produksi ikan tahun 2015-2019 terjadi peningkatan dari
12,154 ton sampai 20,031 ton, produksi meningkat sebesar 7,877 ton pada tahun
2019. Jumlah produksi purse seine yang mendominasi selama 5 tahun terakhir di
PPS Lampulo yaitu pada tahun 2018 dan 2019, ini mungkin dikarenakan
bertambahnya jumlah unit dan trip pada penangkapan purse seine . Seiring dengan
‘meningkatnya jumlah produksi, nilai produksi juga menunjukan tren meningkat.
Target utama purse seine di Lampulo adalah kelompok ikan_pelagis
kecil, dan pelasis besar. Jumlah hasil tangkapan selama 5 tahun terakhir (2012~
2016). Jumlah produksi purse seine yang mendominasi selama 5 tahun terakhir
di PPS Lampulo yaitu pada tahun 2015 dan 2016, ini mungkin dikarenakan
bertambahnya jumlah unit dan trip pada penangkapan purse seine. Seiring dengan
meningkatnya jumlah produksi, nilai produksi juga terus meningkat (Fajri, 2018).
Perkembangan Produksi Purse Seine
2500.0
20031.495
2000.0
HH 17640384
&
&
| 150000 —___13976.596.
3 1214447 12579921
= 100000
5
5000.0
2015 2017 2018 2019
‘Tahun
Gambar 9. Perkembangan Jumlah Produksi Hasil Tangkapan alat tangkap purse
seine di PPS Lampulo dari tahun 2015-2019
‘Sumber: PPS Lampulo, 2020
245.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari Kerja Praktik Akhir adalah sebagai berikut:
1. Konstruksi alat tangkap purse seine terdiri dari badan jaring, kantong,
selvedge, pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah, tali kerut dan
cincin, metode pengoperasian surse seine yaitu setting (pemurunan alat
tangkap), hauling (penaikan alat tangkap), dan penaikan hasil tangkapan,
2. Volume produksi rata-rata penangkapan ikan di PPS Lampulo Aceh pada
tahun 2015-2019 tereatat sebesar 1.147,33 ton dengan nilai produksi
sekitar Rp. 180 milyar. Sepuluh jenis ikan hasil tangkapan purse seine
yaitu ikan banyar, cakalang, kakap, kambing-kambing, layang, lisong, siro,
tongkol komo, tongkol krai, tuna,
3. Produktivitas purse seine tahun 2019 terjadi peningkatan dari 5,64 ton
sampai 10,44 ton, produksi meningkat sebesar 4,80 ton pada bulan Mei.
Pada bulan Juni produktivitas menurun dari bulan Juni sebesar 1,09
schingga produktivitas pada bulan Juni menjadi 9,34 ton. Produktivitas
secara umum menunjukan tren meningkat.
5.2 Saran
Pengembangan perikanan tangkap tidak hanya berarti membust sesuatu
yang baru dalam bidang perikanan, akan tetapi dapat pula berarti mengembangkan
sesuatu yang telah ada sebelumnya, sehingga dapat memberikan keuntungan
optimal, untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait faktor lingkungan
terhadap hasil tangapan purse seine, schingga perlu juga adanya dukungan
pengawasan daerah penangkapan dari instansi terkait misalnya TNI Angkatan
Laut mengingat perairan Lampulo, Provinsi Aceh berbatasan langsung dengan
perairan laut lepas.DAFTAR PUSTAKA
[KEPMEN KP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Kep.06 /MEN /2010 Tentang Alat Penangkapan Ikan di Wilayah
Pengololaan Perikanan Negara Republik Indonesia. 30 Halaman.
Alhuda S, Anna Z & Rustikawati 1.2016. Analisis Produktivitas Dan Kinerja
‘Usaha Nelayan Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing,
Bandar Lampung. Jurnal Perikanan Kelautan.7 (1), 1-11
Aminah S. 2010. Model Pengelolaan dan Investasi Optimal Sumberdaya
Rajungan Dengan Jaring Rajungan Di Teluk Banten [Skripsi]. Bogor:
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Timu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 144 hal.
Anas P, Jubaedah I & Sudinno D. (2016). Potensi Lestari perikanan Tangkap
Sebagai Basis Pengelolaan Sumber Daya di Kabupaten Pangandaran. Jurnal
Penyuluhan Perikanan dan Kelautan. 10(2), 88-99.
Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. (2016). Aceh Dalam Angka 2016. Badan
Pusat Statistik Provinsi Aceh.
Bangun I K. (2010). Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan
Samudera Belawan Sumatera Utara (SKRIPSI). Fakultas Perikanan dan
Imu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 111 hal.
Cahyono M D. (2014). Analisis Bioekonomi Perikanan Selar Kuning (Selaroides
Leptolepis) di Perairan Kepulauan Seribu (Studi Kasus: Pulau Sebira.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 99 hal
Darmawan, (2006). Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera
‘Nizam Zahman Jakarta [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
99 hal.
Diniab. (2008). Pengenalan Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan limu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. 62 hal.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran
Volume Palkah Kapal Perikanan. Direktorat Kapal Perikanan dan Alat
Penangkap Ikan, Jakarta,
[Ditjen] Direktorat Jenderal Perikanan. (1991). Petunjuk Dasar Purse Seine dan
Lampara Dasar, Departemen Pertanian, Jakarta, 24 hal.Fajri 1. (2018). Strategi Pengembangan Perikanan Purse Seine Pelagis Kecil di
Perairan Lampulo Provinsi Acch (TESIS). Fakultas Perikanan dan imu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 97 hal.
Fauziyah., F. Agustriani, dan T. Afridanelly. 2011. Model produkivitas hasil
tangkapan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Sungailiat Provinsi Bangka Belitung. Jumnal Peniliti Sains. 14(3).
Harahap H. (2006). Optimisasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga
Provinsi Sumatera Utara (TESIS). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. 187 hal.
Hazrina A, (2010). Dinamika Stok Ika, eeperek (Lefognathus spp.) di Perairan
Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Fakultas
Perikanan dan Timu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 93 hal.
Juanda dan Martunis.(2014). Analisa Kelayakan Finansial Pengembangan Cold
Storage Plant di Pelabuhan Perikanan Lampulo Baru Banda Aceh. Jurnal
Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 6(1) : 17-21.
Johannes, 8., Wisudo, S.H., & Nurani, T.W. (2015). Analisis Faktor Produksi dan
Kelayakan Usaha Perikanan Purse Seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten
Matuku Tengah. Jurnal Aplikasi Manajemen. 13(2):335-343.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan _No.KEP.38/MEN/2003.
Produktivitas Kapal Penangkap Ikan. Depertemen Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia
Koedoeboen B. 2012. Perikanan Mini Purse Seine Berbasis Rumpon di Kabupaten
Maluku Tenggara. (SKRIPSI). Fakultas Perikanan dan Tlmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. 104 hal
Limbong, H., Wiyono, E.S., Yusfiandayani, R. (2017). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Hasil Produksi Unit Penangkapan Pukat Cincin di PPN
Sibolga, Sumatera Utara, Abacore, 1(1): 89-97.
Maunder, MAN, (2001). A General Framework for Integrating the Standardization
of Catch Per Unit Effort Into Stock Assessment Models. Canadian Journal
of Fisheries and Aquatic Sciences. $8(1): 795-803.
Nadelec. (2000). Fish Lamp. Japenese Gear and Methods Texbook for Marine
Fisheries Research Course. Jepang. _ (Tehubung _Berkala)
Http://Fisheries.com/Index html (18 Oktober 2010).
Nelwan AF, 2015, Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis i Perairan Kabupaten
Sinjai Pada Musim Peralihan Barat-Timur. Jurnal Perikanan, 17 (1): 1-9
aNikijuluw, V.P.H. (2002). Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. P3R.
Jakarta, 254 hal.
Pratama, M.AD., Hapsari, T.D., & Triarso, 1. (2016). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Produksi Unit Penangkapan Purse Seine (Gardan) i
Fishing Base PPP Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Sain.
Perikanan. 11(2):120-128.
Pajianto., Boesono, H., & Wijayanto, D. (2013). Analisis Kelayakan Usaha Aspek
Finansial Penangkapan Mini Purse Seine dengan Ukuran Jaring yang
Berbeda di PPI Ujungbatu Kabupaten Jepara. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology. 2(2):124-133.
Rizwan, Setiawan I, Rahimi SAE, Dewiyanti I, Purnama NR, Arif M. (2017).
Desain dan Studi Konstruksi Kapal Purse Seine Bermaterial Kayu
dipelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo.1: 98-99,
Salim & H.A. Abbas, (2000). Manajemen Transportasi. Bais
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 226 hal.
1, Cetakan 5.
Salmarika. (2019). Pendekatan Ekosistem (EAFM) untuk Berkelanjutan
Perikanan Tongkol yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Samudera
Lampulo, Aceh(TESIS). Fakultas Perikanan dan Iimu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. 78 hal
Santoso, H. &Bawole, F. 2014. Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine
Pada Kapal Timur Laut, [Karyallmiah]:Akademi Perikanan Bitung.
Saputra, W., A. Solichin, D. Wijayanto, dan F. Kurohman. 2011. Produktivitas
dan Kelayakan usaha Tuna Longliner di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah,
Jurnal Saintek Perikanan, 6(2): 84 91,
Sinaga, M. (1988). Manajemen Transportasi dan Distribusi Fisis, Terjemahan,
Jilid I Edisi ke 7. Jakarta : Erlangga. 226 hal.
Sudirman., & Mallawa, A. (2012). Jurnal Teknik Penangkapan Ikan. Edisi Revisi
2012. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 211 Hal
Suryaman E, 2017. Pengelolaan perikanan tuna neritik dengan pendekatan
ckosistem (studi kasus: perairan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten
‘Sukabumi, Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 78 hal.
Susilo SB. (2009). Kondisi Stok Ikan Perairan Pantai Selatan Jawa Barat. Jurnal
Iru-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, \6(1): 39-46.
‘Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan .
28Wahyudin Y. (2016). Analisis Kelayakan Ekonomi Pengembangan Bisnis
Pemanfaatan Kima secara Berkelanjutan, Bogor: Jurnal Mina Sains. 2(2)
53-62.
Widagdo A., Lee W. & Lee J. (2015). Calculating and Measuring the Sinking
Performance of Small-scale Purse Seine Gear in Java, Indonesia, 10
Improve the Gear. Department of Fisheries Physics, Pukyong National
University, Busan , Korea. Fish Aquat Sci 18(2), 221-227.
Widodo J & Suadi.( 2006). Pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta, 252 him.
Wiyono ES. 2010. Komposisi, Diversitas dan Produktifitas Sumb erdaya Ikan
Dasar di Perairan Pantai Cirebon, Jawa Barat. Jurnal Ilmu Kelautan. 15(4).
29LAMPIRANLampiran 1, Data mentah perhitungan data
"TBEL PERKEWBANGAN PRODUKS! KANDI UPTD PELABUHAH PERKAVAN SARUDERA KUTARAIATAMUN A010 a0)
cy
bed CN CS aiid
PE CE eT
ca] Sr) ee] RHO) N17) | Te] NOM] aa YADA) we NH |
‘aa [ime] ee] | WEE] VT Tae| LG] | Mee | awe] 17a RT |
‘Bo | AST] | 18,20) TS TM] | NAT AG] ANOS] 20t| E| RTT|AN M | vee
‘ao | sud] 1s] 17aB] EBRD] HBA] OUP] 7M) se tna] 793] 2 TA | a
“Tov |S | S86 | 1A ||| SZ SN | | HASTY | S| T5276 | x}
No [uLaN [TRIP {Volume (Fon) [Mat OD [Proculantas
7 fiaN 736) 7e760] — Tesee090000 3.640
Tree aT 1778 aaa] 70.507 1700 5,742
37 [war 200) 1.413,492] 19,206,276,000] 6.862
7 [eR 77] 7544326] 16,470, 706,000 Ta7
37 [wel 739] 1.478,852| 16.151,540,000] 70,440
3_pON 38 916,790] 17,400,097 000 9,349
Tout Ta] 7.578.570] 16,670,166,000] 9,420
@[nouer Tia] 976.278] —17,02%,400,000 ease
[Serr 257] 1,720,254) 22.174, 050,000] oon
To TORT zie 4573,504] 21.749, 260,000] aes
TROP 7a) 1844, 782| ~ 21.274, 570,000) 7a10
12 [DES a 709%,402) 49,159,640,000 a966
NO { NAMAIKAN Volume Rata-rata 2015-2019 (Ton|targe Rate ata (Rp) esi (Rp)
1Banyer fas 32000 50016000
[Cabal [si agosal —_e2s200624
3]Kakeap [698 22000] 15268000)
4[Kambing~ Kambing 1.951 sooo] 265765000
Silayang fset77 3000) 491430100
GlLisong 5557 aso00| _11524x000
"71S fees sco] 70082500
afTengkol Komo |S aay aaa
9[Tongkol Krai ‘(5874 agesi| 649251774
10|Tuna (Yellow Fin) [27255 2a zea] arastasses
3iran 2. Surat pengambilan data
(AEA (XIAN MELAUTAN DAN PERIKAMAN
ees ara omaaa seinen
SY SET EE sn
SY nL DT eae
1 Fetus 2628
Nome 8 eNPOLTEK KP DUMANTL 210012020
‘Sitar ase
Lampran Satu Berkas
Hat Peemehoran Data
Kepada Yin
‘Bapok Kepaia Dinas Kelauien dan Pensanan Aceh
o
‘Acetn Prowns: Nenggroa Aceh Dacussaiam
Datum rangka melenghaps hurkuium Program Studi d Poltekn® Kelautan dan
Perkanen Duma: make setap taranah dwaibkan unkk meiaksanshan Kerya Promé
‘Akh (KPA) untuk mambenkan gambaran here nyeto kepads tarunah, dalam
menerapken emuvims yang telah dpercieh ean sekaigus memperclah pengolaman
era Sebagar akhe gar Legatan Kena Prakthk Abie (KPA) taruna cunt untuk
‘elaporkon noes Kerja Prakik Akh (KPA) secara lotus dalam deni faporan
‘Sohubungen dengan hal ersebut, data dan informas: Bak sata primer maupun
date sekunder sanget cibuILAKar urtws memenum ‘aporan YerseBU Oleh seded sy
ttamx maton kepada Bapek kiranya dapat membants arunat dalam pemenunan cata
devakaud (Detar Namo Teruna Tecempit
Damian peimononan nami sampaxan oles pemavan Basak sacopran
32Lampiran 3. Kegiatan menjurai jaring diatas kapal
| y|
re
33Lampiran 4, Penaikan hasil tangkapan diatas kapal
34