Anda di halaman 1dari 43
STUDI PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DI PPS LAMPULO PROVINSI ACEH Disusun oleh: Muhamad Ramadhan Pratama 17.1.09.009 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN DUMAI PROGRAM STUDI PERIKANAN TANGKAP 2020 PERNYATAAN MENGENAI PRAKTIK DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktik Akhir dengan judul “Studi Produktivitas Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) di PPS Lampulo Provinsi Aceh” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi dan pihak manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah discbutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir laporan Dumai, Juli, 2020 Muhamad Ramadhan Pratama 17.1.09.009 RINGKASAN MUHAMAD RAMADHAN PRATAMA. Studi Produktivitas Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) di PPS Lampulo Provinsi Aceh. Dibimbing oleh Muhammad Nur Arkham, S.Pi, M.Si dan Sri Yenica Roza, S.Pi, M.Si Pemanfaatan sumber daya perikanan, khususnya perikanan tangkap di Perairan Lampulo Provinsi Aceh, sampai saat ini hanya terdapat dua alat tangkap yaitu purse seine (pukat cincin) dan pancing (rawai tuna). Salah satu alat tangkap yang dominan digunakan nelayan Lampulo di Provinsi Aceh saat ini adalah purse seine, Penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine banyak dipengaruhi oleh fungsi-fungsi produksi yang mana untuk mengatur pengelolaan. Tujuan Kerja Praktik Akhir (KPA) ini adalah mengetahui konstruksi dan pengoperasian alat tangkap pukat cincin (Purse Seine) di perairan barat sumatera di PPS Lampulo; mengetahui jumlah produksi dan jenis ikan dominan hasil tangkapan alat tangkap pukat cincin; dan mengetahui produktivitas alat tangkap pukat cincin. Kerja Praktik Akhir ini dilaksanakan perairan Lampulo dengan basis pengambilan data di PPS Lampulo Provinsi Aceh. Waktu Kerja Praktik Akhir (KPA) selama 1 (satu) bulan dimulai dari bulan 1 Maret - 30 Maret. Data yang dikumputkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer berupa spesifikasi teknis purse seine di PPS Lampulo yang diperoleh berdasarkan observasi dan wawancara langsung terhadap nelayan dan pelaku usaha perikanan purse seine yang terkait, sedangkan data sekunder berupa data jumlah kapal yang masih aktif kelayakan lautnya, hasil tangkapan dan produktivitas. Metode yang digunakan dalam Kerja Praktik Akhir (KPA)ini terdiri dari analisis teknis, data deskriptif dan analisis kuantitatif, CPUE dan Produktivitas. Konstruksi alat tangkap purse seine terdiri dari badan jaring, kantong, selvedge, pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah, tali kerut dan cincin, Metode pengoperasian purse seine yaitu setting (penurunan alat tangkap), hauling (penaikan alat tangkap), dan penaikan hasil tangkapan. Sepuluh jenis ikan hasil tangkapan purse seine yaitu ikan banyar, cakalang, kakap, kambing-kambing, layang, lisong, siro, tongkol komo, tongkol krai, tuna. Produktivitas purse seine tabun 2019 terjadi peningkatan dari 5,640 ton sampai 10,440 ton, produksi meningkat sebesar 4,800 ton pada bulan Mei. Pada bulan juni produktivitas menurun dari bulan Juni sebesar 1,091 schingga produktivitas pada bulan Juni menjadi 9,349 ton. Produktivitas secara umum ‘menunjukan tren meningkat. Kata kunci: Aceh, Konstruksi, PPS, Produktivitas, Purse Seine. ‘SUMMARY MUHAMAD RAMADHAN PRATAMA. Study of Productivity of Purse Seine in PPS Lampulo, Acch Province. Guided by Muhammad Nur Arkham, S.Pi, M.Si and Sri Yenica Roza, S.Pi, M.Si. Utilization of fisheries resources, specifically capture fisheries in the Lampulo Waters of Aceh Province, to date there are only two fishing gear namely purse seine (trawl ring) and fishing line (longline tuna). One of the dominant fishing gear used by Lampulo fishermen in Aceh Province today is purse seine. Catching fish with purse seine fishing gear is much influenced by the production functions which are to regulate management. The purpose of this Final Practice Work (KPA) is to find out the construction and operation of purse seine on PPS Lampulo; know the number of production and types of dominant fish catches of trawl fishing gear; and know the productivity of trawl ring fishing gear. This Final Practice Work is carried out on Lampulo waters on the basis of data collection in Lampulo PPS Acch Province. The Final Practice Working Time (KPA) for 1 (one) month starts from March I - March 30. The data collected consists of primary and secondary data. Primary data in the form of technical specifications for purse seine in Lampulo PPS were obtained based on direct observations and interviews with fishermen and related purse seine fisheries businesses, while secondary data were in the form of data on the number of ships that were still active on sea worthiness, catch and productivity. The method used in the Final Practice Work (KPA) consists of technical analysis, descriptive data and quantitative analysis, CPUE and Productivity. The construction of purse seine fishing gear consists of net body, pouch, selvedge, buoy, ballast, upper ris rope, lower ris rope, wrinkle and ring rope, purse seine operation method which is setting (decreasing fishing gear), hauling (raising fishing gear), and raising catches. Ten species of fish caught by Purse Seine are banyar fish, skipjack, snapper, goat, fly, lisong, siro, komo cobs, krai cobs, tuna. Purse Seine productivity in 2019 increased from 5,640 tons to 10,440 tons, production increased by 4,800 tons in May. In June productivity decreased from June by 1,091 so that productivity in June became 9,349 tons. Productivity in general shows an increasing trend. Keywords: Aceh, Construction, PPS, Productivity, Purse Seine. STUDI PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DI PPS LAMPULO PROVINSI ACEH Disusun oleh: Muhamad Ramadhan Pratama 17.1.09.009 Laporan Kerja Praktik Akhir Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma Il dan mendapatkan gelar Ahli Madya KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN DUMAI PROGRAM STUDI PERIKANAN TANGKAP, 2020 LEMBAR PENGESAHAN Judul ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DI PPS LAMPULO DAN SPESIFIKASI TEKNIS PADA KM. FORNIA Nama Muhamad Ramadhan Pratama NIT 17.1.09.009 ‘Tanggal Ujian 13 Juli 2020 Disetujui oleh, Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing Chale Muhammad Nur Arkham, §.Pi., M.Si Sri Yenica Roza/S.Pi., M.Si NIDN, 3919029001 NIDN. 1026068701 Ketua Progam studi Perikanan Tangkap iF Roma YF Hutapea, S.Pi., M.Si NIDN. 39080790001 Diketahui oleh, Direktur Politeknik .Kelautan dan Perikanan Dumai Riu Iskandar: Mhsa A.Pi., MM. NID¥.3914036001 . Penguji luar komisi pada ujian akhir: :s 1. Tyas Dita Pramesthy, $.Pi., Msi (QOB- 2. Roma Yuli F Hutapea, S.Pi., M.Si (pe ) KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik Akhir dengan judul “Studi Produktivitas Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) di PPS Lampulo Provinsi Aceh” tepat pada waktunya, Kerja Praktik Akhir merupakan salah satu bentuk kegiatan Praktik Akhir taruna/i pada semester VI sesuai dengan kurikulum. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan Kerja Praktik Akhir tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan ini penuli juga bermaksud menyampaikan terimakasih kepada: 1. Iskandar Musa, A.Pi, MM selaku Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumais 2. Roma Yuli F Hutapea, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Perikanan Tangkap; 3. Muhammad Nur Arkham, S.Pi, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing; 4. Sri Yenica Roza, S.Pi, M.Si sclaku Anggota Komisi Pembimbing; 5. Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo yang telah memberikan fasilitas akademik maupun praktik; dan 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin namun jika masih terdapat kesalahan, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini Penulis juga berharap laporan yang telah disusun dapat memberikan sumbangsih ‘untuk menambah pengetahuan para pembaca. Dumai, Juli 2020 Muhamad Ramadhan Pratama 17.1.09.009 vii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Tujuan 1.3 Manfuat..... a BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Optimal Sumber Daya Ikan.. 2.2 Produktivitas .. 2.3 Alat Tangkap Purse Seine dan Konstruksi Kapal.. 2.4 Pengoperasian Alat Tangkap. 2.5 Distribusi Hasil Perikanan... BAB 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat. 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja. 3.4 Metode Analisis Data. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Alat Tangkap Purse Seine .... 4.2 Distribusi Hasil Tangkapan. 4.3 Produktivitas Hasil Tangkapan Purse Seine di Lampulo.. 4.4 Produksi Dominan Ikan Purse Seine 4.5 Produksi Ikan PPS Lampulo BAB § KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .. 5.2 Saran, DAFTAR PUSAKA LAMPIRAN ew kee 2 2 20 2 vil DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Lokasi Praktik. a) Gambar 2. Diagram Alir Pengambilan Data... 13 Gambar 3. Alat Tangkap Purse Seine .. 14 Gambar 4, Konstruki Alat Tangkap Purse Seine ..... 1S Gambar 5. Konstruksi Alat Tangkap Purse Seine Bae 16 Gambar 6. Kapal Purse Seine it : serene 16 ‘Gambar 7. Diagram Alir Distribusi Hasil Perikanan ....-eceeneenereee 20 Gambar 8, Perkembangan Produktivitas Tangkapan Purse Seine Lampulo Tahun 2019...cccnnneennnnninne ertiremrsneesersy | Gambar 9. Perkembangan Jumlah Produksi Hasil Tangkapan alat tangkap purse seine di PPS Lampulo dari tahun 2015-2019... dete DAFTAR TABEL Tabel 1. Kegunaan Alat dan Bahan. Tabel 2. Jenis Data. 9 MW Tabel 3. Jenis Data Sekunder yang digunakan........--- ed Tabel 4, Panjang jaring Purse Seine Pelagis Kecil . 14 Tabel 5, Produksi dominan Ikan Purse Seine . .21 Tabel 6. Jumlah Produksi, Trip (Upaya Tangkapan) dan Produktivitas alat tangkap purse seine pada tahun 2019 .. 2 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1, Data Mentah Perhitungan Data. Lampiran 2, Surat Pengambilan Data... Lampiran 3. Kegiatan Menjurai Jaring diatas Kapal Lampiran 4, Penaikan Hasil Tangkapan diatas Kapal.... BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Aceh memiliki wilayah pesisir terbesar di Pulau Sumatera, Provinsi Aceh dikelilingi wilayah pesisir sepanjang 1.660 km dengan Iuas perairan laut 295,370 km?, terdiri atas luas wilayah perairan teritorial dan kepulauan seluas 56,563 km? dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 238,807 km? (Juanda & Martunis, 2014). Provinsi Aceh terletak antara 06%04°33,6"LU dan 98°17'13,2”BT. Batas wilayah Provinsi Acch yaitu sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatra Utara dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia (BPS Aceh, 2016). Potensi lestari sumber daya ikan laut Aceh diperkirakan sebesar 272,700 ton per tahun, yang tersebar di perairan wilayah Aceh dan perairan (ZEE). Seluruh sumber daya ikan tersebut baru dimanfaatkan sebesar 208 ribu ton pada tahun 2017 atau bara 76% pelagis besar dan kecil seperti tuna, tongkol, cakalang, tenggiri, kembung, layang, Komoditas unggulan yang ada di Aceh adalah jenis ikan sero dan tembang; ikan demersal seperti kurisi, bawal putih, gulamah, kuro, dan udang; dan ikan karang seperti kerapu, ckor kuning, dan ikan kakap; lobster, kepiting, rajungan,dan juga cumi-cumi menghiasi sepanjang perairan Aceh (Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, 2018). Fajri (2018), perairan Lampulo Provinsi Aceh bethubungan langsung dengan Samudera Hindia yang berada di sebelah Barat Sumatera. Perairan Lampulo ini merupakan daerah perikanan laut yang potensial, terutama untuk ikan pelagis besar (seperti tuna, tongkol, cakalang, dan layang). Pemanfaatan sumber daya perikanan, khususnya perikanan tangkap di Perairan Lampulo Provinsi Aceh, sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan purse seine. Data statistik produksi perikanan Aceh pada tahun 2012-2016 mengalami peningkatan tertinggi pada tahun 2015 dengan produksi 11,56 ton, dengan nilai produksi sekitar 157 milyar. Jumlah produksi purse seine yang mendominasi selama 5 tahun terakhir di PPS Lampulo yaitu pada tahun 2015 dan 2016, ini mungkin dikarenakan bertambahnya jumlah unit dan trip pada penangkapan purse seine . Seiring dengan meningkatnya jumlah produksi, nilai produksi juga terus meningkat. Produktivitas unit penangkapan purse seine di PPS Lampulo dimana upaya berupa jumlah trip tiap bulan dari tahun 2011 ~ 2016. dimana selama akhir 2015 hingga pertengahan 2016 jumlah trip meningkat hingga rata - rata 230 trip perbulannya (Fajri, 2018). Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil judul Studi Produktivitas Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) di PPS Lampulo Provinsi Acch. 1.2 13 Tujuan Tujuan dari Kerja Praktik Akhir ini adalah: Mengetahui konstruksi dan pengoperasian alat tangkap pukat cincin (Purse Seine) di PPS Lampulo; Mengetahui jumlah produksi dan jenis ikan dominan hasil tangkapan alat tangkap pukat cincin di PPS Lampulo dari tahun 2015-2019; dan Mengetahui produktivitas alat tangkap pukat cincin di PPS Lampulo pada tahun 2019. Manfaat Manfaat dari Kerja Praktik Akhir ini adalah: Bagi penulis adalah menambah pengalaman penggunaan alat tangkap purse seine dan informasi tentang sumberdaya ikan pelagis dan pemanfaatan secara optimumnya; Bagi pemerintah adalah sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam aktivitas perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan dengan mengetahui kelimpahan ikan dan sumberdaya perikanan optimum di lokasi praktik; dan Bagi masyarakat adalah sebagai bahan tambahan informasi dan bacaan masyarakat baik untuk nelayan dan masyarakat secara umum_ tentang pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di lokasi praktik. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Optimal Sumber Daya Ikan Susilo (2009), pemanfaatan sumberdaya perikanan laut harus memenuhi persyaratan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan (sustainable natural resources use). Aspek ekologi pemanfaatan ini mensyaratkan terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan, walaupun sumberdaya ikan laut merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) tetapi sumberdaya ikan ini bukan tidak terbatas. Guna menjamin kelestarian sumberdaya maka pemanfaatannya tidak boleh melebihi potensinya. Nikijuluw (2002), Potensi sumberdaya ikan di lautan nusantara baik di perairan toritorial, diperkirakan ada sekitar 6.1 juta ton ikan yang dapat ditangkap secara lestari sepanjang tahun, Pemanfaatan potensi ini sudah sckitar 60%. Persentase ini merupakan lampu kuning karena berdasarkan tanggung jawab Komitmen internasional mengenai perikanan yang dibuat Food and Agriculture Organization (FAO) dan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF). Sekitar 80% ikan yang boleh ditangkap, itu berarti hanya tersisa ruang sekitar 20% penambahan produksi penangkapan ikan sepanjang tahun, Widodo (1998), Gejala over-eksploitasi dapat ditandai dengan menurunnya hasil tangkapan per satuan upaya, semakin kecil ukuran ikan yang ditangkap dan bergesemya daerah penangkapan ke daerah yang lebih jauh dari pantai. Menganalisis sumberdaya ikan, penentuan ukuran stok merupakan langkah penting dalam mempelajari berbagai stok terutama yang telah diusahakan, Hasil analisis akan sangat berguna bagi perencanaan pemanfaatan, pengembangan dan perumusan strategi pengelolaan. Mengestimasi besarnya kelimpahan (bio massa) dan estimasi potensi dari suatu jenis atau kelompok jenis sumberdaya ikan dapat digunakan metode Surplus Produksi. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa CPUE (C/f) merupakan fungsi dari effort (f) baik bersifat linear (model Schaefer) ‘maupun eksponensial (mode! Fox). Baskoro (2004), Secara umum sumberdaya perikanan dapat dikelompokan kedalam empat kelompok yaitu sumberdaya ikan demersal, sumberdaya pelagis kecil, sumberdaya pelagis besar dan sumberdaya biota laut. Sumberdaya ini apabila dalam eksploitasinya tidak memenuhi aturan atau melampaui_ produksi ae tahunan bersih, maka kehancuran sumberdaya menjadi tinggi. Hal ini berarti bahwa sumberdaya tersebut akan menipis atau terkuras dengan berjalannya waktu. Pada analisis CPUE Maunder (2001), menyatakan bahwa yang terpenting adalah CPUE dari semua tipe alat tangkap yang dioperasikan pada areal yang sama harus dibandingkan tethadap tipe alat tangkap standar. Model surplus produksi banyak digunakan dalam pengelolaan perikanan dalam lingkup yang besar Karena model ini didasarkan pada data tangkapan dan data upaya penangkapan yang relatif mudah diperoleh. 2.2 Produktivitas Produktivitas dan ketersediaan ikan untuk perikanan bervariasi dari tahun ke tahun dengan perubahan kondisi lingkungan laut dan kondisi ini tidak dapat dihindarkan sehingga menjadikan perikanan tangkap sebagai suatu yang sulit diprediksi atau bersifat ketidakpastian Produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, Produktivitas kapal penangkap ikan menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 38 Tahun 2003 merupakan tingkat kemampuan kapal penangkap ikan untuk memperoleh hasil tangkapan ikan per tahun, Upaya penangkapan yang tidak terkontrol karena meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, maka perikanan tangkap akan mengalami penurunan produktivitas (Nelwan, 2015). Produkti menggunakan alat tangkap purse seine terkait dengan pengaruh kesesuaian jtas hasil tangkapan ikan dengan dimensi alat tangkap, kapasitas kapal dan alat bantu penangkapan. Beberapa studi mengenai analisis aspek teknis kaitannya dengan desain dan konstruksi purse seine, Produktivitas merupakan kemampuan suatu lat tangkap dalam menghasilkan produksi berdasarkan periode waktu tertentu. Produktivitas siang dan malam dibandingkan untuk melihat periode waktu yang memiliki produktivitas paling tinggi antara lain (Widagdo, 2015). 2.3. Alat Tangkap Purse Seine dan Konstruksi Kapal 2.3.1 Alat tangkap (Purse Seine) Penelitian yang dilakukan oleh Limbong, Wiyono, & Yusfiandayani, (2017), alat tangkap purse seine terdiri dari badan jaring, kantong, selvedge, pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah, tali kerut dan cincin. Bentuk konstruksi alat tangkap ini adalah trapesium. Purse Seine mempunyai ukuran yang relatif besar. Komponen alat tangkap purse seine terdiri dari jaring (webbing), pelampung, pemberat, serta dilengkapi dengan tali kolor (purse line) yang dilewatkan melalui cincin-cincin (rings) yang diikatkan pada bagian bawah jaring. Bahan jaring mendapat pethatian penting, hal ini dikarenakan agar jaring dapat membentang dengan baik serta dapat membentuk kantong sewaktu ditarik. Tali ris merupakan tali pengikat tali pelampung dan pemberat terhadap jaring, tali is bawah berfungsi sebagai pengikat tali pemberat. Tali ris yang digunakan adalah jenis tali ris atas berfungsi sebagai pengikat tali pelampung dan tali polyethylene dengan panjang + 500 m, Tali ris berfungsi sebagai tempat untuk ‘menggantungkan jaring bagian atas dan bawah agar jaring dapat terbentang secara, sempuma dan juga merupakan penghubung antara tali pelampung dan tali pemberat (Sudirman, & Mallawa, 2012). Pelampung adalah alat untuk mengapungkan seluruh jaring ditambah dengan kelebihan daya apung (extra buoyancy), schingga tetap mengapung walaupun didalamnya ada ikan hasil tangkapan. Banyak pelampung harus sesuai dengan perbandingan yang ditentukan, schingga daya apung dari pelampung lebih besar dari total berat jaring dalam air (Sudirman, & Mallawa, 2012). Pemberat berfungsi supaya jaring bagian bawah cepat tenggelam pada saat dioperasikan, semakin berat pemberatnya maka akan semakin cepat tenggelamnya jering, pemberat dibuat dari benda yang berat jenisnya lebih besar dari berat jenis air laut Bahan yang biasa digunakan adalah timah, jika menggunakan jenis yang lain harus dipergunakan bahan yang tidak mudah berkarat. Pemberat yang digunakan pada alat tangkap purse seine terbuat dari bahan timah yang berukuran panjang + 3 em dengan diameter 5 om. Sayap terletak di kiri dan kanan pada bagian terluar jaring dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1% inchi dan 1 ‘/4 inchi. Sayap berfungsi sebagai penggiring ikan agar masuk ke bagian badan jaring dan juga mempermudah pengambilan tali Kerut untuk di tarik (Johannes, Wisudo, & ‘Nurani, 2015). Cincin pada umumnya berbentuk bulat, dimana pada bagian tengahnya merupakan tempat untuk lewatnya tali kerut, agar cincin berkumpul sehingga jaring bagian bawah berbentuk kerucut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari besi dan kuningan, Cincin pada alat tangkap purse seine memiliki diameter rongga 220 mm, diameter luar 260 mm dengan ketebalan 16 mm . Jarak antar cincin pada alat tangkap purse seine adalah 3 meter (Pratama, Hapsari, & Triarso, 2016). Tali cincin pada alat tangkap purse seine memiliki panjang 30 cm dengan diameter 10 mm, arah pintalan Z terbuat dari bahan polyethylene. Penggunaan tali cincin yang lebih panjang berguna untuk memudahkan proses penaikan cincin ke atas kapal dan mencegah tersangkumya cincin dengan tali ris bawah pada saat proses penurunan alat tangkap. Tali kerut berfungsi untuk menyatukan cincin yang terdapat di bagian bawah sehingga jaring berbentuk kerucut atau mangkok, kemudian ikan akan terkurung di dalam jaring, Tali kerut memiliki panjang sesuai dengan panjang tali ris, tali kerut merupakan tali yang paling besar diantara tali yang lain karena tali kerut memerlukan kekuatan yang cukup besar di banding dengan tali yang lainnya, Tali kerut pada purse seine terbuat dari bahan polyethylene (PE) dengan diameter 26 mm (Pujianto, Boesono, & Wijayanto, 2013). 2.3.2 Kapal Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan. Pasal 1, kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang Gipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung _operasi penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Kapal atau perahu penangkapan merupakan sarana pendukung dalam operasi penangkapan ikan, dan berfungsi sebagai alat transportasi di perairan. Kapal pukat cincin (Purse Seine) adalah kapal yang secara khusus dirancang an dibangun untuk menangkap ikan dengan jenis alat tangkap pukat cincin (Purse Seine) dan sckaligus menampung, menyimpan, mendinginkan dan ‘mengangkut hasil tangkapannya, Secara umum karakteristik purse seine yaitu di atas dek terdapat power block dengan tiangnya di bagian depan ruang nahkoda, Dek bagian Jambung hingga haluan luas untuk kegiatan operasional (Diniah, 2008). Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring. Tali ditarik dan jaring bagian bawah akan berbentuk Kerucut, sehingga ikan-ikan terkumpul dibagian kantong dan suli keluar dari jaring. Memperkecil ruang lingkup gerak ikan maka ikan tidak akan melarikan diri dan akhirnya tertangkap, purse seine adalah alat penangkapan ikan yang berbentuk kantong dilengkapi dengan cincin dan tali purse line yang terletak dibawah, tali ris bawah berfungsi menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali purse seine tersebut sehingga jaring membentuk kantong. Alat penangkapan purse seine ini termasuk ke dalam Klasifikasi pukat kantong (Nadelec, 2000). 24 Pengoperasian Alat Tangkap Menurut Kepmen KP Nomor 6 tahun 2010, pengoperasian alat penangkap ikan jaring lingkar (Purse Seine) dilakukan dengan cara melingkari grombolan ikan yang menjadi sasaran tangkap untuk menghadang arah renang ikan schingga terkurung di dalam lingkaran jaring. Pengoperasiannya dilakukan pada permukaan sampai dengan kolom perairan yang mempunyai kedalaman yang cukup, umunya untuk menangkap ikan pelagis. Tahapan proses pengoperasian alat tangkap terbagi dua cara yaitu proses setting dan hauling. Tahapan proses pada setting dan Hauling adalah sebagai berikut: Menurut Pujianto e¢ al. (2013) Sebelum melakukan operasi penangkapan ikan menuju fishing ground, terlebih dahulu menyiapkan sesuatu yang berhubungan dengan operasi penangkapan seperti menyiapkan bahan bakar, perbekalan, dan pengecekan peralatan. Tahap sclanjutnya saat tiba di daerah penangkapan adalah sebagai berikut: > — Tahap setting (penurunan jaring) Penurunan lampu, posisi bangkrak lampu harus tetap ditengah area lingkar jaring, Proses setting dimulai dengan melakukan pelemparan pelampung tanda kemudian tali selambar pertama di lambung kanan kapal, kemudian juru mudi melakukan pelingkaran ke arah kiri kapal dengan kecepatan tinggi (+ 9 knot) sambil dilakukan penurunan pelampung utama, jaring, cincin, dan pemberat oleh ABK. Posisi jaring yang ditebarkan adalah mengelilingi area sekitar lampu yang diduga terdapat gerombolan ikan. % — Tahap hauling (penarikan jaring) Penarikan jaring dilakukan dengan menarik tali kolor kemudian badan jaring dan pemberat. Hal ini dimaksudkan agar bagian bawah jaring mengkerut dan membentuk kantong.Penarikan jaring ini melibatkan hampir seluruh ABK. Penarikan masih berlangsung sampai bagian jaring membentuk kantong, | 7 ee kemugian bagian tengah tali kolor dililitkan pada roller sebagai alat bantu untuk menaikkan cincin ke geladak, bagian dasar jaring akan menutup dan ikan-ikan akan terkumpul pada bagian kantong, selanjutnya jaring dan ikan diangkat ke atas kapal. > Pengumpulan hasil tangkapan Hasil tangkapan diangkat dengan bantuan serok dan diletakkan di atas dek kapal untuk kemudian disortir berdasarkan ukuran dan jenis hasil tangkapan, Hasil tangkapan ini kemudian diletakkan dalam basket dan diberi es agar tetap segar saat sampai di darat untuk dijual. 2.8 Distribusi Hasil Perikanan Menurut Salim (2000), distribusi adalah istilah yang biasa digunakan dalam pemasaran untuk menjelaskan bagaimana suatu produk atau jasa dibuat secara fisik tersedia bagi Konsumen. Distribusi meliputi kegiatan pergudangan, transportasi, persediaan, penanganan pesanan. mengemukakan bahwa dalam industri terdapat dua kategori, yaitu : 1. Pemindahan bahan-bahan dan hasil-hasil produksi dengan menggunakan alat-alat angkut. 2. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, Berdasarkan kategori tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi distribusi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Distribusi secara umum adalah rangkaian kegiatan memindahkan ‘atau mengangkut barang dari produsen ke konsumen dengan menggunakan salah satu transportasi yang meliputi transportasi darat, laut, sungai maupun udara. Rangkaian kegiatan yang dimulai dari produsen sampai ke konsumen lazim disebut rantai transportasi (chain of transportation). Distribusi adalah menyebarkan produk atau jasa melalui jalur distribusi yang terdiri dari seluruh institusi atau pihak-pihak yang terlibat dalam pemindahan dan pertukaran produk atau jasa tersebut. Institusi atau pihak-pihak di dalam proses distribusi adalah perantara. Distribusi merupakan suatu cara memperluas tersedianya suatu produk, distribusi juga merupakan alat yang dapat digunakan oleh manajemen pemasaran untuk meningkatkan atau memperluas persaingan keuntungan antara permintaan Konsumen dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan (Bangun, 2010) BAB 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan pelaksanaan Praktik Kerja Akhir (KPA) dilaksanakan mulai tanggal 01 Maret sampai dengan 30 Maret 2020, di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Acch, Provinsi Acch. Gambar 2 merupakan peta lokasi praktik. PETA LOKASI PENELITIAN Gambar 1. Peta Lokasi Praktik ‘Sumber: Salmarika, 2019 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pengumpulan data antara lain: telepon genggam, 1 unit kapal pukat cincin, 1 set alat tangkap pukat cincin, 1 set alat navigasi kapal perikanan, buku jurnal harian, buku panduan laporan. Kegunaan dari alat dan bahan terdapat pada tabel 2. Tabel 1. Kegunaan Alat dan Bahan Peralatan Kegunaan lat tulis Mencatat data Telepon genggam Dokumentasi di lapangan Kapal pukat cincin ‘Tempat praktik ‘Alat tangkap pukat cincin Mengetahui alat tangkap Buku junal harian Data primer di lapangan Buku panduan laporan Buku petunjuk penulisan laporan Bahan yang digunakan sesuai dengan tujuan praktik yaitu tentang kapal Purse Seine dan produksi alat tangkap Purse Seine 5 tahun terakhir yang diambil dari dinas perikanan, dan pengambilan data juga dari Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo. 3.3. Prosedur Kerja Prosedur kerja pengambilan data yang dilakukan dalam kerja praktik akhir ini dilakukan dalam berbagai cara antara lain: 3.3.1 Observasi lapangan Observasi lapangan dengan cara partisipatif. Partisipatif yaitu pelaksanaan secara langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pekerjaan di atas kapal baik dari persiapan di darat dan di laut, meliputi: daerah penangkapan, hasil tangkapan, kondisi fisik kapal dan permesinan serta alat tangkapnya, awak kapal beserta tugas dan tanggung jawabnya 3.3.2 Wawancara dengan pihak terkait Wawancara dilakukan dengan pengisian form yang telah disiapkan, ‘Wawancara dilakukan kepada berbagai pihak terkait dengan kegiatan penyusunan Kerja Praktek Akhir, antara lain kepada Manajer perusahaan, Nahkoda, dan para awak kapal. Wawancara melalui pertanyaan bersifat langsung dan terbuka untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengantujuan praktik. Wawancara merupakan cara pengambilan data yang dilakukan secara lisan dalam bentuk struktur maupun tidak terstruktur. 3.3.3 Studi lit Studi literatur (desk study) dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber tertulis, baik berupa buku-buku, jurmal, atau atur dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Jenis data dalam studi ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari Dinas Kelautan dan Perikanan dan para petugas pencatat perikanan yang berada di Pelabuhan Perikanan, Jenis data yang diperlukan adalah data sekunder. Jenis data sekunder yang dikumpulkan meliputi: (1) data jumlah nelayan; (2) jumlah perahu/kapal penangkap ikan; (3) jumlah alat penangkap ikan; (4) jumlah produksi ikan hasil tangkapan menurut jenis ikan dan data jumlah ikan hasil tangkapan untuk setiap ‘upaya penangkapan. Satuan upaya penangkapan (effort) yaitu unit “trip operasi penangkapan ikan”” 10 Tabel 2. Jenis Data No. Jenis Data Teknik/Cara Pengambilan Data Sumber Data Data Primer WawancaraLangsung -—=—-Nelayan, ‘Data Pribadi 2, DataSekunder Mengambil data dari Dinas Dinas Kelautan dan Kelautan dan Perikanan Perikanan ‘Mengambil data dari PPS Pelabuhan Perikanan Samudera is Data Sekunder yang digunakan Jenis Data Sekunder 1. _ Laporan Stastistik Perikanan Tangkap Tahun 2015 2. Laporan Stastistik Perikanan Tangkap Tahun 2016 3. Laporan Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2017 4, Laporan Stastistik Perikanan Tangkap Tahun 2018 5. Laporan Stastistik Perikanan Tangkap Tahun 2019 Data primer dikumpulkan melalui kegiatan wawancara secara in-depth interview dengan staf dinas kelautan dan perikanan kabupaten/kota, penyuluh perikanan lapangan (PPL) dan nelayan dengan dipandu daftar pertanyaan (kuisioner). Wawancara dengan beberapa pelaku usaha penangkapan ikan dilakukan sebagai salah satu bentuk verifikasi data sekunder yang diperoleh serta untuk nilai ikan hasil tangkapanjdan untuk melihat perkembangan tren produksi dari sebuah data dibutubkan minimal 5 tahun data series. Pengambilan data sekunder untuk indikator tren produktivitas membutuhkan data produksi selama 5 tahun terakhir yang diperoleh melalui Dinas Perikanan (Salmarika, 2019). 3.4.1 Analisis teknis Aspek teknis yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui keefektifan operasi penangkapan dengan Purse Seine antara lain konstruksi Purse Seine , metode penangkapan, komposisi hasil tangkapan, musim dan dacrah penangkapan ikan. Penilaian aspek teknis lebih dititik beratkan pada penilaian produktivitas alat tangkap yang dilihat dari data sekunder. Produktivitas merupakan suatu alat ukur cry untuk mengetahui apakah sebuah alat tangkap itu sudah efesicn secara teknis atau tidak (Aminah 2010). 3.4.2 Ani data deskriptif dan anali kuantitatif Metode analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif dan analisis kuantitatif, Analisis deskriptif bertujuan mengubah data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk yang lebih sederhana, dengan merubah data deskriptif menjadi tabulatif atau tabel, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan memahami ‘apa yang terdapat dibalik semua data tersebut, dengan mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu yang kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang timbul dari data tersebut. Analisis tersebut dihasitkan dari kuesioner dan wawancara yang ditabulasikan dalam tabel kemudian dianalisis (Alhuda, 2016). 3.4.3 Analisis produkivitas alat tangkap Produktivitas merupakan kemampuan suatu unit penangkapan ikan untuk ‘mendapatkan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (trip). Produktivitas adalah suatu alat untuk melihat efisiensi teknik dan suatu proses produksi yang merupakan perbandingan antara hasil yang ingin dicapai dengan keseluruhan input sumberdaya yang digunakan. Produktivitas alat tangkap Purse Seine yang diukur dalam Kerja Praktik Akhir (KPA) ini adalah produktivitas per alat tangkap. Rumus dalam mencari produktivitas per alat tangkap menurut Aminah, (2010) yaitu: Hasil Tangkapan Produktivitas = 7 12 ¥ Pengambilan Data Input : << Jumlah Catch (time series) Jumlah Effort (time series) Hitung CPUE Analisis Teknis Analis Produktivitas ¥ Anal Trend t Output: Produktivitas Gambar 2. Diagram Alir Pengambilan data 13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Alat tangkap Purse Seine Jaring Purse Seine dibuat dari bahan nylon berwama biru dengan ukuran mata jaring pada bagian badan 1,5 inchi dan pada bagian kantong 1 inchi. Pelampung jaring terbuat dari bahan polyvinylchloride berbentuk bola dengan diameter pelampung jaring 10 cm, jumlah pelampung beragam tergantung ukuran kapal. Pemberat terbuat dari bahan timah hitam (Pb) seberat 300 gr jarak antar pemberat 30 cm, Tali-temali dibuat dari bahan PE dan terbagi menjadi 2 bagian; tali ris atas dan tali ris bawah, tali ris atas di ikatkan dengan pelampung dan tali ris bawah di ikatkan dengan pemberat dan juga di ikatkan pada cincin yang terbuat dari besi dengan diameter lubang 12 cm, digantungkan pada tali pemberat dengan tali yang panjangnya 1 m dengan jarak 3 m setiap cincin. Kedalaman cincin ini digunakan tempat lewatnya tali kolor/tali kerut untuk menarik Purse Seine pada saat mengurung ikan, ukuran panjang jaring dapat dilihat pada tabel 5. Gambar 3. Alat tangkap Purse Seine ‘Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020 Tabel 4. Panjang Jaring Purse Seine Pelagis Kecil ‘Komponen Ukuran Kapal (GT) Satuan 20-30 30-40 _40-50__ 50-60 1. Mesh size 234 254 254 254 Milimeter kantong 2. Panjang total 650 «85010501250 Meter jaring 3. Jumlah 1800 2400 3000 3600 Buah pelampung 4, Float rope 600 800-1000 1200 Meter 5. Siker line 600 800 1000-1200 Meter 6._Purse line 6508501050250 Meter Sumber : Kesyahbandaran PPS Lampulo 2017) Gambar 4. Konstruksi alat tangkap Purse Seine Sumber: Data Pribadi, 2020 Keterangan : A. Kantong F. Pelampung B. Badan jaring G. Tali kolor C. Sayap H. Pemberat D. Salvadge 1. Tali kolor E. Tal iris atas J. Cincin Penelitian yang dilakukan oleh Limbong, Wiyono, & Yusfiandayani (2017), umunya alat tangkap Purse Seine terdiri dari badan jaring, kantong, selvedge, pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah, tali kerut dan cincin, Bentuk konstruksi alat tangkap ini adalah trepesium. Konstruksi alat tangkap Purse Seine terdiri dari beberapa bagian yang dapat dilihat pada Gambar 5. Alat penangkapan ikan pukat cincin adalah kelompok alat penangkapan ikan berupa jaring berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari sayap, badan, dilengkapi pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah dengan atau tanpa tali kerut/pengerut dan salah satu bagiannya berfungsi sebagai kantong yang pengoperasiannya melingkari gerombolan ikan pelagis. Bagian-bagian pada Purse Seine adalah sebagai berikut: 100m Gambar 5. Konstruksi alat tangkap Purse Seine ‘Sumber: Data Pribadi, 2020 15 Keterangan : 1. Pelampung Tanda 6. Tali kolor 2. Tali Pelampung 7. Tali ris bawah 3. Pelampung 8. Cincin 4, Tali ris atas 9. Tali pelampung 5. Tali cincin 10. Sayap, badan, dan pelampung 4.1.1 Kapal purse seine Kapal purse seine pelagis kecil yang beroperasi di PPS Lampulo adalah kapal berbahan dasar kayu (jenis : Manee, Bungor, Meranti batu dan Ulim) dan kayu berlapis fiber dengan ukuran 20 - 120 GT. Kapal 20 - 30 GT memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 120~ 140 PK. Dimensi kapal 13,9 m x 4,9 mx 1,8 m hingga 20 m x 4,5 mx 1,4 m. Kebutuhan bahan bakar per trip rata-rata sebesar 1500 — 2000 liter. Kapal 30 — 40 GT memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 120 - 170 PK. Dimensi kapal yaitu 20,6 m x 4,45 m x 1,65 m hingga 21,25 m x 5,35 m x 1,52 m. Kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 2000 - 3500 liter. Kapal 40 - 50 GT memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 160 ~ 220 PK. Dimensi kapal yaitu 18,3 m x 5,9 mx 1,9 m hingga 20,25 m x 6 mx 2m. Kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 3500 — 4000 liter. Kapal 55-60 GT memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 150 — 350 PK. Dimensi kapal 20,9 m x 5,9 m x 2,1 m hingga 22 m x 6,5 m x 2,2 m. Kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 3500 — 7000 liter. Kapal dengan ukuran 98 GT (hanya 1 unit) memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 350 PK. Dimensi kapal yaitu 23,30 m x 7,60 m x 2,75 m, Kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 8500 liter. Kapal 120 GT (hanya 1 unit) memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 350 PK. Dimensi kapal yaitu 23,90 m x 7,70 m x 2,06 m. Kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 10,000 liter. Banyak trip per bulan 2 - 4 kali tergantung pada musim. PERMEN KP No. 5 tahun 2019, kapal penangkap ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan dan mengawetkan. Pendaftaran kapal perikanan adalah kegiatan pencatatan kapal perikanan yang dimuat dalam buku kapal perikanan, Menurut Harahap (2006), bahan utama pembuat kapal tersebut adalah dari kayu yang terdapat di sckitar daerah Sibolga, Adapun jenis-jenis kayu yang 16 digunakan adalah kayu meranti, damar laut dan kayu rasak. Umumnya kapal purse seine yang ada disana memiliki panjang 15 - 22 meter dengan lebar 3,5 ~ 5 meter dan tinggi (dalam) 2 meter. Kapal-kapal tersebut memiliki tonase 30 -50 GT dengan mesin utama kapal berkekuatan 120 sampai 300 PK, dengan merek yang berbeda seperti Yanmar, Nissan, dan Mitsubishi, Gambar 6. Kapal Purse Seine ‘Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020 4.1.2 Nelayan Jumlah nelayan yang ikut dalam sekali trip operasi penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap pukat cincin di setiap kapal berbeda-beda. Jumlah awak kapal yang ikut dalam setiap trip melaut sangat bervariasi, yaitu berkisar 12-20 orang, dengan sistem pambagian kerja sebagai berikut. a, Nakhoda : I orang, berfungsi untuk juru mudi dan orang dipercaya untuk bertanggung jawab dalam pengoperasian kapal dan kelancaran kegiatan penangkapan ikan b. Wakil nakhoda : 1 orang, tugasnya adalah pengganti nakhoda dalam kelancaran pengoperasian kapal pukat cincin c. Kepala kamar mesin ; 1 + 2 orang yang paling berpengalaman dalam ‘merawat mesin dan memperbaiki mesin, Juru mesin kapal memiliki pendidikan formal pada bidangnya, atau hanya _mengandalkan pengalaman, 4. Juru lampu: terdiri dari 1 + 2 orang, menjaga dan merawat instalasi listrik. Jura pelampung : terdiri 3-4 orang mengatur dan merapikan pelampung setelah melakukan operasi penangkapan pukat cincin, f, Juru pemberat : terdiri 3 + 4 orang mengatur dan merapikan pemberat setelah melakukan operasi penangkapan pukat cincin. 7 g.Nelayan biasa : 3-6 orang tugasnya menarik, merapikan, dan memperbaiki alat ketika mengalami kerusakan fh, Juru masak : 1 2 orang menyediakan makanan pada seluruh awak kapal Aktivitas nelayan/ABK diatas kapal purse seine dibagi 3 yaitu: pada saat sebelum pengoperasian purse seine , pengoperasian purse seine, dan setelah pengoperasian purse seine. Aktivitas pada saat sebelum pengoperasian yaitu dengan memeriksa dan memperbaiki alat tangkap yang rusak atau dalam keadaan bisa digunakan, pada saat pengoperasian yaitu menyusun tali-tali untuk setting (penurunan jaring), melakukan proses penurunan jaring, melakukan hauling (penaikan alat tangkap), dan penaikan hasil tangkapan yang akan dipindahkan ke dalam palka, Pengoperasian alat tangkap ini biasanya terdapat jaring yang putus akibat pergerakan ikan yang melawan jaring, pada seat itu nelayan yang bisa menjurai jaring memperbaiki jaring, sebagian mengisi coban dengan benang, dan menggulung benang untuk mengisi coban, Aktivitas nclayan/ABK. setelah pengoperasian yaitu dengan membersihkan kapal dan merapihkan alat tangkap ke posisi semula seperti pada saat berangkat, setelah sampai dipelabuhan melakukan bongkar muat hasil tangkapan. 4.1.3 Pengoperasian purse seine 4.13.1 Persiapan Operasi penangkapan ikan menggunakan purse seine diawali dengan tahap persiapan. Persiapan dimulai dengan; pawang (nahkoda) menyuruh para ABK untuk memeriksa jaring dan tali-temali dan memperbaiki jaring yang rusak, kemudian jaring dan tali-temali disusun dengan rapih pada sebelah kanan kapal. Untuk menycimbangkan kapal, pada sebelah kiri kapal di letakkan drum air tawar yang sudah terisi penuh. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan terhadap mesin oleh masinis Guru mesin) dan pengisian bahan bakar, pengisian bahan bakar dimudahkan dengan adanya pom bensin Pertamina yang berada di tepi sungai (di PPP Lampulo lama). Balok-balok es dimasukkan ke dalam kapal dengan di bungkus dengan goni. Setelah persiapan selesai maka kapal akan berangkat pada pukul 14,00 atau 15.00 WIB. 4.1.3.2 Metode penangkapan > Setting (Penurunan alat tangkap) Sesampainya di fishing ground, sambil menunggu penurunan jaring para 18 nelayan mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan untuk keperluan setting. Matahari tenggelam menandakan kapal menghidupkan lampu sebagai daya tarik ikan fototaksis positif. Penurunan jaring saat Kerja Praktik Akhir (KPA) pertama kali adalah pada waktu 04.00 dini hari dan lama pelingkaran alat tangkap membutuhkan 50 menit. Setting diawali dengan penurunan tali pelampung tanda dilepas dari tumpukan jaring keperairan hingga mengapung dipermuken, Setelah itu diturunkan pelampung disusul bersamaan penurunan jaring (waring), pemberat dan cincin, sehingga bagian jaring mengikut turun bersamaan dengan tali kerut yang sudah tertata, bergerak melingkari terus sampai selesai disusul ujung belakang kantong hingga menarik tali kerut hingga membentuk tangguk. > Hauling (Penaikan alat tangkap) Pengangkatan jaring diawali dengan menarik tali selembar kanan dan tali kerut. Menarik tali selembar dan tali kerut di tarik dengan kapstan pada proses hauling alat tangkap berlangsung, Penarikan tali kerut berfungsi untuk mengurung arah renang ikan dari bawah sehingga tangkapan akan membentuk sepereti tangguk dan cincin-cincin tempat lewatnya tali kerut akan tergantung pada haluan kanan kapal, proses pengangkatan tali kerut membutuhkan waktu + 40 menit, adalah bagian pekerjaan 3 orang ABK juru haluan kapal, 2 orang ABK juru lampung menarik pelampung, 2 orang ABK juru batu untuk menyusun pemberat, 10 orang ABK belayan menarik dan menyusun waring. Jaring yang mengalami kerusakan diperbaiki padasaat siang hari setelah aktifitas pengoperasian selesai. Lamanya proses sekitar 90-120 menit, Setelah badan jaring tersusun dan ikan akan berkumpul di bagian kantong tempat berkumpulnya hasil tangkapan. 19 4.2 Distribusi Hasil Perikanan Nelayan menjual ikan hasil tangkapannya di tempat pelelangan ikan, Tempat Pelelangan Ikan (TP!) merupakan tempat para penjual (nelayan) dan pembeli melakukan transaksi jual beli ikan melalui pelelangan dimana proses penjualan ikan dilakukan di hadapan umum dengan cara penawaran bertingkat. Lelang adalah proses membeli dan menjual barang dengan cara menawarkan kepada penawar, dan kemudian menjual barang kepada penawar harga tertinggi. Penjualan ikan dengan sistem lelang tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nelayan serta pada akhimya dapat memacu dan menunjang perkembangan kegiatan penangkapan ikan di laut, namun ada juga yang menggunakan metode jual berdasarkan bakul ikan, bakul yang berisi ikan tersebut diletakkan dan terjadi aktivitas tawar-menawar antara nelayan dan pembeli Nelayan q Tempat Pelelangan Ikan (Agen pasar) a “. Cold Storadge ekspor Konsumen |_| Gambar 7. Diagram alir distribusi hasil perikanan Sumber: Data Pribadi, 2020 Pengangkutan berarti memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan media atau sarana angkut yang dapat mempermudah pemindahan ke tempat lain, tkan hasil tangkepan tidak hanya dipasarkan di wilayah lokal namun juga diangkut ke luar kota bahkan ke Ivar negeri untuk diekspor. Hal ini tentu akan membutuhkan perlakuan berbeda dari ikan-ikan yang didistribusikan hanya di dalam daerah tersebut, biasanya ikan-ikan yang akan didistribusikan ke luar daerah/negara, dan diangkut menggunakan alat transportasi laut dan udara, serta digunakan pula kontainer yang dilengkapi pendingin untuk ‘menjaga mutu ikan. Ikan-ikan yang akan diekspor terlebih dahulu dimasukkan ke dalam cold storage sebclum diangkut menggunakan transportasi yang dimaksud. 20 4.3 Produktivitas Hasil Tangkapan Purse Seine di Lampulo Produktivitas merupakan kemampuan suatu lat tangkap dalam menghasilkan produksi berdasarkan periode waktu tertentu, Produktivitas sering disalahartikan dengan produksi, tetapi terdapat perbedaan, dalam arti bahwa Produksi menunjukkan volume oufput, sedangkan produktivitas adalah output yang dihasilkan dari sumber daya yang digunakan. Berikut merupakan jumlah produksi, trip (upaya penangkapan) dan produktivitas alat tangkap purse seine pada tahun 2019 di Pelabuan Perikanan Samudera Lampulo tahun 2019, dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Produksi, Trip (Upaya Tangkapan) dan Produktivitas alat tangkap purse seine pada tahun 2019 No Bulan Trip Volume (Ton) _ Produktivitas (Ton/Trip) 1 Januari 136 975 77 2. Februari 301 1.976 6,56 3 Maret 206 1715 8,32 4 April 217 1.832 8.44 5 Mei 136 1.685 12,39 6 Juni 8 1.001 10,21 7 Joli 180 1,792 9,96 8 Agustus 4 1.130 991 9 September 257 1,892 7,36 10 Oktober 216 1,784 8,26 It November 249 2.225 8,93 12 Desember 2u1 2.026 9,60 Produktivitas purse seine tahun 2019 terjadi peningkatan dari 7,17 ton sampai 12,39 ton, produksi meningkat sebesar 3,95 ton pada bulan Mei. Pada bulan juni produktivitas menurun sebesar 2.18 sehingga produktivitas pada bulan Juni menjadi 10,21 ton, kemudian pada bulan Juli turun kembali dan tahun berikutnya naik kembali (PPS Lampulo, 2019). Nilai produktivitas hasil tangkapan ikan alat tangkap purse seine pada tahun 2019 cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh persamaan y = 0,/21x + 8,1401 (Gambar 8). Dilihat dari persamaan Y=ax+b menunjukkan bahwa nilai a positif, schingga tren penangkapan cenderung meningkat. Atmadja dan Nugroho dalam Wiyono (2010) 2a ‘menyatakan bahwa nilai produktivitas yang besar menggambarkan stok tertinggi Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Saputra (2011), dimana CPUE merupakan indek kelimpahan stok ikan di perairan. Besarnya tonnage kapal dapat dijadikan tolok ukur dalam menentukan produktivitas hasil tangkapan (Fauziyah, 2011). Disamping didasarkan atas teknologi alat tangkap dan jumlah kapal, juga di tentukan oleh tonnage kapal yang dimiliki (Ditjen Perikanan Tangkap, 2005), Sumber daya ikan melimpah dan upaya penangkapan yang meningkat akan meningkatkan hasil tangkapan per trip, namun sebaliknya apabila sumber daya ikan terdegradasi maka peningkatan upaya penangkapan akan menurunkan hasil tangkapan per trip (Suryaman, 2017). Produktivitas Purse Seine ona 012 —_ Grafitytahun o10 —— Trentine ).121x+ 8.1401 R?=00741 Produktivitas (Ton/trip) Gambar 8. Perikembangan Produktivitas Purse Seine di PPS Lampulo tahun 2019 Sumber: PPS Lampulo, 2020 44 Produksi Dominan Ikan Purse Seine Volume produksi penangkapan ikan di PPS Lampulo Aceh pada tahun 2015-2019 tercatat sebesar 1,147,337 ton dengan nilai produksi sekitar Rp. 180 milyar. Hasil tangkapan alat tangkap purse seine pada KM. Fornia yaitu: Banyar (Rastrelliger Sp), Cakalang (Katsuwonus pelamis), Layang (Decapterus Sp), Lemadang (Coryphaena hippurus), Kakap (Lutjaniae), Kambing-kambing (Abalistes stellaris), Lisong (Auxis rochei), Siro (Sardinella lemurui), Sunglir (Elagatis bipinnulta), Tongkol komo (Euthynnus affinis), Tongkol Krai (Auxis 22 thazard), Tuna (Thunnus albacares). Dominan sepuluh jenis ikan hasil tangkapannya yaitu Ikan Banyar (Rasirelliger Sp), Cakalang (Kaisuwonus pelamis), Kakap (Lutjaniae), Kambing-kambing (Abalistes stellaris), Layang (Decapterus Sp), Lisong (Auxis rochei), Siro (Sardinella lemuru), Tongkol komo (Euthynnus affinis), Tongkol krai (Auxis thazard), Tuna (Thunnus albacares). Rincian data selengkapnya mengenai volume dan nilai produksi serta harga rata- rata ikan hasil tangkapan di laut di PP Lampulo Aceh tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel 6, Terlihat bahwa volume dominan tangkapan yang tinggi adalah Ikan Cakalang (Katswwonus pelamis), dengan rata-rata 513,496 Ton pertahunnya dan terendah pada Ikan Kakap dengan rata-rata 694 Ton pertahunnya. Target utama Purse Seine di Lampulo adalah kelompok ikan pelagis kecil, dan pelasis besar. Jumlah hasil tangkapan selama 5 tahun terakhir (2012 — 2016) terbanyak yaitu pada Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan rata-rata 3.515.839,2 kg pertahunnya dan terendah pada ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis) dengan rata-rata 67.451,8 kg pertahunnya (Fajri, 2018). Tabel 6. Produksi Dominan Ikan Purse Seine No Namatkan Volume Rata- Harga rata 2015-2019 Rata-rata (Tony (Rp) Nilai Produksi 1 Cakalang 513,49 Rp. 16.094,- Rp. 8.264.204.624,- 2 Layang 334,17 Rp. 13.000,- Rp. 4.344.301.000,- 3 Tuna(Yellow 127,23 Fin) Rp.24.751,- Rp. 3.149.143.983,- 4 Lisong 86,55, Rp. 13.000- Rp. 1.125.241,000,- 5 Siro 82,45 Rp.8.500- Rp. 70.082.500,- 6 — Tongkol Komo — 68,42 Rp. 12.377,- Rp. 84.683.434,- 7 Tongkol Krai 46,87 Rp.13.851,- Rp. 64.925.177,- 8 Banyar 41,68 Rp. 12.000 Rp. 50.016.000,- 9 Kambing— 19,05 Kambing Rp. 15.000,- Rp. 28.576.500,- 10 Kakap 6,94 Rp. 22.000,- Rp. 15.268,000,- Sumber :PPS Lampulo, 2020 4.5 Produksi Ikan PPS Lampulo Jenis ikan yang didaratkan di PPS Lampulo diantaranya kelompok pelagis, kecil, pelagis besar, dan demersal. Jumlah produksi tiap bulan dan tiap tahunnya pun selalu berubah-ubah bergantung pada musim ikan, jumlah armada penangkapan yang melakukan operasi penangkapan dan jumlah trip penangkapan dilakukan nelayan. Produksi ikan tahun 2015-2019 terjadi peningkatan dari 12,154 ton sampai 20,031 ton, produksi meningkat sebesar 7,877 ton pada tahun 2019. Jumlah produksi purse seine yang mendominasi selama 5 tahun terakhir di PPS Lampulo yaitu pada tahun 2018 dan 2019, ini mungkin dikarenakan bertambahnya jumlah unit dan trip pada penangkapan purse seine . Seiring dengan ‘meningkatnya jumlah produksi, nilai produksi juga menunjukan tren meningkat. Target utama purse seine di Lampulo adalah kelompok ikan_pelagis kecil, dan pelasis besar. Jumlah hasil tangkapan selama 5 tahun terakhir (2012~ 2016). Jumlah produksi purse seine yang mendominasi selama 5 tahun terakhir di PPS Lampulo yaitu pada tahun 2015 dan 2016, ini mungkin dikarenakan bertambahnya jumlah unit dan trip pada penangkapan purse seine. Seiring dengan meningkatnya jumlah produksi, nilai produksi juga terus meningkat (Fajri, 2018). Perkembangan Produksi Purse Seine 2500.0 20031.495 2000.0 HH 17640384 & & | 150000 —___13976.596. 3 1214447 12579921 = 100000 5 5000.0 2015 2017 2018 2019 ‘Tahun Gambar 9. Perkembangan Jumlah Produksi Hasil Tangkapan alat tangkap purse seine di PPS Lampulo dari tahun 2015-2019 ‘Sumber: PPS Lampulo, 2020 24 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Kerja Praktik Akhir adalah sebagai berikut: 1. Konstruksi alat tangkap purse seine terdiri dari badan jaring, kantong, selvedge, pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah, tali kerut dan cincin, metode pengoperasian surse seine yaitu setting (pemurunan alat tangkap), hauling (penaikan alat tangkap), dan penaikan hasil tangkapan, 2. Volume produksi rata-rata penangkapan ikan di PPS Lampulo Aceh pada tahun 2015-2019 tereatat sebesar 1.147,33 ton dengan nilai produksi sekitar Rp. 180 milyar. Sepuluh jenis ikan hasil tangkapan purse seine yaitu ikan banyar, cakalang, kakap, kambing-kambing, layang, lisong, siro, tongkol komo, tongkol krai, tuna, 3. Produktivitas purse seine tahun 2019 terjadi peningkatan dari 5,64 ton sampai 10,44 ton, produksi meningkat sebesar 4,80 ton pada bulan Mei. Pada bulan Juni produktivitas menurun dari bulan Juni sebesar 1,09 schingga produktivitas pada bulan Juni menjadi 9,34 ton. Produktivitas secara umum menunjukan tren meningkat. 5.2 Saran Pengembangan perikanan tangkap tidak hanya berarti membust sesuatu yang baru dalam bidang perikanan, akan tetapi dapat pula berarti mengembangkan sesuatu yang telah ada sebelumnya, sehingga dapat memberikan keuntungan optimal, untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait faktor lingkungan terhadap hasil tangapan purse seine, schingga perlu juga adanya dukungan pengawasan daerah penangkapan dari instansi terkait misalnya TNI Angkatan Laut mengingat perairan Lampulo, Provinsi Aceh berbatasan langsung dengan perairan laut lepas. DAFTAR PUSTAKA [KEPMEN KP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.06 /MEN /2010 Tentang Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengololaan Perikanan Negara Republik Indonesia. 30 Halaman. Alhuda S, Anna Z & Rustikawati 1.2016. Analisis Produktivitas Dan Kinerja ‘Usaha Nelayan Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing, Bandar Lampung. Jurnal Perikanan Kelautan.7 (1), 1-11 Aminah S. 2010. Model Pengelolaan dan Investasi Optimal Sumberdaya Rajungan Dengan Jaring Rajungan Di Teluk Banten [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Timu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 144 hal. Anas P, Jubaedah I & Sudinno D. (2016). Potensi Lestari perikanan Tangkap Sebagai Basis Pengelolaan Sumber Daya di Kabupaten Pangandaran. Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan. 10(2), 88-99. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. (2016). Aceh Dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. Bangun I K. (2010). Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara (SKRIPSI). Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 111 hal. Cahyono M D. (2014). Analisis Bioekonomi Perikanan Selar Kuning (Selaroides Leptolepis) di Perairan Kepulauan Seribu (Studi Kasus: Pulau Sebira. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 99 hal Darmawan, (2006). Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera ‘Nizam Zahman Jakarta [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. 99 hal. Diniab. (2008). Pengenalan Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan limu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 62 hal. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran Volume Palkah Kapal Perikanan. Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan, Jakarta, [Ditjen] Direktorat Jenderal Perikanan. (1991). Petunjuk Dasar Purse Seine dan Lampara Dasar, Departemen Pertanian, Jakarta, 24 hal. Fajri 1. (2018). Strategi Pengembangan Perikanan Purse Seine Pelagis Kecil di Perairan Lampulo Provinsi Acch (TESIS). Fakultas Perikanan dan imu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 97 hal. Fauziyah., F. Agustriani, dan T. Afridanelly. 2011. Model produkivitas hasil tangkapan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungailiat Provinsi Bangka Belitung. Jumnal Peniliti Sains. 14(3). Harahap H. (2006). Optimisasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga Provinsi Sumatera Utara (TESIS). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 187 hal. Hazrina A, (2010). Dinamika Stok Ika, eeperek (Lefognathus spp.) di Perairan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Timu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 93 hal. Juanda dan Martunis.(2014). Analisa Kelayakan Finansial Pengembangan Cold Storage Plant di Pelabuhan Perikanan Lampulo Baru Banda Aceh. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 6(1) : 17-21. Johannes, 8., Wisudo, S.H., & Nurani, T.W. (2015). Analisis Faktor Produksi dan Kelayakan Usaha Perikanan Purse Seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten Matuku Tengah. Jurnal Aplikasi Manajemen. 13(2):335-343. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan _No.KEP.38/MEN/2003. Produktivitas Kapal Penangkap Ikan. Depertemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Koedoeboen B. 2012. Perikanan Mini Purse Seine Berbasis Rumpon di Kabupaten Maluku Tenggara. (SKRIPSI). Fakultas Perikanan dan Tlmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 104 hal Limbong, H., Wiyono, E.S., Yusfiandayani, R. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Unit Penangkapan Pukat Cincin di PPN Sibolga, Sumatera Utara, Abacore, 1(1): 89-97. Maunder, MAN, (2001). A General Framework for Integrating the Standardization of Catch Per Unit Effort Into Stock Assessment Models. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. $8(1): 795-803. Nadelec. (2000). Fish Lamp. Japenese Gear and Methods Texbook for Marine Fisheries Research Course. Jepang. _ (Tehubung _Berkala) Http://Fisheries.com/Index html (18 Oktober 2010). Nelwan AF, 2015, Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis i Perairan Kabupaten Sinjai Pada Musim Peralihan Barat-Timur. Jurnal Perikanan, 17 (1): 1-9 a Nikijuluw, V.P.H. (2002). Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. P3R. Jakarta, 254 hal. Pratama, M.AD., Hapsari, T.D., & Triarso, 1. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Unit Penangkapan Purse Seine (Gardan) i Fishing Base PPP Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Sain. Perikanan. 11(2):120-128. Pajianto., Boesono, H., & Wijayanto, D. (2013). Analisis Kelayakan Usaha Aspek Finansial Penangkapan Mini Purse Seine dengan Ukuran Jaring yang Berbeda di PPI Ujungbatu Kabupaten Jepara. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 2(2):124-133. Rizwan, Setiawan I, Rahimi SAE, Dewiyanti I, Purnama NR, Arif M. (2017). Desain dan Studi Konstruksi Kapal Purse Seine Bermaterial Kayu dipelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo.1: 98-99, Salim & H.A. Abbas, (2000). Manajemen Transportasi. Bais Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 226 hal. 1, Cetakan 5. Salmarika. (2019). Pendekatan Ekosistem (EAFM) untuk Berkelanjutan Perikanan Tongkol yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Aceh(TESIS). Fakultas Perikanan dan Iimu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 78 hal Santoso, H. &Bawole, F. 2014. Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine Pada Kapal Timur Laut, [Karyallmiah]:Akademi Perikanan Bitung. Saputra, W., A. Solichin, D. Wijayanto, dan F. Kurohman. 2011. Produktivitas dan Kelayakan usaha Tuna Longliner di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, Jurnal Saintek Perikanan, 6(2): 84 91, Sinaga, M. (1988). Manajemen Transportasi dan Distribusi Fisis, Terjemahan, Jilid I Edisi ke 7. Jakarta : Erlangga. 226 hal. Sudirman., & Mallawa, A. (2012). Jurnal Teknik Penangkapan Ikan. Edisi Revisi 2012. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 211 Hal Suryaman E, 2017. Pengelolaan perikanan tuna neritik dengan pendekatan ckosistem (studi kasus: perairan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten ‘Sukabumi, Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 78 hal. Susilo SB. (2009). Kondisi Stok Ikan Perairan Pantai Selatan Jawa Barat. Jurnal Iru-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, \6(1): 39-46. ‘Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan . 28 Wahyudin Y. (2016). Analisis Kelayakan Ekonomi Pengembangan Bisnis Pemanfaatan Kima secara Berkelanjutan, Bogor: Jurnal Mina Sains. 2(2) 53-62. Widagdo A., Lee W. & Lee J. (2015). Calculating and Measuring the Sinking Performance of Small-scale Purse Seine Gear in Java, Indonesia, 10 Improve the Gear. Department of Fisheries Physics, Pukyong National University, Busan , Korea. Fish Aquat Sci 18(2), 221-227. Widodo J & Suadi.( 2006). Pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Gajah Mada University Press. Yogyakarta, 252 him. Wiyono ES. 2010. Komposisi, Diversitas dan Produktifitas Sumb erdaya Ikan Dasar di Perairan Pantai Cirebon, Jawa Barat. Jurnal Ilmu Kelautan. 15(4). 29 LAMPIRAN Lampiran 1, Data mentah perhitungan data "TBEL PERKEWBANGAN PRODUKS! KANDI UPTD PELABUHAH PERKAVAN SARUDERA KUTARAIATAMUN A010 a0) cy bed CN CS aiid PE CE eT ca] Sr) ee] RHO) N17) | Te] NOM] aa YADA) we NH | ‘aa [ime] ee] | WEE] VT Tae| LG] | Mee | awe] 17a RT | ‘Bo | AST] | 18,20) TS TM] | NAT AG] ANOS] 20t| E| RTT|AN M | vee ‘ao | sud] 1s] 17aB] EBRD] HBA] OUP] 7M) se tna] 793] 2 TA | a “Tov |S | S86 | 1A ||| SZ SN | | HASTY | S| T5276 | x} No [uLaN [TRIP {Volume (Fon) [Mat OD [Proculantas 7 fiaN 736) 7e760] — Tesee090000 3.640 Tree aT 1778 aaa] 70.507 1700 5,742 37 [war 200) 1.413,492] 19,206,276,000] 6.862 7 [eR 77] 7544326] 16,470, 706,000 Ta7 37 [wel 739] 1.478,852| 16.151,540,000] 70,440 3_pON 38 916,790] 17,400,097 000 9,349 Tout Ta] 7.578.570] 16,670,166,000] 9,420 @[nouer Tia] 976.278] —17,02%,400,000 ease [Serr 257] 1,720,254) 22.174, 050,000] oon To TORT zie 4573,504] 21.749, 260,000] aes TROP 7a) 1844, 782| ~ 21.274, 570,000) 7a10 12 [DES a 709%,402) 49,159,640,000 a966 NO { NAMAIKAN Volume Rata-rata 2015-2019 (Ton|targe Rate ata (Rp) esi (Rp) 1Banyer fas 32000 50016000 [Cabal [si agosal —_e2s200624 3]Kakeap [698 22000] 15268000) 4[Kambing~ Kambing 1.951 sooo] 265765000 Silayang fset77 3000) 491430100 GlLisong 5557 aso00| _11524x000 "71S fees sco] 70082500 afTengkol Komo |S aay aaa 9[Tongkol Krai ‘(5874 agesi| 649251774 10|Tuna (Yellow Fin) [27255 2a zea] arastasses 3 iran 2. Surat pengambilan data (AEA (XIAN MELAUTAN DAN PERIKAMAN ees ara omaaa seinen SY SET EE sn SY nL DT eae 1 Fetus 2628 Nome 8 eNPOLTEK KP DUMANTL 210012020 ‘Sitar ase Lampran Satu Berkas Hat Peemehoran Data Kepada Yin ‘Bapok Kepaia Dinas Kelauien dan Pensanan Aceh o ‘Acetn Prowns: Nenggroa Aceh Dacussaiam Datum rangka melenghaps hurkuium Program Studi d Poltekn® Kelautan dan Perkanen Duma: make setap taranah dwaibkan unkk meiaksanshan Kerya Promé ‘Akh (KPA) untuk mambenkan gambaran here nyeto kepads tarunah, dalam menerapken emuvims yang telah dpercieh ean sekaigus memperclah pengolaman era Sebagar akhe gar Legatan Kena Prakthk Abie (KPA) taruna cunt untuk ‘elaporkon noes Kerja Prakik Akh (KPA) secara lotus dalam deni faporan ‘Sohubungen dengan hal ersebut, data dan informas: Bak sata primer maupun date sekunder sanget cibuILAKar urtws memenum ‘aporan YerseBU Oleh seded sy ttamx maton kepada Bapek kiranya dapat membants arunat dalam pemenunan cata devakaud (Detar Namo Teruna Tecempit Damian peimononan nami sampaxan oles pemavan Basak sacopran 32 Lampiran 3. Kegiatan menjurai jaring diatas kapal | y| re 33 Lampiran 4, Penaikan hasil tangkapan diatas kapal 34

Anda mungkin juga menyukai